Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

AKTIVITAS TAREK PUKAT SEBAGAI EKSPRESI SIMBOLIK DALAM KRIYA SENI KAYU Fitria Fitria; Asril Asril; Ubai Dillah Al Anshori
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 12 No. 2 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i2.42905

Abstract

Tarek pukat is the activity of fishing communities in catching fish using pukat (nets) by being ditarek (pulled). Tarek pukat activity in modern times is experiencing extinction, the cause is tiger trawling. The tiger trawl has triggered a shift in the value of the Tarek pukat activity. Tarek pukat activity for the people of Aceh has become part of them and their lives. This activity is present because of the results of the thinking of previous people by doing it together and giving birth to interactions between fellow fishing communities. The phenomenon of Tarek pukat activity is explored using a symbolic expression approach. Symbolic expression is a way to express the phenomenon of Tarek pukat activities in works of art by expressing through pouring symbols as a form of value to be presented. The purpose of this creation is to convey messages and provide self-awareness for the general public and the people of Aceh itself. The methods in the creation of this artwork are: exploration, design in the form of experiments, materials, tools, techniques, and realization. The medium used is surian wood, meranti wood, and jackfruit wood. Techniques are scroll and intarsia. The final stage of the creation of finishing works using melamine system, the achievement of the shape and final result of a work can be influenced by the finishing results.The work created by the artist is a two-dimensional work of art in the form of decorative artwork placed on the wall with the title of the work: "Kulet Bak Meucheue Tuboh" (like the skin becomes the body protector), and "Musafe La'ot" (sea traveler). The artworks presented through this symbolic expression give birth to a new form of activities with the message that the artist wants to convey to the Tarek pukat activity seen today.  With the presence of this artwork, it is hoped that it willbe able to become an awareness for the people of Aceh to respond to the results of keunebah indatu (ancestral heritage), so that it can trigger the enthusiasm of the community to be preserved again. The birth of this artwork certainly presents meanings and values that are considered necessary to be conveyed by the author.Keywords: tarek  pukat, symbolic expression, intarsia. AbstrakTarek pukat adalah aktivitas masyarakat nelayan dalam menangkap ikan menggunakan pukat (jala/jaring) dengan cara ditarek (ditarik). Aktivitas tarek pukat pada saat zaman modern ini mengalami kepunahan, penyebabnya adalah pukat harimau. Pukat harimau menjadi pemicu terjadinya pergeseran nilai yang ada dalam aktivitas tarek pukat tersebut. Aktivitas tarek pukat bagi masyarakat Aceh sudah menjadi bagian dari mereka dan kehidupannya. Aktivitas ini hadir karena hasil olah pikir orang terdahulu dengan melakukan secara bersama-sama dan melahirkan interaksi-interaksi antar sesama masyarakat nelayan. Fenomena aktivitas tarek pukat digarap menggunakan pendekatan ekspresi simbolik. Ekspresi simbolik menjadi suatu cara untuk menuangkan fenomena aktivitas tarek pukat dalam karya seni dengan cara diekspresikan melalui penuangan simbol-simbol sebagai wujud dari nilai yang mau dihadirkan. Tujuan dari penciptaan ini adalah untuk upaya pesan dan memberi kesadaran diri bagi masyarakat umum maupun masyarakat Aceh sendiri. Metode dalam penciptaan karya seni ini yaitu: eksplorasi, perancangan berupa eksperimen, bahan, alat, teknik, dan perwujudan. Medium yang digunakan berupa kayu surian, kayu meranti, dan kayu nangka. Teknik berupa scroll, dan intarsia. Tahap akhir penciptaan karya finishing menggunakan melamine system, pencapaian bentuk dan hasil akhir dari sebuah karya dapat dipengaruhi dari hasil finishing. Hasil karya yang diciptakan pengkarya merupakan karya seni dua dimensi berupa karya seni dekoratif yang ditempatkan pada dinding dengan judul karya: œKulet Bak Meucheue Tuboh (ibarat kulit menjadi pelindung badan), dan œMusafe La™ot (musafir lautan). Karya seni yang dihadirkan melalui ekspresi simbolik ini melahirkan suatu bentuk aktivitas-aktivitas yang baru dengan isian pesan yang ingin disampaikan oleh pengkarya terhadap aktivitas tarek pukat yang terlihat hari ini. Dengan hadirnya karya seni ini, diharapkan mampu menjadi kesadaran bagi masyarakat Aceh agar menyikapi hasil keunebah indatu (peninggalan leluhur), sehingga bisa memicu semangat masyarakat untuk dilestarikan kembali. Lahirnya karya seni ini tentunya menghadirkan makna-makna serta nilai yang dianggap perlu disampaikan oleh pengkarya.Kata Kunci: tarek pukat, ekspresi simbolik, intarsia.Authors:Fitria : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAsril : Institut Seni Indonesia PadangpanjangUbai Dillah Al Anshori : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara References:Apriliana, A., Akmal, A., & Yulika, F. (2021). Penciptaan Kriya Tekstil Tengkuluk Batik Kumbuah. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 323-343.Ardianti, S. R. (2021). Pemanfaatan Teknik Tapestri Pada Rompi Dengan Bahan Renda.Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 486-494.Dharsono, S. K. (2016). Kreasi Artistik: Perjumpaan Tradisi Modern dalam Paradigma Kekaryaan Seni. Jaten Karanganyar: Citra Sain.Dharsono, S. K. (2017). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.Fitriani. (2017). Nelayan Sebagai Ide Penciptaan Tari Tarek Pukat Dalam Kajian Interaksi Simbolik. Imaji, 15(2), 179-188.Gustami, S. P. (2007). Butir-Butir Mutiara Estetika Timur: Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya Indonesia. Yogyakarta: Prasista.Laksono, M. A., & Mubarat, H. (2022). Ekspresi Bejana Perunggu Kerinci Sebagai Penghias Interior. Melayu Arts and Performance Journal, 5(2), 140-151.Saputra, M. I., & Asril, A. (2022). Ekspresi Plak Pleng Pada Interior Ruang Tamu: Penciptaan Kriya dengan Pendekatan Eksplorasi Atas Ornamen Kerajaan Lamuri. Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni, 5(2), 134-144.Wardoyo, S., Wulandari, T., Guntur, G., Dharsono, D., & Zulkarnain, Z. (2021). Penciptaan Selendang Batik Sri Kuncoro Khas Budaya Samin Margomulyo Bojonegoro. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 407-414.Yulhanis, Y. (2019). Tradisi Tarek pukat Dalam Masyarakat Aceh. Aceh: Bulletin Haba No. 19.
RATOK SI BUNSU: INTERPRETASI ILAU KE KOMPOSISI PENDEKATAN TRADISI Fitri Rahmadhani; Asril Asril; M. Halim
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 12 No. 2 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i2.49076

Abstract

a tradition of the Solok people in the form of sadness or lamentation which can be found in the Kampai Tabu Karambia Village, Solok City. The function of the bailau was as a medium of information (notification) when a member of the community died overseas whose body could not be brought back to their hometown. Currently, bailau Ilau is only a performing art that is exhibited at certain traditional events so that it becomes bailau creations. Dendang ratok ilau is a source in the creation of new musical compositions, which has a musical phenomenon, namely there is a vocal technique called opmaat and also a tone mode which, if sequenced, can be found tones C, D, Dis, G, and A with intervals of 1, ½, 1 ½ , 1. Ratok Si Bunsu's work was worked on by the method of creating observation, discussion, exploration, realization, guidance, and completion using a traditional approach with the instruments saluang, rabab, canang, gong, ganto, karinding, and gandang tambua. The result of this work is that the creator divides the work into two parts. The first part of the artist's work on the dendang ratok ilau melody uses the principle of combining the two traditional vocals found in bailau art, but there are several tones used to enrich the form of the work. In the second part, the composer develops the melodies found in dendang ratok ilau into several forms of new melodies with vocals and melodic instruments and is reinforced with non-melodic instruments. It can be concluded that working on a composition based on traditional art is not an easy thing, but you have to study and understand the background of the traditional art itself.Keywords: ilau interpretation, ratok si bunsu. AbstrakIlau adalah tradisi masyarakat Solok berupa kesedihan atau ratapan yang bisa ditemui di Kelurahan Kampai Tabu Karambia Kota Solok. Fungsi bailau dahulunya sebagai media informasi (pemberitahuan) ketika salah seorang anggota masyarakat meninggal di perantauan yang jenazahnya tidak bisa dibawa pulang ke kampung halaman. Sekarang ini, bailau hanya sebagai seni pertunjukan yang dipertontonkan pada acara adat tertentu sehingga menjadi bailau kreasi. Dendang ratok ilau menjadi sumber dalam penggarapan komposisi musik baru, yang memiliki fenomena musikal yaitu terdapat teknik vokal yang disebut dengan opmaat dan juga modus nada yang jika diurutkan ditemui nada C, D, Dis, G, dan A dengan interval 1, ½, 1 ½, 1. Karya Ratok Si Bunsu digarap dengan metode penciptaan observasi, diskusi, eksplorasi, realisasi, bimbingan, dan penyelesaian menggunakan pendekatan tradisi dengan instrumen saluang, rabab, canang, gong, ganto, karinding, dan gandang tambua. Hasil dari karya ini adalah pengkarya membagi karya dalam dua bagian. Bagian pertama pengkarya menggarap melodi dendang ratok ilau menggunakan prinsip menggabungkan kedua vokal tradisi yang terdapat pada kesenian bailau, akan tetapi ada beberapa nada yang digunakan untuk memperkaya bentuk garapan. Pada bagian kedua, pengkarya mengembangkan melodi yang terdapat pada dendang ratok ilau menjadi beberapa bentuk melodi baru dengan vokal dan instrumen melodis serta diperkuat dengan instrumen non melodis. Dapat disimpulkan bahwa menggarap sebuah komposisi yang berangkat dari kesenian tradisi itu bukanlah hal yang mudah, melainkan harus mempelajari dan memahami latar belakang dari kesenian tradisi itu sendiri.Kata Kunci: interpretasi ilau, ratok si bunsu. Authors:Fitri Rahmadhani : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAsril : Institut Seni Indonesia PadangpanjangM. Halim : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Arizal, A. (2023). œIstilah Ratok Si Bunsu. Hasil Wawancara Pribadi: 23 Januari 2023, Koto Baru Solok. Basrul, Y. (2023). œBailau di KTK Solok. Hasil Wawancara Pribadi: 22 Januari 2023, KTK Solok. Herdianto, F., Yusnelli, Y., & Antara, F. (2021). Komposisi Musik Badondong Baibo dalam Musik Instrmental. GORGA: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 115-124. https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/gorga/article/view/24912/15760Malik, C. (2018). Makna Ratok Ilau pada Pertunjukan Bailau di Kampai Tabu Karambia Kota Solok Sumatera Barat. https://lib.pasca.isi.ac.id/index.php?p=show_detail&id=4334Neng, N. (2023). œBailau di KTK Solok. Hasil Wawancara Pribadi: 22 Januari 2023, KTK Solok.Supanggah, R. (2007). Garap Bothekan Karawitan II. Surakarta: ISI Press Surakarta.Syofia, N. (2010). Tari Ilau sebagai Identitas dalam Kehidupan Masyarakat di Kelurahan Kampai Tabu Karambia Kota Solok Sumatera Barat. Tesis Program Pasca Sarjana ISI Padangpanjang.Tegar, K. (2023). Deskripsi dan Transkripsi Bailau pada Laman Youtube Andi Jagger dan Bidang Promosi dan Kebudayaan Dispar Kota Solok (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).https://pustaka.fk.unand.ac.id/2016-04-11-15-04-06/skripsi-thesis-disertasi.
MANAGEMENT OF INTERNAL CULTURAL ARTS SANGGAR PENGHULU: OMPEK GANJI LIMO GONOK TRADITION FESTIVAL IN KIBUL VILLAGE Febra Muyusari; Asril Asril; Andar Indra Sastra
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 13 No. 2 (2024): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v13i2.61735

Abstract

The purpose of this study is to ascertain how the Ompek Ganji Limo Gonok Oral Tradition festival (OGLG) in West Tabir District is processed by the Sanggar Seni Batin Penghulu. This study employed a qualitative approach, including observation, interviews, and recording; the presenting method was descriptive qualitative. Sanggar Seni Batin Penghulu combines traditional management and modern management. The results of OGLG oral tradition management consist of planning, organization, implementation, and supervision. The planning carried out by the Sanggar Seni Batin Penghulu included creating concepts, coordinating meetings, and dividing work tasks, administrative preparations, and making technical instructions. The organization carried out is the division of work tasks and preparing strategies and tactics to create a festival. The implementation carried out is applying everything that has been designed. This activity consists of an oral tradition competition, an oral tradition workshop, a culinary competition, and an oral tradition performance. The departments responsible for supervision are the Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, and the Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Merangin. The ministry receives direct information on the finances and operations of Sanggar Seni Batin Penghulu Inner Culture.