Claim Missing Document
Check
Articles

Amuk Suporter PSIS dalam Narasi Media Junaedi, Fajar
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 11, No 1 (2014)
Publisher : Jurnal Ilmu Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (35.124 KB)

Abstract

Abstract: The growth of soccer clubs in the cities and districts in Central Java provokes clashes among supporters, and even between supporters and locals. This article looks at how local daily newspapers, Suara Merdeka and Wawasan, built a narrative reports related to the clash by using Marie Gillespie’s narrative analysis model to see the structures. The analysis shows the narratives put fanatic supporters as citizen’s enemy. Interestingly, the narratives also depict fanatic supporters as “powerless” group who has to be rescued by the army or security forces, whereas in Europe, especially in Italy and the UK, supporters are strictly against themAbstrak: Pertumbuhan klub sepak bola di kota dan kabupaten di Jawa Tengah menyulut bentrokan supporter-suporter dan suporter-warga. Tulisan ini melihat koran Suara Merdeka dan Wawasan membangun narasi pemberitaan mengenai peristiwa tersebut. Metode analisis naratif model Marie Gillespie dipakai untuk melihat rangkaian struktur narasi beritanya. Narasi pemberitaan kedua koran tersebut menempatkan supporter rusuh sebagai musuh warga dan harus diselamatkan polisi dan tentara. Padahal, di Eropa, terutama di Italia dan Inggris, supporter rusuh justru menjadikan aparat keamanan sebagai musuh mereka
Relasi Bonek dan Jawa Pos dalam Perspektif Strukturasi Junaedi, Fajar; Nugroho, Heru; Wahyono, Sugeng Bayu
Komunikator Vol 9, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jawa Pos is a regional newspaper from Surabaya that has successfully expanded its business to the national level as a national media conglomeration since the 1980s by developing sports journalism. Through sports journalism, Jawa Pos provides an affluent portion of news on Persebaya, a football club from Surabaya. Coinciding with an abundance of news section of Persebaya, Jawa Pos from the beginning made Persebaya fans known as Bonek as a newspaper consumer. The relations between Jawa Pos and Bonek is getting stronger when Jawa Pos holds Persebaya shares in 2017. Bonek is not only consumes as a reader of Jawa Pos newspaper, but also a consumer of match tickets and various Persebaya merchandise officially controlled by Jawa Pos. Although Jawa Pos is trying to build a structure that places Bonek as a consumer, the relationship between Jawa Pos and Bonek is not deterministic, but it develops dynamically. On the one hand, Java Post became a structure and Bonek became an agency whose relation was duality. In this relationship, Bonek is not only in a passive position, but also in an active position in their relationship with Jawa Pos. This Bonek and Jawa Pos relationship shows that Indonesian football fans are able to become an agency in the relations with club management.
Amuk Suporter PSIS dalam Narasi Media Junaedi, Fajar
Jurnal ILMU KOMUNIKASI Vol 11, No 1 (2014)
Publisher : FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.796 KB) | DOI: 10.24002/jik.v11i1.381

Abstract

Abstract: The growth of soccer clubs in the cities and districts in Central Java provokes clashes among supporters, and even between supporters and locals. This article looks at how local daily newspapers, Suara Merdeka and Wawasan, built a narrative reports related to the clash by using Marie Gillespie’s narrative analysis model to see the structures. The analysis shows the narratives put fanatic supporters as citizen’s enemy. Interestingly, the narratives also depict fanatic supporters as “powerless” group who has to be rescued by the army or security forces, whereas in Europe, especially in Italy and the UK, supporters are strictly against themAbstrak: Pertumbuhan klub sepak bola di kota dan kabupaten di Jawa Tengah menyulut bentrokan supporter-suporter dan suporter-warga. Tulisan ini melihat koran Suara Merdeka dan Wawasan membangun narasi pemberitaan mengenai peristiwa tersebut. Metode analisis naratif model Marie Gillespie dipakai untuk melihat rangkaian struktur narasi beritanya. Narasi pemberitaan kedua koran tersebut menempatkan supporter rusuh sebagai musuh warga dan harus diselamatkan polisi dan tentara. Padahal, di Eropa, terutama di Italia dan Inggris, supporter rusuh justru menjadikan aparat keamanan sebagai musuh mereka
PERSEBAYA DAN BONEK DALAM KONGLOMERASI JAWA POS Junaedi, Fajar; Nugroho, Heru; Wahyono, Sugeng Bayu
CHANNEL Jurnal Komunikasi Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.317 KB)

Abstract

IntisariPada awal dekade 1980-an, Jawa Pos adalah sebuah koran yang hampir bangkrut setelah mengalami krisis sejak satu dekade sebelumnya. Pada akhir 1970-an, oplah Jawa Pos mengalami kemerosotan tajam, dan titik nadir Jawa Pos terjadi ketika di tahun 1982, oplahnya tinggal 6.800 perhari. Pemilik Jawa Pos, The Chung Sen memutuskan menjual Jawa Pos kepada kelompok bisnis media Tempo Grafiti. Kelompok bisnis media ini menunjuk Dahlan Iskan sebagai nahkoda baru Jawa Pos. Jawa Pos di bawah kendali Dahlan Iskan mengembangkan jurnalisme olahraga, sebuah praktek jurnalisme yang sering disebut sebagai jurnalisme mainan karena sifatnya yang tidak serius, dengan mengangkat secara massif pemberitaan tentang Persebaya dan Bonek. Persebaya adalah klub sepakbola dari kota Surabaya dan Bonek adalah fans Persebaya. Awalnya, Jawa Pos memanfaatkan Persebaya untuk menaikan oplahnya dengan cara mengalokasikan pemberitaan yang berlimpah tentang klub sepakbola ini, dan sekaligus mereproduksi identitas Bonek bagi fansnya. Bersamaan dengan berlimpahnya pemberitaan tentang Persebaya dan reproduksi terhadap identitas Bonek, Jawa Pos berkembang menjadi koran terkemuka di kota Surabaya pada akhir dekade 1980-an. Sejak dekade 1990-an, Jawa Pos berkembang menjadi koran nasional dan mengembangkan bisnisnya baik di lini media maupun non media. Jawa Pos berkembang menjadi konglomerasi media dan non media di tingkat nasional dengan keberhasilannya melakukan ekspansi bisnis ke berbagai lini media. Di tengah redupnya bisnis media cetak, terutama akibat laju pertumbuhan media daring, Jawa Pos mengembangkan konglomerasinya dengan mengambil alih kepemilikan Persebaya pada awal tahun 2017.Kata Kunci : Konglomerasi, Jawa Pos, Persebaya, Bonek
Menggagas Jurnalisme Optimis dalam Pemberitaan tentang Bencana Sukmono, Filosa Gita; Junaedi, Fajar
Jurnal ILMU KOMUNIKASI Vol 15, No 1 (2018)
Publisher : FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.75 KB) | DOI: 10.24002/jik.v15i1.882

Abstract

Para wartawan, mulai dari wartawan yang berada di lapangan sampai dengan redaktur yang berada di ruang redaksi menjadi saksi dan sekaligus korban bencana. Pengalaman menjadi saksi dan korban bencana telah menjadi laboratorium dalam pembentukan gagasan tentang jurnalisme sensitif bencana yang disebut sebagai jurnalisme optimis. Istilah ini menjadi oposisi biner bagi jurnalisme air mata yang selama ini lebih mewarnai media massa di Indonesia dalam pemberitaan bencana. Paper ini membahas secara spesifik tentang jurnalisme optimis yang dimunculkan sejak pra peliputan kebencanaan yang didasarkan pada pengalaman lapangan para wartawan di Yogyakarta.
Pembelaan pada Persebaya dan Glorifikasi Bonek dalam Pemberitaan Jawa Pos tentang Konflik Persebaya dan PSSI Junaedi, Fajar; Nugroho, Heru; Wahyono, Sugeng Bayu
Komuniti: Jurnal Komunikasi dan Teknologi Informasi Volume 10, No. 1, Maret 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/komuniti.v10i1.5941

Abstract

Relasi olahraga dan media telah menjadi isu yang signifikan, meskipun jurnalismeolahraga sering disebut sebagai jurnalisme mainan karena sifatnya yang tidak seriusdibandingkan dengan jurnalisme politik dan ekonomi. Namun demikian, olahragabukan sekadar apa yang terjadi di arena olahraga, namun berkelindan dengan beragamaspek lain, mulai dari ekonomi, politik dan sosial. Konflik yang terjadi antaraPersebaya dan PSSI sepanjang tahun 2009 sampai dengan 2017 membuktikan bahwaolahraga bukan hanya apa yang terjadi di lapangan hijau namun berkelindan denganaspek politik. Oleh Jawa Pos, berita tentang konflik Persebaya dan PSSI tidak lagidikemas dalam jurnalisme mainan, namun ditempatkan di halaman muka yangbiasanya diisi berita politik dan ekonomi. Di sekitar pelaksanaan Kongres PSSI padatahun 2016 dan 2017, Jawa Pos secara massif mengalokasikan halaman korannyauntuk memberitakan tentang Persebaya dan Bonek yang memperjuangkan pengakuankembali Persebaya oleh PSSI. Jawa Pos dalam berbagai pemberitaannya secaraeksplisit membingkai keberpihakan kepada Persebaya dan sekaligus membingkaiBonek sebagai fans yang memiliki loyalitas dan militansi tinggi dalam membelaPersebaya. Bonek dalam pemberitaan Jawa Pos mengenai konflik Persebaya dan PSSIdiglorifikasi sebagai pahlawan yang memperjuangkan Persebaya. Keberpihakan JawaPos pada Persebaya dan Bonek berujung pada pembelian saham PT PersebayaIndonesia oleh PT Jawa Pos Sportindo, sebuah perusahaan yang menjadi bagian darikonglomerasi Jawa Pos.
PENDAMPINGAN DAN PENGEMBANGAN LITERASI UNTUK SUPORTER SEPAKBOLA MELALUI JURNALISME SEPAKBOLA Junaedi, Fajar; Sukmono, Filosa Gita
WARTA WARTA LPM, Vol. 22, No. 2, September 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (956.697 KB) | DOI: 10.23917/warta.v22i2.8258

Abstract

Football and journalism are two domains that are closely interrelated. Football sports news developed in various media platform, such as printed, electronic and online media. Football supporters, in general, are active audiences who are intensely consuming sports news. In the context of media literacy, the existence of football supporters as an active audience is a potential for the development of media literacy. The media literacy that be developed in this program is media literacy in the process of media production, namely football journalism writing. Football supporters generally come from young people who have the potential to increase their competence in terms of football journalism, but they have lack access for developing their competence. The solution is to provide assistance and development of media literacy through football journalism activities. This service activity involves Indonesian Fandom as a partner. Activities carried out in this community service program are training, workshops and mentoring for writing football journalism. There were twenty-five participants who participated in this activity. The results of the activity in the form of articles, which in general the theme is about local football, edited by partners. Articles that have been edited are then compiled into one text book entitled Merawat Sepakbola Indonesia (Caring for Indonesian Football). The book was successfully printed as many as two hundred copies, and sold through networks owned by partners, and involved workshop participants as resellers. Thus, this program has succeeded in increasing football literacy among supporters, and fostering entrepreneurial networks of supporters through the publishing and distribution of book sales.
Bingkai Berita Kemanusiaan dalam Harian Kompas dan Republika Terhadap Pengungsi Rohingnya (Analisis Framing Pada Berita Kompas dan Republika Edisi 6 – 11 September 2017 Mengenai Pengungsi Rohingnya) Prihandini, Fadila; Junaedi, Fajar
Komuniti: Jurnal Komunikasi dan Teknologi Informasi Volume 10, No. 2, September 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/komuniti.v10i2.6696

Abstract

Konflik berkepanjangan yang terjadi antara militer Myanmar dengan pengungsi Rohingnya kembali terulang. Pada tahun 2017, terjadinya krisis kemanusiaan Rohingnya dipicu oleh serangan kelompok militan Arakan Rohingnya Salvation Army (ARSA) yang menyerang pos penjagaan militer Myanmar pada 25 Agustus 2017. Adanya konflik ini  mengakibatkan warga sipil menjadi korban. Akibatnya, gelombang eksodus pengungsi Rohingnya terus berdatangan dari Rakhine State menuju Banglades. Pemberitaan mengenai krisis kemanusiaan Rohingnya menjadi kontroversi, pihak pemerintah Myanmar menyatakan adanya disinformasi, sementara jumlah pengungsi Rohingnya terus bertambah meninggalkan Myanmar. Ketidakberdayaan pengungsi Rohingnya dikemas secara berbeda oleh dua media, bingkai pemberitaan mengenai krisis kemanusiaan Rohingnya disajikan Kompas sebagai masalah kemanusiaan internasional Kompas banyak menyampaikan kinerja pemerintah dalam membantu menangani krisis kemanusiaan Rohingnya. Berbeda dengan Republika yang melihat permasalahan kemanusiaan Rohingnya sebagai masalah umat Islam. Republika begitu kuat dalam memperjuangkan keselamatan minoritas Muslim Rohingnya, keberpihakan Republika sudah jelas pada sejumlah berita yang ditampilkan. Sedanagkan Kompas terlihat berimbang dengan tidak terlalu memperlihatkan keberpihakannya kepada pengungsi Rohingnya. Namun, di balik itu semua, kedua media dengan latar belakang yang berbeda ini tidak bisa dilepaskan dari kepentingan organisasi. Melalui paradigma konstruksionisme, diketahui bahwa realitas dalam berita tidaklah tunggal melainkan jamak. Selain itu, adanya level organisasi dan level ekstramedia memiliki imbas yang signifikan dalam sebuah organisasi media yang mengikuti selera pasar, berita mengenai kemanusiaan memiliki nilai universal yang menjual.
PELIPUTAN DAN REPORTASE TELEVISI DI LOKASI BENCANA: Sebuah Pengalaman dari Erupsi Merapi 2010 Rochimah, Tri Hastuti Nur; Junaedi, Fajar
Journal Communication Spectrum : Capturing New Perspectives in Communication Vol 4, No 2 (2014): August 2014 - January 2015
Publisher : Department of Communication Science, Bakrie University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36782/jcs.v4i1.1768

Abstract

Mount Merapi eruption in 2010 has given a valuable lesson in the journalistic reportage in the television. Information through television about the expansion happened in the mount eruption have been largely used by the public, both the impacted ones and not. The position of Indonesia which is vulnerable towards disaster, especially because its geological position which is located in the ring of fire so that natural disaster becomes an inevitable cycle, has made the study of disaster communication strategy in television broadcasting journalism practice becomes relevant to carry on. This article explores the competency standard of the journalists in the disaster  area  and  how  is  the  journalism model  of  sensitive  disaster  based  on  the journalists experience who cover the Merapi Mount eruption in 2010. The findings showed that, first, the journalism practice, particularly television broadcasting, had higher obstacles in the disaster area compared to other occasions. Second, the journalists who are sent to the disaster area should have a basic competency of journalism and knowledge competence about the disaster occurred. Disaster competence is not only a scientific disaster aspect, but also local wisdom concerning the disaster and yet the impacted domain controls. Third, teamwork becomes a significant aspect of the journalism in the disaster area. This teamwork becomes more important when the reporting is performed live. Fourth, the reporting journalists need to uphold the circumspection principle in the reportage in order the information that is delivered does not generate any panic implication to the people affected by the disaster. Last but not least, a best pervasion and reportage model of disaster is to involve the journalists in the bureau near the disaster area since they are more mastering the reporting domain and also having access to the authority around the location. To cite this article (7th APA style): Rochimah, T. H. N. & Junaedi, F. (2014). Peliputan dan Reportase Televisi di Lokasi Bencana: Sebuah Pengalaman dari Erupsi Merapi 2010 [Television Reporting in the Location of Disaster]. Journal Communication Spectrum, 4(2), 110-125 
ANALISIS ISI PELANGGARAN ETIKA PARIWARA INDONESIA DALAM IKLAN BARIS DAN IKLAN KOLOM DI SURAT KABAR HARIAN LOMBOK POST PERIODE JUNI – JULI 2019 Azwar, Khairil; Junaedi, Fajar
Komuniti: Jurnal Komunikasi dan Teknologi Informasi Volume 11, No. 2, September 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/komuniti.v12i2.10552

Abstract

Dalam usaha memenuhi kebutuhan manusia yang banyak dan komplek, para pelaku usaha menciptakan barang atau jasa yang dibutuhkan oleh manusia saat ini. Iklan merupakan alat untuk menarik perhatian konsumen. Sayangnya, banyak pelaku usaha dalam memasarkan dan mengiklankan produk dan jasa tidak mengikuti Etika Pariwara Indonesia (EPI), termasuk pada Surat Kabar Harian Lombok Post. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan banyaknya pelanggaran EPI pada iklan baris dan iklan kolom di Surat Kabar Harian (SKH) Lombok Post periode Juni - Juli 2019. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif deskriptif dengan menggunakan Formula Holsty. Hasil penelitian ini menunjukkan pelanggaran EPI yang ditemukan pada SKH Lombok Post periode Juni - Juli 2019 sebanyak 41% dari keseluruhan sampel sebanyak 73 iklan dan frekuensi pelanggaran sebanyak 30 iklan. Hal ini menunjukan masih tingginya pelanggaran iklan di Lombok Post. Dengan demikian EPI masih belum ditaati SKH Lombok Post.
Co-Authors Abdhilla, Aji Yudha Abdul Kholik, Fikri Adhinata, Radi Kusuma Adhitya Prasetyo Afiannur, Restu Rizqy Allanm Nugroho, Mochammad Amalia Asfriyani Amelia Fitri Julaika Aminuyati Anggun Pratiwi, Raudha Yulindra Ansar Suherman, Ansar ansyah, Fachri Arifianto, Budi Dwi Aziza, Reyhan Yozaf Azwar, Khairil Bhakti Gusti Walinegoro Brian Taufiqurrahman Budi Dwi Arifianto Cantika, Elvera Tiarra Cindy Silviana Putri Deni Hardianto Ditha Aditya Pernikasari Dwi Marzein, Mentari Fatihi Fauzia, Gefira Afra Fawwaz, Muhammad Hafizh Filosa Gita Sukmono Filosa Gita Sukmono Filosa Gita Sukmono Filosa Gita Sukmono Filosa Gita Sukmono Firmansyah, Riffat Framanahadi, Framanahadi Ghozi Daffa Satria Hagi Julio Salas Hanifah, Azhar Haq, Hatta Luqmanul Hasbudi, Sofia Aziza Hazza, Faishal Heru Nugroho Heru Nugroho Heru Nugroho Ihsan, Fikri Nur Indriyani, Icha Kevi Restu Pradhita Khairil Azwar Khairiyah, Rizqi Lailatul Khalda Ahmad Muafa Listya Kumara, Anindya Maulana, Alya Raihani Muarif, Nur Affan Muhammad Fajrin, Muhammad Muhammad fauzan Musa, Ivan Wisnu Nabila Hilma Mujahidah Nadia, Khoirunnisa Anna Nafza, Gisellya Noorrahma Shalihatan Naufal Azzuhdi, Abdurrohman Norfauzi, Rikza Nugroho, Heru Nugroho, Irawan Aditya Nurcholis Rokan, Muhammad Nurmaulida, Firda Permana, Ryan Wahyu Adi Prameswari, Cucu Awaliyah Prihandini, Fadila Putra Tri Anggara, Aditya Qamari, Ika Nurul Rachmadi, Naufal Irsyad Raihan, Asvi Rama, Taufik Adi Ramadani, Aliya Putri Ramadhani, Reihana Bornov RASYID, ERWIN Reni Herawati Rivalda, Reza Zulfiqar Rizqi, Aldi Aprilla Nur Rochimah, Tri Hastuti Nur Ryedo Misbahul Adha Sakir Sakir Salsabila, Alisya Chantika Sartika, Amalia Sashi, Adena Sayidina, Grafika Shelsa Aurelia Gunawan Putri Sokowati, Muria Endah Sri Handayani Suci Ria Ardinata Sudiwijaya, Erwan Sugeng Bayu Wahyono Sukmono, Filosa Gita Sukmono, Filosa Gita taufiq, Aditya Tri Hastuti Nur R Wulandari, Pingkan