Articles
TASAWUF WUJŪDIYYAT: Tinjauan Ulang Polemik Penyesatan Hamzah Fansūrī oleh Shaykh Nūr al-Dīn al-Ranīrī
Hakiki, Kiki Muhamad
Jurnal THEOLOGIA Vol 29, No 1 (2018)
Publisher : Fakulta Ushuluddin dan Humaniora Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21580/teo.2018.29.1.2400
Abstract: This paper aims to revisit the polemic between Hamzah FansÅ«rÄ« and Shaykh and NÅ«r al-DÄ«n al-RanÄ«rÄ« about the apostasy of WujÅ«diyyat Mysticism of Hamzah FansÅ«rÄ« expressed by NÅ«r al-DÄ«n al-RanÄ«rÄ«. This polemic of WujÅ«diyyat and Waḥdat al-WujÅ«d in other term was not only interesting in its time. It is also relevant until now. Recent studies with a variety of disciplines have been working dozens of pieces on this problem. Based on research by using a set of research methods, it is found that the allegations filed by Shaykh NÅ«r al-DÄ«n al-RanÄ«rÄ« against Hamzah FansÅ«rÄ« are not proven. This shows that categorizing Hamzah Fansuri and his understanding as apostates is a misleading accusation.Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk meninjau kembali polemik antara Hamzah FansÅ«rÄ« Syekh dan NÅ«r al-Din al-RanÄ«rÄ« tentang kesesatan tasawuf WujÅ«diyyat Hamzah FansÅ«rÄ« yang diungkapkan oleh NÅ«r al-Din al-RanÄ«rÄ«. Polemik tentang WujÅ«diyyat dan Waḥdat al-WujÅ«d dalam berbagai term tidak hanya menarik pada masanya, namun juga relevan sampai sekarang. Penelitian sebelumnya dengan berbagai disiplin ilmu telah menghasilkan puluhan karya tentang masalah ini. Berdasarkan hasil kajian dengan menggunakan seÂperangkat metode penelitian, ditemukan bahwa tuduhan yang diajukan oleh Shaykh NÅ«r al-Din al-RanÄ«rÄ« terhadap Hamzah FansÅ«rÄ« tidak terbukti. Hal ini menunjukkan bahwa mengkategorikan Hamzah FansÅ«rÄ« dan pemahamannya sebagai murtad adalah tuduhan yang menyesatkan.
TASAWUF WUJŪDIYYAT: Tinjauan Ulang Polemik Penyesatan Hamzah Fansūrī oleh Shaykh Nūr al-Dīn al-Ranīrī
Kiki Muhamad Hakiki
Jurnal Theologia Vol 29, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21580/teo.2018.29.1.2400
Abstract: This paper aims to revisit the polemic between Hamzah Fansūrī and Shaykh and Nūr al-Dīn al-Ranīrī about the apostasy of Wujūdiyyat Mysticism of Hamzah Fansūrī expressed by Nūr al-Dīn al-Ranīrī. This polemic of Wujūdiyyat and Waḥdat al-Wujūd in other term was not only interesting in its time. It is also relevant until now. Recent studies with a variety of disciplines have been working dozens of pieces on this problem. Based on research by using a set of research methods, it is found that the allegations filed by Shaykh Nūr al-Dīn al-Ranīrī against Hamzah Fansūrī are not proven. This shows that categorizing Hamzah Fansuri and his understanding as apostates is a misleading accusation.Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk meninjau kembali polemik antara Hamzah Fansūrī Syekh dan Nūr al-Din al-Ranīrī tentang kesesatan tasawuf Wujūdiyyat Hamzah Fansūrī yang diungkapkan oleh Nūr al-Din al-Ranīrī. Polemik tentang Wujūdiyyat dan Waḥdat al-Wujūd dalam berbagai term tidak hanya menarik pada masanya, namun juga relevan sampai sekarang. Penelitian sebelumnya dengan berbagai disiplin ilmu telah menghasilkan puluhan karya tentang masalah ini. Berdasarkan hasil kajian dengan menggunakan seperangkat metode penelitian, ditemukan bahwa tuduhan yang diajukan oleh Shaykh Nūr al-Din al-Ranīrī terhadap Hamzah Fansūrī tidak terbukti. Hal ini menunjukkan bahwa mengkategorikan Hamzah Fansūrī dan pemahamannya sebagai murtad adalah tuduhan yang menyesatkan.
Pemaknaan Yatāmā dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Al-Ibrīz Karya Bisri Mustofa)
Ulandari, Putri;
Hakiki, Kiki Muhamad;
Al-Ghifari, Abuzar
Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 19, No. 1 : Al Qalam (Januari 2025)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (STIQ) Amuntai Kalimantan Selatan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.35931/aq.v19i1.4365
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemikiran K.H Bisri Mustofa dalam menafsirkan ayat-ayat yatim melalui salah satu karyanya Tafsīr Al-Ibrīz Fī M‘arifah Tafsīr Al-Qur’a>n Al-‘azīz. Tafsir ini adalah tafsir lokal yang ditulis dengan menggunakan arab pegon Jawi. Jenis penelitian ini adalah penelitian library research. Penelitian ini menggunakan metode penelitian maud}hu’ī. Bisri mendefinisikan al-yatīm sebagai anak yang kehilangan bapaknya sebelum berusia baligh. Di samping itu, Bisri Mustofa sangat meyakini bahwa Islam merupakan agama kasih sayang yang saling mengasihi, terutama terhadap anak yatim, bahkan Allah memerintahkan kita untuk berhubungan baik dengan anak yatim seperti hubungan persaudaraan. Dalam menafsirkan ayat tentang yatim Bisri Mustofa menggunakan tingkatan bahasa jawa (unggah-ungguh) yakni: Krama Inggil (sangat halus), Krama (halus), Madya (biasa), Ngoko (kasar). Penggunaan kehalusan dan kekerasan diksinya bergantung pada pihak-pihak yang berdialog. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pembaca untuk memahami dan mengungkapkan maksud ayat yang ditafsirkanya.
Penafsiran Imam Asy-Syaukani Tentang Mukāʾan Wa Tasdiyah (Analisis Semantik Toshihiko Izutsu)
Syawalia, Zahiyah Tika;
Hakiki, Kiki Muhamad;
Masruchin, Masruchin
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist Vol 8 No 2 (2025): 2025
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Wali Songo Situbondo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.35132/albayan.v8i2.1249
This study examines the meaning of "mukāʾan wa tasdiyah" in the tafsir of Fathul Qadir by Imam Asy-Syaukani using Toshihiko Izutsu's semantic approach. he problem raised in this study is to explain in more depth the meaning of the word "mukāʾan wa tasdiyah" in the context of Asy-Syaukani's interpretation and to look at it from Toshihiko Izutsu's semantic analysis. The word "mukāʾan wa tasdiyah" in QS. Al-Anfal verse 35 describes the custom of polytheists who perform rituals around the Kaaba with whistling and clapping as a form of mockery of worship. The Qur'an clearly criticizes the practice as a worship that has no value of submission to Allah and is only a form of play without spiritual meaning. The method used in this study is a qualitative method (library research) and uses Toshihiko Izutsu's semantic analysis. The results of the study, through Izutsu's semantic analysis, it was found that the meaning of "mukāʾan wa tasdiyah" has shifted from neutral to negative nuances in the Qur'anic value system. The word "mukāʾan" means whistling, while "tasdiyah" means clapping hands, which in this context is used by polytheists to disrupt worship. Imam Asy-Syaukani in his commentary explained that this action not only shows an insult to Islamic worship, but also as a real effort to prevent Muslims from worshiping solemnly. Thus, this study highlights how Imam Asy-Syaukani interprets worship behavior carried out without submission to Allah and is strengthened by Toshihiko Izutsu's semantic analysis to obtain a deeper explanation and meaning.
DEBUS BANTEN: Pergeseran Otentisitas dan Negosiasi Islam-Budaya Lokal
Hakiki, Kiki Muhamad
KALAM Vol 7 No 1 (2013)
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Study, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24042/klm.v7i1.163
Sebagai suatu produk budaya, kesenian debus merepleksikan kompleksitas manusia itu sendiri. Di dalamnya terdapat kepentingan sosial, politik, bahkan nilai-nilai religi. Dalam historisitasnya debus mengalami pasang surut khususnya ketika berhadapan dengan perkembangan zaman dan nilai kelokalan. Artikel ini mengkaji apakah kesenian debus telah mengalami perubahan atau dengan kata lain terpengaruh oleh budaya lokal atau tidak. Hasil penelitian menemukan fakta bahwa kesenian debus nampaknya sudah mengalami pergeseran dan perubahan karena ia harus menyesuaikan diri agar tak ketinggalan zaman atau bahkan dilupakan. Kesenian debus saat ini sudah mengalami modifikasi yang ditunjukkan dengan banyak sekali hal-hal yang tak pernah dipraktekkan pada debus tempo dulu. Debus saat ini telah meninggalkan atau lepas dari asalnya yakni tarekat. Pergeseran itu terlihat dari segi ritual, gaya pertunjukan, pola perekrutan personil dan tujuan yang ingin dicapai. Kesenian debus sekarang lebih cenderung digunakan sebagai alat hiburan masyarakat atau menjadi komoditi pariwisata saja ketimbang sebagai suatu produk budaya yang mengandung nilai keagamaan.
Simbol Islam dan Adat dalam Perkawinan Adat Lampung Pepadun
Isnaeni, Ahmad;
Hakiki, Kiki Muhamad
KALAM Vol 10 No 1 (2016)
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Study, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24042/klm.v10i1.341
Masyarakat pribumi Lampung mempunyai berbagai macam bentuk kebudayaan daerah yang unik yang salah satunya terdapat pada tradisi upacara perkawinan. Sebagai akibat dari akulturasi budaya dan agama di kalangan masyarakat Lampung, maka tidak heran jika upacara adat perkawinan masyarakat Lampung bercorak Islam. Memang, Relasi antara Islam dan budaya Lampung ini dapat diibaratkan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Pada satu sisi, kedatangan Islam di tanah Lampung memperkaya budaya masyarakat Lampung; Sementara pada sisi lain, kultur atau budaya masyarakat Lampung berpengaruh pada pengamalan ajaran Islam di masyarakat. Inkulturasi Islam sebagai ajaran baru ke dalam konteks kebudayaan lokal Lampung berjalan secara akomodatif atau adaptif sehingga Islam mewarnai budaya lokal tanpa kehilangan identitasnya.
Eksistensi Gerakan Idiologi Transnasional HTI Sebelum dan Pasca Pembubaran
Qohar, Abd;
Hakiki, Kiki Muhamad
KALAM Vol 11 No 2 (2017)
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Study, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24042/klm.v11i2.1403
This article attempts to explore the local development of Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), especially in Lampung. The research focuses on the networks of HTI’s recruitment to maintain its identity. It also alludes how the existence of HTI withstands with its dissolution in the era of President Joko Widodo. The research concludes: Firstly, there are systematically some procedures to contend the politics of identity and HTI’s recruitment such as organizing the demonstrations, striving seminar and public discussion, media networks, approaching to the prominent figures and educational institutions, interpersonal recruitment, and halaqah (personal indoctrination). Secondly, there two possibilities of post-dissolution of HTI that would be executed, 1. The formation of new mass organization as the alternate of HTI. 2. To be new party or proceed to join the Islamic Party. They may search the parties that are ideologically identical or similiar to HTI’s ideology like PKS, PPP, PAN, PBB. This would be happened if they fail to scramble and to maintain its ideology in the form of new mass organization.
POLITIK IDENTITAS AGAMA LOKAL (Studi Kasus Aliran Kebatinan)
Hakiki, Kiki Muhamad
Analisis: Jurnal Studi Keislaman Vol 11 No 1 (2011): Analisis : Jurnal Studi Keislaman
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24042/ajsk.v11i1.617
Even though experiencing much discrimination in this country, the existence of local religion such as mysticism stream steadily grows and even still attracts many followers. Truth claim that is frequently voiced by formal religions such as Islam, Catholic, Christian, Buddha, Hindu and Confucius is not frightening to adherents of local religion, even less converting to another belief. Interestingly, the adherents’ belief of formal religion whether aware or not often has mixed with the belief of local religion
Theology of Women's Liberation in the Perspective of Riffat Hasan; Ideas Toward the Reform of Indonesian Islamic Law
Hakiki, Kiki Muhamad;
Rohmatika, Ratu Vina;
Muttaqien, Zaenal;
Badruzaman, Badruzaman
Analisis: Jurnal Studi Keislaman Vol 24 No 2 (2024): Analisis : Jurnal Studi Keislaman
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24042/ajsk.v24i2.23594
Women's liberation theology, developed by Riffat Hassan, offers a critical hermeneutical approach to interpreting Islamic sacred texts in a way that is more inclusive and just towards women. Riffat Hassan's thinking highlights that many patriarchal interpretations that harm women come from the dominant social and cultural context, not from the text itself. This research uses a qualitative method with a content analysis approach. Through critical hermeneutic analysis, this research emphasizes the principles of justice, equality, and human dignity in Islam as a foundation for reforming religious understandings and practices that discriminate against women. In the context of Islamic law in Indonesia, this thinking is highly relevant to review and reform various aspects of family and civil law. Reforming inheritance, marriage and divorce laws based on the principles of gender justice can enhance the protection and rights of women. Riffat Hassan's opposition to all forms of violence against women provides a theological basis for strengthening stricter legal provisions. Increasing women's participation in leadership and politics is also supported through an egalitarian re-reading of religious texts. By adopting a more inclusive approach, Islamic law in Indonesia can be more responsive to social change and create a more just and equal system for women.
IDENTITAS AGAMA ORANG BADUY
Hakiki, Kiki Muhamad
AL-ADYAN Vol 6 No 1 (2011): Al-Adyan: Jurnal Studi Lintas Agama
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24042/ajsla.v6i1.484
Sampai saat ini masih kuat teori yang menyatakan bahwa tidak ada satu pun masyarakat di dunia ini yang tidak mempunyai konsep tentang agama atau kepercayaan beragama, termasuk di dalamnya masyarakat terasing yang berada di wilayah pedalaman hutan sekalipun, salah satu di antaranya adalah suku Baduy yang ada diwilayah Banten Selatan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa agama yang dianut oleh Orang Baduy adalah agama Sunda Wiwitan. Agama ini merupakan agama sinkretis antara Islam dan Hindu.