Claim Missing Document
Check
Articles

DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN MINYAK BUMI TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA RAHAYU KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN LISTYANI, SUMA; HARIYANTO, BAMBANG
Swara Bhumi Vol 5, No 5 (2018): Volume 5 Nomer 5 2018
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakKabupaten Tuban adalah kabupaten yang ada kegiatan pertambangan minyak bumi yang dikelola oleh perusahaan asing yaitu Joint Operating Body Pertamina East Java. Desa Rahayu Kecamatan Soko Kabupaten Tuban adalah lahan yang paling luas digunakan untuk kegiatan eksploitasi industri pertambangan minyak bumi, lahan yang awalnya merupakan lahan pertanian milik masyarakat setempat. Mayoritas mata pencaharian awal masyarakat sebagai petani dengan adanya industri pertambangan minyak bumi lahan mereka mengalami perubahan penggunaan lahan menjadi proyek besar yang membuat mata pencaharian masyarakat berubah.Teori Schneider munculnya industrialisme akan menimbulkan perubahan stuktur sosial dan ekonomi masyarakat sekitar.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Lokasi penelitian di Desa Rahayu yang terdiri dari tiga Dusun yaitu Dusun Nggandu/Ndelik, Dusun Sarirejo dan Dusun Kayunan. Sampel dalam penelitian ini adalah 92 responden yang dibagi dalam tiga Dusun di Desa Rahayu. Sumber data merupakan data primer dan data sekunder. Alat instrument yang digunakan adalah angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif yaitu data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan presentase.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya industri pertambangan minyak bumi berdampak terhadap perubahan struktur sosial dan ekonomi masyarakat di Desa Rahayu Kecamatan Soko Kabupaten Tuban. Perubahan terjadi pada mata pencaharian masyarakat yang awalnya homogen sebagai petani sejumlah 56,6 % setelah adanya industri berubah menjadi 25 % dan sisanya bekerja dalam bidang lain yaitu bidang industri, pedagang, PNS, peternak dan buruh. Perubahan jumlah peningkatan pendapatan masyarakat karena perubahan matapencaharian barunya. Pendapatan paling banyak setelah adanya industri adalah Rp 2.000.000,00 sampai Rp 3.000.000,00 dengan presentase sebesar 48,8 %.Kata kunci: industri pertambangan minyak bumi, perubahan struktur sosial, perubahn struktur ekonomi.
KAJIAN POTENSI UNTUK STRATEGI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI WATU DODOL KECAMATAN KALIPURO KABUPATEN BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR WAHID Q, ABDUL; HARIYANTO, BAMBANG
Swara Bhumi Vol 5, No 6 (2018): Volume 5 Nomer 6 2018
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakDi Banyuwangi ada tiga obyek wisata yang berdekatan yaitu: Watu Dodol, Pulau Merah dan Grajagan. Pengunjung wisata Watu Dodol pada 6 tahun terakhir berjumlah 226.336. Pengunjung wisata Pulau Merah pada 3 tahun terakhir berjumlah 995.586. Pengunjung wisata Grajagan pada 6 tahun terakhir berjumlah 334.107. Jumlah pengunjung Watu Dodol adalah yang terendah dibanding dua wisata pantai lainnya. Obyek wisata yang ada dan munculnya tempat-tempat wisata pantai baru juga bisa menjadi salah satu penyebab jumlah wisatawan sedikit. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui potensi yang dimiliki obyek wisata Watu Dodol dan strategi yang sesuai dalam pengembangan obyek wisata Watu Dodol.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan analisa SWOT. Populasi penelitian dalam penelitian ini wisatawan yang berkunjung di Watu Dodol. Sampel Penelitian Accidental Sampling. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain atraksi wisata, aksesibilitas, sarana prasarana, dan promosi.Hasil penelitian menunjukkan potensi yang dimiliki obyek wisata Watu Dodol yang mendukung pengembangan kepariwisataan yaitu atraksi wisata, aksesibilitas, sarana prasarana, dan promosi. Strategi pengembangan obyek wisata Watu Dodol berdasarkan analisis SWOT terdapat di posisi kuadran I. Industri pariwisata yang kuat dan berpeluang ditunjukkan di posisi ini. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah agresif.Kata Kunci: potensi, pengembangan
DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI PERUMAHAN TERHADAP PERUBAHAN KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYRAKAT DI DAERAH JATIREMBE KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK KURNIA PUTRI, DWITAZUPI; HARIYANTO, BAMBANG
Swara Bhumi Vol 5, No 6 (2018): Volume 5 Nomer 6 2018
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakLahan di Desa Jatirembe Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik mayoritas masih berupa lahan pertanian, seiring dengan perkembangan zaman lahan tersebut semakin berkurang karena semakin banyak lahan pertanian yang sudah beralih fungsi menjadi perumahan. Sosial dan ekonomi masyarakat dipengaruhi kondisi ini membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola perubahan lahan pertanian dan pengaruh perubahan penggunaan lahan pertanian terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat di Desa Jatirembe Kecamatan Benjeng.Metode penelitian ini adalah survey dengan menggunakan deskriptif kuntitatif. Pemilihan lokasi penelitian adalah di Desa Jatirembe Kecamatan Benjeng. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 78 responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner, wawancara, dokumentasi, observasi. Kemudian analisis data diperoleh dari statistik kuantitatif dengan regresi linier berganda.Hasil penelitian menunjukan bahwa alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan terjadi mulai tahun 2012. Pola perubahan penggunaan lahan mengarah ke utara dan membentuk pola menyebar. Dampak dari pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi perumahan yaitu berubahnya kondisi sosial dan ekonomi penduduk. Kondisi sosial yang meliputi pendidikan, struktur penduduk, mata pencaharian dan kondisi ekonomi meliputi pendapatan, pengeluaran dan harga lahan.Kata kunci : Alih fungsi lahan, kondisi sosial, kondisi ekonomi.
DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI PEMILIK LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO JUNIYANTO, YAYAN; HARIYANTO, BAMBANG
Swara Bhumi Vol 5, No 7 (2018)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKSooko merupakan Kecamatan yang berada di Kabupaten Mojokerto dimana daerah tersebut memiliki masalah tentang alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Tujuan penelitian adalah Untuk mengetahui perubahan lahan pertanian ke non pertanian dan mengetahui dampak alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian terhadap kondisi sosial ekonomiJenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan metode survey yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit, atau, individu dalam waktu yang bersamaan . penentuan sampel menggunakan Teknik accidental sampling. Accidental sampling adalah Teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dapat digunakan sebagai sampel . dalam peneletian ininakan mengambil sampel 107 responden.Terjadi perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian yang cukup luas di Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto yaitu 1790150.75 m2 atau sebesar 17.09 km2. perubahan yang terjadi pada tahun ketahun mengalami perubahan yang setnifikan. Lahan fasilitas umum dengan luas 220283.16 m2 sebesar 2 km 2, sedangkan untuk lahan perumahan dengan luas 135042.93 m2 atau sebesar 1.35 km2 ,perindustrian dengan luas 1290219.87 m2 atau sebesar 12.90 km2.Kata kunci : alih fungsi lahan pertanian,ekonomi,mata pencaharian.
PENGARUH PERKEMBANGAN WILAYAH TERHADAP HARGA LAHAN DI DESA KEDANYANG KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK TAHUN 2013, 2015, DAN 2017 LIA KURNIAWATI, DWI; HARIYANTO, BAMBANG
Swara Bhumi Vol 5, No 8 (2018)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPertumbuhan penduduk di Desa Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 yakni sebanyak 102.851 jiwa semakin meningkat pada tahun 2017 menjadi 105.656 jiwa. Kebutuhan penduduk akan tempat tinggal juga akan bertambah sehingga terjadinya pembangunan perumahan yang semakin luas. Jumlah petani yang semakin menurun pada tahun 2013 sampai 2017 dari 556 jiwa menjadi 547 jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perkembangan terhadap harga lahan di Desa Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik tahun 2013, 2015, dan 2017.Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kuantitaif dengan metode survei yang menggunakan analisis keruangan yakni perbandingan dari tahun 2013, 2015, dan 2017. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Sampling Jenuh (Sensus) yakni keseluruhan dari populasi. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis perubahan luas lahan terbangun dan tidak terbangun menggunakan teknik overlay. Teknik analisis kondisi ekonomi dan harga lahan responden menggunakan hasil jawaban responden melalui kuesioner.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan wilayah berpengaruh terhadap harga lahan di Desa Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Perkembangan lahan tersebut terbukti menggunakan analisis citra google earth. Luas lahan dengan perubahan paling tinggi adalah perumahan tahun 2013 - 2015 bertambah 72298 m². Tahun 2015 - 2017 bertambah menjadi 135838 m². Perubahan penggunaan lahan mempengaruhi kondisi ekonomi responden yakni mata pencaharian dimana tahun 2017 angka responden yang tidak bekerja paling tinggi ialah 24.32%. Persentase tersebut, berkaitan dengan pendapatan terendah paling banyak yakni 35.14%. Perubahan penggunaan lahan juga mempengaruhi harga lahan di Desa Kedanyang dari tahun 2013, 2015, dan 2017 yang semakin meningkat. Berdasarkan penelitian, responden yang menjual lahan di Desa Kedanyang, dapat diketahui bahwa harga lahan tertinggi adalah tahun 2017 dengan harga Rp 960.000,-/m² dan dekat dengan jalan utama. Status lahan yang dekat dengan jalan kolektor semakin mahal karena sarana dan prasarana yang sangat memadai serta aksesbilitasnya yang mudah.Kata kunci: Perubahan, Penggunaan Lahan, Kondisi Ekonomi, Harga Lahan
PENGARUH USAHA TAMBAK UDANG TERHADAP SERAPAN TENAGA KERJA DI KECAMATAN MADURAN KABUPATEN LAMONGAN ROZAQ KHOIRI, ABD.; HARIYANTO, BAMBANG
Swara Bhumi Vol 5, No 8 (2018)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Wilayah Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan mempunyai lahan yang digunakan oleh masyarakat sebagai tambak udang, dalam proses usaha tambak udang memiliki tahapan-tahapan yang dilakukan yaitu dimulai dari persiapan lahan, pengisian air kedalam tambak, penebaran benih, penjagaan kualitas air, pemberian makanan, dan yang terakhir adalah pemanenan. Proses usaha tambak udang tersebut pemilik usaha tambak udang tidak bisa melakukan pekerjaan itu sendiri melainkan membutuhkan bantuan tenaga kerja dari masyarakat sekitar sehingga muncul adanya serapan tenaga kerja dari usaha tambak udang yang menjadikan serapan tenaga kerja sebagai fokus penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh usaha tambak udang terhadap serapan tenaga kerja di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Kanugrahan dan Desa Turi Banjaran Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan. Populasi petambak pada tiga desa tersebut adalah 120 petambak udang. Pengambilan sampel menggunakan metode random sampling. Peneliti megambil sampel 55 petambak udang. Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik perumusan sederhana dengan mendeskripsikan hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan serapan tenaga kerja usaha tambak udang di Desa Kanugrahan dan Desa Turi Banjaran didominasi oleh tenaga kerja non keluarga dari luar desa. Presentase Desa Kanugrahan untuk tenaga kerja non keluarga di luar desa sebesar 2,37%, tenaga kerja non keluarga dalam desa 1,35%. Desa Turi Banjaran presentase tenaga kerja non keluarga di luar desa sebesar 2,16%, tenaga kerja non keluarga dalam desa 1,68%. Hasil penelitian rata-rata luas lahan pemilik tambak udang 1-2 ha (44%), banyak panen dalam satu tahun 3 kali (75%), pendapatan dalam satu kali panen Rp11.000.000-Rp20.000.000 (50%), dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin besar usaha tambak udang, maka akan semakin besar serapan tenaga kerja sehingga diharapkan bagi pemilik tambak yang telah memiliki modal yang lebih sebaiknya melakukan perluasan lahan tambak agar serapan tenaga kerja lebih banyak. Kata Kunci : serapan tenaga kerja, usaha tambak udang
ANALISIS PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAITANNYA DENGAN KONDISI SOSIAL KEMASYARAKATAN DI KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK (STUDI KASUS TENTANG PERUBAHAN KONDISI SOSIAL KEMASYARAKATAN DI KECAMATAN MENGANTI) MAULANA, ZULFIKAR; HARIYANTO, BAMBANG
Swara Bhumi Vol 5, No 8 (2018)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPerkembangan kawasan permukiman sebagai upaya memenuhi permintaan akan suatu hunian yang dipengaruhi oleh peningkatan jumlah kepadatan penduduk serta pertumbuhan ekonomi masyarakat khususnya di Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik. Dampak dari meningkatnya pemukiman, Migrasi masuk ke Menganti serta meningkatnya berbagai fasilitas dapat mengubah pola pikir masyakarat serta kondisi sosial penduduk yang telah lama tinggal di Kecamatan Menganti. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perkembangan permukiman di Kecamatan Menganti, pola permukiman di Kecamatan Menganti, dan proses perubahan sosial kemasyarakatan di Kecamatan Menganti setelah didirikan banyak permukiman.Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan interpretasi citra. Teknik analisis data yaitu analisis perkembangan kawasan permukiman, analisis pola perkembangan permukiman, analisis kondisi sosial kemasyarakatan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Perkembangan permukiman di Kecamatan Menganti dari analisis citra google earth tahun 2010 hingga 2017 mengalami perkembang sebesar 0,86% dari 4,57 Km2 menjadi 5,17 Km2 dari keseluruhan luas Kecamatan Menganti, pola permukiman Kecamatan Menganti memiliki pola campuran yaitu menyebar dan linear, proses perubahan sosial kemasyarakatan di Kecamatan Menganti setelah didirikan banyak pemukiman yaitu berubahnya lahan pertanian menjadi permukiman yang merubah status ekonomi masyarakat kemudian merubah pola pikir penduduk Kecamatan Menganti sehingga merubah status sosial Kemasyarakatan penduduk Kecamatan Menganti.Kata kunci: perkembangan permukiman, perubahan, status ekonomi , status sosial, kemasyarakatan.
PROFIL HOME INDUSTRY BATIK DI DESA TANJUNG BUMI KECAMATAN TANJUNG BUMI KABUPATEN BANGKALAN (STUDI KASUS TENTANG HOME INDUSTRY BATIK DI DESA TANJUNG BUMI) IMAMUL HABIBY, FAHMI; HARIYANTO, BAMBANG
Swara Bhumi Vol 5, No 9 (2018)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakKabupaten yang ada di Madura yaitu, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep memiliki pengrajin batik dengan ciri khasnya masing-masing, tetapi yang paling banyak dalam hal jumlah pengrajin batik berada di Kabupaten Bangkalan dan Pamekasan. Terdapat sentra batik tulis Tanjung Bumi di Bangkalan, sentra batik tulis Banyumas Klampar di Pamekasan, dan sentra batik tulis Pekandangan di Sumenep. Salah satu batik yang terkenal di Madura adalah batik Tanjung Bumi terletak di Kabupaten Bangkalan. Masyarakat di Kabupaten Bangkalan saat ini menggunakan batik semakin berkurang, padahal banyak home industry batik dan pengrajin batik tulis yang ada di Kecamatan Tanjung Bumi yang dapat mengurangi jumlah pengangguran dan meningkatkan pendapatan sehingga taraf hidup masyarakat semakin meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil dan serapan tenaga kerja home industry batik di desa Tanjung Bumi kecamatan Tanjung Bumi kabupaten Bangkalan.Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara mendalam, dokumentasi. Data yang direduksi dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data hasil observasi, hasil wawancara mendalam dengan informan, dan dokumentasi yang telah dilakukan sebelumnya serta data sekunder yaitu data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, setelah data direduksi, selanjutnya mendisplaykan data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dengan teks yang bersifat naratif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Profil home industry batik Tanjung Bumi sudah ada sejak jaman dahulu dan dilanjutkan oleh keturunan selanjutnya, modalnya dari melanjutkan usaha orang tua atau usaha sendiri, bahan baku banyak beli dari Jawa. Pengrajin berumur antara 35-50 tahun, tingkat pendidikan paling banyak SMP, jam kerja antara 9-10 jam setiap hari. Pembayaran gaji untuk pengrajin dihitung perbatik dan untuk pegawai seminggu dan sebulan sekali. Batik dijual di rumah, toko, dan sosial media.Kata kunci : Profil, Home Industry, Batik Tanjung Bumi, Tenaga Kerja
KAJIAN AGLOMERASI INDUSTRI KERAJINAN MEBEL DI DESA WRINGINPITU KECAMATAN MOJOWARNO KABUPATEN JOMBANG UMUL HABIBAH, TUTUT; HARIYANTO, BAMBANG
Swara Bhumi Vol 5, No 9 (2018)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakDesa Wringinpitu Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang merupakan desa sentra industri yang memproduksi berbagai jenis mebel. Lokasi berdirinya industri mebel yang ada di Desa Wringinpitu ini memiliki karakteristik mengelompok (aglomerasi). Aglomerasi industri mebel ini menimbulkan berbagai permasalahan, satu diantaranya yaitu persaingan yang tidak sehat antar pengrajin, meskipun demikian dalam perkembangan industri mebel ini, pengrajin sampai sekarang tetap mempertahankan kegiatan produksi guna membangun kualitas industry mebel di Desa Wringinpitu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pasar, biaya transportasi, increasing return dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya aglomerasi dari industri terkait dengan aglomerasi industri mebel di Desa Wringinpitu Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang.Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Informan yang digunakan adalah sebanyak 10 pengrajin dari 163 pengrajin secara acak. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan kuesioner dan dokumentasi.Penelitian menunjukkan bahwa sistem pemasaran yang paling banyak digunakan oleh para pengrajin adalah lewat pengepul atau tengkulak. Omset produk terbanyak adalah Bangku Sekolah yang mencapai 16 unit/bulan. Desa Wringinpitu pemasarannya sudah luas baik dalam lingkup lokal dan regional. Lokalisasi industri yang berdekatan membawa keuntungan yang dapat menekan biaya transportasi. Bahan baku didapatkan dari luar daerah Jombang seperti Madiun,Blitar, dan Bojonegoro. Biaya transportasi dari lokasi bahan baku ke lokasi industri sebesar ± Rp 2.000.000-Rp 2.200.000,00. Biaya transportasi pemasaran ditanggung oleh konsumen. Asal modal dari tabungan sendiri dengan jumlah modal awal yang digunakan paling banyak antara Rp 30.000.000,00 - Rp 34.000.000,00. Jumlah pendapatan bersih dalam industri ini adalah paling banyak antara Rp 10.000.000,00-Rp 16.000.000,00. Jumlah ini sudah bersih dari gaji tenaga kerja, biaya transportasi, biaya bahan baku dan lain-lain. Pendapatan bersih sebesar itu membuat para pengrajin mampu dan menekan hutang secara besar dan melakukan perputaran modal dengan baik. Faktor yang menyebabkan terjadinya aglomerasi di Desa Wringinpitu adanya faktor yang menunjang yaitu modal dari tabungan pribadi pengrajin sehingga menekan angka hutang dari pihak lain, dan adanya biaya angkut hal tersebut memberikan dampak permintaan pasar lokal semakin menyebar dan memberikan efek teraglomerasinya suatu industri dan memberikan keuntungan dalam bentuk penghematan ongkos dan menekan biaya transportasi, dan tenaga kerja di wilayah Desa Wringinpitu yang melimpah sehingga perkembangan industri di dukung dengan tenaga kerja yang berasal dari lokal dapat di maknai juga industri mebel tersebut mendekatkan diri pada melimpahnya tenaga kerja.Kata Kunci: Aglomerasi, Industri Mebel
KAJIAN HOME INDUSTRY TEMPE DITINJAU DARI MODAL EKONOMI DAN TENAGA KERJA DI DESA SEPANDE KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO DWI PRASETYO, EDO; HARIYANTO, BAMBANG
Swara Bhumi Vol 5, No 9 (2018)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakDesa Sepande Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo, merupakan suatu desa sentra home industry tempe.Home industry tempe di Desa Sepande bersifat mengelompok dalam satu desa. Adanya home industry yangmengelompok dalam jumlah besar dalam suatu desa menjadikan suatu hal yang menarik untuk diteliti, terutama terkaitdengan karakteristik profil usaha ditinjau dari modal ekonomi, penyerapan tenaga kerja, dan alasan tenaga kerja.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik profil home industry tempe, seberapa besar penyerapan tenagakerja, dan alasan tenaga kerja bekerja di home industry tempe.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survei. Sampel dalam penelitian iniadalah 40% dari jumlah populasi home industry tempe yang ada di Desa Sepande, yaitu 74 home industry. Sumber datadiperoleh dari data primer dan sekunder menggunakan wawancara dengan kuisioner dan dokumentasi. Analisis datamenggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan presentase.Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik profil usaha ditinjau dari modal ekonomi home industrytempe di Desa Sepande, yaitu usaha dijalankan turun-temurun dengan mayoritas pengusaha tempe laki-laki berusia 48thn. Bahan baku kedelai diperoleh dengan mudah dan dekat dengan rata-rata jumlah (kg) bahan baku yang digunakanperbulan 3750 kg. Rata-rata modal pengusaha tempe dalam satu kali produksi Rp 428.000 dengan modal sendiri dantidak mengalami kesulitan modal. Kecanggihan alat pengusaha tempe rata-rata semi modern. Jangkauan wilayahpemasaran produk luar kabupaten dengan tujuan pasar tradisional. Pendapatan pengusaha tempe rata-rata satu bulanyaitu Rp 4.064.595. Umur tenaga kerja rata-rata 40 thn dengan kualitas terlatih, sistem pembayaran upah harian denganrata-rata Rp 54.000. Serapan tenaga kerja 2,96% dari 40% jumlah penduduk. Alasan tenaga kerja bekerja di homeindustry tempe karena sesuai dengan keahlian yang dimiliki.Kata kunci : Karakteristik home industry tempe, Tenaga kerja