Claim Missing Document
Check
Articles

The Relationship Between Family Support and Quality of Life Improvement of Patients with Diabetes Mellitus in Semarang Iskim Luthfa; Moch Aspihan; Muhammad Rifqi Lathif
Jurnal Ners Vol. 14 No. 3 (2019): Special Issue
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jn.v14i3.17175

Abstract

Introduction: Diabetes mellitus (DM) is known as the silent killer, where sufferers often do not realize its signs and symptoms and are frequently diagnosed during another health complication. To maintain quality of life, the family is required to provide support, therefore, this study aims to determine the relationship between family and the patient through observational analytic research.Methods: 120 people with DM make up the research sample using an accidental sampling technique, and data analysis was carried out using the Spearman rank test. The results found that 62 respondents (51.7%) agreed to their families providing good support, and 102 (85%) were satisfied with their quality of life.Results: The Spearman test resulted in a P value of 0,000 and R of 0.334. This means the higher the support provided by the family, the greater the increase in quality of life.Conclusion: The suggestions proposed from this study is for health workers to advocate and encourage family in the planning management of DM sufferers in order to improve their quality of life.
Descriptive Study of Optimizing Family Health Functions in Preventing COVID 19 Transmission Iskim Luthfa; Nopi Nur Khasanah
Journal of Nursing Care Vol 4, No 2 (2021): Journal of Nursing Care
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jnc.v4i2.30944

Abstract

COVID 19 has become a world health problem, and Indonesia has declared an emergency status for an outbreak. To prevent transmission of COVID 19, the government has set three policies that are increasing the availability and reliability of infrastructure, involving the industrial world and social education. However, COVID 19 transmission still occurs. Preparedness for COVID 19 transmission starts with the family as a minor system in the community. The Healthy Indonesian Program with a Family Approach is considered an excellent effort to carry out health functions to prevent COVID 19 transmission. This study aimed to optimize family functions in preventing COVID 19 transmission. This study used a descriptive-analytic design. Two hundred and fifty-eight samples were recruited using a consecutive sampling technique. To measure family function using a questionnaire. Data were analyzed by descriptive statistics (i.e., frequency statistics). The frequency statistics showed that most of the respondents have optimally performed family functions in the health sector. Most of the respondents understand COVID 19 (88,4%), they are capable of making decisions (96,9%), they can care for the family (88,8%), they can modify the environment (75,2%), and they can take advantage of health services (81%). This study only captures the extent to which the family optimally performs health functions; it does not provide any form of intervention. The results of this study prove that the family has an important role to play in breaking the transmission of COVID 19.
PERILAKU HIDUP MENENTUKAN KEJADIAN SKABIES Iskim Luthfa; Siti Anisatun Nikmah
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 9 No 1 (2019): Januari
Publisher : LPPM STIKES KENDAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.309 KB) | DOI: 10.32583/pskm.9.1.2019.35-41

Abstract

Penyakit skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit tungau Sarcoptes scabei yang dapat menular lewat kontak langsung manusia. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terutama dalam hal sanitasi yang buruk dan personal hygiene buruk menjadi faktor resiko tingginya angka penyebaran penyakit skabies. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian skabies di pondok pesantren Kecamatan Guntur Kabupaten Demak. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain case control. Pengambilan sampel menggunakan nonprobability sampling dengan teknik consecutive sampling. Jumlah sampel sebanyak 70 responden, yaitu 35 sampel kasus dan 35 sampel kontrol. Instrumen penelitian untuk mengukur PHBS menggunakan kuesioner, sedangkan untuk diagnosis scabies menggunakan pemeriksaan medis. Analisis data menggunakan uji eta dan didapatkan nilai p value 0,000 dan nilai korelasi (r) yaitu 0,728. Artinya Terdapat korelasi sangat kuat antara PHBS dengan kejadian skabies di pondok pesantren Kecamatan Guntur Kabupaten Demak. Penelitian selanjutnya direkomendasikan melakukan intervensi untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. Kata kunci : Perilaku hidup bersih dan sehat, pondok pesantren, skabies LIFE BEHAVIOR DETERMINES SCABIES DISEASE ABSTRACT Scabies or scabies is a skin disease caused by the Sarcoptes scabei mite parasite that can be transmitted through human direct contact. Clean and healthy life behavior especially in the case of poor sanitation and poor personal hygiene is a risk factor for the high rate of spreading of scabies disease. This study aims to determine the relationship between clean and healthy life behavior with the incidence of scabies in Pondok Pesantren Guntur District Demak District. This research is a kind of quantitative research with correlation study. In this research use case control design. Data collection was done by distributing questionnaires. The number of respondents in this research are 70 respondents that is 35 case samples and 35 control samples with sampling technique using consecutive sampling. The data obtained were processed statistically by used eta test formula and p value of 0,000 and the correlation value (r) is 0,728. This means there are a relationship of clean and healthy life behavior with the incidence of scabies in Pondok Pesantren Guntur District Demak District. Further research is recommended to conduct interventions to improve clean and healthy living behaviors. Keywords: clean and healthy life behavior, scabies
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANJUT USIA SELAMA PANDEMI DI PANTI WERDHA Luthfa, Iskim; Khasanah, Nopi
Jurnal Perawat Indonesia Vol. 6 No. 1 (2022): May 2022
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.032 KB) | DOI: 10.32584/jpi.v6i1.1332

Abstract

Pandemi COVID 19 merupakan bencana kesehatan yang sampai saat ini belum berhasil dihentikan penyebarannya. Lansia yang tinggal di Panti Werdha merupakan salah satu kelompok yang sangat rentan tertular penyakit COVID 19. Untuk mencegah kluster berkembangnya COVID 19 di Panti Werdha maka dilakukan pembatasan aktivitas sosial diantara para lansia dan keluarga tidak diizinkan menjenguk. Kondisi ini menyebabkan kecemasan lansia bertambah dan mengakibatkan depresi. Depresi pada lansia merupakan masalah kesehatan mental yang serius. Depresi menyebabkan lansia mengalami gangguan melakukan aktivitas sehari-hari dan pada kasus yang parah menyebabkan resiko bunuh diri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan depresi pada lanjut usia selama pandemi di Panti Werdha. Jenis penelitian ini adalah crossectional, dengan jumlah responden sebanyak 102 lansia. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden sebagian besar perempuan (57,8%), usia 60-74 tahun (66,7%), telah tinggal di panti selama lebih dari 1 tahun ((72,5%), masih mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari (64,7%), merasa puas dengan pelayanan di Panti (86,3%) dan tidak mengalami depresi (67,6%). Hasil uji chisquare menunjukkan terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian depresi (P value 0,029), lama tinggal di Panti dengan kejadian depresi (P value 0,019), kemandirian dengan kejadian depresi (P value 0,000), dan kepuasan dengan kejadian depresi (P value 0,033). Sedangkan usia tidak berhubungan dengan kejadian depresi (P value 0,369). Kesimpulan, faktor yang berhubungan dengan depresi pada  lansia selama pandemi di Panti Werdha yaitu jenis kelamin, lama tinggal di Panti Werdha, kemandirian dan kepuasan. Kata Kunci: COVID 19, Depresi, Lanjut Usia, Panti Werdha.
HUBUNGAN KESEJAHTERAAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA MUSLIM DI PANTI WERDHA Zulva Aulia Faradil; Iskim Luthfa; Moch. Aspihan
Jurnal Ilmiah Penelitian Mahasiswa Vol 2, No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Jurnal Ilmiah Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.748 KB)

Abstract

Latar belakang: Lansia yang tinggal di panti akan memiliki perasaan terisolasi, merasa kesepian, bahkan mengalami depresi. Salah satu faktor yang dapat mengatasi masalah psikologis lansia adalah dengan meningkatkan kebutuhan spiritual. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan kesejahteraan spiritual dengan tingkat depresi pada lansia muslim di Panti Werdha. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 94 responden dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Instrumen untuk mengukur kesejahteraan spiritual menggunakan kuisioner SWBS (Spirituality Well-Being Scale) dan instrument untuk mengukur depresi menggunakan kuisioner GDS (Geriatric Depression Scale. Analisis dalam penelitian ini menggunakan Uji Sommers’d. Hasil: Sebagian besar lansia berusia 60 tahun – 73 tahun sebanyak 53 (56,4%), jumlah lansia laki-laki dan perempuan memiliki presentase yang sama yaitu 47 (50%). Sebagian besar lansia sudah tinggal di Panti Werdha selama 1-5 tahun sebanyak 66 (70,2%) dan frekuensi kunjungan keluarga sebagian besar tidak pernah dikunjungi keluarga sebanyak 72 (76,6%). Kesejahteraan spiritual didapatkan lansia sebagian besar memiliki kesejahteraan spiritual tinggi sebanyak 81 (86,2%). Tingkat depresi didapatkan lansia yang tinggal di Panti Werdha sebagian besar tidak depresi yaitu sebanyak 76 (80,9%). Ada hubungan antara kesejahteraan spiritual dengan tingkat depresi pada lansia muslim di Panti Werdha dimana P value = 0,000 (P value
HUBUNGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA DI PANTI WERDHA Ismaya Wulandari; Iskim Luthfa; Moch. Aspihan
Jurnal Ilmiah Penelitian Mahasiswa Vol 2, No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Jurnal Ilmiah Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.01 KB)

Abstract

Latar belakang : Kecemasan merupakan hal yang sering dialami oleh lansia, dimana lansia khawatir secara berlebihan terhadap masalah dirinya dan lingkungannya. Lansia yang mengalami kecemasan perlu meningkatkan pemenuhan kebutuhan spiritual untuk mengurangi kecemasan yang dialami. Spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dimiliki setiap manusia. Lansia membutuhkan spiritual sebagai landasan untuk mengatur hidupnya, mengelola dan memanfaatkan makna,nilai,dan kualitas kehidupan. Tujuan : Tujuan dalam penelitian ini adalah Menganalisis hubungan pemenuhan kebutuhan spiritual dengan tingkat kecemasan lansia. Metode : Desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan Sampel sebanyak 126 lansia di rumah pelayanan lanjut usia wening wardoyo dan rumah pelayanan lanjut usia pucang gading. Instrumen tang digunakan untuk mengukur pemenuhan kebutuha spiritual menggunakan kuesioner Daily spiritual Experience Scale (DSES) dan instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan menggunakan kuesioner Geriatric Anxiety Inventory (GAI). Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dan analisa data menggunakan uji somers’D. Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan lansia terbanyak rentang usia lanjut 60-74 tahun (54,0%), Lansia terbanyak dengan lama tinggal di panti werdha rentan lama tinggal 1-5 tahun sebanyak 90 lansia (71,4%), Lansia terbanyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 67 (53,2%). Lansia paling banyak frekuensi kunjungan keluarga yaitu tidak pernah dikunjungi keluarga sebanyak 99 lansia (78,6%),Lansia paling banyak beragama islam sebanyak 110 lansia (87,3%),lansia paling banyak memiliki tingkat kecemasan yaitu tidak cemas sebanyak 73 lansia (57,9%). Hasil analisis menggunakan uji somers didapatkan nilai p value = 0,000 (p
Stimulasi Produksi Asi (Stipasi): Intervensi Keperawatan untuk Mencegah Stunting pada 1000 HPK di Wilayah Kerja Puskesmas Bangetayu Semarang Apriliani Yulianti Wuriningsih; Nutrisia Nu’im Haiya; Iskim Luthfa; Nopi Nur Khasanah; Dyah Wiji Puspita Sari
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 2 (2019): Tantangan Implementasi Hasil Riset Perguruan Tinggi untuk Industrialisasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stunting merupakan kondisi balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif. Stimulasi produksi ASI (STIPASI) merupakan salahsatu bentuk implementasi keperawatan untuk mencegah stunting. STIPASI melalui terapi pijat laktasi dapat diajarkan sejak masa kehamilan terutama trimester III dan pada ibu yang memiliki anak berusia di bawah dua tahun (baduta). Pijat laktasi dapat menstimulasi hormon oksitosin dan prolaktin yang berperan dalam peningkatan produksi ASI. Tujuan darikegiatan STIPASI, yaitu meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan keterampilan ibu hamil dan atau yang memiliki baduta untuk mempersiapkan diri dan dapat memberikan ASI Eksklusif dilanjutkan sampai 2 tahun dengan penambahan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat. Metode pelaksanaan terdiri dari 3 (tiga) pendekatan, yaitu berbasis kelompok, komprehensif, dan potensi sumber daya manusia dan kearifan lokal dengan pengembangan sikap serta budaya lokal. Hasil monitoring dan evaluasi program STIPASI menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, perilaku, dan keterampilan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif untuk mencegah stunting pada 1000 HPK meningkat. Pengetahuan dari 20% menjadi 85%, sikap dari 32% menjadi 80%,perilaku mengalami peningkatan dari 28% menjadi 88%, dan keterampilan meningkat dari 30% menjadi 92 %.Rekomendasi program STIPASI melalui pemberdayaan peran kader kesehatan akan dapat memperluas jangkauan sasaran program.Kata kunci: Stunting, pijat laktasi, proses menyusui, STIPASI
Pencegahan Pernikahan Dini Melalui Pembentukan Kelompok Remaja Tibas (henTI seks beBAS) Nopi Nur Khasanah; Kurnia Wijayanti; Indra Tri Astuti; Iskim Luthfa; Hernandia Distinarista; Herry Susanto
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 1 (2018): Hilirisasi & Komersialisasi Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat untuk Indonesia
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dusun Seturun tercatat dalam peringkat ketiga sebagai dusun dengan angka pernikahan dini yang tinggi di kabupaten semarang. Program pengabdian ini dilakukan untuk membentuk kelompok remaja TIBAS dan mengoptimalkan peran orangtua sebagai pengambil keputusan dalam keluarga melalui edukasi dampak pernikahan dini. Metode kegiatan inidilakukan dengan metode berbasis kelompok yang dilakukan secara komprehensif dan mampu memenuhi seluruh hobi positif dari remaja yang ada di dusun seturun. Kegiatan juga berbasis kesehatan dengan pengembangan sikap dan perilaku berlandaskan agama. Hasil pelaksanaannya antara lain kelompok remaja mampu mengajak 85% warga untuk berperilaku hidup bersih, sehat (fisik, psikis, mental), menghindari perilaku seks bebas, dan tidak melakukan pernikahan terlalu dini. 80% remaja mengalami peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, 85% orangtua mengetahui dampak pernikahan dini, 90% anak usia sekolah memahami pentingnya menjaga diri serta adab pergaulan dalam islam. Pengembangan kegiatan remaja antara lain kegiatan olahraga pada minggu I, kegiatan seni pada minggu II, dan kegiatan keagamaan pada minggu III. Kami menyimpulkan bahwa pembentukan kelompok remaja TIBAS cukup efektif dalam mencegah pernikahan dini di desa seturun. Kami merekomendasikan untukadanya pembentukan kelompok remaja TIBAS di daerah-daerah yang angka pernikahan dininya cukup tinggi.
Peningkatan Kemampuan Management Hipertensi Berbasis Kelompok Swabantu di Karangroto Semarang Iskim Luthfa; Joko Kuncoro; Iwan Ardian
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 2 (2019): Tantangan Implementasi Hasil Riset Perguruan Tinggi untuk Industrialisasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hasil Riskesdas 2016 menunjukkan hipertensi merupakan masalah kesehatan utama pada lanjut usia. Faktor utama penyebabnya adalah penurunan fungsi fisiologis dan pola perilaku hidup yang beresiko. Mitra dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini Posyandu lansia Manggis, berada di RW IV Kelurahan Karangroto Semarang. Berdasarkan analisis situasi permasalahan yang dihadapi mitra antara lain, 1) Kunjungan lansia rendah 25% (33 lansia), 2) Masalah utama lanjut usia hipertensi, 3) Penyebab hipertensi pengetahuan, sikap dan perilaku yang beresiko, 4) Kompetensi kader rendah, dan 5) Management hipertensi masih bersifat individu, belum secara komprehensif. Berdasarkan permasalahan tersebut, PKM ini berupaya memberikan solusi untukmeningkatkan kesehatan para lansia dan menurunkan penyakit hipertensi, dengan membentuk program management hipertensi berbasis kelompok swabantu. Kegiatan dalam PKM ini meliputi, 1) Peningkatanmotivasi lansia ke posyandu, 2) Skrining faktor resiko hipertensi, 3) Edukasi penyakit hipertensi secara komprehensif, dan 4) Pelatihan kompetensi kader. Hasil kegiatan PKM menunjukkan, 1) lansia yang berkunjung ke Posyandu meningkat dari 25% (33 lansia) menjadi 47% (62 lansia), 2) Skrining faktor hipertensi terhadap 62 lansia didapatkan data, 25 lansia (40,3%) memiliki tekanan darah tinggi, sebanyak 23 lansia (37,1%) memiliki indeks massa tubuh berlebih, Sebanyak 21 lansia (33,9%) memiliki kadar gula darah kategori tinggi, dan 17 lansia (27,4%) memiliki kadar asam urat kategori tinggi, 19 lansia (30,6%) nilai CO nya rentang 11-16 ppm.Kesimpulan, management hipertensi berbasis kelompok swabantu dinilai efektif diterapkan. Empat komponen dukungan meliputi dukungan emosi, instrumen, informasi dan penghargaan, menyebabkan lansia merasanyaman berada pada kelompok yang memiliki permasalahan sama, saling mendukung dan saling membantu mengatasi penyakit hipertensi. Kata kunci: Kader, Management hipertensi, kelompok swabantu
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI BALKESMAS WILAYAH SEMARANG Anas, Vina Helmaliya; Aspihan, Moch; Luthfa, Iskim
Jurnal Ilmiah Penelitian Mahasiswa Vol 3, No 1 (2024): Maret 2024
Publisher : Jurnal Ilmiah Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kualitas hidup penderita HIV/AIDS sangat penting karena penyakit menular ini bersifat kronis dan progresif sehingga mempunyai dampak yang signifikan terhadap aspekikehidupan fisiki, mentali, sosial dan spiritual. Salah satu masalah kesehatan mental yang muncul adalah kurangnya dukungan keluarga, yang terkadang lebih sulit diatasi oleh pasien dan dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka. Pasien HIV/AIDS sebaiknya patuh dalam pengobatan ARV karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan yaitu pengetahuan dan dukungan keluarga. Pengetahuan yang baik menjadi dasar motivasi menjalani pengobatan ARV untuk meningkatkan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan dukungan keluarga dengan kualitas hidup penderita HIV/AIDS di Balkesmas Wilayah Semarang. Penelitian ini menerapkan metode kuantitatif cross-sectional. Populasi penelitian ini berjumlah 78 orang dan teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu non probability sampling yang metodenya mencakup seluruh populasi. Penelitian ini dilaksanakan di Balkesmas Wilayah Semarang pada bulan Juli 2023. Hasil analisis menunjukkan nilai korelasi pengetahuan sebesar 0,051 dengan P-value = 0.641 (P-value > 0,05) dan nilai korelasi dukungan keluarga sebesar 0,335 dengan P-value = 0,002 (P-value < 0,05). Untuk hasil uji statistik digunakan uji Sommers dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kualitas hidup orang HIV positif dan terdapatihubunganiantara dukungan keluarga dengan kualitasihidupiorang HIV positifi.Kata Kunci: HIV/AIDS, Pengetahuan, DukunganiKeluarga, KualitasiHidup