Claim Missing Document
Check
Articles

KOMPONEN KIMIA DAN POTENSI PENGGUNAAN LIMA JENIS KAYU KURANG DIKENAL ASAL JAWA BARAT Novitri Hastuti; Lisna Efiyanti; Gustan Pari; Saepuloh Saepuloh; Dadang Setiawan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 35, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1012.992 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2017.35.1.15-27

Abstract

Hutan Indonesia memiliki potensi pohon tropis yang sangat beragam. Salah satu komoditi utama yang dihasilkan dari pohon sebagai komponen utama penyusun hutan adalah kayu. Penggunaan kayu umumnya disesuaikan dari sifat kayu, seperti sifat fisik-mekanik, sifat keterawetan dan sifat dasar lainnya. Salah satu sifat kayu yang penting dan menentukan karakteristik penggunaannya antara lain sifat kimia. Penelitian ini menganalisis komponen kimia 5 jenis kayu yang kurang dikenal asal Jawa Barat, yaitu ki bugang, sempur lilin, cangcaratan, ki pasang, dan ki langir. Analisis meliputi komponen kimia kayu sesuai standar Norman Jenkin, Standar Nasional Indonesia (SNI) dan TAPPI. Hasil analisis menunjukkan bahwa ki bugang memiliki kadar selulosa dan pentosane tertinggi, masing-masing sebesar 52,57% dan 21,37%. Kayu cangcaratan memiliki kadar lignin tertinggi yaitu sebesar 31,84%. Ki langir memiliki nilai kelarutan dalam air dingin, kelarutan dalam alkohol-benzena dan kelarutan dalam NaOH tertinggi, masing-masing sebesar 3,34%, 2,75%, dan 22,17%. Kayu Sempur lilin memiliki kelarutan dalam air panas tertinggi sebesar 8,56%. Ki langir juga memiliki kadar abu tertinggi sebesar 3,60% dan kayu sempur lilin memiliki kadar silika tertinggi sebesar 1,92%. Berdasarkan pemetaan potensi penggunaannya, kayu cangcaratan lebih berpotensi sebagai bahan baku pulp dan kayu energi, sedangkan kayu ki bugang lebih berpotensi sebagai bahan baku bioetanol.
ANALISIS KIMIA BEBERAPA JENIS KAYU DARI SULAWESI UTARA Gustan Pari; Setyani B Lestari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 11, No 1 (1993): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1836.916 KB) | DOI: 10.20886/jphh.1993.11.1.7-11

Abstract

This paper reported the result of chemical analysis of ten wood species from north Sulawesi.The result shows that holocelluloce content ranges from 55,64 to 65,42 percent, cellulose from 41,89 to 52,44 percent. Cellulose content of serianthes minahassae, pangium edule, lophopetalum javanicum, aglaia versteeghii and bischoffia javanica are higher than other species. Lignin content varies from 22,59 to 31,36 percent , pentosan from 16,92 to 19,61 percent. Lignin and pentosan content of all wood species examined are moderate and low. Ash content varies from 0,05 to 1,83 percent, silica from 0,04 to 0,4 percent. The solubility in cold water ranges 1,80 to 4,79 percent, in hot water from 2,91 to 5,16 percent, in sodium hydroxide from 11,06 to 19,21 percent and in alcohol benzene (1 : 2) from 6,08 to 9,08 percent, The axtractive contents, especially those soluble in alcohol benzene, of all wood species are in high extractives component class.Based on the cellulose and pentosan content all 10 wood species from north Sulawesi are suitable as raw material for pulp and paper industry.
BEBERAPA SIFAT MINYAK SABAL-SABAL (CINNAMOMUM SUBAVENIUM) (Some properties of Sabal-sabal (Cinnamomum subavenium) oil Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 11, No 2 (1993): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1560.656 KB) | DOI: 10.20886/jphh.1993.11.2.45-48

Abstract

The physico-chemical properties and identification of new essential oils from Cinnamomum subavenium Miq (Sabal-sabal) bark prepared by using vacum destillation process is presented in this paper. The bark used was subjected to three different position i e : top, middle and bottom. The physico-chemical properties observed are specific gravity, acid value, ester conent, solubility in ethanol 80 % refractive index at 20°C, and optical rotation. The major components of essential. oils were identified by using peak enrichment technique and retention data from essential oil standart of the Gas Liquid Chromatographic method. In addition, the-yield was determined.The result shows that the yield ranges from 1. 73 - 1. 87 % specific gravity at 25°C from 0. 93689 - 0. 94454, refractive index at 20°C from 1.47966- 1.48542, optical rotation at 25°C from -11°9' to -12°39', acid value from 1,02 – 1.34, ester content from 6.45 - 8.29 and solubility in ethanol 80 % is soluble in 1:1. The composition of major components of the Sabal-sabal oil were iso borneol ranges from 17.75 - 22.15 %, aldehyde C-II from 6.09-17.ll %, cineol from 13.20- 14.23 %, iso bornyl acetate from 5.28 -8.47 %, a terpinyl acetale from 5.21 - 8.81 %. Furthermore some components found in the oil were a pinen, β pinen, terpinene , β caryophyllene, aldehyde C-9, cinamaldehyde and hidroxy citronellol Based on major components and its derivatives the oil is used in the perfumery and flavor industry.
HASIL DESTILASI KERING 10 JENIS KAYU DARI NUSA TENGGARA BARAT Gustan Pari; Dadang Setiawan; Mahpudin Mahpudin
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 14, No 9 (1996): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2766.76 KB) | DOI: 10.20886/jphh.1996.14.9.382-387

Abstract

Dalam tulisan ini dikemukakan hasil destilasi kering 10 jenis kayu dari Nusa Tenggara Barat dengan menggunakan retor listrik.Hasilnya memperlihatkan bahwa rendemen arang berkisar antara 28,84 - 34,82 %, ter 6,15 -  11,57 %, cairan destilat 57, 79 - 87,85 %, berat jenis kayu 0,35 - 0,90 g/cm3, nilai kalor kayu dan arang 4115,49 - 4682,34 kal/g dan 5874,39 - 7418,04 kal/g, kadar air 2,15 - 4,20 %, kadar abu 1,24 - 3,41 %, kadar zat terbang 19,65 - 22,29 % dan kadar karbon terikat 71,04 - 75,76 %.Berdasarkan kadar zat terbang dan kadar abu, maka 10 jenis kayu dari Nusa Tenggara Barat cukup baik untuk bahan peleburan logam dan arang aktif.
PENGARUH LAMA AKTIVASI TERHADAP STRUKTUR KIMIA DAN MUTU ARANG AKTIF SERBUK GERGAJI SENGON Gustan Pari; Kurnia Sofyan; Wasrin Syafii; Buchari Buchari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 23, No 3 (2005): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2005.23.3.207-218

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh lama aktivasi terhadap perubahan struktur kimia dan mutu arang aktif. Arang aktif dibuat di dalam retor baja tahan karat yang dilengkapi dengan pemanas listrik pada suhu 850ºC dengan lama waktu reaksi 30, 60, 90 dan 120 menit dengan menggunakan uap air sebagai bahan pengaktif. Evaluasi strukur kimia arang aktif dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri inframerah (FTIR), X-ray difraksi (XRD) dan elektron mikroskop (SEM). Mutu arang aktif terbaik dihasilkan pada arang yang diaktivasi selama 90 menit.Rendemen yang dihasilkan sebesar 13,75%, kadar air 3,03%, abu 23,57% zat terbang 11,12%, karbon terikat 65,31%. Daya serap terhadap iodin sebesar 1003,9 mg/g, benzena 19,10%, formaldehida 40,55% dan metilina biru 282,19 mg/g. Mutu arang aktif yang dihasilkan ini, terutama apabila dilihat dari besarnya daya serap terhadap iodin dan metilina biru memenuhi persyaratan Standar Indonesia. Hasil pengkajian struktur arang aktif dengan menggunakan XRD menunjukkan tinggi (Le) dan jumlah (N) lapisan aromatik meningkat dengan makin lamanya waktu aktivasi, sedangkan lebar (La) lapisan aromatik dan kristalinitasnya (X) menurun dengan jarak antar lapisan (d) stabil. Hasil analisis FTIR menunjukkan bahwa permukaan arang aktif mengandung ikatan C-0 dan C-B, dan hasil analisis SEM menunjukkan jumlah dan diameter pori meningkat dengan makin lamanya waktu aktivasi dan didominasi oleh makropori. 
ARANG AKTIF SERBUK GERGAJI KAYU SEBAGAI BAHAN ADSORBEN PADA PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS Gustan Pari; Dudi Tohir; Mahpudin Mahpudin; Januar Ferry
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 24, No 4 (2006): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1044.822 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2006.24.4.309-322

Abstract

Tulisan ini mengemukakan hasil penelitian pembuatan arang aktif  dari serbuk gergaji kayu dengan proses aktivasi kombinasi antara cara kimia dan fisika. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Pengaruh konsentrasi asam fosfat sebagai bahan pengaktif kimia, 2) Pengaruh suhu dan lama waktu aktivasi terhadap mutu arang aktif dan 3) Pengaruh penambahan arang aktif terhadap mutu minyak goreng bekas. Sebelum dibuat arang aktif, terlebih dahulu serbuk gergaji kayu dibuat arang dengan menggunakan tungku semi kontinyu pada suhu 300OC. Arang yang dihasilkan selanjutnya direndam dalam larutan asam fosfat dengan konsentrasi 5,0 dan 10% selama 24 jam. Proses aktivasi dilakukan di dalam retort yang terbuat dari besi tahan karat pada suhu 800, 850, 900OC dengan lama waktu aktivasi masing-masing 30, 60 dan 90 menit. Dalam penelitian ini digunakan larutan (NH4)2CO30,20% sebagai gas pengoksid.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas arang aktif serbuk gergaji kayu yang terbaik adalah arang aktif yang direndam asam fosfat 5% pada suhu 900oC selama 30 menit. Pada proses aktivasi tersebut diperoleh rendemen arang aktif sebesar 72,71%, dan arang aktif yang dihasilkan mengandung kadar air 4,23%, kadar zat terbang 5,84%, kadar abu 42,53%, kadar karbon terikat 52,25%, daya serap terhadap kloroform 24,86%, benzena 16,97% dan daya serap terhadap yodium sebesar 668,63 mg/g. Nilai daya serap ini memenuhi syarat Standar Amerika dan arang aktif yang dihasilkan permukaannya lebih bersifat polar sehingga dapat digunakan untuk menyerap polutan yang juga bersifat polar seperti aldehida. Kualitas minyak goreng bekas menjadi lebih baik setelah ditambahkan  dengan arang aktif sebanyak 2,5% yang ditunjukkan dengan menurunnya kandungan asam lemak bebas dan bilangan peroksida masing-masing dari 0,27% menjadi 0,17% dan dari 18,87 menjadi 10,96 meq O2/kg. Sedangkan untuk kecerahan warna mengalami peningkatan dari 13,98 menjadi 16,02%. Mutu minyak goreng ini terutama asam lemak bebas dan bilangan perokisda memenuhi syarat minyak goreng yang ditetapkan SNI.
ANALISIS KOMPONEN KIMIA DARI KAYU KURANG DIKENAL DARI KALIMANTAN TIMUR Gustan Pari; Dadang Setiawan; Saepuloh Saepuloh
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 19, No 4 (2001): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2001.19.4.201-207

Abstract

This paper reported the results of chemical components of several lesser known wood species from East Kalimantan. The wood species were Kayu Arang (Diospyros macrophylla), Nyaling (Mastixia trichotama), Penjalin (Drypetes), Lansat Hutan (Lansium) and Kayu Goding (Koilodepes).The analysis were comprised of the determination of holocellulose, hemicellulose, -cellulose, lignin, pentosane; ash content and silicate content. The solubilities in alcohol benzene, cold water, hot water and solubility in NaOH 1 % were also covered. These analyses pertaining to the basic wood characteristics were conducted to assess the ultimate utilization of the wood species as such, especially for pulp manufacture. The result showed that holocellulose content ranged from 71.17-81.20 %, hemicelluloce from 27.51-35.88 %, -celluloce from 43.15-48.73 %, lignin from 22.73-33.60 %. Pentosan from 15.28-18. 79 % ash content from 0.5 -1.34 %, and the silicate content from 0.12-0.49 %. Furhter, the solubilities in cold water ranged from I. 79- 3.24 %, hot water from 5.50- 7.21 %, alcohol benzene from 1.62- 3.65 % and solubility in NaOH I% from 14.21-16.90 %.Based on results of chemical analysis. especially with respect to holocellulose, lignin and pentosan content. most wood species are suitable as raw material for pulp and paper industry. For lansat hutan (Lansium sp), kayu arang (Diospiros macrophylla) and gading (Koilodepes) species, their considerable extractive content as shown by high solubilities in the organic solvent should be considered since it could reveal high wax content as well.
AKTIVASI KEMBALI LIMBAH ARANG AKTIY DARI PABRIK GULA KETELA POHON Gustan Pari; Hartoyo Hartoyo
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 6, No 1 (1989): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1989.6.1.36 - 39.

Abstract

A re-activation study of activated charcoal residue from glucose factory has been undertaken at the FPRDC in Bogor, and the result presented in this paper. The residue was subjected to three different treatments, namely unwashed, and washed with respectively 1 % HCl solution and water. Following the treatment, each residue material was then heated in an el.ectric retort, using four different temperatures : 600, 700, 800, and 900°C for 25 minutes. The response evaluated of activated charcoal are the yield, benzene and iodine adsorption. Bleaching test of sugar was then conducted, and the result compared with that obtained using commercial activated carbon.The result shows that heating temperature of 700, 800, and 900°C gives iodine adsorption value, will above 500 mg/g activated carbon. The benzene adsorption value on the other hand is below 39 percent. The bleaching ability of reactivated charcoal on sugar is similar to that of commercial activated carbon.
PENGARUH PEMBERIAN ARANG TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum) Gusmailina Gusmailina; Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 20, No 3 (2002): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3879.294 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2002.20.3.217-229

Abstract

The experiment has been conducted on utilizing different types of charcoal as growth-stimulating agents by adding each of them to the growing media (i.e. soil stuff) of red pepper plant; and subsequently evaluating their effects on its growth characteristics/ responses. There were three types of agents used and added to the media, i.e. rice-husk charcoal, bamboo charcoal, and sawdust-mixed charcoal. respectively. For comparative purposes, were also measured the growth responses of the red pepper plant whereby its growing media were added with compost as well as the Bokasi rice-husk charcoal compost, besides the ones in the medium without the addition of any growth agents (as control). This experiment revealed some remarkable results. as follows:•              Additions of 5 % bamboo charcoal or l 0 % rice-husk charcoal could increase the height growth of the red pepper plant, in comparison with the one grown on the control medium:• Additions of 10 % rice-husk charcoal could increase the stem diameter of the plant by 11 % compared to the one on the control medium;•              Likewise, additions of 5 % and 10 % sawdust-mixed charcoal could each increase the stem diameter by consecutively l1 % and 10 %, in comparison with the control;•              Additions of 10 % bamboo charcoal brought about the best effect with respect to the increase in the number as well as the weight in red-pepper fruits in their first harvest (i.e. 3-month age), compared to the control:•              Additions of 10 % rice- husk charcoal, 5 % bamboo charcoal, and 10 % sawdust-mixed charcoal each brought about also the best effect with respect to the increase in the dry weight of the plant, i.e.consecutively 2.0, 2.0, and 1.8 times as such as that of the control;•                              Average amount of C02 absorbed by the red- pepper plants for 3 months was 0.10-0.88 gram per plant. The highest C02 absorption was achieved by the corresponding plants with addition of 10 % sawdust-mixed charcoal (i.e. 1.88 gram C02 per plant), followed in decreasing order by the ones added with 10% rice-husk charcoal and 10 % bamboo charcoal (i.e. 1.67 gram C02per plant and 1.34 gram C02 per plant, respectively).
KOMPONEN KIMIA SEPULUH JENIS KAYU TANAMAN DARI JAWA BARAT Gustan Pari; Han Roliadi; Dadang Setiawan; Saepuloh Saepuloh
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 24, No 2 (2006): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (925.911 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2006.24.2.89-101

Abstract

Tulisan ini mengemukakan hasil analisis komponen kimia 10 jenis kayu yang berasal dari hutan tanaman di Jawa Barat. Jenis kayu tersebut adalah ki sereh (Cinnamomum parthenoxylon Meissu), suren (Toona sureni Merr), ki bawang (Melia excelsa Jack.), pulai kongo (Alstonia kongoensis), tusam (Pinus merkusii Jungth), sengon buto (Entorolobium cyclo), kapur (Dryobalanops aromatica), salamander (Grevillia robusta A.cunn), mahoni (Switenia macrophylla King) dan ki lemo (Litsea cubeba Pers).Analisis yang dilakukan mencakup penetapan kadar holoselulosa, lignin, pentosan, abu, kelarutan dalam air dingin, air panas, alkohol benzena dan kelarutan dalam NaOH 1%. Analisis ini merupakan dasar untuk menetapkan kegunaan kayu tersebut terutama sebagai bahan baku pulp kertas.Hasil analisis memperlihatkan bahwa kadar holoselulosa berkisar antara 64,6 - 69,9%, lignin antara 26,0 - 30,9%, pentosan antara 15,6 - 18%, abu antara 0,2 - 0,9%, silika antara 0,1 - 0,5%. Kelarutan dalam air dingin antara 2,4 - 6,3%, air panas antara 3,0 - 7,3%, alkohol benzena antara 1,5 -5,75% dan kelarutan dalam NaOH 1% antara 9,1 - 20,7%.Semua jenis kayu yang diteliti mengandung kadar holoselulosa yang tinggi lebih dari 65% yaitu kayu ki sereh, suren, ki bawang, tusam, sengon buto, kapur, salamander, mahoni dan ki lemo, kecuali kayu pulai kongo yaitu 64,6%. Kadar lignin dan abu semua jenis kayu yang diteliti termasuk ke dalam kelas sedang, karena kadarnya ada di antara 18 - 33% untuk kadar lignin dan ada di antara 0,2 - 6,0% untuk kadar abu. Kadar pentosan semua jenis kayu yang diteliti termasuk kelas rendah karena kadarnya kurang dari 21%. Sedangkan kadar zat ekstraktifnya terutama kelarutan dalam alkohol benzena yang termasuk kelas sedang antara 2 - 4% adalah kayu suren, ki bawang, tusam dan ki lemo, dan yang termasuk ke dalam kelas tinggi lebih dari 4% yaitu kayu ki sereh dan pulai kongo, sedangkan yang termasuk kelas rendah kurang dari 2% yaitu kayu sengon buto, kapur, salamander dan mahoni.Berdasarkan atas nilai skor dan hasil uji BNJ (Beda nyata jujur) komponen kimia 10 jenis kayu asal Jawa Barat (Tabel 3) ternyata hanya kayu ki sereh dan pulai kongo yang tidak cocok untuk bahan baku pulp kertas, sedangkan ke delapan jenis kayu lainnya yang terdiri dari kayu  suren, ki bawang,  tusam, sengon buto, kapur, salamander mahoni dan kayu ki lemo cukup baik untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp untuk kertas dengan menggunakan proses kimia, dan semikimia.