Claim Missing Document
Check
Articles

ANALISIS HUBUNGAN POLIFARMASI DAN BIAYA PENGGUNAAN OBAT RISIKO JATUH PADA PASIEN GERIATRI DI KLINIK SARAF RSUD DR SOEDARSO PONTIANAK Afrilla, Dian; Nurmainah, Nurmainah; Susanti, Ressi
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jatuh merupakan salah satu masalah kesehatan serius pada pasien geriatri. Salah satu faktor risiko terjadinya jatuh adalah jumlah penggunaan obat risiko jatuh atau Fall Risk Medicine (FRM). Disisi lain, berdampak pada beban biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan rata-rata biaya penggunaan obat risiko jatuh berdasarkan polifarmasi obat dan karakteristik pasien geriatri di klinik saraf RSUD dr. Soedarso Pontianak. Penelitian merupakan jenis penelitian observasional menggunakan rancangan penelitian potong lintang (cross sectional) yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data bersifat retrospektif yaitu menggunakan basis data elektronik. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien geriatri di Klinik Saraf RSUD dr.Soedarso Pontianak selama periode Januari–Desember 2019. Jumlah sampel yang memenuhi kriteri inklusi sebanyak 2.109 pasien. Analisis data dilakukan uji independent sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien geriatri yang berkunjung ke klinik saraf cenderung pasien wanita sebanyak 51,26%, lansia muda dengan usia 60-69 tahun sebanyak 71,22%, dan penggunaan <5 obat (non polifarmasi) sebanyak 94,12%. Analisis independent sample t-test menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara usia kelompok non polifarmasi (sig 2-tailed = 0,000) dan jumlah obat (sig 2-tailed = 0,000) terhadap rata-rata biaya penggunaan obat risiko jatuh dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (sig 2-tailed = 0,124 dan 0,697) dan usia kelompok polifarmasi (sig 2-tailed = 0,618 dan 0,786) terhadap rata-rata biaya penggunaan obat risiko jatuh pasien geriatri. Kesimpulan dari penelitian ini adalah usia pada kelompok non polifarmasi dan jumlah obat memiliki hubungan bermakna dengan besarnya biaya penggunaan obat jatuh pada geriatri.
Analisis Pengetahuan Masyarakat Tentang Penggubaan Vitamin C dalam Meningkatkan Imunitas Tubuh Sebagai Pencegah Corona Virus Disease ( COVID-19) Wulandri, Sermia; Nurmainah, Nurmainah; Susanti, Ressi
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Adanya pandemi COVID-19 menyebabkan masyarakat berupaya agar dapat terhindar dari penularan virus COVID-19. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan cara memperbaiki daya tahan tubuh melalui konsumsi vitamin C. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan perempuan mengenai vitamin C dalam meningkatkan imunitas tubuh dan mencegah penyakit COVID-19. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan studi potong lintang yang bersifat deskriptif. Teknik pengambilan sampel quota sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden didominasi pada usia 17-30 tahun sebanyak 45,7%. Responden memiliki tingkat pendidikan SMP/SMA cenderung lebih banyak 68,6% dibandingkan tingkat pendidikan lainnya (SD maupun Perguruan Tinggi). Responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang vitamin C berada pada rentang usia 31–45 tahun sebanyak 32,26%. Pengetahuan responden tentang manfaat vitamin C dalam meningkatkan sistem imunitas tubuh dalam mencegah infeksi penyakit COVID-19 bervariasi. Responden dengan tingkat pendidikan Sarjana atau Diploma memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 58%. Responden dengan tingkat pendidikan SMP/SMA memiliki tingkat pengetahuan yang sedang sebanyak 66,7% dan responden dengan tingkat pendidikan SD memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 40 %. Tingkat pengetahun responden secara keseluruhan berada pada tingkat sedang sebanyak 59%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan responden tentang manfaat penggunaan vitamin C dalam mningkatkan sistem imunitas tubuh dan mencegah penyakit COVID-19 di Desa Kinjil Pesisir berada pada tingkat sedang. Kata Kunci : COVID-19 , Sistem Imun, Vitamin C
Profil Penggunaan Antihipertensi Pada Pasien Pre-eklampsia di Rumah Sakit Umum Yarsi Pontianak Tahun 2018 ., Nurizawati; ., Nurmainah; Purwanti, Nera Umilia
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pre-eklampsia merupakan suatu gangguan multisistem yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Pre-eklampsia ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah yakni >140/90 mmHg, peningkatan proteinuria, serta edema. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis antihipertensi yang digunakan pada pasien Pre-eklampsia dan dampaknya dalam penurunan tekanan darah. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan rancangan penelitian studi potong lintang (cross sectional) yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan data rekam medis pasien. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 37 pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antihipertensi yang diresepkan untuk pasien Pre-eklampsia adalah nifedipin sebanyak 29,74%, metil dopa sebanyak 13,51%, kombinasi nifedipin dan metil dopa sebanyak 54,05%, serta kombinasi nifedipin, metil dopa, dan furosemid sebanyak 2,70%. Rata-rata tekanan darah pasien pre eklampsia pada saat keluar rumah sakit 120,64/85,1 mmHg yang menggunakan nifedipin; 119,6/73,8 mmHg yang menggunakan metil dopa; 119,6/73,8 mmHg, yang menggunakan kombinasi nifedipin dengan metil dopa: 125/86,65 mmHg dan yang menggunakan kombinasi nifedipin,metil dopa dan furosemid : 120/100 mmHg.
ANALISIS KEPATUHAN PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 RAWAT JALAN DI PUSKESMAS KAMPUNG BANGKA PONTIANAK TENGGARA PERIODE JULI 2017 - DESEMBER 2018 Malfirani, Laila; ., Nurmainah; Purwanti, Nera Umilia
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Prevalensi penderita pasien diabetes melitus di Kalimantan Barat mencapai 5,3% pada tahun 2017. Salah satu cara untuk menekan prevalensi diabetes melitus dengan cara menjalani pengobatan secara patuh dan terus-menerus sepanjang hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor usia, jenis kelamin, dan regimen terapi terhadap kepatuhan pengobatan pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di Puskesmas Kampung Bangka Pontianak Tenggara. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan rancangan penelitian studi kohort yang dilakukan secara retrospektif terhadap 58 pasien diabetes melitus tipe 2 yang menggunakan obat antidiabetes pertama kali selama tanggal 01 Juli-31 Desember 2017 (tanggal indeks pengamatan) dan diikuti proses perjalanan pengobatan diabetes melitus tipe 2 sampai pasien menghentikan penggunaan obatnya atau akhir pengamatan (31 Desember 2018). Pengukuran kepatuhan pengobatan yang digunakan adalah Medication Possesion Ratio (MPR). Data dianalisis menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan kepatuhan penggunaan obat antidiabetes lebih besar terjadi pada pasien kategori usia >45 tahun (26,8%), perempuan (23,5%), dan pasien yang menggunakan monoterapi (21,6%). Analisis chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara faktor usia (p=0,088), jenis kelamin (p=0,744), regimen terapi (p=1,000). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa usia, jenis kelamin, dan regimen terapi tidak berpengaruh terhadap kepatuhan pengobatan pasien diabetes melitus tipe 2.
EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN AMPISILIN DANSEFOTAKSIM PADA PASIEN ANAK DEMAM TIFOID Nurmainah Nurmainah; Siti Syabriyantini; Ressi Susanti
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol. 13 No. 2: JUNI 2017
Publisher : Faculty of Public Health, Hasanuddin University, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.44 KB) | DOI: 10.30597/mkmi.v13i2.1984

Abstract

Demam tifoid merupakan penyakit endemik yang angka kejadiannya masih tinggi di Indonesia. Pengobatan demam tifoid dapat dilakukan dengan cara pemberian terapi antibiotik, yaitu ampisilin dan sefotaksim. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan efektivitas biaya penggunaan sefotaksim dan ampisilin pada pasien anak demam tifoid di RST TK II Kartika Husada Kubu Raya Tahun 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan penelitian secara potong lintang (cross sectional) yangbersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan basis data rekam medik pasien demam tifoid yang dirawat inap di RST TK II Kartika Husada Kubu Raya periode Januari sampai dengan Desember 2015. Data efektivitas dan biaya pengobatan demam tifoid dianalisis secara ACER dan ICER. Dari hasil analisis data diperoleh nilai ACER pada penggunaan sefotaksim sebesar Rp.1.571.014,474 per efektivitas, sedangkan pada penggunaan ampisilin sebesar Rp.2.629.026,316 per efektivitas. Nilai ICER diperoleh sebesar Rp.513.002,632 perefektivitas. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sefotaksim lebih cost effective dibandingkan ampisilin.
Profil Mean Arterial Pressure dan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Krisis dengan Kombinasi Amlodipin Ria Angelina; Nurmainah Nurmainah; Robiyanto Robiyanto
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 7, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.582 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2018.7.3.172

Abstract

Berdasarkan pedoman pengobatan hipertensi krisis, pengobatan hipertensi emergensi menggunakan antihipertensi parenteral sedangkan hipertensi urgensi menggunakan antihipertensi oral. Tujuannya agar tercapai penurunan Mean Arterial Pressure (MAP) di bawah 25% dan tekanan darah sistolik/diastolik (TDS/TDD) di bawah atau sama dengan 160/100 mmHg. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penurunan MAP dan TDS/TDD setelah 24 jam pemberian amlodipin oral dengan berbagai kombinasi pada pasien hipertensi krisis. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan potong lintang (cross-sectional) yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan data rekam medis pasien hipertensi krisis rawat inap di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak periode Januari 2016–Desember 2017. Sampel yang diperoleh sebanyak 38 pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien hipertensi emergensi yang menggunakan amlodipin secara oral dengan kombinasi antihipertensi lainnya memiliki nilai MAP setelah 24 jam sebesar 24% dan beberapa pasien hipertensi emergensi menunjukkan pencapaian MAP-nya sebesar 32%. Namun demikian, penurunan TDS/TDD setelah 24 jam mencapai di bawah atau sama dengan 160/100 mmHg. Penggunaan amlodipin oral dengan berbagai kombinasi terapi antihipertensi lainnya pada pasien hipertensi urgensi menunjukkan pencapaian MAP berkisar 20–23%. Sementara itu, TDS/TDD setelah 24 jam mencapai sekitar dan di bawah 160/100 mmHg. Penggunaan amlodipin secara oral dengan kombinasi antihipertensi lainnya pada pasien hipertensi emergensi belum mampu menunjukkan penurunan MAP sesuai yang diinginkan. Di sisi lain, penanganan hipertensi urgensi dengan menggunakan amlodipin oral dengan berbagai kombinasi terapi antihipertensi lainnya menunjukkan pencapaian penurunan MAP sesuai dengan pedoman pengobatan hipertensi krisis.Kata kunci: Amlodipin, hipertensi krisis, mean arterial pressure, tekanan darah Mean Arterial Pressure and Blood Pressure Profile in Hypertensive Crises Patients with Amlodipine Therapy CombinationAbstractBased on treatment guidelines of crisis hypertension, emergency hypertensive treatment uses parenteral antihypertensive whereas urgency hypertensive uses oral antihypertensive. The goal is to achieve a drop in Mean Arterial Pressure (MAP) below 25% and systolic/diastolic blood pressure (SBP/DBP) below or equal to 160/100 mmHg. This study aimed to describe the decrease in MAP and SBP/DBP after 24 hours of oral amlodipine administration with various combinations in patients with crisis hypertension. This research was an observational research with cross-sectional design which was descriptive. Data collection was done retrospectively based on medical record data of hypertensive crisis patients that hospitalized at RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak City from January 2016 until December 2017. The samples obtained were 38 patients. Results from the study showed that emergency hypertension patients who used oral amlodipine with other antihypertensive combinations had 24-hour MAP values of 24% and some emergency hypertension patients showed a MAP attainment of 32% with decreased SBP/DBP after 24 hours reached under 160/100 mmHg. The use of oral amlodipine amlodipine with other antihypertensive combinations in urgency hypertensive patients showed an achievement of 20–23% reduction in MAP with decreased SBP/DBP after 24 hours under 160/100 mmHg. The use of oral amlodipine with other antihypertensive combinations in emergency hypertensive patients did not show a desirable reduction in MAP. Treatment of urgency hypertensive by using oral amlodipine with various combinations of other antihypertensive therapies showed a decrease in MAP according to crisis hypertension treatment guidelines.Keywords: Amlodipine, blood pressure, hypertensive crises, mean arterial pressure
Kajian Literatur: Tinjauan Remdesivir sebagai Pilihan Terapi pada COVID–19 Wien Maryati Awdisma; Ulfa Syafli Nosa; Didik Hasmono; Nurmainah Nurmainah
Jurnal Pharmascience Vol 8, No 2 (2021): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v8i2.11650

Abstract

Infeksi virus corona baru, pertama kali terdeteksi pada akhir Desember 2019, dengan jumlah kasus terkonfirmasi lebih dari 33 juta kasus dan lebih dari 900.000 kematian dilaporkan. Terdefinisi sebagai pandemi, dan belum ada “obat khusus” yang dianggap dapat mengatasinya. Salah satu pendekatan terapeutik yang sedang dievaluasi dalam berbagai uji klinis adalah saat ini adalah remdesivir,telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM sebagai obat Emergency Use Authorization (EUA) sebagai opsi  penggunaan darurat Tujuan penulisan ini untuk memberikan gambaran tentang penemuan remdesivir, mekanisme aksi, dan penelitian terkini yang mengeksplorasi efektivitas klinisnya. Metode penelitian dilakukan dengan pencarian sumber data PubMed, Google Scholar, Science Direct dan Cochrane hingga November 2020 dengan kata kombinasi kata kunci Convalescent Plasma”; “SARS-CoV-2”, Virus Corona dan dibatasi pada jurnal berbahasa Inggris. yang mengulas penemuan remdesivir, mekanisme kerja, farmakokinetik, farmakodinamik, dan efikasi uji klinis remdesivir dalam pengobatan pasien COVID-19. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa remdesivir memiliki efek klinis yang baik setelah 10 hari pengobatan pada pasien COVID-19.Kata Kunci: COVID-19, EUA, Remdesivir, SARS-CoV-2 The new coronavirus infection identified at the end of December 2019 and is receiving a lot of attention around the world. Globally, the number of confirmed cases has increased to more than 33 million cases and more than 900,000 deaths have been reported. This condition is defined as a pandemic situation, and so far no "special drug" is believed to be able to overcome it. One therapeutic approach currently being evaluated in various clinical studies is remdesivir. This drug is approved by the Food and Drug Administration (BPOM) as Emergency Medicine (EUA). This emergency option for remdesivir is considered a promising option for treating patients with COVID19. The purpose of this paper is to provide an overview of recent studies investigating the discovery of remdesivir, its mechanism of action, and its clinical efficacy. The survey method was conducted by searching the data sources of PubMed, Google Scholar, Science Direct, and Cochrane until November 2020. Researchers limit literary studies to English journals. The results of 1000 articles searched that met the selection criteria were 10 articles examining the results of remdesivir, its mechanism of action, pharmacokinetics, pharmacodynamics, and the efficacy of clinical remdesivir in the treatment of patients with COVID 19. The conclusion of this study is that remdesivir has a good clinical effect 10 days after treatment of patients with COVID19.
Analisis Pengaruh Penggunaan Depot Medroxyprogesterone Acetate Terhadap Kenaikan Berat Badan Akseptor di Puskesmas Perumnas II Pontianak Nurmainah Nurmainah; Sri Wahdaningsih; Syaazaratul Qamelia Innas
Jurnal Pharmascience Vol 7, No 2 (2020): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v7i2.8400

Abstract

Kontrasepsi suntik merupakan salah satu kontrasepsi hormonal yang masih menjadi pilihan akseptor dalam mengatur kehamilan. Namun demikian, penggunaan kontrasepsi suntik Depot Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) diketahui dapat meningkatkan berat badan selama pemakaian enam (6) bulan atau lebih. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh penggunaan DMPA terhadap kenaikan berat badan akseptor. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan penelitian potong lintang (cross sectional) yang bersifat analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor baru suntik DMPA di Puskesmas Perumnas II Pontianak pada bulan Januari 2018 hingga Maret 2019. Variabel dari penelitian ialah usia, pekerjaan, paritas, dan kenaikan berat badan. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis paired t-test. Teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah purposive sampling. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 81 akseptor. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa sebagian besar akseptor berusia 20-35 tahun (71,6%), bekerja sebagai ibu rumah tangga (97,5%), mempunyai 2 anak atau lebih (77,8%), dan memiliki kenaikan berat badan 0-2 kg (44,4%). Berdasarkan hasil analisis paired t-test bahwa penggunaan suntik KB 3 bulan (DMPA) memiliki pengaruh terhadap kenaikan berat badan akseptor dengan nilai p=0,001. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat pengaruh penggunaan DMPA terhadap kenaikan berat badan akseptor. Injectable contraception is a hormonal contraceptive used by acceptors in regulating pregnancy. However, the use of Depot Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) is known to increase body weight after six months of use or more.. The purpose of this study was to analysis the effect of using DMPA on weight gain. This study was an observational study with cross sectional analytic study design. The population in this study were all new acceptors who used DMPA at the Perumnas II Pontianak Public Health Care in January 2018 to March 2019. Variables from the study were age, occupation, parity, and weight gain. Analysis was performed using paired t-test analysis. The sampling technique used was purposive sampling, where the number samples that met the inclusion and exclusion criteria were 81 acceptors. The results showed that most of the acceptors were aged 20-35 years (71,6%), work as housewives (97,5%), had 2 or more children (77,8%), and gained weight 0-2  kg (44,4%). Based on the results of paired t-test analysis, the use of DMPA has an effect on the acceptor’s weight gain with a value of p = 0.001. The conclusion of this study is that there is an effect of the use of DMPA on acceptor weight gain.Keywords: Acceptors, DMPA, weigt gain 
Gambaran Biaya dan Lama Rawat Inap Pada Pasien Diare Akut Anak Yang Menggunakan Kombinasi Suplemen Zink-Probiotik Nurmainah Nurmainah; Ressi Susanti; Esy Nansy
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 13 No 2 (2016): Jurnal Farmasi Indonesia
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (472.082 KB) | DOI: 10.31001/jfi.v13i2.285

Abstract

Diarrhea is an endemic disease that has the potential for extraordinary events, which can lead to death. Treatment of diarrhea quickly and appropriately needs to be done, especially in pediatric patients. Giving supplements zinc and probiotics singly known to accelerate healing diarrhea in pediatric. The purpose of this study is to describe the cost and lenght of stay in patients with acute diarrhea of children who use a combination of zinc-probiotics supplements during their admission in the hospital. This is an observational research method with cross sectional study design that is descriptive. The data collection is done retrospectively database of pediatric patients hospitalized for acute diarrhea in RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadri Pontianak during September 2014-June 2015. The results of this study were all patient with acute diarrhea in hospitalized using combination of supplements zinc-probiotic (100%). The average length of stay in patients with acute diarrhea with mild dehydration for 2.42 days, while the average length of hospitalization in patients with acute diarrhea with mild dehydration is accompanied by infection during 4.26 days. Meanwhile, the average cost of hospitalization in patients with acute diarrhea with mild dehydration Rp. 560,248.48±198,127.01 whereas patients with mild dehydration from acute diarrhea accompanied infections spend an average cost of hospitalization by Rp.930.542,10 ± 346,312.35. The conclusion of this research was the combination of zinc and probiotics supplements for the treatment of acute diarrhea provides a brief hospitalization. It adversely affects the average cost of hospitalization in pediatric patient with acute diarrhea.
Penggunaan Kontrasepsi Oral dan Risiko Obesitas Pada Wanita Usia Subur Iqlima Den Firza; Nurmainah Nurmainah
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 18 No 1 (2021): Jurnal Farmasi Indonesia
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31001/jfi.v18i1.793

Abstract

Oral contraception is a method that can be used to support family planning programs. However, there are some side effects that can be caused by the use of oral contraceptives, one of which is weight gain, which is a major risk factor for obesity. Obesity is known as a factor in the development of hypertension and diabetes mellitus. This research aimed to analyze the correlation between duration of use and type of oral contraception that is alleged to have a risk of obesity. This study using an observational method with an analytic cross-sectional study design. The data was taken based on acceptors’ medical records for the period January 2018-March 2019. Data collection techniques using purposive sampling with samples that comply with the inclusion and exclusion criteria is 68 samples. The results showed that the longer used of oral contraception, the higher the risk of obesity in oral contraception acceptors (p = 0.001; OR = 20.7; CI95% = 4.87-87.95). Using the type of combined oral contraceptives also has a higher risk of obesity in oral contraception acceptors (p = 0.011; OR = 10.2; CI95% = 1.25-82.87). The conclusion of this study that duration of use and type of oral contraception has a correlation with the risk of obesity.