Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : Indonesian Journal of Multidisciplinary Scientific Studies

Gagar Mayang Tradisi Pemakaman Etnis Jawa di Desa Aek Nagali, Kec. Bandar Pulau, Kab. Asahan Wati, Mila; Nuriza Dora
Indonesian Journal of Multidisciplinary Scientific Studies Vol 2 No 2 (2024): Terbitan Edisi Maret 2024
Publisher : Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STAI Raudhatul Akmal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33151/ijomss.v2i3.181

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang Gagar Mayang yang merupakan salah satu dari tradisi etnis Jawa yang hingga sekarang masih dilestarikan oleh suku Jawa di Desa Aek. Nagali, Kec. Bandar Pulau, Kab. Asahan yang memiliki arti sebagai bukti atau tanda terhadap orang yang sudah meninggal dalam keadaan belum menikah ataupun masih Gadis/Lajang. Penelitian ini memiliki keunikan dimana Gagar Mayang adalah rangkaian bucket atau disebut juga dengan Bokor Kencono yang terbuat dari janur (daun kelapa muda) yang dihias dengan bunga dan daun yang dibentuk sedemikian rupa diatas batang pisang. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu mencari tahu proses dan makna dari gagar mayang sebagai media dari upacara adat dari Etnis Jawa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Etnografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Gagar Mayang mempunyai makna yang mengungkapkan hubungan antara manusia dengan lingkungan alam. Bentuk dari setiap rangkaiam janur memiliki makna ataupun nilai tersendiri dalam kehidupan. Gagar mayang ini berfungsi sebagai saksi suatu peristiwa, dimana menjadi saksi meninggalnya gadis/lajang yang masih bujangan/perawan. Sedangkan kembar mayang menjadi saksi terjadi perubahan status dari gadis/lajang yang melepas masa bujangan/perawan ke status perkawinan. Oleh karena itu, ada dua istilah Gagar Mayang sebagai saksi meninggalnya gadis/lajang sedangkan Kembar Mayang sebagai saksi dalam akad nikah sebagai media upacara.
Rumah Dua Belas Jabu Dan Simbolisasi Budaya Karo Di Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Amanda; Nuriza Dora
Indonesian Journal of Multidisciplinary Scientific Studies Vol 2 No 1 (2024): Terbitan Edisi Januari 2024
Publisher : Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STAI Raudhatul Akmal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33151/ijomss.v2i1.190

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang suatu ornament atau bangunan tradisional dari suku batak karo yaitu rumah dua belas jabu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Rumah Dua Belas Jabu ini adalah salah satu rumah adat dari suku batak karo yang saat ini masi ada dan dilestarikan di daerah-daerah tertentu. Dan di sini saya akan menganalisis mengenai yaitu rumah adat dua blas Jabu di desa beganding kecamatan simpang empat. Yang dimana akan di jabarkan mengenai awal mula adanya rumah adat tersebut dan juga ciri-ciri dan keunikan dari rumah dua belas jabu tersebut. Rumah dua belas jabu Ini dapat dilihat dari sudut kemiringan atap yang cukup besar, teritisan yang lebar dan lantai bangunan yang diangkat dari muka tanah. Bangunan rumah adat Batak Karo yaitu salah satuya adalah rumah dua belas jabu yang di mana rumah adat trsebut masi sering di huni oleh masyarakat sekitar yang di dalamnnya terdapat dua belas keluarga. Yang dimana di dalamnya di sekat-sekat sebanyak 12 bagian yang nantinya setiap bagian akan di huni oleh satu keluarga. Biasanya rumah adat dua belas jabu ini tidak ada di setiap desa-desa di tanah karo, melainnkan hanya di sebagian desa saja yang memppunyai rumah adat dua belas jabu ini. Metode yang saya gunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode etnografi.
Memelihara Adat Mandailing Mengalap Boru Di Era Modernisasi Pada Desa Pematang Simalungun Ritonga, Rayhan Aulia Annisa; Nuriza Dora
Indonesian Journal of Multidisciplinary Scientific Studies Vol 2 No 1 (2024): Terbitan Edisi Januari 2024
Publisher : Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STAI Raudhatul Akmal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33151/ijomss.v2i1.191

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang tradisi mengalap boru masyarakat di Desa Pematang Simalungun, Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. Tradisi menggalap/mangambat boru ini adalah tradisi yang sudah ada sejak dahulu, dimana tradisi ini adalah suami yang wajib memberikan sejumlah uang dan kain terhadap anak namboru istri pada saat walimatul’urs (pesta pemberangkatan istri ketempat suami) sebagai permintaan izin terhadap anak namboru istri. Tradisi menggalap boru ini adalah suatu syarat agar pernikahannya dianggap sah oleh adat mandailing. Penelitiaan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Tujuan penelitian ini untuk menggali dan mengkaji tentang tradisi mengalap baru pada adat mandailing di Desa Pematang Simalungun. Hasil dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana adat mandailing dalam acara adat pernikahan pada adat mandailing di Desa Pematang Simalungun.
Tradisi Bancakan Syukuran Kelahiran Anak Sapi Pada Etnis Jawa Di Desa Bulu Cina Kabupaten Deli Serdang Dea Ayu Pitaloka; Nuriza Dora
Indonesian Journal of Multidisciplinary Scientific Studies Vol 2 No 1 (2024): Terbitan Edisi Januari 2024
Publisher : Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STAI Raudhatul Akmal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33151/ijomss.v2i1.192

Abstract

Tradisi pemeliharaan sapi perlu dilestarikan. Sapi sering disebut sebagai hewan rojo koyo yang berarti hewan sapi merupakan salah satu hewan yang dapat menopang kehidupan ekonomi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan serangkai tradisi dalam pemeliharaan sapi ternak di Desa Suruhkalang. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode yang digunakan diskriptif yaitu peneliti melakukan pendeskripsian setiap data yang ditemukan. Sumber data dalam penelitian ini yaitu peternak sapi di Desa Suruhkalang. Adapun data dalam penelitian ini adalah serangkaian tradisi yang dilaksanakan peternak sapi di Desa Suruhkalang. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan konten analisis. Konten analisis menggambarkan karakteristik isi dari suatu pesan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyrakat Desa Suruhkalang masih mempertahankan tradisi dalam memlihara sapi. Tradisi yang dijalankan peternak sapi yaitu (1) tradisi memilih bibit sapi, (2) tradisi saat sapi melahirkan, (3) tradisi menjaga kesehatan sapi, dan (4) tradisi memandikan sapi dan peralatan sapi di hari raya IdulFitri. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan masyarakat tetap menjungjung tinggi tradisi dan melestarikannya. Dengan penelitian ini mampu mengeskplorasi tradisi beternak sapi di Desa Suruhkalang serta mampu menjadi dokumentasi generasi mendatang.
Weton: Sistem Penanggalan Tradisional Etnis Jawa Di Desa Laut Tador Kabupaten Batu Bara Syifa Alwardah; Nuriza Dora
Indonesian Journal of Multidisciplinary Scientific Studies Vol 2 No 1 (2024): Terbitan Edisi Januari 2024
Publisher : Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STAI Raudhatul Akmal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33151/ijomss.v2i1.193

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang adat Jawa perhitungan weton sebelum melaksanakan pernikahan di desa Laut Tador Kecamatan Laut Tador Kabupaten Batu Bara. Masyarakat Laut Tador percaya bahwa dengan menghitung weton dapat meramal masa depan kehidupan rumah tangga. Masih banyak masyarakat yang percaya d Penelitian ini menggunakantentang perhitungan weton. Weton ini merupakan penanggalan jawa yang diyakini dapat menetukan hari baik dan tidak baiknya acara pernikahan yang akan dilaksanakan. Perhitungan weton tidak hanya digunakan untuk mencari hari pernikahan, tatpi juga bias digunakan untuk melihat watak seseorang, menetukan jodh atau tidaknya seseorang. Perhitungan weton biasanya memerlukan kecocokan antara kedua pasangan. Tetapi tidak semua perhitungan menghasilkan kecocokan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Etnografi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Tujuan penelitian ini untuk menggali dan mengkaji prosesi perhitungan weton di desa Laut Tador. Hasil dari penelitian ini adalah masyarakat Laut Tador memiliki pandangan hidup terhadap pernikahan sebagai suatu yang sakral dan suci. Prosesi pernikahan adat jawa ini memang tidak diselanggarakan secara lengkap, tetapi masih berpegang pada aturan buku pernikahan jawa. Serta solusi yang harus dilakukan ketika perhitungan weton menghasilkan ketidak cocokan.
Tradisi Ayun Masal Adat Banjar di Desa Kota Rantang Denisa Safitri; Nuriza Dora
Indonesian Journal of Multidisciplinary Scientific Studies Vol 2 No 1 (2024): Terbitan Edisi Januari 2024
Publisher : Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STAI Raudhatul Akmal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33151/ijomss.v2i1.194

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang tradisi ayun masal adat banjar yang dilaksanakan di desa kota rantang kecamatan hamparan perak sebagai bentuk rasa syukur terhadap kelahiran dan pertumbuhan seorang anak dalam keluarga Banjar. Tradisi ini dilaksanakan beriringan dengan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan harapan anak-anak suku banjar dapat meneladani sikap nabi Muhammad SAW. Pada penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan metode etnografi. Penelitian ini dilakukan di desa kota rantang kecamatan hamparan perak. Adapun subjek utama yang dijadikan penulis dalam penelitian ini yaitu masyarakat setempat. Pada penelitian ini penulis membahas mengenai system nilai pengetahuan mengenai ayun masala adat banjar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tradisi ayun masal adat banjar yang dilaksanakan di desa kota rantang kecamatan hamparan perak. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi dan wawancara. dengan kepala desa dan masyarakat setempat. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa pelaksanaan tradisi ayun banjar masih terus dilakukan sampai saat ini dengan tujuan melestarikan tradisi dan budaya dari suku banjar., amun perlengkapan yang digunakan memiliki beberapa perbedaan disesuaikan dengan tempat dan kebiasaan masyarakat setempat.
Martahi Sebagai Prosesi Penyambutan Pernikahan Adat Mandailing Di Desa Aek Seranda Kabupaten Labuhan Batu Novita Sari; Nuriza Dora
Indonesian Journal of Multidisciplinary Scientific Studies Vol 2 No 1 (2024): Terbitan Edisi Januari 2024
Publisher : Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STAI Raudhatul Akmal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33151/ijomss.v2i1.195

Abstract

Tradisi Martahi merupakan salah satu tradisi penting dalam pesta adat Suku Mandailing di Aek Sernda, Labuhan Batu. Tradisi ini merupakan momen sakral yang menandakan penyerahan tanggung jawab pelaksanaan pesta kepada masyarakat. Tujuan utama tradisi Martahi adalah untuk mendapatkan bantuan dana pernikahan dari kerabat, teman sejawat, dan elemen masyarakat desa. Keluarga calon pengantin laki-laki mengundang mereka untuk menghadiri acara Martahi dan memberikan sumbangan sukarela. Tradisi ini memiliki makna yang penting dalam kehidupan masyarakat Mandailing di Aek Sernda. Pertama, tradisi ini menunjukkan semangat gotong royong dan kepedulian masyarakat terhadap satu sama lain. Kedua, tradisi ini membantu meringankan beban biaya pernikahan bagi keluarga calon pengantin. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan prosesi tradisi Martahi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tradisi Martahi merupakan syarat mutlak sebelum pelaksanaan pesta adat. Tradisi ini memiliki tahapan-tahapan yang ditentukan menurut adat. Hatobangon (orang yang dituakan dalam desa) berperan sebagai pengambil kebijakan dalam tradisi Martahi. Tradisi Martahi merupakan salah satu warisan budaya Suku Mandailing yang perlu dilestarikan. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai luhur seperti gotong royong, kepedulian, dan kebersamaan dalam masyarakat.