Claim Missing Document
Check
Articles

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet pada Lansia dalam Pengendalian Hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Risa Kisnawati; Moch. Aspihan; Iskim Luthfa
Jurnal Ilmu Kesehatan dan Gizi Vol. 3 No. 2 (2025): Jurnal Imu Kesehatan dan Gizi
Publisher : Pusat Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/jig.v3i2.3626

Abstract

Background: The frequency of hypertension continues to increase in line with the low compliance of hypertension sufferers in carrying out their treatment, one of which is a hypertension diet. Family support plays a crucial role in increasing self-confidence, motivation, and life satisfaction of hypertension sufferers. Family involvement in health education programs helps patients with their needs met, understanding when to seek medical help, and support for treatment compliance, which can prevent recurrence and serious complications due to hypertension. In addition, compliance with a hypertension diet is very important to keep blood pressure stable. A good understanding of the benefits of diet and the role of family and health workers in providing support can increase diet compliance. Conversely, low understanding can reduce awareness of the importance of diet, potentially causing ongoing complications. Therefore, hypertension management strategies must involve family support and education about the right diet to achieve optimal health outcomes. This study was conducted to analyze the Relationship Between Family Support and Diet Compliance in the Elderly in Controlling Hypertension at the Kedungmundu Health Center. Methods: This study uses a quantitative method with a correlational approach. Data were collected through demographic questionnaires, family support, and hypertension diet compliance, with a study sample consisting of 90 people using random sampling techniques. Somers' D test was chosen as the statistical analysis method for this research data. Results: Based on the study, it was found that some respondents received quite good family support, with a total of 57 people (63.3%) and were quite compliant with dietary compliance as many as 57 people (63.3%). The results of the Somers' D test showed that the significance value of p = 0.000 <α (0.05), so H0 was rejected. Conclusion: Based on the data analysis, the conclusion obtained is that there is a relationship between family support and dietary compliance in the elderly in controlling hypertension at the Kedungmundu Health Center, Semarang City.
Hubungan Keseimbangan Tubuh dengan Resiko Jatuh pada Lansia di Rumah Pelayanan Sosial Lansia Pucang Gading Semarang Lisa Septi Meilinda Putri; Iskim Luthfa; Moch.Aspihan
Jurnal Ilmu Kesehatan dan Gizi Vol. 3 No. 2 (2025): Jurnal Imu Kesehatan dan Gizi
Publisher : Pusat Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/jig.v3i2.3628

Abstract

Background: When someone falls, they quickly lay down or sit down on the ground or floor, whether they are aware of it or not. Many older people experience falling as a normal part of getting older. One in three older people will fall at least once a year, and half of those people have fallen more than once in the past. There are many things that can make an older person more likely to fall. These include sociodemographic factors like age, gender, and socioeconomic status, physiological factors like neuromuscular, musculoskeletal, visual, vestibular, proprioceptive, biomechanical, muscle strength, balance, and gait pattern, medical conditions (pathological), environment, and psychological factors. Aminia et al. (2022) say that anxiety and fear of falling are mental disorders that happen to older people. Mhetod: A pre-experimental research design with a one-group pretest and post-test design, a purposive sampling technique, and 14 people who filled out an observation sheet. Findings: This research shows that there is a link between older people's body balance and their risk of falling. A P value of 0.000, which is less than 0.05, was found in the study used Gamma correlation. Because the 0.000 P number is less than 0.05, there is a link. Conclusion: There is a significant relationship between body balance and the risk of falling in the elderly at the Pucang
Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Kualitas Hidup Warga Lanjut Usia: Studi Kasus Di Pusat Pelayanan Sosial Lansia Fitriani Sholekah; Iskim Luthfa; Mohammad Aspihan
Anakes : Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan Vol. 10 No. 2 (2024): ANAKES: Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/anakes.v10i2.2537

Abstract

Peningkatan jumlah penduduk usia lanjut sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Hal ini membawa beberapa masalah kesehatan fisik, psikologis, dan sosial. Kondisi fisik yang menentukan kualitas hidup lansia adalah seringnya terjatuh, yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan memperlambat pergerakan. Bantuan sosial adalah salah satu dari beberapa elemen yang mempengaruhi kualitas hidup lansia. Peningkatan kualitas hidup lansia sangat bergantung pada dukungan sosial. Dari lingkungan sekitar, dukungan ini terdiri dari elemen instrumental, informasi, emosional, dan penghargaan. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki, di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia, korelasi antara bantuan sosial dan kualitas hidup lansia. Metode penelitian cross-sectional diterapkan. Purposive sampling digunakan untuk mengumpulkan sampel penelitian, dengan total responden sebanyak 95 orang. Kuesioner kualitas hidup menggunakan WHOQOL-OLD, sedangkan kuesioner dukungan sosial menggunakan MSPSS. Uji Rank Spearman membantu untuk memeriksa data. Menurut hasil survei ini, antara 75 dan 90 tiga puluh orang (31,6%) dan 61 orang (64,2%) adalahperempuan. Dengan nilai p-value sebesar 0,000, koefisien korelasi yang dihasilkan adalah 0,529. Semakin tinggi tingkat dukungan sosial yang diberikan, semakin tinggi pula kualitas hidup lansia yang tinggal di panti jompo. Kata Kunci: Dukungan Sosial; Kualitas Hidup; Lansia
Analisis Hubungan Tingkat Kesepian dan Interaksi Sosial Pada Lansia Di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang dan Wening Wardoyo Ungaran Lisa Tri Eriana Dewi; Iskim Luthfa; Mohammad Aspihan
Anakes : Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan Vol. 10 No. 2 (2024): ANAKES: Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/anakes.v10i2.2540

Abstract

Peningkatan angka harapan hidup menyebabkan pertumbuhan populasi lansia yang signifikan. Salah satu tantangan yang dihadapi lansia adalah penurunan interaksi sosial, yang dapat dipicu oleh perasaan kesepian, frustrasi, serta anggapan bahwa kehadiran mereka tidak lagi diharapkan. Kondisi ini dapat menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan sosialnya, yang pada akhirnya memperburuk rasa kesepian mereka. Penurunan kualitas interaksi sosial ini terutama terlihat pada lansia yang tinggal di rumah pelayanan sosial lanjut usia, dibandingkan dengan mereka yang tinggal di lingkungan keluarga. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kesepian lansia dengan interaksi sosial mereka, khususnya pada penghuni Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang dan Wening Wardoyo Ungaran. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross-sectional study. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling, dengan jumlah responden sebanyak 95 lansia. Instrumen penelitian meliputi kuesioner kesepian menggunakan UCLA Loneliness Scale dan kuesioner interaksi sosial, dengan analisis data menggunakan uji Spearman Rank. Analisis data menunjukkan adanya hubungan antara tingkat kesepian lansia dengan interaksi sosial, dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05) dan koefisien korelasi r = -0,323, yang menunjukkan arah korelasi negatif dengan kekuatan korelasi lemah. Terdapat hubungan negatif antara tingkat kesepian lansia dan interaksi sosial, di mana semakin tinggi tingkat kesepian, semakin rendah interaksi sosial lansia. Hal ini mengindikasikan pentingnya dukungan sosial dan strategi intervensi untuk meningkatkan interaksi sosial guna mengurangi kesepian lansia. Kata Kunci: Interaksi Sosial; Kesepian; Lansia
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kualitas Tidur Lansia Di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Helvian Rimba Pratama Putri; Iskim Luthfa; Mohammad Aspihan
Anakes : Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan Vol. 10 No. 2 (2024): ANAKES: Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/anakes.v10i2.2547

Abstract

Penurunan kualitas tidur merupakan masalah kesehatan yang umum dialami lansia dan dapat memengaruhi kualitas hidup mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara aktivitas fisik dan kualitas tidur pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia (BPSLU) Pucang Gading Semarang dan Wening Wardoyo Ungaran. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain cross-sectional, penelitian melibatkan 95 lansia yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengukur kualitas tidur dan Physical Activity Scale for the Elderly (PASE) untuk menilai tingkat aktivitas fisik. Analisis data dilakukan dengan uji D Sommers untuk menentukan arah dan kekuatan hubungan antar variabel. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia 60–74 tahun (65,3%) dan didominasi perempuan (64,2%), dengan 44,2% memiliki tingkat aktivitas fisik sedang dan 89,5% memiliki kualitas tidur baik. Analisis statistik mengungkapkan adanya hubungan positif yang signifikan antara aktivitas fisik dan kualitas tidur (p=0,001, r=0,273) dengan kekuatan hubungan moderat. Temuan ini menegaskan bahwa peningkatan aktivitas fisik berkorelasi dengan membaiknya kualitas tidur pada lansia, sehingga hasil penelitian dapat menjadi dasar pengembangan program aktivitas fisik yang bertujuan meningkatkan kualitas tidur di panti jompo. Kata Kunci: Aktivitas Fisik; Kualitas Tidur; Lansia  
HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI WERDHA PUCANG GADING SEMARANG DAN WENING WARDOYO UNGARAN: HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI WERDHA PUCANG GADING SEMARANG DAN WENING WARDOYO UNGARAN Setiyowati, Fenny; Luthfa, Iskim; Abrori, Abrori
JURNAL KESEHATAN KARTIKA Vol. 20 No. 1 (2025): Jurnal Kesehatan Kartika
Publisher : Faculty of Health Science and Technology, University of Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/jkkes.v20i1.363

Abstract

Background: Elderly is the final stage of life. In this process, the elderly will experience a decline in various aspects of their body function. One of the factors experienced by the elderly is psychological problems in the form of feelings of loneliness. Feelings of loneliness in the elderly will certainly have an impact on the quality of life of the elderly. One of the benchmarks used to assess the welfare of the elderly is the quality of life. Therefore, a harmonious relationship with family, friends, and the environment is very important to improve the quality of life of the elderly positively. Objective: This study aims to determine the relationship between the level of loneliness and the quality of life in the elderly in nursing homes. Methods: . This study uses a cross-sectional methodology and is quantitative. Data were collected using the loneliness scale from UCLA Loneliness and quality of life was measured by the WHOQOL-OLD scale. With a sample size of 95 elderly people according to the inclusion criteria, namely elderly people aged 60 years and over, healthy elderly people living in nursing homes, elderly people who are still able to communicate. Simple random sampling, a random sampling technique, was used in this procedure. The Sommers'd test was used to obtain data statistically. Results: The level of loneliness in the elderly in the nursing home is on average moderate at 62 elderly (65.3%), the quality of life in the elderly in the nursing home is high at 73 elderly (76.8%). Based on the results of the bivariate analysis, it shows that the level of loneliness with quality of life is negatively and significantly correlated (p = 0.000 and r count = -0.373). Conclusion: This shows that the lower the level of loneliness in the elderly, the higher the quality of life of the elderly.
Hubungan Tingkat Kesepian dengan Kualitas Hidup pada Lansia Setiyowati, Fenny; Luthfa, Iskim; Abrori
Jurnal Keperawatan Medika Vol 3 No 2 (2025): Jurnal Keperawatan Medika
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/jkem.v3i2.271

Abstract

Lansia merupakan tahap akhir dari kehidupan. Pada proses ini lansia akan mengalami penurunan berbagai aspek didalam fungsi tubuhnya. Salah satu faktor yang dialami lansia adalah masalah psikologis berupa perasaan kesepian. Perasaan kesepian pada lansia tentu akan berdampak pada kualitas hidup lansia. Salah satu tolak ukur yang digunakan untuk menilai kesejahteraan lansia adalah kualitas hidup. Oleh karena itu, hubungan yang harmonis dengan keluarga, teman, dan lingkungan sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup lanjut usia yang positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kesepian dengan kualitas hidup pada lansia di panti werdha. Penelitian ini menggunakan metodologi cross-sectional dan bersifat kuantitatif. Data dikumpulkan menggunakan skala kesepian dari UCLA Loneliness dan kualitas hidup diukur dengan skala WHOQOL-OLD. Dengan jumlah sampel sampel 95 lansia sesuai kriteria inklusi yaitu lansia yang berusia 60 tahun keatas, lansia yang sehat yang tinggal di panti, lansia yang masih mampu berkomunikasi. Pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling), suatu teknik pengambilan sampel acak, digunakan dalam prosedur ini. Uji Sommers'd digunakan untuk memperoleh data secara statistik. Tingkat kesepian pada lansia di panti rata-rata sedang sebanyak 62 lansia (65,3%), kualitas hidup pada lansia di panti tinggi sebanyak 73 lansia (76,8%). Berdasrkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tingkat kesepian dengan kualitas hidup berkorelasi negatif dan signifikan (p = 0,000 dan r hitung = -0,373). Hal tersebut menunjukkan semakin rendah tingkat kesepian lansia maka semakin tinggi kualitas hidup lansia.
Brain Gym sebagai Upaya Prompt Treatment Demensia pada Lansia di Panti Werdha Pucang Gading Semarang Luthfa, Iskim; Khasanah, Nopi Nur
Indonesian Journal of Community Services Vol 7, No 1 (2025): May 2025
Publisher : LPPM Universitas Islam Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/ijocs.7.1.45-51

Abstract

Panti Werdha Pucang Gading Semarang, di bawah naungan dari dinas sosial merupakan tempat pelayanan bagi lanjut usia yang terlantar. Panti ini dihuni oleh sekitar 100 Lansia yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Berdasarkan hasil pengkajian terhadap 30 Lansia yang ada di Bangsal Cempaka dengan menggunakan lembar kuesioner SPMSQ (Short Portable Status Mental Questionnaire) didapatkan hasil sebanyak 12 Lansia mengalami gangguan fungsi kognitif dengan kriteria ringan, 10 Lansia mengalami gangguan fungsi kognitif sedang dan 8 Lansia mengalami gangguan fungsi kognitif berat. Gangguan fungsi kognitif merupakan awal gejala demensia. Meskipun demensia tidak bisa disembuhkan namun dengan menjaga otak tetap aktif dapat menunda atau mengurangi efek awal demensia dan memperpanjang kemandirian. Solusi yang ditawarkan yaitu dengan melakukan brain gym sebagai upaya prompt treatment. Hasil kegiatan PKM menunjukkan setelah dilakukan brain gym pada kategori kerusakan ringan mengalami peningkatan dari 12 Lansia menjadi 17 Lansia (meningkat sebanyak 3%). Pada kategori kerusakan sedang dan berat mengalami penurunan, dari 10 Lansia menjadi 8 Lansia (menurun 9%), dan dari 8 Lansia menjadi 5 Lansia (menurun 8%). Kesimpulannya brain gym dinilai efektif sebagai upaya prompt treatment untuk meningkatkan fungsi kognitif pada Lansia yang mengalami demensia.Pucang Gading Semarang Nursing Home, under the auspices of the social service, is a service center for neglected elderly people. This nursing home is inhabited by around 100 elderly people from various regions in Central Java. Based on the results of a study of 30 elderly people in the Cempaka Ward using the SPMSQ (Short Portable Status Mental Questionnaire) questionnaire, it was found that 12 elderly people experienced mild cognitive dysfunction, 10 elderly people experienced moderate cognitive dysfunction, and 8 elderly people experienced severe cognitive dysfunction. Cognitive dysfunction is an early symptom of dementia. Although dementia cannot be cured, keeping the brain active can delay or reduce the early effects of dementia and prolong independence. The solution offered is to conduct brain gym as a prompt treatment effort. The results of this activity showed an increase in cognitive function in the elderly after brain gym was conducted. In conclusion, brain gym is considered effective as a prompt treatment effort to improve cognitive function in the elderly with dementia.
Hubungan Tingkat Kesepian dengan Kualitas Hidup pada Lansia di Panti Werdha Pucang Gading Semarang dan Wening Wardoyo Ungaran Setiyowati, Fenny; Luthfa, Iskim; Abrori
Health Research Journal of Indonesia Vol 3 No 5 (2025): Health Research Journal of Indonesia
Publisher : CV. Wadah Publikasi Cendekia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63004/hrji.v3i5.629

Abstract

Pendahuluan: Lansia merupakan tahap akhir dari kehidupan. Pada proses ini lansia akan mengalami penurunan berbagai aspek didalam fungsi tubuhnya. Salah satu faktor yang dialami lansia adalah masalah psikologis berupa perasaan kesepian. Perasaan kesepian pada lansia tentu akan berdampak pada kualitas hidup lansia. Salah satu tolak ukur yang digunakan untuk menilai kesejahteraan lansia adalah kualitas hidup. Oleh karena itu, hubungan yang harmonis dengan keluarga, teman, dan lingkungan sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup lanjut usia yang positif. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kesepian dengan kualitas hidup pada lansia di panti werdha. Metode: Penelitian ini menggunakan metodologi cross-sectional dan bersifat kuantitatif. Data dikumpulkan menggunakan skala kesepian dari UCLA Loneliness dan kualitas hidup diukur dengan skala WHOQOL-OLD. Dengan jumlah sampel sampel 95 lansia sesuai kriteria inklusi yaitu lansia yang berusia 60 tahun keatas, lansia yang sehat yang tinggal di panti, lansia yang masih mampu berkomunikasi. Pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling), suatu teknik pengambilan sampel acak, digunakan dalam prosedur ini. Uji Sommers'd digunakan untuk memperoleh data secara statistik. Hasil: Tingkat kesepian pada lansia di panti rata-rata sedang sebanyak 62 lansia (65,3%), kualitas hidup pada lansia di panti tinggi sebanyak 73 lansia (76,8%). Berdasrkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tingkat kesepian dengan kualitas hidup berkorelasi negatif dan signifikan (p = 0,000 dan r hitung = -0,373). Kesimpulan: Hal tersebut menunjukkan semakin rendah tingkat kesepian lansia maka semakin tinggi kualitas hidup lansia.
Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Hipertensi Kartika Fitri Diahastuti; Iskim Luthfa; Abrori
Jurnal Mahasiswa Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 4 (2025): Jurnal Mahasiswa Ilmu Kesehatan
Publisher : STIKes Ibnu Sina Ajibarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59841/jumkes.v3i4.3331

Abstract

Hypertension is a chronic disease that requires long-term treatment. However, in reality, many patients remain non-adherent to their prescribed therapy. Non-adherence can lead to serious complications such as stroke, kidney failure, or heart disease. One of the crucial factors that can improve treatment adherence is family support. This support may include attention, supervision, motivation, and practical assistance such as reminding patients of their medication schedules. The aim of this study was to examine the relationship between family support and medication adherence among hypertensive patients at the Internal Medicine Specialist Polyclinic of RSSA Sangiang. This study employed a quantitative correlational design with a cross-sectional approach. A total of 189 respondents were recruited using consecutive sampling. The research instruments consisted of a family support questionnaire and the Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) to assess adherence. Data were analyzed using the Spearman Rank test to determine the relationship between the two variables. The results showed that most respondents received family support at a moderate level (55.0%). Meanwhile, medication adherence among hypertensive patients was categorized as moderate in 49.2% of respondents. The Spearman test revealed a highly significant relationship between family support and medication adherence, with p=0.000 and a correlation coefficient r=0.832. In conclusion, family support plays a vital role in improving medication adherence among hypertensive patients. Therefore, healthcare providers are encouraged to involve families in the treatment process and provide continuous education to ensure adherence and prevent complications.