Claim Missing Document
Check
Articles

Phytoplankton community as bioindicators in aquaculture media Tilapia (Oreochromis niloticus) exposed to detergent and pesticide waste Yusrizal Akmal; Rindhira Humairani; Muliari Muliari; Hanum Hanum; Ilham Zulfahmi
Akuatikisle: Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Wuna

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.akuatikisle.5.1.7-14

Abstract

Phytoplankton is a bio-indicator of fertility in waters. This study aims to determine the impact of detergent and pesticide waste on the phytoplankton community structure in in tilapia aquaculture media. The phytoplankton identification stage was carried out at the MIPA Laboratory Almuslim University. The parameters studied were phytoplankton abundance, diversity index, uniformity index, dominance index, and water quality parameters. The results of this study showed that detergent and pesticide waste at the end of the study had caused a decrease in the abundance value of phytoplankton by 3,250 individual/L and 3,750 individual/L. In the control treatment, the highest phytoplankton composition was dominated by Chaetoceros sp., while the pesticide and detergent treatments were dominated by Golenkenia sp. and Microcystis sp. Exposure to detergent and pesticide waste reduced the diversity index value, the phytoplankton uniformity index value. At the beginning of the study, it has a moderate diversity index (H '= 2.485–3.072), while at the end of the study it shows low diversity (H' = 2.111–2.375). Furthermore, at the beginning and at the end of the study there was a decrease in the uniformity index value (E = 0.87–1.01) and (H '= 0.88–0.94).
Anatomi Organ Reproduksi Jantan Trenggiling (Manis javanica) Yusrizal Akmal; Chairun Nisa’; Savitri Novelina
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 2 No. 2 (2014): Juli 2014
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.997 KB) | DOI: 10.29244/avi.2.2.74-81

Abstract

Organ reproduksi trenggiling merupakan hal yang penting dalam menunjang upaya konservasi, karena trenggiling termasuk dalam kategori endangered species oleh IUCN dan dilindungi pemerintah berdasarkan UU No. 5/1990 serta PP No. 7/1999, meskipun menurut CITES termasuk appendix II. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari makroanatomi organ reproduksi jantan trenggiling (M. javanica). Organ reproduksi jantan dari lima ekor trenggiling digunakan pada penelitian ini. Pengamatan dilakukan terhadap posisi in situ, morfologi dan morfometri, yang meliputi pengukuran panjang, lebar atau diameter, tebal, dan dari masing-masing bagian organ reproduksi jantan trenggiling dengan menggunakan kaliper dalam satuan cm, serta bobot dalam satuan gr. Analisis dilakukan secara deskriptif. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa trenggiling memiliki sepasang organ reproduksi yang terdiri atas testes, epididymis dan ductus deferens yang selanjutnya bermuara ke urethra.Testes terletak di subcutanea daerah inguinales, serta tidak terbungkus oleh scrotum. Testis dexter dan sinister memiliki bentuk dan ukuran yang relatif sama. Ukuran rata-rata testis adalah panjang 3,78 ± 0,12 cm, lebar 1,24 ± 0,02 cm, tebal 0,90 ± 0,03 cm, dan bobot 5,64 ± 0,04 g. Epididymis membentuk caput, corpus dan cauda dengan panjang rata-rata 4,78 ± 0,02 cm, sedangkan panjang rata-rata ductus deferens adalah 8,98 ± 0,31 cm. Penis berukuran kecil dan pendek, bertipe muscolocavernosus dengan rata-rata panjang dan diameter adalah 5,39 ± 1,63 cm, dan 0,64 ± 0,03 cm. Ditemukannya testes ascrotalis di subcutanea daerah inguinales merupakan hasil yang menarik dari penelitian ini yang diduga terkait dengan perilaku trenggiling menggulung tubuh.Kata kunci: trenggiling (M. javanica), organ reproduksi jantan, testes ascrotalis
Logam berat pada hiu tikus (Alopias pelagicus) dan hiu kejen (Loxodon macrorhinus) dari Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo, Banda Aceh: Heavy Metal Concentration in Pelagic Thresher (Alopias pelagicus) and Sliteye Shark (Loxodon macrorhinus) from Ocean Fishing Port of Lampulo, Banda Aceh Ilham Zulfahmi; Dewi Nola Nasution; Khairun Nisa; Yusrizal Akmal
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 23 No 1 (2020): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 23(1)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.913 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v23i1.30724

Abstract

Hiu merupakan salah satu jenis ikan yang berpotensi tercemar logam berat. Hal ini karena hiu memiliki sebaran yang luas dan tergolong ke dalam konsumen tingkat tinggi pada jejaring makanan akuatik. Informasi terkait kandungan logam berat pada ikan hiu hasil tangkapan di Indonesia masih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan logam berat (Pb, Hg, Cu dan Cd) dan batas aman konsumsi daging hiu tikus (Alopias pelagicus) dan hiu kejen (Loxodon macrorhinus) yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo, Banda Aceh. Sebanyak sepuluh contoh dari masing-masing daging hiu tikus dan hiu kejen dianalisis kandungan logam beratnya menggunakan metode spektrofotometri serapan atom. Penentuan batas aman konsumsi dari daging hiu dilakukan menggunakan metode maximum tolerable intake (MTI). Hasil penelitian mengungkap dari 20 sampel daging hiu tikus dan hiu kejen yang diperiksa, keberadaan Pb, Cu dan Cd tidak terdeteksi. Sebaliknya, 60% dari total hiu yang diperiksa (baik hiu kejen maupun hiu tikus) terdeteksi mengandung Hg. Kandungan rata-rata Hg pada hiu tikus berkisar antara 0,007– 0,768 mg/kg sedangkan pada hiu kejen berkisar antara 0,030 – 0,708 mg/kg. Batas toleransi maksimum daging hiu tikus yang dapat dikosumsi oleh orang dewasa dan anak-anak dalam waktu satu minggu menurut SNI adalah masing masing sebesar 1,690 kg/minggu dan 0,507 kg/minggu. Sementara itu, batas toleransi maksimum daging hiu kejen yang dapat dikosumsi oleh orang dewasa dan anak-anak dalam waktu satu minggu menurut SNI 7387 adalah masing masing sebesar 2,112 kg/minggu dan 0,633 kg/minggu.
Morfometrik Sistem Pencernaan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Dipapar Limbah Cair Kelapa Sawit Yusrizal Akmal; Cut Mutia Sena Devi; M Muliari; Rindhira Humairani; Ilham Zulfahmi
JURNAL GALUNG TROPIKA Vol 10 No 1 (2021)
Publisher : Fapetrik-UMPAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31850/jgt.v10i1.736

Abstract

Liquid waste is one of the negative impacts of the oil palm processing industry, which can disrupt aquatic ecosystems. This study aims to describe the morphometric conditions of the digestion system of tilapia (Oreochromis niloticus) exposed to palm oil wastewater. The study was conducted from April to July 2020. Tilapia measuring 4-7 cm in length with an average weight of 3-8 grams with 160 fish per treatment. The stages of the research included raising fish, giving oil palm liquid waste, and observing the morphometric digestion system. Fish were exposed to oil palm wastewater with concentrations of 0 mL.L-1, 47 mL.L-1, 70.4 mL.L-1, and 94 mL.L-1 for 64 days. The analysis was carried out on the Gastro Somatic Index (GaSI), Intestine Somatic Index (ISI), Relative Gut Lengths (RGL), Relative Intestine Lengths (RIL), and Hepato Somatic Index (HSI). The results showed that palm oil wastewater could affect the morphometric digestion of tilapia (Oreochromis niloticus). Palm oil wastewater with a concentration of 94 mL.L-1 also affected the GAS of 2.40%, the ISI of 5.49%, and RIL of 549.11%. In the treatment, the concentration of oil palm liquid waste was 70.4 mL. L-1 affected the HSI by 1.70%. However, exposure to palm oil wastewater does not affect RGL. The content of palm oil liquid waste can disrupt the metabolism of the stomach, intestinal, and liver cells. The high concentration of waste can damage the lining of the stomach and intestines, resulting in decreased appetite.
Sifat Organoleptik Daging Ayam Broiler yang Diberikan Pakan Terfermentasi Neurospora crassa Yusrizal Akmal; Suryani Suryani; Yulidar Yulidar
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 6, No 2 (2019): JITRO, Mei
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.406 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v6i2.5565

Abstract

ABSTRAK Ampas sagu dan tahu merupakan limbah industri yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Penelitian ini bertujuan mengkaji sifat organoleptik daging ayam broiler yang diberi pakan fermentasi dari ampas sagu dan ampas tahu dengan Neurospora crassa sehingga dapat meningkatkan kualitas daging ayam. Penelitian dilakukan di peternakan ayam broiler milik masyarakat yang berada di Desa Keude Dua Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen selama 4 Minggu. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dengan 4 ulangan. Tahapan pelaksanaan penelitian yaitu persiapan fermentasi ampas sagu dan ampas tahu dan persiapan kandang selajutnya pemeliharaan ayam broiler dengan pemberian pakan terfermentasi. Uji kesukaan pada daging ayam yang diolah secara dipanggang menggunakan uji organoleptik yang melibatkan 25 orang panelis yang tidak terlatih. Parameter yang dianalisis warna, aroma, rasa, dan tekstur. Perhitungan statistika dilakukan dengan sidik ragam satu arah dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pakan yang terfermentasi Neurospora crassa sampai pada tingkat 20% berpengaruh signifikan terhadap warna, aroma, rasa maupun tekstur daging broiler, artinya pemberian pakan fermentasi Neurospora crassa dari ampas sagu dan ampas tahu dengan sampai tingkat 20 persen dalam pakan ayam broiler dapat meningkatkan kualitas daging broiler baik warna, aroma, rasa dan tekstur daging.Kata kunci: ampas sagu, ampas tahu, Neurospora crassa, organoleptikABSTRACTSago pulp and tofu are industrial wastes that can be used as animal feeds. The study aims the organoleptic properties of broiler chicken fed fermented feed from sago pulp and tofu with Neurospora crassa so as improve the quality of meat. This research was conducted on broiler farms belonging to community in Juli Keude Dua Village, Juli, Bireuen District for 4 weeks. The design used was a complete randomized design with 4 treatments with 4 replications. The stages of the research are the preparation fermented sago pulp and tofu, cage, as well broiler maintenance chickens with fermented feed. The preference test for roasted chicken is processed using an organoleptic test involving 25 untrained panelists. Parameters analyzed for color, aroma, taste, and texture. Statistical calculations are performed with one-way variance and continued Duncan test. The results of this study indicate that Neurospora crassa fermented feeding to level 20% has a significant effect on the color, aroma, taste and texture, meaning that the provision of Neurospora crassa fermented feed from sago pulp and tofu up to level 20 percent in broiler chicken feed so as improve the quality of broiler meat both in color, aroma, taste, and texture of meat.Keyword: Neurospora crassa, organoleptic, sago pulp, tofu pulp
Perbandingan Secara Anatomi Insang Ikan Keureling (Tor tambroides), Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Nila, (Oreochromis niloticus) Ernita Ernita; Resti Faumi; Yusrizal Akmal; Muliari Muliari; Ilham Zulfahmi
Jurnal Veteriner Vol 21 No 2 (2020)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.159 KB)

Abstract

This study aims to describe the anatomical differences in the gills of the thai mahseer’s (Tor tambroides), carp (Cyprinus carpio) and tilapia (Oreochromis niloticus). The stages of this study include the preparation of test fish, preparation of gill, documentation, identification, and analysis. This study used five fish for each type of fish with total weight ranged from 500-1000 g and length 28 to 40 cm. Analysis of each gill section was carried out morphology and morphometric. Morphometric data on the arcus branchialis section observed included the ratio of branchial arcus length to total length, on the part of the branchial filament including the average number of branchialis filaments per branchial arcus, density of branchialis filaments (filaments/cm), and length ratio of branchial filaments with the length of the branchial arcus, while in the branchiospinal part includes the average number of branchiospinalis per branchialis arcus and density of branchiospinalis. Result showed that morphologically, the anatomical differences in keureling gills, carp and tilapia are located in the form of branchiostegal and branchiospinalis membranes. Anatomical differences were seen in relative gill weight, branchial arcus length ratio, branchiospinal density, average number of branchial filaments, average density of branchialis filaments and average number of branchiospinalis. Carp have higher relative weight values of gills compared to tilapia and keureling fish which are 3.73 ± 0.43%, 2.82 ± 0.64% and 1.92 ± 0.55%, respectively. Tilapia has the shape and size of gills that are more developed in supporting the performance of the respiratory system than carp and keureling fish.
Biometric Condition of Seurukan Fish (Osteochillus Vittatus Valenciennes, 1842) Exposed to Mercury in Krueng Sabee River Aceh Jaya Indonesia Ilham Zulfahmi; Yunina Rahmi; Arif Sardi; Mahyana Mahyana; Yusrizal Akmal; Rumondang Rumondang; Epa Paujiah
Elkawnie: Journal of Islamic Science and Technology Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/ekw.v7i1.8258

Abstract

Abstract: Mercury is a dangerous contaminant for aquatic organisms. Seurukan fish (Osteochilus vittatus) is a type of fish in the Krueng Sabee river that is vulnerable to mercury exposure. The study's purposes were to investigate the effect of mercury on the biometric conditions of Seurukan Fish in the Krueng Sabee River, Aceh Jaya Regency. A total of 90 Seurukan fish consisting of 50 males and 40 females were collected from 3 research stations. The research stations represent the upstream area (Station 1), median river bodies (Station 2), and the downstream area (Station 3). Fish samples were taken from July to August 2019. The main parameters observed included class interval, sex ratio, length-weight relationship, condition factors, mercury concentration in sediment and liver, and hepatosomatic index. The results showed that the mercury content in the sediments of the Krung Sabee River was increased both spatially and temporally. Station 1, located in the upstream area, has the highest mercury content in the sediment was 6.278 ± 0.987 mg/kg. Mercury content in liver of Seurukan Fish ranged from 0.182 ± 0.100 mg/kg to 0.198±0.152 mg/kg. Mercury contamination in the Krueng Sabee river caused a decrease in biometric conditions of Seurukan Fish. Seurukan Fish exposed to mercury tended to have smaller size, an unbalanced sex ratio, low hepatosomatic index value, and negative allometric growth pattern.Abstrak: Merkuri merupakan salah satu jenis kontaminan berbahaya bagi organisme akuatik. Ikan seurukan (Osteochilus vittatus) merupakan salah satu jenis ikan di sungai Krueng Sabee yang rentan terpapar merkuri. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh merkuri terhadap kondisi biometrik ikan seurukan di sungai Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya. Sebanyak 90 ekor ikan Seurukan yang terdiri dari 50 ekor jantan dan 40 ekor betina dikoleksi dari 3 stasiun penelitian. Stasiun penelitian mewakili wilayah hulu (stasiun 1), badan sungai (stasiun 2) dan wilayah hilir (stasiun 3). Pengambilan  sampel ikan dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2019. Parameter utama yang diamati meliputi selang kelas, nisbah kelamin dan hubungan panjang bobot ikan, faktor kondisi, konsentrasi merkuri pada sedimen dan hati serta indeks hepatosomatik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan merkuri di sedimen Sungai Krung Sabee mengalami peningkatan baik secara spasial dan temporal. Stasiun 1 yang terletak di wilayah hulu memiliki kandungan merkuri dalam sedimen paling tinggi yaitu sebesar 6,278 ± 0,987 mg/kg. Kandungan merkuri pada hati ikan seurukan di Sungai Krueng Sabee berkisar antara 0,182 ± 0,100 mg/kg hingga 0,198 ± 0,152 mg/kg. Kontaminasi merkuri pada sungai Krueng Sabee menyebabkan dampak negatif terhadap kondisi biometrik ikan seurukan. Ikan seurukan yang terpapar merkuri cenderung memiliki ukuran panjang dan bobot yang lebih kecil, nisbah kelamin yang tidak seimbang, dan nilai indeks hepatosomatik yang rendah serta pola pertumbuhan alometrik negatif.
Variasi Morfometrik, Hubungan Panjang Bobot dan Faktor Kondisi Ikan Famili Holocentridae yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Lampulo, Banda Aceh Ilham Zulfahmi; Dwi Yuliandhani; Arif Sardi; Neri Kautsari; Yusrizal Akmal
Jurnal Kelautan Tropis Vol 24, No 1 (2021): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v24i1.9767

Abstract

Understanding of morphometric variation, length-weight relationship, and condition factors needed to support fishery resources management and conservation. Therefore, this study aimed to determine the morphometric variation, length-weight relationship, and condition factors of the Holocentridae family landed at the Lampulo Ocean Fishing Port, Banda Aceh. A total of 50 each of the four species of fish (Myripristis berndty, Myripristis murdjan, Sargocentron tieroides and Sargocentron caudimacullatum) were collected during April 2020. Fish samples were obtained from the catch of fishermen who landed at the Lampulo Ocean Fishing Port, Banda Aceh. The parameters analyzed included morphometric variations (12 characters), length and weight frequency distribution, length-weight relationship and condition factors. The results showed that the genus Myripristis had more distinguishing characters than the genus Sargocentron, namely 50.00% and 16.66%, respectively. Myripristis berndty and Myripristis murdjan have 5 distinguishing characters (SL, HL, CPL, HD, PFL and VFL), while Sargocentron tieroides and Sargocentron caudimacullatum only have 2 distinguishing characters (SnL and PFL). The Myripristis genus that were collected tended to more length and heavier compared to the genus Sargocentron. The four spesies of Holocentridae studied had a negative allometric growth pattern (b<3) with condition factor values ranging from 0.787 to 1.417.Pemahaman terkait variasi morfometrik, hubungan panjang bobot dan faktor kondisi sangat diperlukan dalam rangka pengelolaan dan konservasi sumberdaya perikanan. Oleh karenanya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi morfometrik, hubungan panjang bobot serta faktor kondisi dari ikan Famili Holocentridae yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo, Banda Aceh. Sebanyak masing-masing 50 ekor dari empat jenis ikan (Myripristis berndty, Myripristis murdjan, Sargocentron tieroides dan Sargocentron caudimacullatum) dikoleksi selama bulan April 2020. Sampel ikan diperoleh dari hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo, Banda Aceh. Parameter yang analisis meliputi variasi morfometrik (12 karakter), selang kelas, hubungan panjang bobot dan faktor kondisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genus Myripristis memiliki karakter pembeda yang lebih banyak dibandingkan dengan genus Sargocentron yaitu masing masing sebesar 50.00% dan 16.66%. Myripristis berndty dan Myripristis murdjan memiliki 5 karakter pembeda (SL,HL, CPL, HD, PFL dan VFL), sedangkan Sargocentron tieroides dan Sargocentron caudimacullatum hanya memiliki 2 karakter pembeda (SnL dan PFL). Genus Myripristis yang dikoleksi cenderung memiliki ukuran panjang total dan bobot total yang lebih rendah dibandingkan dengan genus Sargocentron.  Keempat jenis yang diteliti dalam penelitian ini memiliki pola pertumbuhan alometrik negatif (b<3) dengan nilai faktor kondisi berkisar antara 0.787 hingga 1.417
Morfologi Kelenjar Aksesori Kelamin Jantan pada Trenggiling (Manis javanica) (MORPHOLOGY OF THE MALE SEX ACCESSORY GLANDS OF THE PANGOLIN (MANIS JAVANICA)) Yusrizal Akmal; Chairun Nisa; Savitri Novelina
Jurnal Veteriner Vol 20 No 1 (2019)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.636 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2019.20.1.38

Abstract

The study aims to reveal the morphology of the male sex accessory glands of the pangolin at macroscopic and microscopic levels. Macroscopic observation included measurement of length and thickness of each accessory gland while microscopic observation, sample of each accessory gland was processed by histology technique with paraffin method and sliced with 3-5 ?m thickness and stained with hematoxylin-eosin (HE) staining for general structural observation, coloration of alcian blue (AB) pH 2.5 and periodic acid Schiff (PAS) to observe the distribution of acid and neutral mucopolysaccharides in each glands. The results showed that the male sex accessory glands of the pangolin consist of vesicular gland and prostate, and bulbourethral gland which were not observed macroscopically. The average length and thickness of vesicular gland were 1.07 cm and 0.41 cm, while the prostate was 1.17 cm and 0.54 cm respectively. All accessory glands were lobulated and separated with a thick connective tissue into lobes and lobules. Acinar cells in the vesicular glands were a serous type, whereas acinar cells in the prostate and bulbourethral gland were the mucous types. Secretion of vesicular gland contains neutral mucopolysaccharide with low concentrations and prostate containing neutral mucopolysaccharide with moderate conJurnal Veteriner Maret 2019 Vol. 20 No. 1 : 38 - 47 pISSN: 1411-8327; eISSN: 2477-5665 DOI: 10.19087/jveteriner.2019.20.1.38 Terakreditasi Nasional, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, online pada http://ojs.unud.ac.id/index.php/jvet Kemenristek Dikti RI S.K. No. 36a/E/KPT/201639 centrations, and did not secrete acid mucopolysaccharide. Secretion of bulbourethral glands contains neutral and acidic mucopolysaccharide with strong concentrations. Macroscopically the bulbourethral gland is not observed but has a high carbohydrate which acts as to produce of cement plasma and rinsing urethra from urine.
The morphology of Thai mahseer’s Tor tambroides (Bleeker, 1854) axial skeleton (ossa vertebrae) Ilham Zulfahmi; Yusrizal Akmal; Agung Setia Batubara
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 18 No 2 (2018): June 2018
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v18i2.329

Abstract

This study aims to describe the axial skeleton morphology (ossa vertebrae) of Thai mahseer’s,Tor tambroides (Bleeker 1854). A 5 kg of 65 cm fish sample were obtained from fish trader in the Tangse River area of Pidie district.. The axial skeleton preparations processed at the Laboratory of Mathematics and Natural Sciences, Al Muslim University, Bireuen district. The identification of terminology was done at Integrated Biology Laboratory, Biology Department, Faculty of Science and Technology, Ar-Raniry Islamic State University. The keureling’s axial skeleton processed by physically and chemically.. Axial skeleton was arranged into a single piece to analyze every part of it. Every part of axial skeleton documented by using Canon EOS 700D camera and processed by Adobe Photoshop CS3. The labeling of each part of the axial skeleton was done by comparing the similarity of the shape and location of each part of the fish axial skeleton that has been studied previously, either from the same family or from the different family.The results showed that Keureling had four axial vertebrae bones belonging to the weberian apparatus, 19 ossa abdominal vertebrae, 18 pairs ossa costales, 16 ossa caudal vertebrae and one os urostyles vertebrae. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan morfologi tulang belakang (ossa vertebrae) ikan keureling, Tor tam-broides (Bleeker, 1854). Contoh ikan diperoleh dari pedagang ikan di wilayah sungai Tangse Kabupaten Pidie dengan bobot 5 kg dan panjang 65 cm. Tahapan pembuatan preparat tulang belakang dilakukan di Laboratorium Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Al Muslim Kabupaten Bireuen. Identifikasi terminologi tulang belakang ikan dilakukan di Laboratorium Terpadu Biologi, Program studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Pembuatan preparat tulang belakang dilakukan secara fisik dan kimiawi. Tulang belakang yang telah bersih dirangkai menjadi satu kesatuan untuk dianalisis setiap bagian-bagiannya. Pemotretan setiap bagian tulang bela-kang dilakukan dengan menggunakan kamera Canon EOS 700D dan diolah dengan menggunakan Adobe Photoshop CS3. Penamaan setiap bagian tulang belakang dilakukan dengan cara membandingkan kemiripan bentuk dan letak dari setiap bagian tulang belakang ikan yang telah diteliti sebelumnya, baik dari famili yang sama maupun dari famili yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan ikan keureling memiliki empat buah tulang axial vertebrae yang termasuk da-lam tulang Weber (Weberian apparatus), 19 ossa abdminal vertebrae, 18 pasang ossa costae, 16 ossa caudal vertebrae dan satu os urostyles vertebrae.
Co-Authors Adli Waliul Perdana Agung Setia Batubara Agung Setia Batubara Agus Putra AS Ajmir Akmal Amiruddin Amiruddin Anis Nugrahawati Antoni Antoni Arief Hidayat Zulkifli Arif Sardi Asih Makarti Muktitama Asmaul Husna Badratus Nafis Batubara, Agung Setia Chairun Nisa’ Cut Ayu Nurazmi Cut Mutia Sena Devi Dewi Nola Nasution Dwi Yuliandhani Epa Paujiah, Epa Ernita Ernita Fatmawati Saifuddin Fatmawati Saifuddin Febri, Suri Purnama Hakim, Syahirman Halus Satriawan Hani Plumeriastuti Hani Plumeriastuti Hanum Hanum Hanum Haser, Teuku Fadlon Heni Pujiastuti Herlina Putri Endah Sari Herpandi Herpandi Ikram, Said Ilham Zulfahm Ilham Zulfahmi Ilham Zulfahmi Ilham Zulfahmi Ilham Zulfahmi Ilham Zulfahmi Ilham Zulfahmi Ilham Zulfahmi Intan Nazarah Irfannur Irfannur Irfannur Irfannur Irfannur Irfannur Irfannur Irfannur, Irfannur Izwar, Akmal Khairatun Nisak Khairun Nisa M Isa M. F. Rahardjo M. Fauzan Isma M. Muliari M.Radhi M.Radhi Mahdaliana, Mahdaliana Mahyana Mahyana Mandasari Mardiana Mardiana Masda Admi Maulida, Rafdhayatul Maulina Mida Wahyuni Misnar Misnar Mochamad Syaifudin Mona Fattya Anisha Muchammad Yunus Muhammad Radhi Mujibul Rahman Mukhlis Mukhlis Muliari Muliari Muliari Muliari Muliari Muliari Munawwar Khalil, Munawwar Muslich Hidayat Mustaqim Mustaqim Mustaqim Mustaqim, Mustaqim Mutasar Nafis, Badratus Najmuddin MA, Najmuddin Nanda Rizki Purnama Nazariah Hayatun Neri Kautsari Nuraida Nuraida Perdana, Adli Waliul R Nurlian R Nurlian Rachmawati Rusydi, Rachmawati Rahma Mulyani Ramadani, Cut Putri Rizqia Rasmaidar Rasmaidar Ratna Fitriani Resti Faumi Rianjuanda Rianjuanda Rinaldi Rinaldi Rindhira Humairani Rindhira Humairani Rindhira Humairani Rindhira Humairani Rindhira Humairani Rindhira Humairani Rindhira Humairani Rindhira Humairani Rossy Azhar salamah salamah Salsabila, Unik Hanifah Savitri Novelina Sithra Almunadiya Siti Komariyah Solly Aryza Suryani Suryani Syahputra, Hidayat Syamsul Arifin T Zahrial Helmi T. Irfan Fajri Teuku Zahrial Helmi Wenny Novita Sari Winaruddin Winaruddin Yeni Dhamayanti Yeni Dhamayanti Yulidar Yulidar Yuni Sari Yunina Rahmi Yunus, Muchammad Zaitun Ritaqwin Rita Zulkifli, Arief Hidayat