Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

EKSPRESI KEBERAGAMAN ONLINE: MEDIA BARU DAN DAKWAH Asmar, Afidatul
Jurnal Ilmu Dakwah Vol 40, No 1 (2020)
Publisher : Faculty of Dakwah and Communication, Walisongo State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (694.624 KB) | DOI: 10.21580/jid.v40.1.5298

Abstract

AbstractThis paper explain how diversity expression of dakwah in new media. Today, media makes many preachers and mad?u use new media facilities, including internet media where content to Islam is packaged in stories of everyday life and given with funny things. this strategy attracts many interested people on both sides of the preacher and the mad'u themselves. Da'wah is the one of the activities aimed at inviting others in kindness, reminiscent of the end of the day, while new media is a tool used to invite others to better paths. In other developments the question arises regarding human imagination about God and the path of understanding spirituality experiencing setbacks or impoverishment in the digital age. Will the path of God's search for this generation of media cause visitors to the place of worship to recede, the preaching of the Scriptures is not heard, and the spirit of the religious community was down. Is the ?new media gedia generation? aware or not ?deify? ?virtual God?. This research uses a case study on the response of preachers and people related to the expression of diversity in using new media, so that how to interpret the message in the social media content Instagram, Facebook, Twitter and YouTube which is a unity of the internet world.Keywords: Religion, new media, dan da?wahAbstrakTulisan ini berupaya menjelaskan bagaimana dakwah dengan ekspresi keberagaman pada media baru saat ini. Dewasa ini media membuat banyak pendakwah maupun mad?u memanfaatkan fasilitas media baru, diantaranya media internet dimana konten-konten ke Islaman yang dikemas dengan santai dalam cerita kehidupan sehari-hari serta dibumbuhi hal-hal lucu. Strategi ini banyak menjaring peminat pada kedua sisi baik pendakwah maupun para mad?u itu sendiri. Dakwah adalah salah satu kegiatan yang bertujuan mengajak orang lain dalam kebaikan, mengingatkan terhadap hari akhir, sedangkan media baru adalah alat yang digunakan untuk mengajak orang lain kejalan yang lebih baik. Pada perkembangan lain muncul pertanyaan terkait imajinasi manusia tentang Tuhan dan jalan pemahaman spritualitas mengalami kemunduran atau pemiskinan di era digital. Apakah jalan pencarian Tuhan generasi media ini akan menyebabkan pengunjung tempat ibadah surut, pemberitaan Kitab Suci tidak didengar, dan spirit komunitas keagamaan tatap muka meredup. Apakah ?generasi media baru? ini sadar atau tidak mulai : ?menuhankan? ?Tuhan-tuhan virtual?. Penelitian ini menggunakan studi kasus terhadap respon pendakwah dan umat terkait ekspresi keberagaman didalam menggunakan media baru, sehingga bagaimana memaknai pesan dakwah yang terkandung didalam konten-konten media sosial Instagram, facebook, twitter maupun youtube yang merupakan satu kesatuan dunia internet.Kata kunci: Agama, media baru, dan dakwah.
Ekspresi Keberagaman Online: Media Baru dan Dakwah Asmar, Afidatul
Jurnal Ilmu Dakwah Vol 40, No 1 (2020)
Publisher : Faculty of Dakwah and Communication, Walisongo State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/jid.v40.1.5298

Abstract

This paper explain how diversity expression of dakwah in new media. Today, media makes many preachers and mad’u use new media facilities, including internet media where content to Islam is packaged in stories of everyday life and given with funny things. this strategy attracts many interested people on both sides of the preacher and the mad'u themselves. Da'wah is the one of the activities aimed at inviting others in kindness, reminiscent of the end of the day, while new media is a tool used to invite others to better paths. In other developments the question arises regarding human imagination about God and the path of understanding spirituality experiencing setbacks or impoverishment in the digital age. Will the path of God's search for this generation of media cause visitors to the place of worship to recede, the preaching of the Scriptures is not heard, and the spirit of the religious community was down. Is the “new media gedia generation” aware or not “deify” “virtual God”. This research uses a case study on the response of preachers and people related to the expression of diversity in using new media, so that how to interpret the message in the social media content Instagram, Facebook, Twitter and YouTube which is a unity of the internet world. Tulisan ini berupaya menjelaskan bagaimana dakwah dengan ekspresi keberagaman pada media baru saat ini. Dewasa ini media membuat banyak pendakwah maupun mad’u memanfaatkan fasilitas media baru, diantaranya media internet dimana konten-konten ke Islaman yang dikemas dengan santai dalam cerita kehidupan sehari-hari serta dibumbuhi hal-hal lucu. Strategi ini banyak menjaring peminat pada kedua sisi baik pendakwah maupun para mad’u itu sendiri. Dakwah adalah salah satu kegiatan yang bertujuan mengajak orang lain dalam kebaikan, mengingatkan terhadap hari akhir, sedangkan media baru adalah alat yang digunakan untuk mengajak orang lain kejalan yang lebih baik. Pada perkembangan lain muncul pertanyaan terkait imajinasi manusia tentang Tuhan dan jalan pemahaman spritualitas mengalami kemunduran atau pemiskinan di era digital. Apakah jalan pencarian Tuhan generasi media ini akan menyebabkan pengunjung tempat ibadah surut, pemberitaan Kitab Suci tidak didengar, dan spirit komunitas keagamaan tatap muka meredup. Apakah “generasi media baru” ini sadar atau tidak mulai : “menuhankan” “Tuhan-tuhan virtual”. Penelitian ini menggunakan studi kasus terhadap respon pendakwah dan umat terkait ekspresi keberagaman didalam menggunakan media baru, sehingga bagaimana memaknai pesan dakwah yang terkandung didalam konten-konten media sosial Instagram, facebook, twitter maupun youtube yang merupakan satu kesatuan dunia internet.
Old Order, New Order, NU Order (Existence of NU Today) Afidatul Asmar
Journal of Nahdlatul Ulama Studies Vol 1, No 2 (2020): Journal of Nahdlatul Ulama Studies
Publisher : Lakpesdam PCNU Kota Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35672/jnus.v1i2.210-216

Abstract

This paper attempts to explain the role and strategy of the Nahdlatul Ulama (NU) today, by making a comparison of the existence of the NU from the Old Order (ORLA), then in the New Order (ORBA) which finally according to the author produced the NU Order (ORNU). This research uses the library research method to answer the various ups and downs that lead to the design of the paradigm, methodology, and foundation of NU today. The results showed that the NU experienced ups and downs, becoming the largest Islamic organization during the Old Order. Then it became a political party during the New Order era. Then the final result explained that ORNU which was intended at this time was NU returned to their first goal of forming an NU organization to preach in the social and educational fields, not to engage in practical politics.
MEDIA DAN REALITAS SOSIAL ISLAM Afidatul Asmar
AdZikra : Jurnal Komunikasi & Penyiaran Islam Vol 10 No 2 (2019): Juli-Desember
Publisher : Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/adzikra.v10i2.4234

Abstract

Berita mengenai aksi terorisme telah mewarnai banyak media massa baik media cetak maupun media elektronik beberapa saat bahkan sampai beberapa pekan semenjak terjadinya BOM Sarinah di kawasan Jalan MH. Thamrin Jakarta. Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil. Terjadinya bom bunuh diri juga sebagai bentuk penolakan terhadap realitas sosial yang kemudian di kembangkan melalui media. Mereka menganggap bahwa sistem hukum di negara Indonesia adalah hasil dari pemikiran barat. juga memiliki sistem Thagut (Berhala) dan tidak menggunakan hukum syariat Islam. Hal ini ditunjukan dengan doktrin-doktrin yang mereka berikan sehingga terinternalisasi menjadi sebuah pegangan hidup dan diterima sebagai suatu kebenaran, kemudian disucikan dalam bentuk dogma, yang hanya kematian yang dapat memisahkan keyakinan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Disisi lain bentuk kekerasan aktual adalah kekerasan yang nyata, transparan dan terjadi secara sungguh-sungguh, sedangkan kekerasan simbolik adalah kekerasan yang terjadi melalui simbol-simbol, bisa berupa bahasan di media lisan, tulisan maupun elektronik. Dalam realitas sosial ada tiga corak kekerasan agama, yaitu: pertama, kekerasan fisik yang terjadi antar umat beragama, seperti kekerasan pada jemaat Ahmadiyah di kampus Mubarok. Kedua, Kekerasan wacana yang biasanya terjadi di kalangan penganut salah satu agama, seperti wacana yang dikembangkan oleh Jaringan Islam Liberal yang menghasilkan kekerasan terhadapnya. Ketiga, kekerasan agama yang bercorak halus yang biasanya menggunakan medium seni atau sastra, ini dilakukan pada tayangan-tayangan perfilman contohnya karya Panji Kusmin yang berjudul "langit Makin Mendung", Salman Rushdi tentang " Satanic Verses".
Genealogi dan Strategi Dakwah Kultural NU Afidatul Asmar
Islamica: Jurnal Studi Keislaman Vol. 13 No. 1 (2018): September
Publisher : Postgraduate Studies of Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/islamica.2018.13.1.164-183

Abstract

Since Nahdlatul Ulama scholars have been preaching Islamic knowledge using language and the social culture of their audience, the message of preachings (da‘wa) is easily absorbed by the audience. Such Islamic da‘wa is recognised as a cultural Islamic da‘wa, making Islam accommodative to the local culture without reducing any of the values of Islamic principles; and challenging the radical Islamic discourse strongly emerg-ing in post-reformasi Indonesia. This article would revisit the concept of cultural Islamic da‘wa developed by Nahdlatul Ulama scholars, by tracing the strong chains of its genealogies, then exploring the strategies conducted in line with the dream of displaying a “soft” face of Islam in Indonesia. As a result, this article argues that the cultural Islamic da‘wa of Nahdlatul Ulama scholars is inspired by, even adopts to, that of Walisongo in the 15th and 16th centuries Indonesia. Its aim is to make sharī‘ah applicated substantively, other than normatively, by the society, through a strategy of cultural approaches, rather than structural ones.
Ekspresi Keberagaman Online: Media Baru dan Dakwah Afidatul Asmar
Jurnal Ilmu Dakwah Vol 40, No 1 (2020)
Publisher : Faculty of Dakwah and Communication, Walisongo State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/jid.v40.1.5298

Abstract

This paper explain how diversity expression of dakwah in new media. Today, media makes many preachers and mad’u use new media facilities, including internet media where content to Islam is packaged in stories of everyday life and given with funny things. this strategy attracts many interested people on both sides of the preacher and the mad'u themselves. Da'wah is the one of the activities aimed at inviting others in kindness, reminiscent of the end of the day, while new media is a tool used to invite others to better paths. In other developments the question arises regarding human imagination about God and the path of understanding spirituality experiencing setbacks or impoverishment in the digital age. Will the path of God's search for this generation of media cause visitors to the place of worship to recede, the preaching of the Scriptures is not heard, and the spirit of the religious community was down. Is the “new media gedia generation” aware or not “deify” “virtual God”. This research uses a case study on the response of preachers and people related to the expression of diversity in using new media, so that how to interpret the message in the social media content Instagram, Facebook, Twitter and YouTube which is a unity of the internet world. Tulisan ini berupaya menjelaskan bagaimana dakwah dengan ekspresi keberagaman pada media baru saat ini. Dewasa ini media membuat banyak pendakwah maupun mad’u memanfaatkan fasilitas media baru, diantaranya media internet dimana konten-konten ke Islaman yang dikemas dengan santai dalam cerita kehidupan sehari-hari serta dibumbuhi hal-hal lucu. Strategi ini banyak menjaring peminat pada kedua sisi baik pendakwah maupun para mad’u itu sendiri. Dakwah adalah salah satu kegiatan yang bertujuan mengajak orang lain dalam kebaikan, mengingatkan terhadap hari akhir, sedangkan media baru adalah alat yang digunakan untuk mengajak orang lain kejalan yang lebih baik. Pada perkembangan lain muncul pertanyaan terkait imajinasi manusia tentang Tuhan dan jalan pemahaman spritualitas mengalami kemunduran atau pemiskinan di era digital. Apakah jalan pencarian Tuhan generasi media ini akan menyebabkan pengunjung tempat ibadah surut, pemberitaan Kitab Suci tidak didengar, dan spirit komunitas keagamaan tatap muka meredup. Apakah “generasi media baru” ini sadar atau tidak mulai : “menuhankan” “Tuhan-tuhan virtual”. Penelitian ini menggunakan studi kasus terhadap respon pendakwah dan umat terkait ekspresi keberagaman didalam menggunakan media baru, sehingga bagaimana memaknai pesan dakwah yang terkandung didalam konten-konten media sosial Instagram, facebook, twitter maupun youtube yang merupakan satu kesatuan dunia internet.
Inclusive da’wa on Indonesian people: The role of people in the view of Auguste Comte Iskandar Iskandar; Nurhakki Anshar; Afidatul Asmar
Jurnal Ilmu Dakwah Vol 42, No 1 (2022)
Publisher : Faculty of Dakwah and Communication, Walisongo State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/jid.v42.1.11093

Abstract

Purpose - The purpose of this research is to find out the reasons why inclusive da’wa is needed in Indonesian society, to find out the impact of inclusive da’wa material on the Indonesian's lives, and to find out the opportunities and obstacles for implementing inclusive da'wah in Indonesia.Method - The research’s type is qualitative research with a multidisciplinary approach, so the data collection use observation method and documentation with Auguste Comte's positivism theory is then analyzed and a conclusion is drawn.Result - The results showed that inclusive da’wa is required in Indonesian society because Indonesian society is plural, and consisting of diversity so in spreading friendly Islamic teachings it is not only possible to implement it in theory which is based on Alquran and Hadith. On the other hand, knowledge is required as an approach to seeing Indonesian society.Implication - The impact of inclusive da’wa material on the people's lives in Indonesia has influenced changing people's mindsets. Significantly, now society, in general, can understand differences as a necessity that their existence must be respected.Originality – This article examines inclusive Da’wa referring to Auguste Comte.***Tujuan – Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan mengapa da’wa inklusif diperlukan dalam masyarakat Indonesia, untuk mengetahui dampak materi da’wa inklusif terhadap kehidupan bangsa Indonesia , dan untuk mengetahui peluang dan hambatan pelaksanaannya . da’wa inklusif di Indonesia.Metode - Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan multidisiplin, sehingga pengumpulan data menggunakan metode observasi dan dokumentasi dengan teori positivisme Auguste Comte kemudian dianalisis dan ditarik suatu kesimpulan.Hasil - Hasil penelitian menunjukkan bahwa da’wa inklusif diperlukan dalam masyarakat Indonesia karena masyarakat Indonesia adalah plural, terdiri dari keragaman sehingga dalam menyebarkan ajaran Islam ramah tidak hanya mungkin untuk menerapkannya dalam teori yang didasarkan pada al-quran dan hadits. . Namun di sisi lain, pengetahuan dibutuhkan sebagai pendekatan dalam melihat masyarakat Indonesia.Implikasi - Dampak materi da’wa inklusif terhadap kehidupan masyarakat di Indonesia telah membawa pengaruh terhadap perubahan pola pikir masyarakat. Secara signifikan, kini masyarakat pada umumnya mampu memahami perbedaan sebagai keniscayaan yang harus dihormati keberadaannya.Orisinalitas – Artikel ini mengkaji da’wa inklusif yang mengacu pada Auguste Comte.
MEDIA DAN REALITAS SOSIAL: REFLEKSI DAN REPRESENTASI PEMBERITAAN VIRUS CORONA Afidatul Asmar
Al-Din: Jurnal Dakwah dan Sosial Keagamaan Vol 6, No 1 (2020): AL-DIN Jurnal Dakwah dan Sosial Keagamaan
Publisher : fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Bone

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35673/ajdsk.v6i1.851

Abstract

AbstrakPublik Indonesia sendiri secara garis besar bisa merespon dengan baik sajian media  yang  dipandang  kurang  netral. Keragaman  pendapat  masih  banyak  bisa dijumpai dan ini menandakan pola pikir masyarakat  yang heterogen. Media kita sejauh ini belum bisa dianggap merepresentasikan realitas sosial yang ada, mengingat minimnya alternatif tayangan yang bisa dikonsumsi, dan mengakibatkan publik mau tidak mau melihat satu tayangan tertentu. Media dan Realitas Sosial, Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai refleksi dan representasi sosial media. Lebih sederhananya, bisa dipahami bahwa tema yang akan dibahas ini tentang aspek sosial yang melekat pada media. Selanjutnya bagaimana media memberitakan kasus virus corona yang menghebongkan dunia, terkhusus masyarakat Indonesia. Kata Kunci: Media, Realitas Sosial, Virus Corona
Strategi Dakwah dalam Digitalisasi Ziswaf di Era Pandemi Afidatul Asmar; Lira Yuanita
Journal of Islamic Management Vol. 2 No. 2 (2022): July
Publisher : Program Studi Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (555.081 KB) | DOI: 10.15642/jim.v2i2.996

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna digitalisasi ziswaf, mengidentifikasi dan mendeskripsikan cara kerja ZISWAF digital, dan menganalisis strategi dakwah yang bisa diterapkan kepada masyarakat terkait digitalisasi ziswaf. Metode yang digunakan ialah deskriptif kualitatif. Sumber data diperoleh dari studi literatur kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan. Hasil yang didapatkan dari peneliian ini yaitu bahwa digitalisasi ziswaf atau ziswaf digital merupakan inovasi dari transaksi ZISWAF yang dilakukan secara online melalui aplikasi atau platform tertentu yang bekerjasama dengan BAZNAS. Cara kerjanya seperti praktik transaksi ZISWAF pada umumnya, namun melalui online. Strategi dakwah yang bisa diterapkan untuk meningkatkan literasi masyarakat terkait ziswaf digital antara lain: 1) Strategi Tilawah dengan ceramah atau tulisan yang berisi tentang penjelasan aturan dan hukum transaksi ZISWAF, 2) Strategi Tazkiyah, dengan mengajak seseorang yang kotor jiwanya untuk bertaubat melalui ceramah maupun ESQ, dan 3) Strategi Ta’lim, dengan membuatkan kurikulum pembelajaran bertahap terkait ZISWAF digital. Kesimpulannya ialah bahwa strategi dakwah dapat diterapkan untuk meningkatkan literasi masyarakat terkait digitalisasi ZISWAF
Satire Content Youtube’s Got Talent Channel Skinny Indonesia24 Perspektif Etika Dan Komunikasi Islam Saukani, Muhammad Saukani; Sulvina Jayanti; Afidatul Asmar
Journal of Media and Communication Studies Vol 1 No 2 (2023): JOURMICS : Journal of Media and Communication Studies
Publisher : Communication and Islamic Broadcasting Studies IAIN Parepare

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.12 KB) | DOI: 10.35905/jourmics.v1i2.3525

Abstract

Satire Content Youtube's Got Talent Channel Skinny Indonesia24 Perspective of Islamic Ethics Freedom in uploading YouTube content is one of the reasons for the decline in content quality. This phenomenon was criticized by skinnyindonesia24 by creating YouTube's got talent content to criticize YouTube content which is considered to lower the standard of YouTube creator content. The purpose of this study was to examine the meaning and find out the satire from the perspective of Islamic ethics and communication on YouTube's got talent. This study uses descriptive discourse analysis by analyzing the three parts of YouTube's got talent content to obtain research data. The data collection technique in this study was carried out through the observation stage by watching repeatedly and documentation by taking screenshots of the atmosphere and dialogue relevant to this research. The results of this study indicate that the soft satire and hard satire used have a meaning of criticism of YouTube content which is considered to lower the standards of content creators. In this content there are also several dialogues that are not in accordance with communication ethics such as nature, actions, morals and relationships. Several dialogues also come out of the principles of Islamic communication and communication