Claim Missing Document
Check
Articles

Prescription Pattern and Costs of Angiotensin II Receptor Blockers in Hypertensive Outpatients Nurmainah Nurmainah; Nur Anisyah
Pharmacology and Clinical Pharmacy Research Vol 3, No 3
Publisher : Universitas Padjadjaran, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.191 KB) | DOI: 10.15416/pcpr.v3i3.19864

Abstract

Angiotensin II receptor blockers (ARBs) have been widely prescribed for primary hypertension. Nevertheless, the cost of ARBs are relatively expensive. The objective of this study was to describe prescribing pattern and the cost of ARBs in hypertensive outpatients. This study used descriptive observational method based on cross-sectional study. Data source was hypertensive outpatients medical records and prescriptions at Pemangkat General Hospital, West Kalimantan, Indonesia, during 2014-2015. The most frequently prescribed anti-hypertensive medication in 1,506 patients were ARBs. There was an increasing trend in the use of ARBs during 2014-2015 (31-38%). The most frequently prescribed ARBs were 8 mg and 18 mg of candesartan, and 80 mg of valsartan. ACE inhibitors were the least prescribed anti-hypertensive drugs (4-8%). The largest portion of anti-hypertensive drugs expenditure was spent on ARBs, both in 2014 and 2015, respectively accounted for IDR 50,493,876.00 (67%) and IDR 58,903,112.00 (79% ). In conclusion, the prescribing of ARBs increased during study period and it represented the largest contributor on total expenditures of anti-hypertensive drugs.Keywords: Angiotensin II receptor blockers, cost, hypertensive patients
KEPATUHAN PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI SEBAGAI PREDIKTOR LAJU KEJADIAN DAN BIAYA RAWAT INAP Nurmainah Nurmainah; Achmad Fudholi; Iwan Dwiprahasto
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 4, No 4
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.288

Abstract

Persistensi penggunaan antihipertensi pada pasien hipertensi sangat diperlukan. Mengingat luaran utama dari terapi hipertensi adalah menurunkan atau mencegah terjadinya kejadian penyakit kardiovaskular seperti infark miokard, stroke yang berujung pada risiko kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak klinis berupa laju kejadian dan biaya rawat inap pada kelompok pasien hipertensi yang persisten dan tidak persisten menggunakan obat antihipertensi berdasarkan klaim resep pengobatan PT Askes (Persero). Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi kohort retrospektif dengan menggunakan basis data pasien hipertensi rawat jalan peserta asuransi kesehatan PT Askes (Persero) di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Jumlah subjek yang ikut dalam penelitian ini sebanyak 304 pasien hipertensi yang menggunakan obat antihipertensi pertama kali (tanggal indeks pengobatan 1 Juli 2007 – 31 Desember 2008). Analisis data yang digunakan pada penelitian ini, antara lain uji khi kuadrat, analisis kesintasan Kaplan-Meier, dan cox proportion hazard test. Setelah dilakukan pengamatan berkisar 3 sampai 4,5 tahun bahwa laju kejadian rawat inap pada pasien yang persisten menggunakan antihipertensi lebih lambat dan bermakna secara statistik daripada pasien hipertensi yang tidak persisten menggunakan antihipertensi (HR= 0,12; IK 95%= 0,006-0,23). Rata-rata biaya untuk mengatasi luaran klinis berupa rawat inap pada kelompok pasien yang persisten menggunakan antihipertensi (Rp. 2.758.109,28) lebih rendah daripada kelompok pasien hipertensi yang tidak persisten menggunakan antihipertensi dan dirawat inap (Rp. 4.125.412,00). Kesimpulan dari penelitian ini adalah peningkatan persistensi penggunaan antihipertensi pada pasien hipertensi dapat menekan laju kejadian dan biaya rawat inap. Kata kunci: persistensi, hipertensi, kejadian rawat inap, biaya
Analisis Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Obesitas dan Hiperkolesterolemia di Puskesmas Pal III Pontianak Annisa Mutia Yusran; Nurmainah Nurmainah; Mohamad Andrie
Jurnal Pharmascience Vol 9, No 1 (2022): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v9i1.11697

Abstract

Pengaturan kehamilan dapat dilakukan dengan menggunakan kontrasepsi. Kontrasepsi hormonal seperti pil dan suntik memiliki efek samping peningkatan berat badan dan kadar kolesterol. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara obesitas dan hiperkolesterolemia dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor di Puskesmas Pal III Pontianak. Metode yang digunakan merupakan penelitian observasional dengan rancangan penelitian potong lintang (cross sectional) yang bersifat analitik. Teknik pengambilan sampel ialah  purposive sampling dengan jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 40 akseptor. Metode pengumpulan data menggunakan rekam medis akseptor pengguna kontrasepsi hormonal periode Januari-Juni 2020. Pengukuran kadar kolesterol pada akseptor dilakukan dengan menggunakan alat Easy Touch® GCU dengan pengambilan sampel sebanyak satu kali. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis chi-square. Hasil analisis jenis kontrasepsi hormonal menunjukkan bahwa persentase akseptor pengguna kontrasepsi hormonal yang mengalami obesitas untuk pil KB sebanyak 17,5%, dan suntik sebanyak 32,5%. Persentase akseptor pengguna kontrasepsi hormonal yang mengalami hiperkolesterolemia untuk pil KB sebanyak 20%, dan suntik sebanyak 27,5%. Analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas (p value = 0,058) dan hiperkolesterolemia (p value = 0,342) dengan penggunaan kontrasepsi hormonal. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa tidak ada hubungan antara jenis kontrasepsi hormonal dengan risiko obesitas dan hiperkolesterolemia. Kata Kunci: Kontrasepsi Hormonal, Risiko Obesitas, Risiko Hiperkolesterolemia  Pregnancy control can be done using contraception. Hormonal contraceptives such as pills and injections have side effects of increasing weight and cholesterol levels. The purpose of this study was to analyze the relationship between obesity and hypercholesterolemia with the use of hormonal contraceptives in acceptors at the Pal III Public Health Center Pontianak. The method used was an observational study with an analytic cross-sectional design. The sampling technique was purposive sampling with the number of samples that met the inclusion criteria as many as 40 acceptors. The data collection method used medical records of acceptors of hormonal contraceptive users for the period January-June 2020. Measurement of cholesterol levels in acceptors was carried out using the Easy Touch® GCU device by taking samples once. The analysis was carried out using chi-square analysis. The results of the analysis of types of hormonal contraception showed that the percentage of hormonal contraceptive users who were obese was 17.5% for family planning pills, and 32.5% for injections. There was no significant relationship between the use of hormonal contraception at Pal III Public Health Center Pontianak with the risk of obesity (p-value = 0.058) and hypercholesterolemia (p-value = 0.342). This study concludes that there is no relationship between the type of hormonal contraception with the risk of obesity and hypercholesterolemia.
Analisis Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Program Studi Kedokteran Universitas Tanjungpura terhadap Penggunaan Obat Generik Milenia Kamban; Ressi Susanti; Nurmainah Nurmainah
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol 22, No 2 (2022): Juli
Publisher : Universitas Batanghari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/jiubj.v22i2.2408

Abstract

Generic drugs are known to contain the same ingrediants as patent/branded drugs. So far, many people still have the view that generic drugs are drugs with low quality. The purpose of this study was to describe the percentage and compare the level of knowledge of students in the medical study program at Tanjungpura University. The method used is an observational method using an online in the form of a google form research design cross sectional an analyticThe sample is 198 active students in semester 1, 3 and 5. The sampling technique is Stratified Random Sampling using the sample size calculator. Univariate analysis using one sample t-test, one way anova and independent sample test. The results showed that the percentage level of knowledge of the Medical Study Program students at the University of Tanjungpura on the use of generic drugs was sufficient (64.88%). In conclusion, there is no significant difference between knowledge by gender, age and semester level so it is not a factor that affects a person's level of knowledge.
Gambaran Penyimpanan Obat-Obat LASA (Look A like Sound A like) Di Apotek Kecamatan Pontianak Selatan Anggareni, Anggareni; Nurmainah, Nurmainah; Andrie, Mohamad
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 6 (2024): Volume 11 Nomor 6
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i6.15030

Abstract

Pengelolaan obat LASA (Look A like Sound A like) perlu dilakukan untuk meningkatkan keamanan dan mencegah terjadinya medication error. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengkaji penyimpanan obat LASA di Apotek Kecamatan Pontianak Selatan berdasarkan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan mengkaji pelayanan obat LASA di Apotek Kecamatan Pontianak Selatan. Metode penelitian yang digunakan yakni observasional melalui wawancara mendalam disertai pengamatan secara langsung. Sampel dalam penelitian ini ialah seluruh Apotek di Kecamatan Pontianak Selatan yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampel, pada periode Januari-Februari 2024. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 10 apotek penyimpanan obat LASA di Apotek Kecamatan Pontianak Selatan tergolong cukup baik dengan persentase 71% berdasarkan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek sedangkan pelayanan obat LASA tergolong baik dengan persentase 93%. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa beberapa apotek belum melakukan penyimpanan obat LASA berdasarkan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian dan sebagian besar apotek telah melakukan pelayanan obat LASA dengan baik.
Hubungan Senam Dan Kepatuhan Minum Obat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Prolanis Di Wilayah Kerja Puskesmas Samalantan Hedaya, Angelina Putri; Nurmainah, Nurmainah; Andrie, Mohamad
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 6 (2024): Volume 11 Nomor 6
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i6.15046

Abstract

Hipertensi sebagai salah satu penyakit penyebab morbiditas terbesar didunia. Peningkatan prevalensi hipertensi perlu ditekan melalui berbagai intervensi secara farmakologi dan non farmakologi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan mengetahui hubungan kegiatan senam rutin dan kepatuhan minum obat terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi Prolanis di wilayah kerja Puskesmas Samalantan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen secara kuantitatif dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret 2024 dengan jumlah 60 responden yang dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama diberikan intervensi senam dengan frekuensi 1 kali seminggu selama 4 minggu dan kelompok kedua yang diminta mengisi kuesioner ARMS. Hasil penelitian menggunakan analisis secara terpisah menggunakan uji wilcoxon signed ranks dan uji spearman menunjukkan hasil ρ value < α = 0,05 yang menunjukkan pencapaian tekanan darah yang optimal pada responden. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu senam dan kepatuhan minum obat memiliki hubungan yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Masyarakat Dalam Penggunaan Obat Antibiotik Di Kota Pontianak Anggita, Fransiska; Assegaff, Syarifah Nurul Yanti R S; Nurmainah, Nurmainah
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 6 (2024): Volume 11 Nomor 6
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i6.15148

Abstract

Resistensi antibiotik dapat meningkatkan morbiditas maupun mortalitas pasien, dan peningkatan biaya kesehatan. Resistensi dapat dicegah dengan perilaku penggunaan antibiotik yang benar. Pengetahuan memiliki peran penting untuk berperilaku yang baik. Salah satunya perilaku penggunaan antibiotik. Mempunyai pengetahuan yang baik dapat mencegah terjadinya penggunaan antibiotik yang kurang tepat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku masyarakat dalam penggunaan obat antibiotik di Kota Pontianak. Metode penelitian  yang digunakan adalah studi analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Sebanyak 96 responden terpilih melalui teknik non-probability sampling secara accidental sampling. Variabel diukur dengan memanfaatkan kuesioner. Analisis yang digunakan adalah Chi Square. Penelitian ini memberikan hasil bahwa pengetahuan berhubungan dengan perilaku seseorang. Hasil kategori tingkat pengetahuan baik (66,7%), dan kategori tingkat perilaku baik (77,1%). Kesimpulan pada penelitian ini yaitu, terdapat hubungan bermakna antara variabel pengetahuan dan perilaku, tingkat hubungan antar kedua variabel adalah hubungan rendah dengan arah korelasi positif.
Analisis Biaya Medis Langsung Pasien Hepatitis B Kronik Rawat Jalan di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak Mariani, Luluk; Nurmainah, Nurmainah; Rizkifani, Shoma
Jurnal Pharmascience Vol 11, No 1 (2024): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v11i1.16054

Abstract

Hepatitis B kronik yang tidak diterapi dengan tepat dapat berkembang menjadi komplikasi. Pengobatan hepatitis B kronik diketahui menghabiskan biaya yang tinggi sehingga diperlukan analisis biaya untuk mengevaluasi dan menggambarkan biaya pengobatan. Penelitian ini bertujuan menghitung biaya medis langsung berdasarkan perbedaan tanpa komplikasi dan komplikasi serta menggambarkan komponen yang menjadi faktor besarnya biaya medis langsung pasien hepatitis B kronik rawat jalan di poli Penyakit Dalam UPTD RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak. Metode penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang yang bersifat deksriptif, pengumpulan data secara retrospektif dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Analisis biaya ditinjau dari perspektif pelayanan kesehatan. Sampel penelitian yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi berjumlah 16 pasien, terdiri dari 8 pasien tanpa komplikasi dan 8 pasien dengan komplikasi. Data dikumpulkan melalui lembar pengumpul data yang berasal dari rekam medis dan klaim kuitasi pembayaran. Hasil penelitian ini pasien yang mengalami hepatitis B kronik cenderung terjadi pada rentang usia 40-49 tahun (25%) dan 50-59 tahun (31,25%) dan lebih banyak terjadi pada laki-laki (75%) dibandingkan perempuan (25%). Komplikasi akibat hepatitis B kronik, yaitu sirosis hati (31,25%) dan hepatoma (18,75%). Biaya untuk satu kali kunjungan pengobatan hepatitis B kronik sebesar Rp.341.248,38 untuk pasien tanpa komplikasi dan Rp.449.108,55 untuk pasien dengan komplikasi. Komponen biaya terbesar adalah biaya obat dengan persentase 72,27% pada pasien tanpa komplikasi dan 53,63% untuk pasien dengan komplikasi. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa komponen biaya pasien hepatitis B kronik dengan komplikasi menghabiskan biaya paling banyak dibandingkan dengan hepatitis B kronik tanpa komplikasi. Kata Kunci: Biaya Pengobatan, Pontianak, Infeksi, Virus, KomplikasiChronic hepatitis B that is not treated properly can develop into complications. Chronic hepatitis B treatment is known to cost a lot, so a cost analysis is needed to evaluate and describe the cost of treatment. This study aims to calculate direct medical costs based on the difference between uncomplicated and complicated and to describe the components that factor in the direct medical costs of chronic hepatitis B outpatients at the Internal Medicine polyclinic of the UPTD RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie, Pontianak City. This research method used a descriptive cross-sectional design, collecting data retrospectively using purposive sampling technique. Cost analysis is reviewed from the healthcare perspective. The research sample that met the inclusion and exclusion criteria was 16 patients, consisting of 8 patients without complications and 8 patients with complications. Data is collected through data collection sheets originating from medical records and payment receipt claims. The results of this study showed that patients with chronic hepatitis B tended to occur in the age range of 40-49 years (25%) and 50-59 years (31.25%) and were more common in males (75%) than females (25%). Complications due to chronic hepatitis B, namely liver cirrhosis (31.25%) and hepatoma (18.75%). The cost for one visit for chronic hepatitis B treatment is IDR 341,248.38 for patients without complications and IDR 449,108.55 for patients with complications. The biggest cost component is drug costs with a percentage of 72.27% for patients without complications and 53.63% for patients with complications. The conclusion of the study shows that the cost component of chronic hepatitis B patients with complications costs the most compared to chronic hepatitis B without complications.
BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN JAHE MERAH SEBAGAI PRODUK KESEHATAN DI DESA TEBANG KACANG KABUPATEN KUBU RAYA Zulfita, Dwi; Nurmainah, Nurmainah; Asnawati, Asnawati
MINDA BAHARU Vol 7, No 2 (2023): Minda Baharu
Publisher : Universitas Riau Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33373/jmb.v7i2.2695

Abstract

Teknik budidaya tanaman jahe merah yang baik dan benar serta pengolahan rimpang jahe menjadi minuman kesehatan dalam bentuk jahe instan merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan taraf hidup petani jahe di desa Tebang Kacang Kabupaten Kubu Raya. Untuk itu pengetahuan dan keterampilan dalam desiminasi teknologi budidaya jahe merah dan desiminasi pengolahan rimpang jahe merah menjadi minuman jahe instan perlu dilakukan untuk meningkatkan gizi, tahan lama dan meningkatkan harga jual produk. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat Desa Tebang Kacang mengetahui manfaat dan kandungan gizi dalam jahe merah, dapat melakukan budidaya jahe merah dengan baik dan benar serta apat mengolah rimpang jahe merah menjadi minuman kesehatan siap saji (jahe merah instan). Metode kegiatan mulai dari sosialisasi dan demonstrasi, pendampingan dan pelatihan tentang budidaya jahe merah dan pengolahan rimpang jahe merah menjadi minuman kesehatan sampai pengemasan dan pelabelan produk. Target luaran adalah dibuatannya minuman jahe merah instan dengan pengemasan dan pelabelan yang baik sehingga siap untuk dikonsumsi konsumen. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa tingkat partisipasi yang tinggi dari masyarakat desa Tebang Kacang memberikan dampak positif bagi pelaksanaan program, terlihat dari tingkat pemahaman serta kegunaan kegiatan mulai dari kegiatan pelatihan dan pendampingan terjadi peningkatan sampai 100% tentang teknik budidaya jahe merah yang baik dan benar dan pengolahan rimpang jahe merah menjadi minuman kesehatan dalam bentuk jahe merah instan.
Kajian Literatur: Terapi Cairan Pada Sepsis Purwanto, Diyna Rusayliya; Suharjono, Suharjono; Nurmainah, Nurmainah
Jurnal Pharmascience Vol 12, No 1 (2025): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v12i1.20168

Abstract

Sepsis merupakan kondisi yang mengancam jiwa dan perlu penanganan tepat waktu untuk mengurangi angka kematian. Terapi cairan merupakan salah satu landasan manajemen sepsis. Terapi cairan atau resusitasi bertujuan untuk memperbaiki kekurangan volume darah untuk memastikan curah jantung dan perfusi darah organ normal serta untuk melindungi fungsi organ. Namun, panduan terapi cairan yang benar dan optimal pada pasien dengan sepsis masih menjadi masalah yang sulit karena tanda-tanda klinis dari respon cairan yang sulit, terutama pada pasien anak. Tinjauan naratif ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pemilihan jenis terapi cairan pada pasien sepsis. Jenis terapi cairan yang sering digunakan pada pasien sepsis adalah kristaloid dan koloid. Balanced kristaloid direkomendasikan sebagai cairan resusitasi lini pertama pada pasien dengan sepsis karena murah, tersedia secara luas, dan menyebabkan lebih sedikit efek samping serius. Namun, pertimbangan dalam memilih jenis terapi cairan pada sepsis lebih disarankan agar dilakukan pendekatan secara individu, menyesuaikan dengan kondisi klinis pasien sepsis.