Claim Missing Document
Check
Articles

Descriptive Study of Optimizing Family Health Functions in Preventing COVID 19 Transmission Iskim Luthfa; Nopi Nur Khasanah
Journal of Nursing Care Vol 4, No 2 (2021): Journal of Nursing Care
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jnc.v4i2.30944

Abstract

COVID 19 has become a world health problem, and Indonesia has declared an emergency status for an outbreak. To prevent transmission of COVID 19, the government has set three policies that are increasing the availability and reliability of infrastructure, involving the industrial world and social education. However, COVID 19 transmission still occurs. Preparedness for COVID 19 transmission starts with the family as a minor system in the community. The Healthy Indonesian Program with a Family Approach is considered an excellent effort to carry out health functions to prevent COVID 19 transmission. This study aimed to optimize family functions in preventing COVID 19 transmission. This study used a descriptive-analytic design. Two hundred and fifty-eight samples were recruited using a consecutive sampling technique. To measure family function using a questionnaire. Data were analyzed by descriptive statistics (i.e., frequency statistics). The frequency statistics showed that most of the respondents have optimally performed family functions in the health sector. Most of the respondents understand COVID 19 (88,4%), they are capable of making decisions (96,9%), they can care for the family (88,8%), they can modify the environment (75,2%), and they can take advantage of health services (81%). This study only captures the extent to which the family optimally performs health functions; it does not provide any form of intervention. The results of this study prove that the family has an important role to play in breaking the transmission of COVID 19.
GAMBARAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SERTA PERILAKU MENGGOSOK GIGI ANAK USIA SEKOLAH Nopi Nur Khasanah; Herry Susanto; Weny Feftiana Rahayu
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 9 No 4 (2019): Oktober
Publisher : LPPM STIKES KENDAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.013 KB)

Abstract

Menjaga kesehatan gigi dan mulut dapat dilakukan dengan cara menggosok gigi yang baik dan benar. Masalah kesehatan gigi dan mulut paling banyak dialami oleh anak usia 6-12 tahun. Penyebab yang sangat mendasar adalah kurangnya kesadaran diri sendiri dan orang tua dalam membiasakan anak menggosok gigi yang baik dan benar serta tepat waktu. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi tubuh ketika kondisi gigi dan mulut tidak bersih. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kesehatan gigi dan mulut serta perilaku menggosok gigi pada anak usia sekolah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi menggunakan SOP gosok gigi. Jumlah responden sebanyak 119 siswa dengan teknik purposive sampling. Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik. Hasil analisis diperoleh bahwa 119 siswa sebagian besar memiliki karakteristik usia 11 tahun dengan tingkat pendidikan sebagian besar kelas 4. Hasil penelitian diperoleh sebanyak 44,5% memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut tinggi dan sebanyak 55,5% memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut rendah. Selain itu, sebanyak 26,9% siswa kelas 4, 5 dan 6 SDN Gebangsari 02 Semarang memiliki perilaku sesuai SOP dalam gosok gigi. Namun, 73,1% diketahui memiliki perilaku tidak sesuai SOP dalam gosok gigi. Terdapat 37 responden (31,1%) memiliki pengetahuan kesehatan gigi dan mulut tinggi namun perilaku menggosok gigi tidak sesuai SOP. Kata kunci: kesehatan gigi dan mulut, anak usia sekolah, perilaku menggosok gigi THE DESCRIBE DENTAL AND ORAL HEALTH TOWARD BRUSHING TEETH PRACTICE AMONG SCHOOL AGE CHILDREN ABSTRACT Maintaining healthy teeth and mouth, can be done by brushing teeth properly. The majority dental and oral health problems are experienced by child aged 6-12 years. Those disorders are caused by the lack of self-awareness of the children and their parents in getting children to brush their teeth properly. This can affect the condition of the body when the oral condition is not hygiene. The purpose of this study was to determine the describe dental and oral health toward brushing teeth practice among school age children.This research was quantitative research with a descriptive research design. Data were collected by using questionnaires and observation of brushing teeth practice. The number of respondents were 119 students selected by purposive sampling technique. Furthermore, the data were processed statistically. The results of the analysis showed that of 119 students, mostl of them aged 11 year as many as 44.5% with the level of education of most of them 4th grade accaunted for 34.5%. The results showed that 44.5% (n = 53) had high knowledge about dental and oral health and as many as 55.5% (n = 66) had knowledge of low oral and dental health. In addition, as many as 26.9% (n = 32) 4th, 5th and 6th grade students of Gebangsari 02 Elementary School Semarang had behavior in accordance with the standard practice in brushing their teeth. However, 73.1% (n = 87) were known to have inappropriate standard practice behavior in brushing teeth. There were 37 respondents (31.1%) having high dental and oral health knowledge but brushing behavior was not in accordance with the SOP. Keywords: dental and oral health, school-age children, brushing teeth practice
POLA ASUH ORANG TUA YANG BEKERJA BERHUBUNGAN KEMANDIRIAN ANAK Siti Mar'atul Fatmala; Nopi Nur Khasanah; Indra Tri Astuti; Kurnia Wijayanti
Jurnal Ilmiah Penelitian Mahasiswa Vol 2, No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Jurnal Ilmiah Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.237 KB)

Abstract

Latar belakang: Perkembangannya seorang anak usia dini sangatlah dipengaruhinya oleh model atau pola asuh yang diberikannya orang tua dari anak tersebut. Pola atau model asuh ialah sebuah cara dalam mendidik seorang anak yang ialah sebuah keharusan dari tiap-tiap orang tua perihal usaha guna mewujudkan kepribadian anak yang disesuaikannya pada masyarakat umumnya. Peran utama pola asuh orang tua dalam mengasuh anak sangatlah penting, tetapi seiring dengan perkembangan zaman banyak orang tua yang terjun ke dunia kerja, sehingga peran pengasuhan pun menjadi semakin rumit Hal ini akan mempengaruhi perkembangan sosial anak usia prasekolah, karena dalam periode ini, anak belajar untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Metode: penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross secsional. Sampel penelitian ini berjumlah 80 responden dengan menggunakan teknik total sampling. Metode pengukuran menggunakan kuesioner pola asuh orang tua dan kuesioner kemandirian anak. Hasil: Hasil penelitian ini didapatkan adanya hubungan pola asuh orang tua yang bekerja dengan tingkat kemandirian anak di usia pra sekolah dimana nilai P value = 0,000 (P
Stimulasi Produksi Asi (Stipasi): Intervensi Keperawatan untuk Mencegah Stunting pada 1000 HPK di Wilayah Kerja Puskesmas Bangetayu Semarang Apriliani Yulianti Wuriningsih; Nutrisia Nu’im Haiya; Iskim Luthfa; Nopi Nur Khasanah; Dyah Wiji Puspita Sari
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 2 (2019): Tantangan Implementasi Hasil Riset Perguruan Tinggi untuk Industrialisasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stunting merupakan kondisi balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif. Stimulasi produksi ASI (STIPASI) merupakan salahsatu bentuk implementasi keperawatan untuk mencegah stunting. STIPASI melalui terapi pijat laktasi dapat diajarkan sejak masa kehamilan terutama trimester III dan pada ibu yang memiliki anak berusia di bawah dua tahun (baduta). Pijat laktasi dapat menstimulasi hormon oksitosin dan prolaktin yang berperan dalam peningkatan produksi ASI. Tujuan darikegiatan STIPASI, yaitu meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan keterampilan ibu hamil dan atau yang memiliki baduta untuk mempersiapkan diri dan dapat memberikan ASI Eksklusif dilanjutkan sampai 2 tahun dengan penambahan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat. Metode pelaksanaan terdiri dari 3 (tiga) pendekatan, yaitu berbasis kelompok, komprehensif, dan potensi sumber daya manusia dan kearifan lokal dengan pengembangan sikap serta budaya lokal. Hasil monitoring dan evaluasi program STIPASI menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, perilaku, dan keterampilan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif untuk mencegah stunting pada 1000 HPK meningkat. Pengetahuan dari 20% menjadi 85%, sikap dari 32% menjadi 80%,perilaku mengalami peningkatan dari 28% menjadi 88%, dan keterampilan meningkat dari 30% menjadi 92 %.Rekomendasi program STIPASI melalui pemberdayaan peran kader kesehatan akan dapat memperluas jangkauan sasaran program.Kata kunci: Stunting, pijat laktasi, proses menyusui, STIPASI
Pencegahan Pernikahan Dini Melalui Pembentukan Kelompok Remaja Tibas (henTI seks beBAS) Nopi Nur Khasanah; Kurnia Wijayanti; Indra Tri Astuti; Iskim Luthfa; Hernandia Distinarista; Herry Susanto
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 1 (2018): Hilirisasi & Komersialisasi Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat untuk Indonesia
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dusun Seturun tercatat dalam peringkat ketiga sebagai dusun dengan angka pernikahan dini yang tinggi di kabupaten semarang. Program pengabdian ini dilakukan untuk membentuk kelompok remaja TIBAS dan mengoptimalkan peran orangtua sebagai pengambil keputusan dalam keluarga melalui edukasi dampak pernikahan dini. Metode kegiatan inidilakukan dengan metode berbasis kelompok yang dilakukan secara komprehensif dan mampu memenuhi seluruh hobi positif dari remaja yang ada di dusun seturun. Kegiatan juga berbasis kesehatan dengan pengembangan sikap dan perilaku berlandaskan agama. Hasil pelaksanaannya antara lain kelompok remaja mampu mengajak 85% warga untuk berperilaku hidup bersih, sehat (fisik, psikis, mental), menghindari perilaku seks bebas, dan tidak melakukan pernikahan terlalu dini. 80% remaja mengalami peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, 85% orangtua mengetahui dampak pernikahan dini, 90% anak usia sekolah memahami pentingnya menjaga diri serta adab pergaulan dalam islam. Pengembangan kegiatan remaja antara lain kegiatan olahraga pada minggu I, kegiatan seni pada minggu II, dan kegiatan keagamaan pada minggu III. Kami menyimpulkan bahwa pembentukan kelompok remaja TIBAS cukup efektif dalam mencegah pernikahan dini di desa seturun. Kami merekomendasikan untukadanya pembentukan kelompok remaja TIBAS di daerah-daerah yang angka pernikahan dininya cukup tinggi.
PKM Kelompok Ibu Sadar Gizi (Budarzi) melalui Metode Peer Group sebagai Upaya Pencegahan Stunting pada Anak Luthfa, Iskim; Khasanah, Nopi Nur
Indonesian Journal of Community Services Vol 6, No 1 (2024): May 2024
Publisher : LPPM Universitas Islam Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/ijocs.6.1.24-29

Abstract

Kelurahan Bangetayu Wetan di bawah pembinaan Puskesmas Bangetayu, dalam kurun waktu 1 tahun terdapat Balita dengan stunting sebanyak 85 kasus. Puskesmas sudah melakukan upaya pencegahan stunting dengan membuat program pembangunan status gizi, memberikan informasi tentang stunting kepada masyarakat, melakukan kunjungan ke rumah dan memberikan makanan tambahan untuk anak yang mengalami stunting. Namun belum ada kelompok khusus yang dibentuk untuk konsentrasi dan fokus menangani masalah stunting, sehingga kejadian stunting di Puskesmas Bangetayu masih cukup tinggi. Solusi yang ditawarkan yaitu Pemberdayaan Kelompok Ibu Sadar Gizi (BuDarZi) melalui metode peer group. Salah satu fungsi Kelompok Ibu Sadar Gizi (BuDarZi) adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat khususnya para ibu untuk dapat bertukar informasi dan pengetahuan untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan anak dan keluarga melalui pemenuhan asupan gizi yang sesuai. Pembentukan kelompok BuDarZi diikuti sebanyak 25 ibu yang memiliki bayi dan Balita. Hasil kegiatan PKM menunjukkan terjadinya peningkatan pengetahuan ibu tentang gizi, pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak dan keterampilan ibu membuat MPASI sebalum dan sesudah pembentukan Kelompok BuDarzi. Kesimpulan, pembentukan kelompok BuDarZi dinilai efektif sebagai upaya pencegahan stunting yang terjadi di masyarakat.Bangetayu Wetan Subdistrict under the guidance of the Bangetayu Community Health Center, within a period of 1 year there were 85 cases of stunting in toddlers. The Community Health Center has made efforts to prevent stunting by creating nutritional status development programs, providing information about stunting to the community, conducting home visits and providing additional food to children who are stunted. However, there has not been a special group formed to concentrate and focus on dealing with the problem of stunting, so the incidence of stunting at the Bangetayu Community Health Center is still quite high. The solution offered is the Empowerment of the Nutrition Aware Mothers Group (BuDarZi) through the peergroup method. One of the functions of the Nutrition Aware Mothers Group (BuDarZi) is as a forum for community empowerment, especially mothers, to be able to exchange information and knowledge in order to improve the health status of children and families through fulfilling appropriate nutritional intake. The formation of the BuDarZi group was attended by 25 mothers who had babies and toddlers. The results of PKM activities show an increase in mothers' knowledge about nutrition, mothers' knowledge about children's growth and development and mothers' skills in making MPASI before and after the formation of the BuDarzi Group. In conclusion, the formation of the BuDarZi group is considered effective as an effort to prevent stunting that occurs in the community.
Ankle Brakhial Indext (ABI): a tools for detect peripheral arterial disease (PAD) Wahyuni, Riska; Khasanah, Nopi Nur; Amal, Ahmad Ikhlasul
Media Keperawatan Indonesia Vol 7, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/mki.7.2.2024.164-174

Abstract

Peripheral Arterial Disease (PAD) is a common complication among patients with type 2 diabetes mellitus, characterized by atherosclerosis that leads to the narrowing of the arteries in the legs and feet. PAD complications include pain, neuropathy, and potential limb amputation. This study reviews the effectiveness of the Ankle-Brachial Index (ABI) as a diagnostic tool for PAD detection in diabetic patients. A literature review was conducted, sourcing 266 articles from PubMed, Google Scholar, and ScienceDirect databases within the 2019-2024 period; six articles met the inclusion criteria. The analysis indicates that ABI is a sensitive and accurate diagnostic method, particularly for patients with an ABI <0.9 who are at higher risk of cardiovascular complications. PAD risk factors include older age, hypertension, and smoking. ABI also shows high concordance with Doppler Ultrasonography (DUS) for various degrees of arterial stenosis. In conclusion, ABI is a reliable, non-invasive diagnostic tool for early PAD detection in diabetic patients. Routine use of ABI in screening programs may help prevent further complications through early diagnosis and intervention, especially for patients with diabetes mellitus.
Pemenuhan kebutuhan spiritualists pada lansia dentam penyakit kronik di panti werdha Luthfa, Iskim; Khasanah, Nopi Nur
NURSCOPE: Jurnal Penelitian dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan Vol 9, No 1 (2023): Juni
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung, Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/nurscope.9.1.13-17

Abstract

Pendahuluan: Saat ini, Lanjut usia akan mengalami proses degeneratif yang menyebabkan fungsi tubuh menurun sehingga rentan terhadap penyakit. Penyakit kronik yang diderita lansia sering menyebabkan masalah emosional. Spiritualitas akan membantu lansia meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimanakah pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada lansia dengan penyakit kronik di Panti Werdha. Metode: Desain penelitian ini menggunakan deskriptif analitik. Sampel diambil menggunkan teknik simple random sampling, jumlah sampel sebanyak seratus dua puluh enam lansia yang tinggal di Panti Werdha Pucang Gading dan Panti Werdha Wening Wardoyo Kota Semarang. Instrument untuk mengukur kebutuhan spiritualitas menggunakan kuesioner Daily spiritual Experience Scale (DSES). Analisis data menggunakan statistic deskriptif. Hasil: Karakteristik responden dalam penelitian sebagian besar berusia 60-74 tahun sebanyak 68 lansia (54,0%), berjenis kelamin perempuan sebanyak 67 lansia (53,2%), sudah tinggal di Panti Werdha selama 1-5 tahun sebanyak 90 lansia (71,4%), beragama islam sebanyak 110 lansia (87,3%), memiliki penyakit kronik lebih dari satu sebanyak 99 lansia (78,6%), tidak pernah dikunjungi oleh keluarganya sebanyak 95 lansia (75,4%), dan lansia memiliki tingkat kebutuhan spiritual yang tinggi sebanyak 72 lansia (57,1%). Simpulan: Sebagian besar lansia yang tinggal di Panti Werdha memiliki tingkat kebutuhan spiritual yang tinggi.
HUBUNGAN PERIAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0- 12 BUAN DI RS SARI ASIH CIPONDOH Nuria, Lita; Wijayanti, Kurnia; Khasanah, Nopi Nur
Jurnal Ilmiah Penelitian Mahasiswa Vol 3, No 3 (2024): September 2024
Publisher : Jurnal Ilmiah Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar beakang: Hubungan periaku hidup bersih dan sehat ibu dengan kejadian diare pada bayi usia 1-12 buan sangat erat. Periaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oeh ibu dapat memiiki hubungan yang signifikan terhadap kesehatan bayi, termasuk risiko bayi termasuk resiko diare. Metode: Peneitian ini menggunakan data primer menggunakan desain cross sectiona study. Popuasi peneitian ini berupa ibu yang memiiki bayi usia 1-12 buan pada ruangan perawatan anak di rumah sakit Sari Asih Cipondoh, dengan jumah sampe sebanyak 120 responden dengan teknik Purposive Samping. Hasil: Peneitian ini menunjukkan adanya hubungan periaku ibu daam pemberian ASI ekskusif dengan kejadian diare usia 1-12 buan (p =0,496), terdapat hubungan periaku ibu daam mencuci tangan (p=0,258), periaku memasak air (p=0,081), dan periaku steriisasi boto (p=0,012) dengan kejadian diare bayi usia 1-12 buan di rumah sakit Sari Asih Cipondoh. Kesimpulan: Periaku ibu daam pemberian ASI ekskusif,  periaku ibu daam mencuci tangan, periaku ibu daam memasak air, dan periaku ibu daam steriisasi boto terdapat hubungan dengan kejadian diare bayi usia 1-12 buan di rumah sakit Sari Asih Cipondoh. Saran: Khususnya ibu yang memiiki bayi usia 1-12 buan harus diperhatikan dan memberikan dukungan pentingnya periaku hidup bersih dan sehat ibu berupa edukasi kesehatan sehingga dapat menurunkan angka kejadian diare pada bayi usia 1-12 buan.
Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah melalui Pembentukan Polisi Kecil sebagai Upaya Optimalisasi Kesehatan Mental Anak Khasanah, Nopi Nur; Jannah, Ghina Muhibbatul; Abdillah, Ajid; Silviani, Vicky Nurul; Listianah, Liya Maya; Setyawan, Muhamad Andri
JAST : Jurnal Aplikasi Sains dan Teknologi Vol 8, No 2 (2024): EDISI DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/jast.v8i2.6184

Abstract

The social environment of MI Al-Mahmud Kumpulrejo in recent years has been identified as having cases of verbal bullying. The school has tried to prevent verbal bullying by giving sanctions and education in every lesson, but there are still cases of bullying. The solution offered is the Formation of Petty Police to reduce verbal bullying through peer group and peer counselor methods. One of the tasks of the Petty Police is to help create a safe and comfortable school environment by maintaining order and security in the school, as well as reporting to teachers or providing counseling if cases of bullying are found so that prevention and handling can take place more quickly. The formation of the Petty Police was attended by 12 students who were selected based on criteria that had been determined together with the teacher. The PKM activities showed decreased cases of verbal bullying in the school environment through the active role of the Petty police, who carried out their duties well. In conclusion, the formation of the petty police was considered quite effective in efforts to optimize children's mental health in schoolsABSTRAKLingkungan sosial MI Al-Mahmud Kumpulrejo dalam beberapa tahun terakhir teridentifikasi memiliki kasus bullying verbal. Pihak sekolah telah melakukan upaya pencegahan bullying verbal melalui pemberian sanksi dan edukasi di setiap pembelajaran, namun masih terdapat kasus bullying verbal di sekolah. Solusi yang ditawarkan ialah Pembentukan Polisi Kecil untuk menurunkan kasus bullying verbal melalui metode peer group dan peer counselor. Salah satu tugas Polisi Kecil adalah membantu menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman dengan menjaga ketertiban dan keamanan di sekolah, serta melaporkan ke guru atau melakukan konseling  jika ditemukan kasus bullying agar pencegahan dan penanganannya dapat berlangsung lebih cepat. Pembentukan Polisi Kecil diikuti oleh 12 siswa yang dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan bersama guru. Hasil kegiatan PKM menunjukan adanya penurunan kasus bullying verbal di lingkungan sekolah melalui peran aktif dari polisi kecil yang telah menjalankan tugasnya dengan baik. Kesimpulan, pembentukan polisi kecil dinilai cukup efektif dalam upaya optimalisasi kesehatan mental anak di sekolah.