Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

Kajian Pengaruh Sistem Drainase dan Ruang Terbuka Hijau Eksisting pada Kawasan Ruas Jalan Utama Kota Malang (Suatu Upaya Pengendalian Genangan Di Daerah Perkotaan) Laksni Sedyowati; Ery Suhartanto
Media Teknik Sipil Vol. 13 No. 1 (2015): Februari
Publisher : Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/jmts.v13i1.2544

Abstract

Kajian Pengaruh Sistem Drainase dan Ruang Terbuka Hijau Eksisting pada Kawasan Ruas Jalan Utama Kota Malang (Suatu Upaya Pengendalian Genangan Di Daerah Perkotaan)The Influence of Existing Drainege System Green Open Space to The Flooding in The Main Roads of Malang City (A Flooding Control Efforts In Urban Areas)Laksni Sedyowati1 & Ery Suhartanto21Program Doktor Teknik Sipil, Minat Sumberdaya Air, Universitas Brawijaya,2Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas BrawijayaAlamat korespondensi : Alamat korespondensi : Jln. MT. Haryono, No 167 MalangEmail: 1)laksnisedyowati@gmail.comAbstractThe new paradigm of urban drainage system puts the city infrastructure based on the concept of environmentally sound drainage system or sustainable. It is necessary to retain the rain water in the area to enlarge the amount of water that infiltrate into the soil through natural or artificial recharge area. Research problem is how the influence of the existing drainage system and the green open space (RTH) to the runoff discharge. The study design is in the form of field observations and analytical activities: analysis of the characteristics of rain with a variety of 10-year historical data; land cover analysis and capacity of the existing green space; analysis of the capacity of the existing drainage system; analysis of the total runoff discharge and discharge runoff that are not controlled by the existing drainage system and RTH. The results showed that the total capacity of existing drainage systems and green space of 36,066 m3/sec. The amount of discharge that is not controlled on the time period of 5, 10, 25, 50 and 100 year, respectively: 11.95 m3/s; 20.28 m3/s; 30.82 m3/s; 38.68 m3/s; 46.56 m3/s. Uncontrolled runoff discharge causing flooding on roads in the study area with the water level between 22-35 cm.Keywords: Sustainable Urban Drainage System, Green Open Space, Runoff DischargeAbstrakParadigma baru sistem drainase menempatkan drainase perkotaan sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsep drainase yang berwawasan lingkungan atau berkelanjutan. Untuk itu perlu diupayakan agar air hujan yang jatuh ditahan terlebih dulu untuk memperbesar jumlah air yang meresap ke dalam tanah melalui daerah resapan alamiah maupun buatan. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh sistem drainase dan ruang terbuka hijau (RTH) eksisting terhadap debit limpasan, sebagai dasar pengembangan RTH yang merupakan alternatif sistem drainase berkelanjutan. Metode penelitian berupa observasi lapangan dan analitik dengan tahapan kegiatan: analisis karakteristik hujan dengan berbagai kala ulang menggunakan data historis 10 tahun terakhir; analisis tutupan lahan dan kapasitas ruang terbuka hijau eksisting; analisis kapasitas sistem drainase eksisting; analisis debit limpasan total dan debit limpasan yang tidak dikendalikan oleh sistem drainase dan RTH eksisting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa apasitas total sistem drainase dan RTH eksisting sebesar 36,066 m3/detik. Besarnya debit yang tidak dikendalikan pada kala ulang 5 thn, 10 thn, 25 thn, 50 thn dan 100 thn berturut-turut sebesar 11,95 m3/dt; 20,28 m3/dt ; 30,82 m3/dt; 38,68 m3/dt; 46,56 m3/dt. Debit limpasan yang tidak terkendali menyebabkan terjadinya genangan di ruas jalan pada daerah studi dengan tinggi genangan antara 22 - 35 cm.Kata kunci: sistem drainase berkelanjutan, ruang terbuka hijau, debit limpasan
Perbandingan Metode Alih Ragam Hujan Menjadi Debit dengan FJ. Mock dan NRECA di Sub DAS Amprong Kabupaten Malang Sahirah Masruroh; Ery Suhartanto; Donny Harisuseno
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 2 (2022): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2022.002.02.26

Abstract

Abstract: A research on the conversion of rainfall into discharge located in the Amprong sub-watershed aims to compare the results of the modeling discharge FJ. Mock and NRECA on AWLR discharge data carried out with calibration and validation tests to determine the appropriate method for the characteristics of the Amprong sub-watershed. In this study the FJ. Mock method got the best value in the 6-year calibration data group with MAE = 0.180, NSE = 0.995, R = 0.998, and Kr = 0.44%. The best validation was in the 4-year validation data group with MAE = 2.099, NSE = 0.036, R = 0.853, and Kr = 2.89%. For parameters FJ. Mock values obtained i = 0.8, k = 0.01–1.77, m = 30%-50%, SMC = 200 mm, ISM = 50 mm, and Vn-1 = 50 mm. For NRECA the best value at 9-years of calibration was MAE = 2.241, NSE = 0.392, R = 0.627, and Kr = 1.97%. While the assessment obtained MAE = 1.473, NSE = 0.533, R = 0.968, and Kr = 0.42%. For the NRECA parameter, the PSUB value = 0.9 and the GWF value = 0.02-0.22. The most suitable method in this research is FJ. Mock. Abstrak: Penelitian tentang alih ragam hujan menjadi debit yang berlokasi di Sub DAS Amprong ini bertujuan untuk membandingkan hasil debit permodelan FJ. Mock dan NRECA terhadap data debit AWLR yang dilakukan dengan uji kalibrasi dan validasi untuk menentukan metode apa yang sesuai dengan karakteristik Sub DAS Amprong. Pada penelitian ini metode FJ. Mock didapatkan nilai terbaik pada kelompok data 6 tahun kalibrasi dengan nilai MAE = 0,180, NSE = 0,995, R = 0,998, dan Kr = 0,44%. Perhitungan validasi terbaik pada kelompok data 4 tahun validasi dengan nilai MAE = 2,099, NSE = 0,036, R = 0,853, dan Kr = 2,89%. Untuk parameter FJ. Mock didapatkan nilai i = 0,8, k = 0,01–1,77, m = 30%-50%, SMC = 200 mm, ISM = 50 mm, dan Vn-1 = 50 mm. Untuk NRECA nilai terbaik pada 9 tahun kalibrasi dengan nilai MAE = 2,241, NSE = 0,392, R = 0,627, dan Kr = 1,97%. Sedangkan perhitungan validasi didapatkan nilai MAE = 1,473, NSE = 0,533, R = 0,968, dan Kr = 0,42%. Untuk parameter NRECA didapatkan nilai PSUB = 0,9 dan nilai GWF = 0,02-0,22. Metode yang paling sesuai pada penelitian ini yaitu FJ. Mock.
ANALISIS GENANGAN BANJIR AKIBAT LUAPAN BENGAWAN SOLO UNTUK MENDUKUNG PETA RISIKO BENCANA BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO Asep Sulaeman; Ery Suhartanto; Sumiadi Sumiadi
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol. 8 No. 2 (2017)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1098.501 KB) | DOI: 10.21776/ub.pengairan.2017.008.02.1

Abstract

ABSTRAK: Jumlah kejadian banjir di kabupaten Bojonegoro sebanyak 105 kejadian dari kurun waktu 1815 sampai dengan 2016 (BNPB, 2016). Kejadian banjir di Bojonegoro umumnya diakibatkan oleh luapan Bengawan Solo. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisi genangan banjir di Kabupaten Bojonegoro akibat terjadinya luapan air dari Bengawan Solo. Simulasi model genangan banjir dilakukan dengan model 1D/2D menggunakan program HEC RAS 5. Sedangkan untuk analisa daerah terdampak menggunakan ARC GIS 10. Hasil dari studi didapatkan bahwa luas genangan hasil simulasi pada masing-masing kala ulang di Kabupaten Bojonegoro adalah 250,3260 km2, untuk debit dengan kala ulang 100 tahun. Berturut-turut luas genangan simulasi di Kabupaten Bojonegoro untuk debit kala ulang 50, 20, 10, 5, 2 tahun adalah 246,3696  km2, 240,6218 km2, 225,6909 km2, 169,2282 km2, dan 126,4757 km2. Tingkat ancaman banjir banjir di Kecamatan Kanor, Malo dan Trucuk memiliki tingkat ancaman tinggi dengan nilai lebih dari 0,7 pada debit kala ulang 2 tahun sampai 10 tahun. Tingkat ancaman pada daerah permukiman yang paling luas adalah di Kecamatan Bojonegoro.
Mitigasi Dampak Hidrologi dan Hidrolika Akibat Pelaksanaan Pembangunan Rumah Pompa Ancol Sentiong Francsdito, Muhammad; Pitojo Tri Juwono; Ery Suhartanto
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2023.003.02.052

Abstract

Rumah pompa Ancol Sentiong fungsi utamanya adalah sebagai pengendali banjir, yang ditimbulkan oleh hujan dengan intensitas yang tinggi serta banjir rob yang kerap terjadi di sekitaran daerah Jakarta utara tersebut. Masalah yang timbul dari tahun ke tahun adalah Banjir oleh intensitas hujan yang tinggi dan banjir rob itu sendiri. Banjir rob disebabkan peristiwa naiknya permukaan laut atau air laut ke daratan yang disebabkan oleh air laut pasang. maka, air laut yang naik ke permukaan, kemudian menyebabkan daerah di sekitarnya jadi tergenang dan banjir. Maka dari itu, pembahasan dalam tugas akhir ini akan mengarah mitigasi Hidrologi dan Hidrolika dalam pembangunan rumah pompa Ancol Sentiong seperti luapan yang terjadi akibat penyempitan dari proyek pembangunan rumah pompa tersebut dan arah aliran dari kali Sentiong menuju kali Ancol untuk mengetahui potensi gerusan yang terjadi pada penimbunan saat pembangunan rumah pomp aitu sendiri. Dibutuhkan pemodelan HEC-RAS dan HEC-HMS untuk menganalisa luapan yang akan terjadi dan serta arah aliran dari kali Sentiong menuju kali Ancol. HEC-RAS merupakan program aplikasi untuk memodelkan aliran satu dimensi di sungai atau saluran, River Analysis System (RAS), HEC-RAS digunakan untuk memodelkan air yang mengalir melalui sistem saluran terbuka dan menghitung profil permukaan air. HEC-RAS menemukan aplikasi komersial tertentu dalam pengelolaan dataran banjir dan studi untuk mengevaluasi perambahan jalur banjir. Beberapa kegunaan tambahan adalah desain dan analisis jembatan dan gorong-gorong, studi tanggul, dan studi modifikasi saluran. Ini dapat digunakan untuk analisis luapan yang terjadi pada sungai, meskipun metode pemodelan lain saat ini lebih diterima secara luas untuk tujuan ini. Perangkat lunak ini dapat melakukan model 1D dan 2D untuk menggambarkan setiap kondisi yang terjadi pada sistem jaringan sungai. Maka dari itu penggunaan dari HEC-RAS dapat menganalisa seperti titik luapan yang terjadi yang diakibatkan oleh tingginya curah huajn pada aliran kali Ancol dan kali Sentiong, serta mengetahui arah aliran atau pergerusan dari aliran kali Ancol dan kali Sentiong. Untuk mengetahahui titik luapan dan analisa arah aliran, maka diperlukan data-data seperti data hidrologi seperti data curah hujan, data pengamatan pasang surut, potret udara dan data-data pendukung untuk menjalankan analisa HEC-RAS tersebut. Dari pihak BBWS Ciliwung Cisadane telah melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir terjadinya Banjir yang diakibatkan oleh hujan dan banjir rob, serta perencanaan struktur yang lebih kuat karena kondisi terkiat. Maka dari itu solusi dari penangganan dari permasalahan tersebut dibangun rumah pompa Ancol Sentiong. Pada studi ini digunakan Kali Ancol dan Kali Sentiong, Jakarta Utara, DKI Jakarta sebagai lokasi studi. Terdapat 2 pos stasiun hujan pada lokasi studi, yaitu Cawang dan Kemayoran. Sebelum memasuki tahap analisis validasi, dilakukan uji kualitas data terlebih dahulu berupa uji konsistensi (Kurva Masa Ganda dan RAPS) serta uji stasioner (Uji-F dan uji-t). Data curah hujan dari pos stasiun hujan ditransformasikan menjadi data curah hujan wilayah terlebih dahulu dengan menggunakan metode Poligon Thiessen. Lalu dilanjutkan dengan analisis frekuensi, analisis frekuensi menggunakan 3 metode, yakni Metode Normal, Metode Log Pearson III dan Metode Gumbel. Setelah analisis frekuensi maka selanjutnya menganalisa Uji Chi-Square dan Uji Smirnov dan Kolmogrov. Setelah mendapatkanmetode distribusi yang diterima, maka dilanjutkan dengan menghitung curah hujan rencana dengan metode monobe dengan durasi 6 jam. Setelah mendapatkan hasil distrubusi hujan awal, maka dapat dilanjutkan dengan melakukan simulasi debit hidrologi pada HEC-HMS untuk mendapatkan debit agar bisa melakukan simulasi hidrolika pada HEC-RAS, hasil yang diharapkan dapat menentukan daerah berpotensi luapan dan arah aliran pada Kali Sentiong dan Kali Ancol.
Analisis Indeks Bahaya Erosi Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) Pada DAS Petung Kabupaten Pasuruan Jawa Timur Zaafrano, Rizal; Ery Suhartanto; Linda Prasetyorini
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2023.003.02.062

Abstract

Perubahan tata guna lahan yang terjadi pada DAS Petung menyebabkan kawasan tersebut sering mengalami bencana banjir akibat meningkatnya erosi dan sedimentasi. Untuk menindak lanjuti permasalahan yang ada, maka dibutuhkan usaha konservasi lahan, baik berupa konservasi vegetatif maupun konservasi mekanis. Pada studi ini menggunakan model ArcSWAT untuk menghitung potensi erosi dan sedimentasi yang terjadi sehingga dapat memetakan sebaran Indeks Bahaya Erosi (IBE) pada DAS Petung. Berdasarkan hasil simulasi pada kondisi eksisting didapatkan rata-rata laju erosi eksisting sebesar 34,79 ton/ha/tahun dan sedimentasi 17,34 ton/ha/tahun. Hasil yang didapatkan dari analisis Indeks Bahaya Erosi (IBE) terdapat 3 kriteria yaitu rendah dengan luas 5,739 km2 (4,38% dari luasan lahan), kriteria sedang dengan luas 104,773 km2 (80,06% dari luasan lahan), dan kriteria tinggi dengan luas 20,350 km2 (15,55% dari luasan lahan). Dengan menggunakan konservasi vegetatif dan konservasi mekanis diperoleh hasil pemodelan berupa penurunan laju erosi pada DAS Petung yaitu dengan Indeks Bahaya Erosi (IBE) kriteria rendah seluas 121,123 km2 dan kriteria sedang seluas 5,739 km2. Hasil tersebut menunjukkan pelaksanaan usaha konservasi vegetatif (skenario) dan konservasi mekanis dapat mengurangi erosi maupun sedimen pada DAS Petung.
Analisa Laju Erosi dan Arahan Konservasi Lahan Pada DAS Kedunglarangan Kabupaten Pasuruan Puspitasari, Rina Amalia; Ery Suhartanto; Linda Prasetyorini
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 4 No. 1 (2024): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2024.004.01.008

Abstract

Daerah Aliran Sungai (DAS) Kedunglarangan berlokasi di Pasuruan yang bermata air di Gunung Arjuna dan mengalir sampai Kecamatan Bangil, Pasuruan, dan pantai di Tlocor, Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat bahaya erosi dan menganalisis nilai laju erosi dan sedimentasi yang terjadi di DAS Kedunglarangan Pasuruan. Dalam pengujian ini, penulis menggunakan model ArcSWAT 2012, dilakukan perhitungan MUSLE untuk menentukan laju erosi. Setelah itu, menentukan arahan konservasi dengan menggunakan dua teknik, teknik vegetatif dan teknik mekanis. Ditemukan rata-rata laju erosi dan sedimentasi selama 12 tahun, yaitu 24.76 ton/ha/tahun (2.06 mm/tahun) dan 10.99 ton/ha/tahun (0.19 mm/tahun). Hasil simulasi menghasilkan indeks bahaya erosi dan tingkat bahaya erosi yang menunjukkan distribusi berbeda di DAS, dengan upaya konservasi metode vegetatif dan mekanis berhasil mengurangi laju erosi dan volume sedimen. Implikasinya, penelitian ini memberikan rekomendasi konservasi yang efektif untuk mengatasi masalah erosi dan dampaknya, sebagai langkah penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan mengurangi risiko banjir.
Usaha Konservasi Terhadap Erosi Berbasis Sistem Informasi Geografis Pada Daerah Aliran Sungai Rejoso Kabupaten Pasuruan Amalia, Nadhea; Ery Suhartanto; Linda Prasetyorini
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2023.003.02.064

Abstract

DASRejoso sering terjadi bencana banjir setiap tahunnya, hal ini diakibatkanadanya tata guna lahanyang berubah. Perubahan tata guna lahan inilah memicu terjadinya erosi sehingga terjadi penumpukan sedimen di sungai. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan pengakajian mengenai tingkat bahaya erosi untuk menentukan usaha konservasi yang tepat berupa arahan penggunaan lahan dan perencanaan Checkdam. Untuk menentukan nilai erosi dan sedimentasi digunakan model ArcSWAT dengan melakukan empattahap yaitu delineasi DAS, pengelolaan HRU, pembuatan database, dansimulasi. Hasil simulasi menunjukkan nilai erosi rerata 10.11 ton/ha per tahun dan sedimentasi rerata 4.96 ton/ha per tahun. Hasil analisiskondisi Indeks Bahaya Erosi(IBE) menunjukkandua kriteria yaitu rendah dengan luas 326.99 km2dan sedang dengan luas 33.31 km2. Sedangkan untuk Hasil analisisTingkat Bahaya Erosi (IBE) didapat 4 kriteria yaitu sangat ringan seluas 92.66 km2, ringan seluas 58.06 km2, Sedang seluas 179.17 km2, Berat seluas 30.41 km2. Hasil dari arahan penggunaan lahan menunjukkan penurunan erosi sebesar 4.44 %, sedangkanperencanaan Checkdam padaDAS Rejoso menunjukkan penurunan volume sedimen sebesar 77.64 %.
Pemetaan Sebaran Hujan Rancangan Pada Berbagai Kala Ulang Menggunakan Metode Interpolasi Spasial Di Sub DAS Widas : Mapping of Design Rainfall Distribution at Multiple Periods Using Spatial Interpolation in Widas Sub-Watershed, Nganjuk Regency Annisatuzjriyah Marthadyanti; Donny Harisuseso; Ery Suhartanto
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 4 No. 1 (2024): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2024.004.01.038

Abstract

Permasalahan sebaran stasiun hujan yang ada di suatu DAS sampai sekarang masih kurangnya perhatian. Hal ini dibuktikan oleh belum adanya acuan tetap tentang metode yang dapat digunakan untuk menentukan pola persebarannya. Diperlukannya perhitungan data curah hujan agar dapat menghasilkan intensitas hujan rancangan dalam periode kala ulang tertentu. Sub DAS Widas yang cukup luas dan dengan kondisinya yang memungkinkan untuk berubahnya tata guna lahan daerah, maka diperlukan adanya suatu peta yang dapat mengatasi masalah di daerah tersebut. Dalam penyusunan peta sebaran nilai ini menggunakan metode interpolasi yaitu IDW (Inverse Distance Weighted). Berdasarkan analisis dan hasil perhitungan, dari pengolahan data curah hujan rancangan didapatkan akan digunakan metode distribusi yang memiliki nilai perhitungan uji terkecil, yaitu dengan nilai terkecil yaitu 76 mm. Setelah didapatkan curah hujan rancangan tersebut, maka dapat dilakukan penggambaran peta sebaran hujan rancangan menggunakan metode IDW dengan berbagai kala ulang. Dari hasil peta tersebut, akan dilakukan perbandingan dengan menggunakan metode NSE. Nilai NSE pada metode IDW pada berbagai kala ulang tersebut rata – rata sebesar 0.99 dengan kriteria penilaian NSE, nilai hasil perhitungannya terletak antara 0.75 hingga 1 yaitu sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa metode IDW sebagai metode yang akurat dalam proses pembuatan peta sebaran hujan rancangan.
Studi Evaluasi Kinerja Bangunan Pengendali Sedimen (Check Dam) di Sungai Rado Desa Rado Kabupaten Teluk Wondawa Provinsi Papua Barat Simanjuntak, Rizal; Ussy Andawayanti; Ery Suhartanto
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 4 No. 1 (2024): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2024.004.01.042

Abstract

Tidak terawatnya Bangunan Pengendali Sedimen dapat menimbulkan banjir yang dapat menimbulkan kerusakan pada daerah musibah atau bahkan memakan korban jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dari Bangunan Pengendali Sedimen di Sungai Rado Desa Rado Kebupaten Teluk Wondawa. Dari hasil dokementasi yang didapat di tempat penelitian bisa didapat data yang berguna untuk invetarisasi dan skoring. Invetarisasi dilakukan untuk melihat kondisi bangunan pengendali banjir dan skoring dilakukan untuk menilai besar kerusakan yang terjadi di tiap bangunan. Setelah skoring dilakukan, tiap bangunan akan diberi pemeliharaan berdasarkan tingkat kerusakan. Kerusakan berat akan dilakukan pemeliharan rehabilitatif, pemeliharaan sedang dilakukan pemeliharaan preventif dan jika kerusakan kecil atau tidak terjadi kerusakan maka dilakukan pemeliharaan korektif. Setelah mendapat hasil rekomendasi tiap pemeliharaan, dapat dilakukan operasi pada Bangunan Pengendali Sedimen.
Analisis Kerawanan Banjir Berbasis Sistem Informasi Geografis Sebagai Upaya Mitigasi Pada DAS Kedunggaleng Kabupaten Probolinggo Rendra, Rendra Apriananta; Ery Suhartanto; Ussy Andawayanti
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 4 No. 2 (2024): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2024.004.02.139

Abstract

DAS Kedunggaleng merupakan salah satu DAS di Wilayah Sungai Welang-Rejoso yang seringkali mengalami banjir akibat luapan sungai Kedunggaleng. Oleh sebab itu, diperlukan adanya peta rawan banjir untuk memberikan informasi mengenai bencana banjir pada DAS tersebut. Pemetaan daerah rawan banjir dilakukan melalui pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) berdasarkan parameter hujan rancangan, kemiringan lereng, ketinggian lahan, jenis tanah, penggunaan lahan, dan kerapatan sungai. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan bahwa daerah Sangat Tidak Rawan seluas 2,78 km2 (1%), Tidak Rawan seluas 90,30 km2 (33,8%), Sedang seluas 121,61 km2 (45,5%), Rawan seluas 30,58 km2 (11,5%) , dan Sangat Rawan seluas 21,72 km2 (8,1%) yang mendominasi daerah hilir DAS. Berdasarkan peta rawan banjir tersebut, dilakukan arahan mitigasi banjir melalui perencanaan embung kecil, kolan retensi, dan sistem peringatan dini. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat tujuh buah embung kecil dan kolam retensi yang direncanakan dapat mereduksi volume pada saat debit puncak banjir sebesar 2,3% sampai 11,6% pada setiap sub-DAS embung dan 1,48% sampai 15,49% pada setiap catchment area kolam retensi. Kemudian, tingkan status sistem peringatan dini dilakukan berdasarkan tinggi muka air sungai dan didapatkan bahwa tinggi muka air pada kelas Normal 0,20 - 0,57 meter, Waspada 0,57 – 0,93 meter, Siaga 0,93 – 1,30 meter, Awas >1,30 meter.