Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Jurnal Kewarganegaraan

Eksplorasi Hegemoni dalam Cerpen "Sebutir Peluru Saja" Karya Iksaka Banu: Kajian Teks Apri Ulita; Hadya Aminah Harahap; Rosmawaty Harahap
Jurnal Kewarganegaraan Vol 8 No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31316/jk.v8i1.6292

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hegemoni yang terjadi pada masa koloniaisme dalam cerita pendek Sebutir Peluru Saja karya Iksaka Banu. Metodologi penelitian yang digunakan untuk menganalisis cerita pendek ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan kajian teks. Peneliti akan membaca dan mengumpulkan data berupa kata, ungkapan dan kalimat dari salah satu cerpen karya Ikasaka Banu yang berjudul “Sebutir Peluru Saja” pada buku kumpulan cerpen Teh dan Pengkhianat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hegemoni pada cerpen sebutir peluru saja. Hegemoni kekuasaan antara kolonialisme belanda dengan penduduk asli. Kata Kunci: Hegemoni, Cerpen, Analisa
Resistensi Terhadap Kekuasaan Orde Baru dan Cerminan Zaman Dalam Puisi Peringatan Karya Wiji Thukul Claudia Ratna Ningsih; Siti Fadilah Aini Siregar; Rosmawaty Harahap
Jurnal Kewarganegaraan Vol 8 No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31316/jk.v8i1.6305

Abstract

Abstrak Masa Orde Baru merupakan peristiwa penting bagi Indonesia, karena merupakan masa gejolak dan ketidakstabilan baik dalam pemerintahan maupun perekonomian. Di bidang sastra sendiri, peristiwa-peristiwa yang terjadi pada periode ini mempengaruhi para sastrawan-sastrawan yang menajamkan penanya untuk menarik perhatian pada puisi-puisi yang ditulis pada periode ini dengan penekanan pada sindiran, protes, dan perlawanan terhadap penguasa. Studi ini bertujuan mengkaji praktik kekuasaan Orde Baru dalam karya puisi Wiji Thukul dengan menggunakan pendekatan mimetik. Penelitian ini melibatkan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan mimetik untuk mendapatkan landasan penguatan tentang hubungan puisi Peringatan dengan sosial konteks pada masa Orde Baru dan kajiannya terhadap mengkaji hubungan puisi Peringatan dengan kenyataan di luar sastra.. Berdasarkan analisis ditemukan bahwa Orde Baru merupakan pemerintahan yang otoriter, represif, dan pemerintahan yang menindas. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa puisi Peringatan karya Wiji Thukul adalah karya puisi yang memiliki nilai dan mengandung semangat juang yang tinggi dalam menggugurkan kekuasaan Orde Baru yang sedang berlangsung dan berusaha memperjuangkan adanya keselarasan antara pemerintah dengan rakyatnya serta aspirasi dan kebebasan berpendapat harus ditegakkan. Kata Kunci: Resistensi, Orde Baru, Puisi Peringatan, Wiji Thukul Abstract The New Order period was an important event for Indonesia, because it was a time of turmoil and instability in both government and the economy. In the field of literature itself, the events that occurred in this period influenced writers who sharpened their pens to draw attention to the poetry written in this period with an emphasis on satire, protest, and resistance to the authorities. This study aims to examine the practices of New Order power in Wiji Thukul's poetry using a mimetic approach. This research involves a qualitative descriptive research method with a mimetic approach to obtain a strengthening basis for the relationship between Warning poetry and the social context of the New Order era and the study examines the relationship between Warning poetry and reality outside of literature. Based on the analysis, it was found that the New Order was an authoritarian government, repressive, and oppressive government. From this research it can be concluded that the poem Warning by Wiji Thukul is a work of poetry that has value and contains a high fighting spirit in overthrowing the ongoing New Order power and trying to fight for harmony between the government and its people and aspirations and freedom of opinion must be upheld. Keywords: Resistance, New Order, Peringatan Poetry, Wiji Thukul
Analisis Mendalam Puisi "Karawang-Bekasi" oleh Chairil Anwar Ezra Natasya Hutabarat; Najla Haifa Maulidina Tarigan; Rosmawaty Harahap
Jurnal Kewarganegaraan Vol 8 No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31316/jk.v8i1.6306

Abstract

Abstract Many people know about the poem 'Karawan Bekasi' by Cairil Anwar, but only a few know the events behind the creation of Cairil Anwar's legendary poem. If we can understand and interpret the meaning of the poem Karawang Bekasi by Charil Anwar, then we can understand the situation of the Karawang Bekasi Front during the Physical Revolution to Defend Independence (1945-1949) and the fighters at that time made such choices. The Karawang-Bekasi Front fought against NICA (Netherlands Indian Civil Administration). The poems created by Cairil Anwar are the inner experiences felt by Cairil Anwar based on the situation and conditions at that time, thus allowing him to express his imagination and thoughts, and the legendary Karawang Bekasi poems were created with the theme of patriotic nationalism. Keywords: Karawang Bekasi, Chairil Anwar, Independence, Fighter, Experience Abstrak Banyak orang yang mengetahui tentang puisi 'Karawang Bekasi' karya Cairil Anwar, namun hanya sedikit yang mengetahui peristiwa di balik penciptaan puisi legendaris Cairil Anwar tersebut. Makna puisi Karawang Bekasi karya Charil Anwar, situasi Front Karawang Bekasi pada masa Revolusi Fisik Mempertahankan Kemerdekaan (1945-1949) dan para pejuang pada saat itu membuat pilihan seperti itu. Front Karawang-Bekasi berperang melawan NICA (Netherlands Indian Civil Administration). Puisi-puisi yang diciptakan oleh Cairil Anwar merupakan pengalaman batin yang dirasakan Cairil Anwar berdasarkan situasi dan kondisi saat itu, sehingga memungkinkan ia mengekspresikan imajinasi dan pemikirannya, dan puisi-puisi legendaris Karawang Bekasi diciptakan dengan tema patriotik nasionalisme. Kata Kunci: Karawang Bekasi, Chairil Anwar, Kemerdekaan, Pejuang, Pengalaman
Semangat Patriotisme dalam Karya Sastra Indonesia: Menelusuri Nilai-Nilai Kebangsaan Cerita Pendek dengan judul “Piloe” Kevin Pardede; Samuel Simamora; Rosmawaty Harahap
Jurnal Kewarganegaraan Vol 8 No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31316/jk.v8i1.6316

Abstract

Abtrak Artikel ini menelusuri nilai-nilai patriotisme dan kebangsaan yang terkandung dalam cerita "Piloe" karya Soeman HS, seorang penulis sastra Indonesia. Dengan memperhatikan aspek-aspek kebersamaan, kejujuran, dan semangat keceriaan dalam cerita tersebut, artikel ini mengupas bagaimana karya sastra dapat memperkuat semangat cinta tanah air dan kebangsaan. Melalui analisis mendalam terhadap karakter-karakter dan alur cerita, artikel ini menjelaskan bagaimana cerita “Piloe” dapat menjadi cerminan dari nilai-nilai patriotisme dalam konteks sastra Indonesia. Artikel ini juga membahas bagaimana nilai-nilai yang terkandung dalam “Piloe” dapat memperkaya pemahaman akan semangat kebangsaan dan patriotisme di kalangan pembaca, khususnya generasi muda. Dengan menyoroti aspek-aspek kecil dalam cerita yang mencerminkan semangat persatuan, pengorbanan, dan kejujuran, artikel ini bertujuan untuk menggugah rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap Indonesia. Diharapkan bahwa melalui analisis mendalam terhadap karya sastra, pembaca akan lebih memahami dan menghargai nilai-nilai kebangsaan yang terus relevan dalam konteks sosial dan budaya Indonesia. Kata Kunci : Sastra, Patriotisme, Piloe
Co-Authors Alda Nafisa Anggi Damora Sari Anggreiny Damanik Apri Ulita Atika Sania Samni Nst Atnes Hutagaol Besinaria Gea Cicilia Gultom Claudia Ratna Ningsih Cory Marlia Dea Saputri Dhea Amalia Dian Sastra Sinaga Diana Febrianty Silalahi Dina Olivia Sidabutar Djogi Hot Jonathan Siburian Elisabet Manullang Elly Prihasti W Enjelita Hutagalung Erika Cyntia Pebryanti Silitonga Ester Marga Retta Ezra Natasya Hutabarat Febri Simamora Gizka Febrianka Tarigan Gladys Felicia Manik Grace Tampubolon Hadya Aminah Harahap Hanna Sianturi Hasea Hikmah Sidabutar Hotmawanti Sihaloho Ibnu Husaini Irgi Fahrezi Lubis Jelita Sitorus Jenni Marlina Sitanggang Juli Arihta Juniati Togatoro Kevin Pardede Lawri Aulia Hasibuan Lentiar Gultom Mariana Yulistia Sinaga Mayesa Purba Mela Ambarita Mieke Angelika Siburian Muthia Ayyuni Helmi Mutiara Aprilia Nailah cahyani Najla Haifa Maulidina Tarigan Nayla Apriani Lubis Nazwa Salsabila Pasaribu Nila Angita Nasution Nopita Silaban Nurul Annisa Osmer Nadeak Pintauli Silaban Rahma Andien Arezsya Rahma Nurhidayati Maha Rantika Alycia Putri Regina Situmorang Resti Andini Rianggi Manalu Rosdiana Siregar Rowimatul Salma Nursyah Billa Samuel Simamora Sani Hutabarat Sarah Br Ginting Sarah Kiristiyani Br Regar Sarah Sofyanti Siregar Siti Fadilah aini Siregar Siti Fadillah Hasibuan Soraya Firanti Nur Sri Syahputri Sry Eninta Syafina Ramadhani Syafriyana Ritonga Tasya Amelia Saragi Ulfah Rani Daulay Verdi Christian Manalu Wahyudi Difler Rambe Wanti br Hombing Welia Sigalingging Wilda Lestari Wulan Dian Sari Yanti Claudia Sinaga