Claim Missing Document
Check
Articles

Perbandingan Metode Alih Ragam Hujan Menjadi Debit dengan FJ. Mock dan NRECA di Sub DAS Amprong Kabupaten Malang Sahirah Masruroh; Ery Suhartanto; Donny Harisuseno
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 2 (2022): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2022.002.02.26

Abstract

Abstract: A research on the conversion of rainfall into discharge located in the Amprong sub-watershed aims to compare the results of the modeling discharge FJ. Mock and NRECA on AWLR discharge data carried out with calibration and validation tests to determine the appropriate method for the characteristics of the Amprong sub-watershed. In this study the FJ. Mock method got the best value in the 6-year calibration data group with MAE = 0.180, NSE = 0.995, R = 0.998, and Kr = 0.44%. The best validation was in the 4-year validation data group with MAE = 2.099, NSE = 0.036, R = 0.853, and Kr = 2.89%. For parameters FJ. Mock values obtained i = 0.8, k = 0.01–1.77, m = 30%-50%, SMC = 200 mm, ISM = 50 mm, and Vn-1 = 50 mm. For NRECA the best value at 9-years of calibration was MAE = 2.241, NSE = 0.392, R = 0.627, and Kr = 1.97%. While the assessment obtained MAE = 1.473, NSE = 0.533, R = 0.968, and Kr = 0.42%. For the NRECA parameter, the PSUB value = 0.9 and the GWF value = 0.02-0.22. The most suitable method in this research is FJ. Mock. Abstrak: Penelitian tentang alih ragam hujan menjadi debit yang berlokasi di Sub DAS Amprong ini bertujuan untuk membandingkan hasil debit permodelan FJ. Mock dan NRECA terhadap data debit AWLR yang dilakukan dengan uji kalibrasi dan validasi untuk menentukan metode apa yang sesuai dengan karakteristik Sub DAS Amprong. Pada penelitian ini metode FJ. Mock didapatkan nilai terbaik pada kelompok data 6 tahun kalibrasi dengan nilai MAE = 0,180, NSE = 0,995, R = 0,998, dan Kr = 0,44%. Perhitungan validasi terbaik pada kelompok data 4 tahun validasi dengan nilai MAE = 2,099, NSE = 0,036, R = 0,853, dan Kr = 2,89%. Untuk parameter FJ. Mock didapatkan nilai i = 0,8, k = 0,01–1,77, m = 30%-50%, SMC = 200 mm, ISM = 50 mm, dan Vn-1 = 50 mm. Untuk NRECA nilai terbaik pada 9 tahun kalibrasi dengan nilai MAE = 2,241, NSE = 0,392, R = 0,627, dan Kr = 1,97%. Sedangkan perhitungan validasi didapatkan nilai MAE = 1,473, NSE = 0,533, R = 0,968, dan Kr = 0,42%. Untuk parameter NRECA didapatkan nilai PSUB = 0,9 dan nilai GWF = 0,02-0,22. Metode yang paling sesuai pada penelitian ini yaitu FJ. Mock.
Perbandingan Metode Alih Ragam Hujan Menjadi Debit dengan FJ. Mock dan NRECA di DAS Gandong Kabupaten Magetan Syelawati Citra Kartika Nurviana; Ery Suhartanto; Donny Harisuseno
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2023): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2023.003.01.03

Abstract

Abstract: The process of converting rainfall to discharge located in Gandong watershed is carried out using FJ. Mock and NRECA methods. After that, calibration and validation test was carried out using discharge data (AWLR) on modeled discharge, to find out which method was compatible with character Gandong watershed. The best result is NRECA method, with value when best calibration process in 8 years, produces value of MAE = 0.029, NSE = 0.982, R = 0.992, Kr = 1.11%. Best validation process in 1 year, produces value of MAE = 0.100, NSE = 0.857, R = 0.942, Kr = 5.15% with parameters value of PSUB = 0.98, GWF = 0.0001–0.003, reduction coefficient = 0.9, W0 = 1218.87 mm, initial groundwater storage = 200 mm. As well as for FJ. Mock method got best calibration in 7 years, produces value of MAE = 0.020, NSE = 0.993, R = 0.997, Kr = 0.69%. And best validation in 1 years, produces value of MAE = 0.787, NSE = -29.048, R = 0.405, Kr = 95.21% with parameters value of m = 30%-50%, i = 0.9, k = 0.034–0.988, SMC = 200 mm, ISM = 100 mm, Vn-1 = 100 mm.Abstrak: Proses pengalihragaman hujan ke debit yang berlokasi di DAS Gandong dilaksanakan memakai metode FJ. Mock dan NRECA. Setelah itu dilakukan uji kalibrasi dan validasi memakai data debit (AWLR) terhadap debit hasil permodelan untuk mengetahui metode mana yang memiliki kesesuaian dengan karakter dari DAS Gandong. Hasil terbaik pada penelitian ini adalah Metode NRECA dengan nilai ketika proses kalibrasi terbaik periode 8 tahun menghasilkan nilai MAE = 0.029, NSE = 0.982, R = 0.992, Kr = 1.11%.  Ketika proses validasi terbaik periode 1 tahun menghasilkan nilai MAE = 0.100, NSE = 0.857, R = 0.942, Kr = 5.15% dengan nilai parameter PSUB = 0.98, GWF = 0.0001–0.003, koefisien reduksi = 0.9, W0 = 1218.87 mm, nilai tampungan air tanah awal = 200 mm. Serta untuk metode FJ. Mock didapatkan kalibrasi terbaik periode 7 tahun menghasilkan nilai MAE = 0.020, NSE = 0.993, R = 0.997, Kr = 0.69%. Dan validasi terbaik periode 2 tahun menghasilkan nilai MAE = 0.787, NSE = -29.048, R = 0.405, Kr = 95.21% dengan nilai parameter m = 30%-50%, i = 0.9, k = 0.034–0.988, SMC = 200 mm, ISM = 100 mm, Vn-1 = 100 mm.
Perbandingan Metode Alih Ragam Hujan Menjadi Debit dengan FJ. Mock dan NRECA di DAS Rejoso Kabupaten Pasuruan Angelina Satya Putri; Ery Suhartanto; Jadfan Sidqi Fidari
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2023.003.002.07

Abstract

Pengalihragaman hujan menjadi debit adalah suatu proses permodelan yang mengubah data curah hujan menjadi data debit. Data debit pada DAS digunakan untuk kebutuhan makhluk hidup di sekitar. Pada kenyataannya, ketersediaan data debit sering kalitidak lengkap. Maka dari itu, dilakukan studi ini yaitualih ragam hujan-debit pada lokasi DAS Rejoso, Kabupaten Pasuruan. Metode yang digunakan adalahmetode FJ. Mock dan NRECA, yang nantinya keduametode tersebut dibandingkan dengan data AWLRpada DAS Rejoso. Pada hasil analisis didapatkanbahwa metode FJ. Mock dan NRECA merupakanmetode yang cocok diterapkan pada DAS Rejosodengan nilai NSE sebesar 0,936, nilai PBIAS sebesar1,351 dan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,968Kondisi debit pada suatu DAS dipengaruhi olehpenggunaan lahan disekitarnya. Hubungan antaraperubahan penggunaan lahan dengan kondisi debitrerata tahunan DAS Rejoso menunjukkan nilai debityang cenderung menaik, ditinjau dari perbandingantahun 2006, 2010, 2015 dan 2020. The transformation of rain to discharge is a modeling process that converts rainfall data into discharge data. Discharge data in the watershed is used for the needs of living things in te vicinity. In fact, the availability of discharge data is often incomplete. Therefore, this study was carried out, namely the variation of rainfall-discharge at the location os the Rejoso Watershed, Pasuruan Regency. The method used is FJ. Mock and NRECA, which later the two methods will be compared wit AWLR data in the Rejoso watershed. The results of the analysis show that the FJ. Mock and NRECA are suitable methods to be appllied to the Rejoso watershed with an NSE value of 0,936, a PBIAS value of 1,351 and a correlation coefficient (r) value of 0,968. The use of the surrounding land influences the discharge condition in a watershed. The relationship changes in land use and condition of the annual average discharge of Rejoso watershed shows that the discharge value tends to decrease in terms of comparisons in 2006, 2010, 2015 and 2020.
Rasionalisasi Jaringan Pos Hujan dan Pos Duga Air dengan Metode Stepwise di Sub DAS Bango Anggun Setyaningrum; Ery Suhartanto; Sri Wahyuni
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2023): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2023.003.01.015

Abstract

In planning the development of water resources, hydrological data with accurate data quantity and quality are needed. The quality of the data in question is that the data can describe hydrological conditions according to what occurs in the field, such as whether the rain data is related to the existing discharge data. The network density of rain gauge station can affect the average error rate of a hydrological data. The rationalization of rainfall station network and water level recorder using stepwise and WMO standards method in Bango Sub Watershed. The data used are rain data as a independent variable with a data length of 10 years and discharge data as a dependent variable to a data length of 10 years. This Stepwise method is a statics method that can find out which rainfall station are significantly correlated to discharge data. WMO standards can determine the minimum need for the number of rainfall station based onotheocharacteristics of the geography of an area. The results of the analysis in this study found that recommendation of the combination is the Karangploso rainfall station and the Lowokwaru raindall station was the most rational combination with a coefficient of determination of 42.5% and thiessen coefficient for each other is 54,3% an 45,7%. This combination has met the minimum standards of the WMO and each rainfall station also has an equally effective and efficient role. Dalam merencanakan pengembangan sumber daya air, dibutuhkan data hidrologi dengan kuantitas dan kualitas data yang akurat. Kualitas data yang dimaksud adalah bahwa data dapat menggambarkan kondisi hidrologi sesuai dengan yang terjadi di lapangan, seperti apakah data hujan berkaitan dengan data debit yang ada. Penyebaran pos hujan serta nilai kerapatannya dapat mempengaruhi tingkat kesalahan rerata suatu data hidrologi. Rasionalisasi jaringan pos hujan dan pos duga air dilakukan dengan metode Stepwise dan standar WMO pada Sub DAS Bango. Data yang digunakan adalah data hujanusebagai variabelibebas dengan data sepanjang 10 tahun dan dataodebit sebagai variabeloterikat dengan panjang data 10 tahun. Metode Stepwise ini merupakan metode stastistika yang dapat mengetahui pos hujan mana yang berkorelasi secara signifikan terhadap data debit. Standar WMO dapat mengetahui kebutuhan minimal jumlah pos hujan berdasarkan karateristik geografi suatu daerah. Hasil analisis pada studi ini didapatkan rekomendasi bahwa kombinasi antara pos hujan Karangploso dan pos hujan Lowokwaru merupakan kombinasi yang paling rasional dengan koefisien determinasi sebesar 42,5% dan dengan koefisisen thiessen masing-masing sebesar 54,3% dan 45,7%. Kombinasi ini telah memenuhi standar minimum WMO dan masing-masing pos hujan juga memiliki peran yang sama-sama efektif dan efisien.
ANALISIS GENANGAN BANJIR AKIBAT LUAPAN BENGAWAN SOLO UNTUK MENDUKUNG PETA RISIKO BENCANA BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO Asep Sulaeman; Ery Suhartanto; Sumiadi Sumiadi
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol. 8 No. 2 (2017)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1098.501 KB) | DOI: 10.21776/ub.pengairan.2017.008.02.1

Abstract

ABSTRAK: Jumlah kejadian banjir di kabupaten Bojonegoro sebanyak 105 kejadian dari kurun waktu 1815 sampai dengan 2016 (BNPB, 2016). Kejadian banjir di Bojonegoro umumnya diakibatkan oleh luapan Bengawan Solo. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisi genangan banjir di Kabupaten Bojonegoro akibat terjadinya luapan air dari Bengawan Solo. Simulasi model genangan banjir dilakukan dengan model 1D/2D menggunakan program HEC RAS 5. Sedangkan untuk analisa daerah terdampak menggunakan ARC GIS 10. Hasil dari studi didapatkan bahwa luas genangan hasil simulasi pada masing-masing kala ulang di Kabupaten Bojonegoro adalah 250,3260 km2, untuk debit dengan kala ulang 100 tahun. Berturut-turut luas genangan simulasi di Kabupaten Bojonegoro untuk debit kala ulang 50, 20, 10, 5, 2 tahun adalah 246,3696  km2, 240,6218 km2, 225,6909 km2, 169,2282 km2, dan 126,4757 km2. Tingkat ancaman banjir banjir di Kecamatan Kanor, Malo dan Trucuk memiliki tingkat ancaman tinggi dengan nilai lebih dari 0,7 pada debit kala ulang 2 tahun sampai 10 tahun. Tingkat ancaman pada daerah permukiman yang paling luas adalah di Kecamatan Bojonegoro.
Mitigasi Dampak Hidrologi dan Hidrolika Akibat Pelaksanaan Pembangunan Rumah Pompa Ancol Sentiong Muhammad Francsdito; Pitojo Tri Juwono; Ery Suhartanto
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2023.003.02.052

Abstract

Rumah pompa Ancol Sentiong fungsi utamanya adalah sebagai pengendali banjir, yang ditimbulkan oleh hujan dengan intensitas yang tinggi serta banjir rob yang kerap terjadi di sekitaran daerah Jakarta utara tersebut. Masalah yang timbul dari tahun ke tahun adalah Banjir oleh intensitas hujan yang tinggi dan banjir rob itu sendiri. Banjir rob disebabkan peristiwa naiknya permukaan laut atau air laut ke daratan yang disebabkan oleh air laut pasang. maka, air laut yang naik ke permukaan, kemudian menyebabkan daerah di sekitarnya jadi tergenang dan banjir. Maka dari itu, pembahasan dalam tugas akhir ini akan mengarah mitigasi Hidrologi dan Hidrolika dalam pembangunan rumah pompa Ancol Sentiong seperti luapan yang terjadi akibat penyempitan dari proyek pembangunan rumah pompa tersebut dan arah aliran dari kali Sentiong menuju kali Ancol untuk mengetahui potensi gerusan yang terjadi pada penimbunan saat pembangunan rumah pomp aitu sendiri. Dibutuhkan pemodelan HEC-RAS dan HEC-HMS untuk menganalisa luapan yang akan terjadi dan serta arah aliran dari kali Sentiong menuju kali Ancol. HEC-RAS merupakan program aplikasi untuk memodelkan aliran satu dimensi di sungai atau saluran, River Analysis System (RAS), HEC-RAS digunakan untuk memodelkan air yang mengalir melalui sistem saluran terbuka dan menghitung profil permukaan air. HEC-RAS menemukan aplikasi komersial tertentu dalam pengelolaan dataran banjir dan studi untuk mengevaluasi perambahan jalur banjir. Beberapa kegunaan tambahan adalah desain dan analisis jembatan dan gorong-gorong, studi tanggul, dan studi modifikasi saluran. Ini dapat digunakan untuk analisis luapan yang terjadi pada sungai, meskipun metode pemodelan lain saat ini lebih diterima secara luas untuk tujuan ini. Perangkat lunak ini dapat melakukan model 1D dan 2D untuk menggambarkan setiap kondisi yang terjadi pada sistem jaringan sungai. Maka dari itu penggunaan dari HEC-RAS dapat menganalisa seperti titik luapan yang terjadi yang diakibatkan oleh tingginya curah huajn pada aliran kali Ancol dan kali Sentiong, serta mengetahui arah aliran atau pergerusan dari aliran kali Ancol dan kali Sentiong. Untuk mengetahahui titik luapan dan analisa arah aliran, maka diperlukan data-data seperti data hidrologi seperti data curah hujan, data pengamatan pasang surut, potret udara dan data-data pendukung untuk menjalankan analisa HEC-RAS tersebut. Dari pihak BBWS Ciliwung Cisadane telah melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir terjadinya Banjir yang diakibatkan oleh hujan dan banjir rob, serta perencanaan struktur yang lebih kuat karena kondisi terkiat. Maka dari itu solusi dari penangganan dari permasalahan tersebut dibangun rumah pompa Ancol Sentiong. Pada studi ini digunakan Kali Ancol dan Kali Sentiong, Jakarta Utara, DKI Jakarta sebagai lokasi studi. Terdapat 2 pos stasiun hujan pada lokasi studi, yaitu Cawang dan Kemayoran. Sebelum memasuki tahap analisis validasi, dilakukan uji kualitas data terlebih dahulu berupa uji konsistensi (Kurva Masa Ganda dan RAPS) serta uji stasioner (Uji-F dan uji-t). Data curah hujan dari pos stasiun hujan ditransformasikan menjadi data curah hujan wilayah terlebih dahulu dengan menggunakan metode Poligon Thiessen. Lalu dilanjutkan dengan analisis frekuensi, analisis frekuensi menggunakan 3 metode, yakni Metode Normal, Metode Log Pearson III dan Metode Gumbel. Setelah analisis frekuensi maka selanjutnya menganalisa Uji Chi-Square dan Uji Smirnov dan Kolmogrov. Setelah mendapatkanmetode distribusi yang diterima, maka dilanjutkan dengan menghitung curah hujan rencana dengan metode monobe dengan durasi 6 jam. Setelah mendapatkan hasil distrubusi hujan awal, maka dapat dilanjutkan dengan melakukan simulasi debit hidrologi pada HEC-HMS untuk mendapatkan debit agar bisa melakukan simulasi hidrolika pada HEC-RAS, hasil yang diharapkan dapat menentukan daerah berpotensi luapan dan arah aliran pada Kali Sentiong dan Kali Ancol.
Analisis Indeks Bahaya Erosi Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) Pada DAS Petung Kabupaten Pasuruan Jawa Timur Rizal Zaafrano; Ery Suhartanto; Linda Prasetyorini
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2023.003.02.062

Abstract

Perubahan tata guna lahan yang terjadi pada DAS Petung menyebabkan kawasan tersebut sering mengalami bencana banjir akibat meningkatnya erosi dan sedimentasi. Untuk menindak lanjuti permasalahan yang ada, maka dibutuhkan usaha konservasi lahan, baik berupa konservasi vegetatif maupun konservasi mekanis. Pada studi ini menggunakan model ArcSWAT untuk menghitung potensi erosi dan sedimentasi yang terjadi sehingga dapat memetakan sebaran Indeks Bahaya Erosi (IBE) pada DAS Petung. Berdasarkan hasil simulasi pada kondisi eksisting didapatkan rata-rata laju erosi eksisting sebesar 34,79 ton/ha/tahun dan sedimentasi 17,34 ton/ha/tahun. Hasil yang didapatkan dari analisis Indeks Bahaya Erosi (IBE) terdapat 3 kriteria yaitu rendah dengan luas 5,739 km2 (4,38% dari luasan lahan), kriteria sedang dengan luas 104,773 km2 (80,06% dari luasan lahan), dan kriteria tinggi dengan luas 20,350 km2 (15,55% dari luasan lahan). Dengan menggunakan konservasi vegetatif dan konservasi mekanis diperoleh hasil pemodelan berupa penurunan laju erosi pada DAS Petung yaitu dengan Indeks Bahaya Erosi (IBE) kriteria rendah seluas 121,123 km2 dan kriteria sedang seluas 5,739 km2. Hasil tersebut menunjukkan pelaksanaan usaha konservasi vegetatif (skenario) dan konservasi mekanis dapat mengurangi erosi maupun sedimen pada DAS Petung.
Analisa Laju Erosi dan Arahan Konservasi Lahan Pada DAS Kedunglarangan Kabupaten Pasuruan Rina Amalia Puspitasari; Ery Suhartanto; Linda Prasetyorini
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 4 No. 1 (2024): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2024.004.01.008

Abstract

Daerah Aliran Sungai (DAS) Kedunglarangan berlokasi di Pasuruan yang bermata air di Gunung Arjuna dan mengalir sampai Kecamatan Bangil, Pasuruan, dan pantai di Tlocor, Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat bahaya erosi dan menganalisis nilai laju erosi dan sedimentasi yang terjadi di DAS Kedunglarangan Pasuruan. Dalam pengujian ini, penulis menggunakan model ArcSWAT 2012, dilakukan perhitungan MUSLE untuk menentukan laju erosi. Setelah itu, menentukan arahan konservasi dengan menggunakan dua teknik, teknik vegetatif dan teknik mekanis. Ditemukan rata-rata laju erosi dan sedimentasi selama 12 tahun, yaitu 24.76 ton/ha/tahun (2.06 mm/tahun) dan 10.99 ton/ha/tahun (0.19 mm/tahun). Hasil simulasi menghasilkan indeks bahaya erosi dan tingkat bahaya erosi yang menunjukkan distribusi berbeda di DAS, dengan upaya konservasi metode vegetatif dan mekanis berhasil mengurangi laju erosi dan volume sedimen. Implikasinya, penelitian ini memberikan rekomendasi konservasi yang efektif untuk mengatasi masalah erosi dan dampaknya, sebagai langkah penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan mengurangi risiko banjir.
Usaha Konservasi Terhadap Erosi Berbasis Sistem Informasi Geografis Pada Daerah Aliran Sungai Rejoso Kabupaten Pasuruan Nadhea Amalia; Ery Suhartanto; Linda Prasetyorini
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2023.003.02.064

Abstract

DASRejoso sering terjadi bencana banjir setiap tahunnya, hal ini diakibatkanadanya tata guna lahanyang berubah. Perubahan tata guna lahan inilah memicu terjadinya erosi sehingga terjadi penumpukan sedimen di sungai. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan pengakajian mengenai tingkat bahaya erosi untuk menentukan usaha konservasi yang tepat berupa arahan penggunaan lahan dan perencanaan Checkdam. Untuk menentukan nilai erosi dan sedimentasi digunakan model ArcSWAT dengan melakukan empattahap yaitu delineasi DAS, pengelolaan HRU, pembuatan database, dansimulasi. Hasil simulasi menunjukkan nilai erosi rerata 10.11 ton/ha per tahun dan sedimentasi rerata 4.96 ton/ha per tahun. Hasil analisiskondisi Indeks Bahaya Erosi(IBE) menunjukkandua kriteria yaitu rendah dengan luas 326.99 km2dan sedang dengan luas 33.31 km2. Sedangkan untuk Hasil analisisTingkat Bahaya Erosi (IBE) didapat 4 kriteria yaitu sangat ringan seluas 92.66 km2, ringan seluas 58.06 km2, Sedang seluas 179.17 km2, Berat seluas 30.41 km2. Hasil dari arahan penggunaan lahan menunjukkan penurunan erosi sebesar 4.44 %, sedangkanperencanaan Checkdam padaDAS Rejoso menunjukkan penurunan volume sedimen sebesar 77.64 %.
Pemetaan Sebaran Hujan Rancangan Pada Berbagai Kala Ulang Menggunakan Metode Interpolasi Spasial Di Sub DAS Widas : Mapping of Design Rainfall Distribution at Multiple Periods Using Spatial Interpolation in Widas Sub-Watershed, Nganjuk Regency Annisatuzjriyah Marthadyanti; Donny Harisuseso; Ery Suhartanto
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 4 No. 1 (2024): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2024.004.01.038

Abstract

Permasalahan sebaran stasiun hujan yang ada di suatu DAS sampai sekarang masih kurangnya perhatian. Hal ini dibuktikan oleh belum adanya acuan tetap tentang metode yang dapat digunakan untuk menentukan pola persebarannya. Diperlukannya perhitungan data curah hujan agar dapat menghasilkan intensitas hujan rancangan dalam periode kala ulang tertentu. Sub DAS Widas yang cukup luas dan dengan kondisinya yang memungkinkan untuk berubahnya tata guna lahan daerah, maka diperlukan adanya suatu peta yang dapat mengatasi masalah di daerah tersebut. Dalam penyusunan peta sebaran nilai ini menggunakan metode interpolasi yaitu IDW (Inverse Distance Weighted). Berdasarkan analisis dan hasil perhitungan, dari pengolahan data curah hujan rancangan didapatkan akan digunakan metode distribusi yang memiliki nilai perhitungan uji terkecil, yaitu dengan nilai terkecil yaitu 76 mm. Setelah didapatkan curah hujan rancangan tersebut, maka dapat dilakukan penggambaran peta sebaran hujan rancangan menggunakan metode IDW dengan berbagai kala ulang. Dari hasil peta tersebut, akan dilakukan perbandingan dengan menggunakan metode NSE. Nilai NSE pada metode IDW pada berbagai kala ulang tersebut rata – rata sebesar 0.99 dengan kriteria penilaian NSE, nilai hasil perhitungannya terletak antara 0.75 hingga 1 yaitu sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa metode IDW sebagai metode yang akurat dalam proses pembuatan peta sebaran hujan rancangan.