Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Ethnobotany of robusta coffee (coffea canephora pierre ex a. froehner) as a spiced coffee drink of the indigenous people of bale village on halmahera island M. Nasir Tamalene Tamalene; Bahtiar Bahtiar; Suparman Suparman; Slamet Hariyadi
Biosfer: Jurnal Pendidikan Biologi Vol 16 No 2 (2023): Biosfer: Jurnal Pendidikan Biologi
Publisher : Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/biosferjpb.28006

Abstract

A study on inherited local knowledge of spiced coffee ethnobotany in processing coffee by the people of Bale Village is necessary to depict the sub-system coffee processing. Bale Village is situated on Halmahera Island. It is one of the villages in the Oba Sub-district, Tidore Kepulauan Regency. The village is known as a producer of coffee bean and coffee powder. This study on local knowledge is an initiative to acquire information on spiced coffee. The research design is a survey design to investigate and document the knowledge of the utilization of spice plants in coffee drinks as a traditional beverage of people in Bale Village. Data are analyzed in a qualitative-thematic manner to describe respondents’ ethnobotanical knowledge and are independent of the researcher’s assessment. The research results indicate that spiced coffee made by the villagers uses six spice plants, namely clove (Syzygium aromaticum (L.), red ginger (Zingiber officinale Roscoe.), cinnamon (Cinnamomum verum J. Presl.), kara benguk (Mucuna pruriens (L.) DC.), nutmeg (Myristica fragrans Houtt.), and pandan (Pandanus amaryllifoliusRoxb.). Stages in the making of spiced coffee with the 5M method include: 1) determine the composition of spiced coffee, 2) grind spiced coffee beans into powder, 3) prepare water, 4) stir the spiced coffee and 5) enjoy the spiced coffee
Pelatihan Guru IPA MTs Swasta di Kecamatan Ternate Selatan dalam Menerapkan Praktikum Keragaman Genetika Makhluk Hidup Ade Haerullah; Suparman Suparman; Aswal Salewangeng; Bahtiar Bahtiar; Mufti Ali; M Nasir Tamalene
Kontribusi: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2023): November 2023
Publisher : Cipta Media Harmoni

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53624/kontribusi.v4i1.257

Abstract

Praktikum keragaman genetik makhluk hidup sangat penting bagi siswa MTs tetapi keterampilan guru-guru MTs swasta di Kecamatan Ternate Selatan masih kurang dalam berpraktikum dan jarang mendapatkan workshop sejenis. Pengabdian yang dilakukan dengan metode pelatihan dan pendampingan ini bertujuan untuk memberikan keterampilan bagi guru IPA MTs swasta se-Kecamatan Ternate Selatan dalam melaksanakan praktikum keragaman genetik makhluk hidup dengan menggunakan objek tumbuhan sekitar sekolah. Metode yang digunakan ialah pelatihan dan pendampingan mulai dari merencanakan dan pemilihan sampel tumbuhan, menentukan karakter, menghitung persamaan, hingga mendesain dendrogram secara manual dan menggunakan software PAST 4.1. Dua belas guru yang mengikuti pelatihan menunjukan keterampilan membuat dendogram dengan nilai rata-rata 81. Pelatihan praktikum keragaman genetika sangat penting karena dapat membantu para guru MTs dalam menerapkan praktikum di MTs Kota Ternate.
ETNOBOTANITUMBUHAN OBAT UNTUK PERAWAN KEHAMILAN DAN PERSALINAN ETNIS TOBARU DI PULAU HALMAHERA Tamalene, Nasir
Jurnal Biologi dan Pembelajarannya (JB&P) Vol 4 No 2 (2017): JURNAL BIOLOGI DAN PEMBELAJARANNYA (JB&P) OKTOBER 2017
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29407/jbp.v4i2.930

Abstract

Pergeseran pengobatan herbal dengan menggunakan bahan-bahan kimia tentu berdampak pada hilangnya pengetahuan lokal masyarakat etnis Tobaru di pulau Halmahera dalam mempertahankan budaya atautradisi mereka dalam mengobati berbagai penyakit dengan menggunakan tumbuhan obat. Hal ini tentuperpengaruh pada hilangnya pengetahuan mereka tentang fungsi dan manfaat tumbuhan herbal untukkesehatan dasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan emik (emic) dan etik (etic).Pengumpulan datamenggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Informan penelitian ini sebanyak 4orangditentukan dengan teknik Purporsive Sampling.Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptifdengan menyajikan data dalam bentuk grafik, Gambar dan Tabel dengan menggunakan program microsofexel 2010.Hasil penelitian yaitu etnis Tobaru memanfaatkan 29 spesies tumbuhan obat yangdikelompokkan ke dalam 18 famili yaitu; famili acanthaceae, zingeberacea, malvacea, myrtaceae,piperaceae, musacea, meliaceaelamiaceae, fabaceae, myristicaceae, caricaceae, sonneratiaceae,apochynaceae, asteraceae, convolvulaceae, poaceae, oxalidaceae dan combretacea. Proporsi pemanfatanbagian tumbuhan obat yaitu daun 53%; kulit batang 30%; batang 14% dan rimpang 3%.Metode penyajianramuan obat dengan cara di rebus, penguapan, di tumbuk dan di peras. Kata kunci:etnobotani, etnis Tobaru, Halmahera
KEPADATAN, DISTRIBUSI, DAN ETNO ORNITOLOGI KAKATUA PUTIH (Caccatua alba) DI DESA KAHATOLA Nurjani Puasa; M. Nasir Tamalene; Zulkifli Ahmad
JURNAL BIOEDUKASI Vol 7, No 1: Jurnal Bioedukasi Edisi April 2024
Publisher : UNIVERSITAS KHAIRUN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/bioedu.v7i1.8025

Abstract

Kakatua putih (Cacatua alba) merupakan salah satu spesies endemik burung yang ada di Indonesia. Kakatua putih menempati area berhutan. Mereka ditemukan di hutan terbuka, bakau, rawa, area pertanian dan sangat umum di sekitar tepi pembukaan lahan dan sungai. Penelitian ini bertujuan mendekripsikan kepadatan, pola distribusi, dan etno-ornitologi di Desa Kahatola Kabupaten Halmahera Barat. Penelitian menggunakan metode survei eksploratif dengan pengamatan terhadap satwa burung berdasarkan metode Variable Circular Plot 5 titik pengamatan. Data ini dianalisis menggunakan petunjuk Misra (1968) untuk data kepadatan, dan Chai Rani (2003) untuk data distribusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan burung kakatua putih yang ditemukan dengan jumlah kepadatan 1.34 individu/km, dan pola distribusi burung kakatua putih yang terjadi di Desa Kahatola termasuk dalam kriteria pola sebaran seragam. Hasil wawancara etno-ornitologi burung kakatua putih di Desa Kahatola menunjukkan bahwa masyarakat mengetahui tentang pengetahuan umum, pengetahuan lokal dan pemanfaatan lokal burung kakatua putih.