Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

Analisis Potensi Ekowisata di Hutan Desa Damaran Baru Kabupaten Bener Meriah dengan Menggunakan Metode Analisis ADO-ODTWA: Analysis of Ecoturism Potential of Damaran Baru Village Forest, Bener Meriah Regency Using ADO-ODTWA Analysis Method Safitri, Oriza; Abbas, Rahmat; Satriawan, Halus
Jurnal Ilmu Ilmu Kehutanan Vol. 9 No. 1 (2025)
Publisher : Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/jiik.9.1.1-11

Abstract

Ecotourism is one of the activities that can be implemented in the Damaran Baru Village Forest. Ecotourism is believed to enhance community well-being and the sustainability of natural resources. The development of ecotourism in Damaran Baru Village Forest must align with the area's functions; therefore, it is essential to understand the characteristics and potential of Natural Tourist Attractions (Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam) within it. This research aims to Identify and analyze the potential ODTWA in Damaran Baru Village Forest. The potential natural tourist attractions were analyzed using the Guidelines for the Analysis of Operational Areas - Natural Tourist Attractions (ADO-ODTWA) by the Directorate General of Natural Resources and Ecosystem Conservation (Dirjen PHKA) in 2003. HDDB has the potential for natural tourist attractions worthy of development, but it faces several obstacles and challenges in becoming an ecotourism destination. The results show that HDDB is feasibility to be developed as ecotourism destination based on the recapitulation of potential value of objects and natural attraction with a potential value index of 80,93%. Some criteria that require attention and improvement, so it can be a priority if this Village forest area developed into ecotourism destination. KEYWORD : Forest, Potential, Ecotourism, attractions, natural
Analisis Pengaruh Alih Fungsi Lahan Sawah Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Bireuen Irmawati; Satriawan, Halus; Ernawita; Azizah, Cut
Future Academia : The Journal of Multidisciplinary Research on Scientific and Advanced Vol. 3 No. 3 (2025): Future Academia : The Journal of Multidisciplinary Research on Scientific and A
Publisher : Yayasan Sagita Akademia Maju

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61579/future.v3i3.560

Abstract

Alih Fungsi lahan pertanian menjadi ancaman serius yang dapat menganggu ketahanan pangan dan ketersediaan gizi. Banyak peraturan perundang-undangan maupun kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan lahan maupun upaya untuk mengendalikan konversi lahan pertanian, namun melihat dari fenomena perkembangan dari alih fungsi tanah/konversi dan menyusutya lahan pertanian yang sudah sedemikian cepat, menunjukkan bahwa peraturan tersebut kurang efektif. Berdasarkan data Badan Pertanahan Nasional (BPN) tren alih fungsi lahan pertanian di tahun 1990-an mencapai sekitar 30.000 hektar per tahun. Namun, pengalihan fungsi lahan ini semakin meningkat menjadi sekitar 110.000 hektar di tahun 2011 dan mencapai 150.000 hektar di tahun 2019. Penyusutan lahan pertanian juga terjadi di Kabupaten Bireuen. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bireuen, tahun 2012 luas sawah di Kabupaten Bireuen seluas 23.121,0 Ha sedangkan pada tahun 2022 berkurang 14.944 Ha menjadi 8.177 Ha. Rata–rata penyusutan lahan pertanian yang terjadi di Kabupaten Bireuen selama periode tahun 2012 – 2021 mencapai 1.494 Ha. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui laju alih fungsi lahan sawah, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi alih fungsi lahan sawah, bagaimana pengaruh faktor-faktor alih fungsi lahan sawah terhadap alih fungsi lahan sawah, serta bagaimana pengaruh alih fungsi lahan sawah terhadap ketahanan pangan di Kabupaten Bireuen. Pendekatan penelitian mengggunakan metode Analisis Laju Alih Fungsi Lahan, Analisis Ketahanan Pangan dan Analisis Regresi Linear Berganda dengan menggali data yang bersumber dari petani yang telah menjual lahan pertanian yang resmi tercatat di 3 (tiga) kecamatan yang diteliti yaitu Kecamatan Peudada, Kecamatan Peusangan dan Kecamatan Gandapura. Hasil penelitian menunjukkan telah terjadi alih fungsi lahan sawah sebesar 14.904 hektar dengan rata-rata luas lahan sawah yang dikonversikan adalah 1.354,91 hektar per tahun. Angka pembukaan lahan sawah mencapai angka 628 hektar selama 11 tahun atau 57,09 hektar per tahunnya dan angka laju penyusutan lahan juga cukup besar yaitu rata-rata 12,20% per tahun. Wilayah dengan alih fungsi lahan tertinggi terdapat di Kecamatan Peusangan sebesar 1.668 Ha. Alih fungsi lahan pertanian sebagian besar dipergunakan untuk pemukiman, penyediaan industri, jalan raya maupun fasilitas umum lainnya.
A Analisis Tempat Penampungan Sementara (TPS) Menggunakan Sistem Informasi Geografis Untuk Pengelolaan Sampah Berkelanjutan di Kota Lhokseumawe Abbas, Rahmat; Satriawan, Halus; Cut Ayu Lizar
Jurnal Pengendalian Pencemaran Lingkungan (JPPL) Vol. 7 No. 1 (2025): JPPL, Maret 2025
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M), Politeknik Negeri Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35970/jppl.v7i1.2593

Abstract

Lhokseumawe City is the center of government and economy has a dense population, with a population density index of 1,082.6 people / km2. Good waste management must be done to maintain environmental health, including the management of Temporary Shelters (TPS). Waste that is disposed of carelessly creates illegal Waste Disposal Sites (LPS) that can trigger various diseases and reduce environmental aesthetics. The focus of the research is to map the location of TPS and LPS using Geographic Information System (GIS), analyze the distribution pattern of TPS and LPS using nearest neighbor analysis on image processing software, and analyze the suitability of TPS capacity with the volume of waste from the people of Lhokseumawe City. The results of the study obtained that the TPS facilities in Lhokseumawe City are 18 TPS while there are 36 illegal LPS. The distribution pattern of TPS includes a clustered pattern with a distribution index of 0.69. The distribution pattern of LPS includes a clustered pattern with a distribution index of 0.51 and the highest LPS is found in the Muara Satu District area. The results of the analysis of the suitability of TPS capacity obtained the availability of TPS in each sub-district is still lacking to accommodate waste generation, Banda Sakti sub-district still lacks 34 TPS, Muara Dua sub-district 23 TPS, Muara Satu sub-district 15 TPS, and Blang Mangat sub-district 8 TPS.. Keywords: TPS, Geographic Information System, Waste, Nearest Neighbor, Mapping