Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

DINAMIKA KEBERLANGSUNGAN TABUIK PARIAMAN Asril Asril
Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 13, No 1 (2011): Ekspresi Seni
Publisher : LPPMPP Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1027.243 KB) | DOI: 10.26887/ekse.v13i1.183

Abstract

The existence of Tabuik has undergone some dynamics of change in a variety of situations. The tug of war in a number of situations and political interest between government and community is just like a wave of life. It is too often the case that the dynamics reach the point where there should be a willingness to shift and the loss of some symbols of tabuik‟s ritual and magical power as a cultural obligation for Pariaman community. The role of the government as a player in the dynamics of tabuik‟s existence can be regarded as “positive patronage” for the sustainability of tabuik in future. 
Tari Poang dan Tari Olang-olang Pertunjukan Ritual Masyarakat Sakai di Kabupaten Bengkalis, Riau Asril Asril; Novesar Jamarun; Hamzah Hamzah; Mansur Halilintar; Trio Saputra
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 2 (2020): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v35i2.1056

Abstract

Tari Poang merupakan tari ritual adat penyambutan tamu oleh masyarakat Sakai, khususnya Bathin Sobanga dari kelompok suku Bathin Solapan, Kabupaten Bengkalis. Tarian ini hanya ditampilkan dalam penyambutan tamu-tamu adat, pemerintahan, dan yang dianggap terhormat oleh masyarakat Sakai. Sementara tari Olang-olang merupakan tarian ritual masyarakat Sakai yang bersumber dari ritual pengobatan badike. Tari Olang-olang ditemui di berbagai kelompok bathin yang terdapat pada Bathin Solapan. Materi gerak tarian ini terinspirasi dari gerak-gerak elang terbang. Elang dijadikan sebagai hewan utama dalam kepercayaan masyarakat Sakai yang mampu terbang tinggi mengantarkan doa dan mantra mereka kepada Tuhan pada saat pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk membahas Tari Poang dan Tari Olang-olang yang menjadi tari pertunjukan ritual masyarakat Sakai pada kelompok suku Bathin Solapan di Kabupaten Bengkalis. Penelitian ini merupakan studi kasus pertunjukan ritual pengobatan pada masyarakat Sakai. Pengamatan terhadap peristiwa ritual dan pertunjukan tarian ini sangat penting dilakukan untuk mendapat data yang valid, terkait dengan bentuk pertunjukan, ekspresi, dan suasana ritual.
TARI ASYEIK NITI MAHLIGAI DALAM KARYA RELIEF LOGAM Marten Agung Laksono; Asril Asril
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.39069

Abstract

The primary steps of the asyeik niti mahligai ritual are where relief works are produced. Asyeik Niti Mahligai is performed on stage as a test by Bilian Saleh to reach the pinnacle of mysticism. The asyeik niti mahligai dance is being introduced to the public, especially the people of Kerinci, through the creation of this relief. Particularly important is the comprehension of the variations in the asyeik niti mahligai dance that is discussed in the work. The artist's version of the Asyeik Niti Mahligai  dance captures the spirit of the dance that Bilian Saleh did during the traditional procession. The second is created so that it can serve as a resource for other artists, for example, in the production of art that requires the shape of regional customs. Exploration, design, and embodiment were the strategies employed in the creation of this piece. The engraving and pressing process is employed. This two-dimensional piece uses metal reliefs to depict the procession of Bilian Saleh during the asyeik niti mahligai ceremony. Using the right-to-left reading technique, the reliefs are back in two pieces. Asyeik niti mahligai's creator relief ritual serves as a means of conserving local culture and making it accessible to future generations through artistic creations.Keywords: dance, asyeik, niti, mahligai, relief. AbstrakPenciptaan karya relief logam bersumber dari tahapan inti dalam ritual asyeik niti mahligai. Tahapan inti tersebut ialah tari asyeik niti mahligai sebagai ujian yang ditempuh bilian saleh sebagai puncak tertingi ilmu kebatinan. Tujuan penciptaan karya relief ini adalah memperkenalkan kepada masyarakat khususnya masyarakat Kerinci tentang tari asyeik niti mahligai, terutama pemahaman tentang perbedaan tari asyeik niti mahligai yang diangkat dalam karya. Tari yang angkat oleh pengkarya yaitu esensi tari asyeik niti mahligai yang dilaksanakan oleh bilian saleh pada prosesi ritual. Kedua yang diciptakan agar dapat menjadi acuan seniman lainya khususnya pada penciptaan seni rupa yang mengambil bentuk dari tradisi lokal. Metode yang digunakan dalam penciptaan karya ini ialah melalui tahapan eksplorasi, perancangan dan perwujudan. Teknik yang digunakan yaitu teknik ukir tatah dan tekan. Karya yang dihasilkan merupakan karya dua dimensi menguraikan prosesi pengangkatan bilian saleh dalam ritual asyeik niti mahligai dalam bentuk relief logam. Relief berjumlah dua karya dengan teknik membaca dari kanan ke kiri. Penciptaan relief ritual asyeik niti mahligai sebagai salah satu cara terhadap pelestarian budaya lokal agar dapat dikenal sampai generasi selanjutnya dalam bentuk karya seni rupa.Kata kunci: tari, asyeik, niti, mahligai, relief. Authors:Marten Agung Laksono : Institut Seni Indonesia Padangpanjang          Asril : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Beardsley, M. (1958). Aesthetics Problem In The Philosophy Of Criticism. United states Of America: Harcourt Brace & World.Damono, S. D. (2018). Alih Wahana. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.Gustami, S. (2007). Butir-Butir Mutiara Estetika Timur: Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya Indonesia. Yogyakarta: Parisista.Helmiati, H., Misgiya, M., Atmojo, W. T., & Silaban, B. (2020). Eksperimen Pewarnaan Batik dengan Bahan Alami Buah Naga (Hylocereus Undatus). Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(1), 22-26.Daniati, N., Sastra, A. I., & Dharsono, D. (2018). Perempuan Kerinci sebagai Ide dalam Penciptaan Karya Seni Lukis. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 7(2), 129-133.Nopia, R., Akmal, A., & Munaf, Y. (2018). KuloukKerinci dalam Karya Mahkota Putai. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 7(2), 123-128.Putra, Eva Bramanti. (2022), “Sejarah Prosesi Ritual Asyeik Niti Mahlagi”. Hasil Wawancara Pribadi: 12 Januari 2022, Kerinci.
MY CHILDHOOD MEMORIES: PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS DEKORATIF Rezi Ilfi Rahmi; Asril Asril
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.33871

Abstract

The creation of art painting entitled “my childhood memories” it based on the moments of the artist childhood memories that visualized into art painting. The childhood has deep impression in artist live. A natural environment, a nice playmate leaving a sweet memories that unforgetable. The traditional situation and a lot of game in nature. The children activity in the hometown located in Marapi’s mountain area, West Sumatera. The artist represent the childhood experience by using decorative style with pointilis technique as the filler or decoration. The aim of the creation is to express the feeling related to the impressive childhood memories. The methods used consist of data collecting, the contemplation and remembering the past and re-visit the place that uses as playground in the childhood. Watching and picking up the documentation, arrange the concept of art planning then copy the sketch into canvas the process the painting on the canvas until art finishing. This creation be viewed into three art painting, in two dimension, which are; the journey to the pond, catching the dragonflies and the favorite tree; which every painting have different side, from visual side that stated and also the feeling that want to tell. Overall all of the art express the childhood in the hometown.Keywords: childhood memories, decorative painting. AbstrakPenciptaan karya seni lukis dengan judul “My Childhood Memories” ini didasari oleh moment-moment pengalaman masa kecil pengkarya yang divisualisasikan ke dalam karya seni lukis. Masa kecil memilki kesan yang mendalam dalam kehidupan pengkarya, lingkungan yang asri dan teman bermain yang menyenangkan meninggalkan kenangan indah yang tidak dapat terlupakan. Kehidupan yang masih tradisinonal dan permainan lebih banyak di alam bersama kawan sebaya. Aktivitas masa anak-anak di kampung halaman, berada di kawasan daerah gunung Marapi, Sumatra Barat. Pengkarya merepresentasikan pengalaman masa kecil itu menggunakan gaya dekoratif dengan teknik pointilis sebagai isian atau hiasan. Tujuan penciptaan karya untuk mengekspresikan perasaan terkait kenangan masa lalu yang berkesan. Metode yang digunakan terdiri dari persiapan pengumpulan data, melakukan perenungan dan mengingat kembali masa lalu dan mendatangi tempat bermain di waktu kecil, mengamati dan mengambil dokumentasi, menyusun konsep dan rancangan karya. Realisasi konsep diawali dengan pembuatan sketsa, kemudian pemindahan sketsa ke kanvas, proses melukis di atas bidang kanvas hingga finishing karya. Karya ini diwujudkan menjadi tiga karya lukisan dalam bentuk dua dimensi, yaitu: Perjalanan Menuju Telaga, Menangkap Capung, dan Pohon Favorit; yang masing-masingnya memiliki perbedaan, baik dari segi bentuk visual yang dimunculkan, maupun perasaan yang ingin disampaikan. Secara keseluruhan karya mengungkapkan bagaimana kenangan masa kecil di kampung halaman.Kata Kunci: kenangan masa kecil, lukisan dekoratif. Authors:Rezi Ilfi Rahmi : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAsril : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Kartika, D. S., & Perwira, N. G. (2004). Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.Marianto, D. (2006). Quantum Seni. Semarang: Dahara Prize.Mustofa, B. (2015). Psikologi Pendidikan. Yokyakarta: Parama Ilmu.Soedarso, SP. (2006). Trilogi Seni. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yokyakarta.Supratman, L. P., & Mahadian, A. B. (2016). Psikologi Komunikasi. Yogyakarta: Deepublish.Susanto, M. (2011). Diksi Rupa. Yogyakarta: DictiArt.Sujanto, A. (1982). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru.Sujanto, A. L. H., & Hadi, T. (1980). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Aksara Baru.Sutrisno, M., & Verhaak, C. (1993). Estetika. Yokyakarta:  Kanisius.
Simulasi Kim dalam Sejarah dan Perkembangannya Rudi Eka Putra; Asril .; Wilma Sriwulan
PANTUN: Jurnal Ilmiah Seni Budaya Vol 3, No 2 (2018): Kreatif, Inovatif, dan Industri Kreatif
Publisher : Pascasarjana ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1763.53 KB) | DOI: 10.26742/pantun.v3i2.967

Abstract

KIM adalah pertunjukan musik dan undian dari Minangkabau  yang mengunakan media pantun sebagai penyampaian  setiap angka yang berhasil keluar dari tabung undian. Pedendang KIM,  Musik, peserta KIM, kupon KIM dan hadiah adalah unsur penting dalam KIM. Kupon KIM yang menjadi salah satu syarat untuk bisa bermain. KIM dahulunya didapat dengan cara dibeli kepada penyelenggara KIM sehingga itulah KIM disebut judi. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan sekarang kupon tersebut didapat dengan cara cuma-cuma guna menghindari permasalahan judi yang termasuk kedalam kategori penyakit masyarakat. Berubahnya konsep KIM yang dulu berjudi menjadi  KIM sekarang berbentuk simulasi dari judi perlulah untuk diungkap, agar bisa mengetahui bagaimana proses simulacra dari KIM dahulu menjadi Kim saat ini. pengumpulan data dari narasumber seperti pelopor KIM, pedendang KIM dan masyarakat penikmat, pecinta dan pengamat KIM menjadi data penting yang nantinya akan dibedah secara interpertatif, agar permasalahan simulasi dan simulakra pada KIM ini dapat diungkap dengan jelas. Simulakra pada KIM dahulu terhadap KIM sekarang terjadi karena adanya beberapa perubahan pola sosial ditengah masyarkat. Kata kunci : KIM, musik dan undian, Simulasi. 
BAKAYAT DALAM UPACARA MAMBILANG AGHI KA-100 DI NAGARI SILANTAI KECAMATAN SUMPUR KUDUS KABUPATEN SIJUNJUNG Ivan Alfimus; Yurnalis Yurnalis; Asril Asril
Jurnal Musik Nusantara Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v3i1.3793

Abstract

Silantai merupakan salah satu Nagari yang terletak di Kecamatan Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat yang memiliki beragam kesenian. Salah satunya adalah kesenian bakayat. Bakayat merupakan seni tutur berbentuk nyanyian dan dibawakan dengan dialek lokal yang termasuk ke dalam tradisi lisan yang biasanya hadir dalam upacara mambilang aghi ka-100. Bakayat disajikan di sela-sela istirahat dalam pelaksanaan mauluak dan sesudah manamat kaji. Penelitian pada pertunjukan bakayat menggunakan metode penelitian kualitatif bersifat deskriptif sesuai dengan upacara yang dilaksanakan. Teori yang dipakai untuk membahas penelitian ini adalah teori bentuk yang dicetuskan oleh Bagus Susetyo dan teori struktur oleh Singer. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bakayat ditinjau dari bentuk, struktur dan aspek musikal yang dimilikinya, serta mendeskripsikan bentuk dari upacara mambilang aghi ka-100 yang ada di Nagari Silantai, yangbertujuan untuk mengetahui struktur dan aspek musikal dalam penyajian bakayat, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam upaya pelestarian seni tradisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakayat bukan sebuah kesenian tunggal yang hadir dalam kegiatan mambilang aghi ka-100, melainkan pertujukan bakayat saling berkaitan satu sama lain dengan pelaksanaan mauluak dalam kegiatan mambilang aghi ka-100.
Hibridisasi Pada Musik Keroncong dalam Lagu Gasiang Tangkurak oleh Grup Buana Lestari Sawahlunto Ade Febri Yulfita; Asril Asril
Grenek: Jurnal Seni Musik Vol 12, No 2 (2023): Grenek: Jurnal Seni Musik
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/grenek.v12i2.49389

Abstract

Lagu Gasiang Tangkurak diciptakan oleh Sahrul Tarun Yusuf yang menceritakan tentang seorang pria yang ditolak cintanya oleh seorang wanita, lalu sang pria mengguna-gunai si wanita menggunakan Gasiang Tangkurak. Salah satu orkes keroncong yang ada di Sawahlunto adalah Orkes keroncong Buana Lestari. Sebelum lagu pop Minang Gasiang Tangkurak diaransemen oleh Orkes Keroncong Buana Lestari menjadi musik keroncong, lagu pop Minang itu sudah berbentuk musik hibrid antara budaya lokal dan global. Aransemen musik aslinya menggunakan instrument musik modern dan menggunakan nada diatonis. Musik keroncong juga merupakan musik hibrid, maka kedua genre musik tersebut telah mengadaptasi musik secara global mengikuti scale diatonis Barat. Konsep aransemen musik yang dilakukan oleh Orkes Keroncong Buana Lestari dalam lagu Gasiang Tangkurak ke dalam bentuk keroncong, dengan memasukkan unsur-unsur musik keroncong dan unsur-unsur musik tradisi Minang lainnya. Tujuan Penelitian ini adalah untuk melihat proses hibridisasi pada musik keroncong Orkes Keroncong Buana Lestari. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan penyajian data bersifat deskriptif analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hibridisasi dan ambivalensi dalam aransemen lagu Gasiang Tangkurak yang terjadi pembauran antara musik pop, keroncong, dan tradisi. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan observasi, dokumentasi, serta wawancara dengan pengkarya seniman.
Tornado In The Sea: A Media Transposition of the Barracuda Series Painting into a Musical Composition Rama Anggara; Asril Asril
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 7, No 2 (2023): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, DECEMBER 2023
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gondang.v7i2.53754

Abstract

This work is the manifestation of the transformation of Zaimie bin Sahibil’s painting, Barracuda Series, into musical form. The Barracuda Series painting presents the beauty and richness of the ocean bed as a utopian paradigm of the maritime ecology of the coastal community of Sabah, Malaysia. The composer was inspired by his own aesthetic experience when appreciating the painting. This aesthetic experience became the material object that was treated with the concept of media transposition and turned into a musical composition. The media transposition was implemented through the interpretation and transformation of the external and internal structural levels of the Barracuda Series painting. These elements were adapted to create musical elements as a form of innovation in the way the composition was created. the creation of this work involved a number of work stages that were implemented constructively through a method of creation. These stages included: an analysis of data sources, experimentation, contemplation, composition, and formation. The work process utilized the results of extra-aesthetic interpretation and intra-aesthetic transformation to create an innovative musical text. The musical composition Tornado in the Sea uses the instrumentation of piano, violin, and kalimba. The stages of creation included an analysis of data sources, experimentation, contemplation, arrangement, formation, and execution.
Komposisi Tali Panimbang : Kestabilan Dawai dan Panimbang Raso Jo Pareso Asifa Askhan; Asril Asril; Asep Saepul Haris
Gestus Journal: Penciptaan dan Pengkajian Seni Vol 2 No 2 (2022): GESTUS JOURNAL : PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gsts.v2i2.40061

Abstract

Karya komposisi musik œTali Panimbang terinspirasi dari dawai pada instrumen rabab pasisia, khususnya dawai nomor empat yang tersusun paling atas dari susunan dawai pada rabab pasisia, yang tidak difungsikan sebagai sumber bunyi. Namun difungsikan sebagai penyeimbang getaran dan penghasil bunyi untuk dawai satu, dawai dua, dan dawai tiga. Dawai empat memiliki makna manimbang-nimbang raso jo pareso (menimbang rasa dan periksa ), yang mengartikan bagaimana seseorang hidup seimbang, arif, dan bijaksana antara sesama manusia.Kata Kunci: komposisi; dawai empat; penyeimbang; manimbang raso jo pareso; tali panimbang
Hibridisasi pada Musik Keroncong dalam Lagu Bugih Lamo oleh Grup Orkes Keroncong Buana Lestari Sawahlunto Ade Febri Yulfita; Asril Asril
ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 2 No. 10: September 2023
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jim.v2i10.2274

Abstract

Minang pop song Bugih Lamo was composed by Syahrul Tarun Yusuf and arranged by the Buana Lestari Keroncong orchestra to become keroncong music. Bugih Lamo songs are already in the form of hybrid music between local and global cultures. The original musical arrangement uses modern musical instruments and uses diatonic tones. Keroncong music is also a hybrid music, so the two musical genres have adapted music globally following the western diatonic scale. The concept of the musical arrangement performed by the Buana Lestari Keroncong Orchestra in the Bugih Lamo song in the form of keroncong, by incorporating elements of keroncong music and other elements of Minang traditional music. The purpose of this study was to see the hybridization process in the keroncong music of the Buana Lestari Keroncong Orchestra. The method used is a qualitative method with the presentation of data is descriptive analysis. The results of this study indicate that there is hybridization and ambivalence in the arrangement of Bugih Lamo’s songs, where there is an assimilation between pop, keroncong, and traditional music. Data collection was carried out based on observation, documentation, and interviews with the artist’s work.