Claim Missing Document
Check
Articles

Effect of Attapulgite on the Oral Bioavailability of Ciprofloxacin Izzah, Zamrotul; Gratia, Veronica; Aryani, Toetik; Suharjono, Suharjono
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.014 KB)

Abstract

As a result, this drug-drug interaction may reduce ciprofloxacin bioavailability. This study was aimed to determine the effect of attapulgite on the bioavailability of a single orally-administered ciprofloxacin. Six New Zealand white rabbits received each of the following treatments in a randomized, three-way crossover sequence, separated by a 7-day washout period: (i) ciprofloxacin (23 mg/kgBW) alone; (ii) ciprofloxacin (23 mg/kgBW) given simultaneously with attapulgite (28 mg/kgBW); (iii) ciprofloxacin(23 mg/kgBW) given 2 hours after attapulgite (28 mg/kgBW). Blood samples (1 mL) were collected from the marginal ear vein up to 240 minutes postdose. The plasma concentrations of ciprofloxacin were determined by a validated high-performance liquid chromatography method. The maximum concentration and oral bioavailability (AUC0-240 min) of ciprofloxacin were significantly decreased by 49% and 32% when administered concomitantly with attapulgite (p<0.001). Attapulgite appeared to have no significant effect on the bioavailability of ciprofloxacin when administered 2 hours before ciprofloxacin. In conclusion, the oral bioavailability of ciprofloxacin is markedly reduced when administered concomitantly with attapulgite. This drug-drug interaction may decrease clinical efficacy and promote microbial resistance to ciprofloxacin. However, the interaction could be minimized by separating the adminsitration of these drugs at least 2 hours.Key words: Attapulgite, bioavailability, ciprofloxacin, drug-drug interactionPengaruh Atapulgit pada Ketersediaan Hayati Siprofloksasin OralKemampuan absorpsi atapulgit dapat menghambat absorpsi siprofloksasin pada pemberian per oral. Sebagai hasilnya, interaksi obat-obat ini dapat menurunkan ketersediaan hayati siprofloksasin. Penelitian ini bertujuan untuk  mendeterminasi efek atapulgit pada ketersediaan hayati obat siprofloksasin yang diberikan secara oral. Sebanyak 7 kelinci putih Selandia Baru menerima perlakuan secara random dengan desain three-way crossover sequence, yang dipisahkan dengan periode washout 7 hari. (i) siprofloksasin (23 mg/kgBB); (ii) siprofloksasin (23 mg/kgBB) diberikan secara simultan dengan atapulgit (28 mg/kgBB); (iii) siprofloksasin (23 mg/kgBB) diberikan 2 jam setelah pemberian atapulgit (28 mg/kgBB. Sampel darah (1 mL) dikumpulkan pada marginal ear vein setelah 240 menit pemberian obat. Konsentrasi siprofloksasin plasma dihitung dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi tervalidasi. Konsentrasi maksimum dan ketersediaan hayati oral (AUC0-240 min) siprofloksasin secara signifikan berkurang 49% dan 32% ketika dikombinasikan bersamaan dengan atapulgit (p< 0,001). Atapulgit tidak memiliki pengaruh signifikan pada ketersediaan hayati ketika diberikan 2 jam sebelum siprofloksasin. Ketersediaan hayati siprofloksasin berkurang secara signifikan ketika diberikan bersamaan dengan pemberian atapulgit. Interaksi obat dengan obat ini dapat mengurangi efikasi obat dan meningkatkan resistensi mikrob terhadap siprofloksasin. Namun, interaksi dapat dikurangi dengan pemberian obat pada jarak waktu minimal 2 jam.Kata kunci: Atapulgit, interaksi obat dengan obat, ketersediaan hayati, siprofloksasin
IDENTIFIKASI PROBLEMA OBAT DALAM PHARMACEUTICAL CARE Yulistiani, .; Suharjono, .; Hasmono, Didik; Khotib, Junaidi; Sumarno, .; Rahmadi, Mahardian; Sidharta, Bambang
JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X Vol 4, No 1 (2008)
Publisher : Indonesian Research Gateway

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pharmaceutical care is a colaborative process which goal is to prevent, identify, and solve the  drug problem. Pharmacists is the one who responsible to pharmaceutical care, to assure the safety and effectiveness of drug use. This works was aimed to identify and analyze drug problems happened during pharmaceutical care. Data was collected from Dr.  Syaiful Anwar Hospital Malang, from 1 Januari until 31 August 2006. This was a prospective study (n=138) with descriptive analysis. From the results it can be concluded that drug problems happened during pharmaceutical care in Dr. Syaiful Anwar Hospital Malang consist of: Drug Adverse Reaction (non-elergy side effect 15.22% and toxic effect 3.62%), error in drug choice (untreated indication 18.12%, unappropriate drug to indication 11.59%, unclear drug use 4.35%, unappropriate drug duplication 1.45%), contraindication 0.72%, dosing problem (overtherapy dose 22.46%, overlength therapy 2.90%, subtherapy dose 0.72%), drug interaction (potential interaction 138 cases, manifested interaction 8 cases), and others (patient uncontentment 10.14% and patient unproper care about his/her own disease/therapy 4.35%). ABSTRAKPharmaceutical care merupakan proses kolaboratif yang bertujuan untuk mencegah, mengidentifikasi, dan menyelesaikan problema obat. Dalam pelaksanaan, pharmaceutical care merupakan tanggung jawab profesional farmasis untuk menjamin penggunaan obat yang aman dan efektif dalam meningkatkan kualitas hidup pasien.  Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa problema obat yang terjadi dalam pharmaceutical care. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Syaiful Anwar Malang periode 1 Januari s/d 31 Agustus 2006, merupakan penelitian observasional-data prospektif (n=138) dengan analisis deskriptif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa macam problema obat yang terjadi meliputi : Reaksi obat yang tidak dikehendaki terdiri dari: efek samping non alergi (15,22%), efek toksik (3,62%); pemilihan obat terdiri dari: obat tidak diresepkan tetapi indikasi jelas (18,12%), obat tidak sesuai indikasi (11,59%), indikasi penggunaan obat tidak jelas (4,35%),duplikasi obat tidak sesuai (1,45%), Kontraindikasi (0,72%); pemberian dosis terdiri dari: dosis terlalu tinggi (22,46%), durasi terapi terlalu panjang (2,90%), dosis terlalu rendah (0,72%); interaksi obat terdiri dari: interaksi potensial 138 kejadian (n=138), manifestasi interaksi (8 kasus); dan problema lain (ketidakpuasan pasien terhadap terapi yang diberikan (10,14%) dan kurangnya perhatian/kesadaran pasien terhadap kondisi/ penyakitnya (4,35%).
PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN SIROSIS HEPATIK ENSEFALOPATI DI RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA Suharjono, .; Rusdiana, Silvia; Lestiono, .; Bagiyo, Harry
JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X Vol 5, No 1 (2010)
Publisher : Indonesian Research Gateway

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hepatic Encephalopathy  is a neuropsychiatric disorder that occurs due to liver damage, especially in  such as cirrhosis hepatic. Most cases of HE are caused by toxic substances such as ammonia. The aim of this study was to identify the profile and pattern of drug use as for HE patients. A retrospective-prospective method was used with a descriptive analysis. Samples taken from October 2008-February 2009 for the retrospective (n = 9) and March 2008-June 2009 for prospective (n = 15) in Room A1, A2, B1 and B2 Department of Internal Medicine Rumkital Dr. Ramelan.   Of 24 patients, 14 patients were male and 10 patients were female.The main therapeutic options for HE patients include parenteral nutrition of the BCAA that were given in 19 people (79.17%); flumazenil, levodopa, bromocriptine, L-ornithine-L-aspartate, citicholine, piracetam; antibiotics also was given such as kanamycin in 19 people (79.17%), neomycin 1 person (4.17%) and metronidazole 2 people (8:33%),  and 3rd generation cephalosporin ie ceftriaxone in 16 people (66.67%). and lactulose in 15 people (66.67%).   ABSTRAK Ensefalopati Hepatik (EH) adalah gangguan neuropsikiatrik yang terjadi karena kerusakan liver  terutama pada sirosis hepatic. Sebagian besar kasus EH disebabkan zat-zat toksik diantaranya ammonia. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi profil dan pola penggunaan obat sesuai indikasi pasien EH. Pada penelitian ini digunakan metode retrospektif-prospektif dengan analisis deskriptif. Sampel diambil pada Oktober 2008-Februari 2009 untuk retrospektif (n=9) dan Maret 2008-Juni 2009 untuk prospektif (n=15) di Ruang A1, A2, B1 dan B2 Departemen Penyakit Dalam dan ECU Rumkital Dr. Ramelan . Obat yang digunakan adalah parenteral nutrition , yaitu : BCAA 19 orang (79.17%), flumazenil, levodopa, bromokriptin, L-ornitin-L-aspartat, sitikolin, pirasetam. antibiotik yang diberikan dalam penelitian adalah kanamisin 19 orang  (79.17%), neomisin 1 orang (4.17 %) dan metronidazol 2 orang (8.33%). Antibiotik lain yang banyak digunakan yaitu seftriakson sebanyak 16 orang (66.67%). laktulosa digunakan pada 15 orang (66.67%).
Efek Kronis Minuman Berenergi pada Ginjal Suharjono, .; Izzah, Zamrotul; Andarsari, Mareta Rindang; Budiatin, Aniek Setya; Rahmadi, Mahardian
JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X Vol 7, No 4 (2015)
Publisher : Indonesian Research Gateway

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penggunaan minuman berenergi telah meluas di masyarakat hingga menjadikannya sebagai bagian dari gaya hidup sehari-hari. Perubahan pola hidup seperti kurang minum air putih dan sering mengkonsumsi minuman berenergi memicu terjadinya penyakit ginjal kronik. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan pengaruh penggunaan beberapa jenis minuman berenergi dalam jangka waktu tertentu terhadap fungsi ginjal tikus berdasarkan parameter hematologi, urinalisis dan histopatologi ginjal. Tikus dibagi menjadi 4 kelompok dan mendapatkan 3 jenis minuman berenergi (ED1, ED2 dan ED3) dan air sebagai kontrol selama 30 hari. Sehari setelah pemberian minuman bernergi berakhir, tikus dimasukkan dalam kandang metabolik untuk menampung urin 24 jam. Kemudian tikus dianastesi dan diambil darah dan dikorbankan dan kemudian diambil organ ginjal untuk pemeriksaan histopatologi. Hasil urinalisis menunjukkan penurunan ekskresi kreatinin urin diiringi peningkatan rasio albumin terhadap kreatinin di urin. Pemeriksaan hematologi menunjukkan peningkatan kadar serum kreatinin, sedangkan pemeriksaan histopatologi ginjal menunjukkan abnormalitas pada medulla ginjal.
Efek Kronis Minuman Berenergi pada Ginjal Suharjono, .; Izzah, Zamrotul; Andarsari, Mareta Rindang; Budiatin, Aniek Setya; Rahmadi, Mahardian
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 7, No 4 (2015)
Publisher : Jurnal Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (767.533 KB) | DOI: 10.35617/jfi.v7i4.259

Abstract

Abstrak Penggunaan minuman berenergi telah meluas di masyarakat hingga menjadikannya sebagai bagian dari gaya hidup sehari-hari. Perubahan pola hidup seperti kurang minum air putih dan sering mengkonsumsi minuman berenergi memicu terjadinya penyakit ginjal kronik. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan pengaruh penggunaan beberapa jenis minuman berenergi dalam jangka waktu tertentu terhadap fungsi ginjal tikus berdasarkan parameter hematologi, urinalisis dan histopatologi ginjal. Tikus dibagi menjadi 4 kelompok dan mendapatkan 3 jenis minuman berenergi (ED1, ED2 dan ED3) dan air sebagai kontrol selama 30 hari. Sehari setelah pemberian minuman bernergi berakhir, tikus dimasukkan dalam kandang metabolik untuk menampung urin 24 jam. Kemudian tikus dianastesi dan diambil darah dan dikorbankan dan kemudian diambil organ ginjal untuk pemeriksaan histopatologi. Hasil urinalisis menunjukkan penurunan ekskresi kreatinin urin diiringi peningkatan rasio albumin terhadap kreatinin di urin. Pemeriksaan hematologi menunjukkan peningkatan kadar serum kreatinin, sedangkan pemeriksaan histopatologi ginjal menunjukkan abnormalitas pada medulla ginjal.
IDENTIFIKASI PROBLEMA OBAT DALAM PHARMACEUTICAL CARE Yulistiani, .; Suharjono, .; Hasmono, Didik; Khotib, Junaidi; Sumarno, .; Rahmadi, Mahardian; Sidharta, Bambang
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 4, No 1 (2008)
Publisher : Jurnal Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35617/jfi.v4i1.1

Abstract

Pharmaceutical care is a colaborative process which goal is to prevent, identify, and solve the  drug problem. Pharmacists is the one who responsible to pharmaceutical care, to assure the safety and effectiveness of drug use. This works was aimed to identify and analyze drug problems happened during pharmaceutical care. Data was collected from Dr.  Syaiful Anwar Hospital Malang, from 1 Januari until 31 August 2006. This was a prospective study (n=138) with descriptive analysis. From the results it can be concluded that drug problems happened during pharmaceutical care in Dr. Syaiful Anwar Hospital Malang consist of: Drug Adverse Reaction (non-elergy side effect 15.22% and toxic effect 3.62%), error in drug choice (untreated indication 18.12%, unappropriate drug to indication 11.59%, unclear drug use 4.35%, unappropriate drug duplication 1.45%), contraindication 0.72%, dosing problem (overtherapy dose 22.46%, overlength therapy 2.90%, subtherapy dose 0.72%), drug interaction (potential interaction 138 cases, manifested interaction 8 cases), and others (patient uncontentment 10.14% and patient unproper care about his/her own disease/therapy 4.35%). ABSTRAKPharmaceutical care merupakan proses kolaboratif yang bertujuan untuk mencegah, mengidentifikasi, dan menyelesaikan problema obat. Dalam pelaksanaan, pharmaceutical care merupakan tanggung jawab profesional farmasis untuk menjamin penggunaan obat yang aman dan efektif dalam meningkatkan kualitas hidup pasien.  Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa problema obat yang terjadi dalam pharmaceutical care. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Syaiful Anwar Malang periode 1 Januari s/d 31 Agustus 2006, merupakan penelitian observasional-data prospektif (n=138) dengan analisis deskriptif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa macam problema obat yang terjadi meliputi : Reaksi obat yang tidak dikehendaki terdiri dari: efek samping non alergi (15,22%), efek toksik (3,62%); pemilihan obat terdiri dari: obat tidak diresepkan tetapi indikasi jelas (18,12%), obat tidak sesuai indikasi (11,59%), indikasi penggunaan obat tidak jelas (4,35%),duplikasi obat tidak sesuai (1,45%), Kontraindikasi (0,72%); pemberian dosis terdiri dari: dosis terlalu tinggi (22,46%), durasi terapi terlalu panjang (2,90%), dosis terlalu rendah (0,72%); interaksi obat terdiri dari: interaksi potensial 138 kejadian (n=138), manifestasi interaksi (8 kasus); dan problema lain (ketidakpuasan pasien terhadap terapi yang diberikan (10,14%) dan kurangnya perhatian/kesadaran pasien terhadap kondisi/ penyakitnya (4,35%).
PENENTUAN ISOFORM SITOKROM P450 POTENSIAL PADA METABOLISME OBAT DENGAN MODEL OBAT GLIKLAZID Suharjono, .
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 3, No 1 (2006)
Publisher : Jurnal Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35617/jfi.v3i1.68

Abstract

With the advancement of molecular biology techniques and extended use of human liver microsomes (HLM), we have known the specific isoform of cytocrome P450 (CYP450) involved in human drug metabolisms. The specific isoform need certain physicochemistry characteristic of the drug to be metabolized, e.g. log P, pKa, log D7.4, a/d2, l/w, SA, vol,  E , ELUMO and μ , which theoriticaly can be measured from its chemical structure using COMPACT software. There are, at least, 8 human liver microsomal CYP450 isoforms involved in drug metabolism. In this experiment we use gliclazide as drug model which will be metabolized into 3 main metabolites; inhbitor will inhibit the formation of the 3 metabolites and can be calculated further the value of % inhibition. From the inhibitor concentration and the greatest % inhibition compare to control, we can predict the specific CYP450 isoform involved in the metabolism of drug model.  From the results of the experiment we can conclude that CYP2C9 isoform is the potential CYP450 isoform involved in the formation of glicazide metabolites. There are suitable physicochemistry characteristic of the inhibitor sulfafenazol and the substrate glicazide with CYP450 isoform enzymeâ??s specificity. ABSTRAK Dengan majunya ilmu dan teknologi biologi molekuler dewasa ini, maka sudah dapat diketahui jenis isoform sitokrom P450 (CYP450) yang spesifik pada manusia yang terlibat dalam metabolisme obat dengan menggunakan human liver microsomes (HLM). Untuk metabolisme obat oleh isoform CYP450 spesifik diperlukan kesesuaian sifat kimia-fisika substrat terhadap isoform CYP450. Sifat kimia fisika substrat tersebut, meliputi log P, pKa, log D7.4, a/d2, l/w, SA, vol,  E , ELUMO dan μ , yang secara teoritis dapat diperhitungkan dari struktur kimianya dengan software COMPACT. Setidaknya ada 8 isoform CYP450 mikrosomal hati manusia yang diduga dapat ikut mempengaruhi metabolisme obat. Pada penelitian ini digunakan model obat gliklazid yang akan dimetabolisme menjadi 3 metabolit utama dan inhbitor akan menghambat pembentukan ke tiga metabolit dan dapat dihitung % inhibisinya. Dari kecilnya kadar inhibitor yang digunakan dan % inhibisi terbesar  pembentukan metabolit dibanding kontrol dapat diprediksi isoform CYP450 spesifik.  Isoform CYP2C9 merupakan isoform CYP450 yang potensial  terlibat dalam pembentukan ketiga metabolit Gz dengan ditunjukkan % inhibisi terbesar dan kadar yang kecil dari sulfafenazol yang digunakan.Ada kesesuaian sifat kimia fisika inhibitor sulfafenazol  dan substrat  Gz dengan spesifisitas enzim metabolisme isoform CYP450.
PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN SIROSIS HEPATIK ENSEFALOPATI DI RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA Suharjono, .; Rusdiana, Silvia; Lestiono, .; Bagiyo, Harry
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 5, No 1 (2010)
Publisher : Jurnal Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35617/jfi.v5i1.31

Abstract

Hepatic Encephalopathy  is a neuropsychiatric disorder that occurs due to liver damage, especially in  such as cirrhosis hepatic. Most cases of HE are caused by toxic substances such as ammonia. The aim of this study was to identify the profile and pattern of drug use as for HE patients. A retrospective-prospective method was used with a descriptive analysis. Samples taken from October 2008-February 2009 for the retrospective (n = 9) and March 2008-June 2009 for prospective (n = 15) in Room A1, A2, B1 and B2 Department of Internal Medicine Rumkital Dr. Ramelan.   Of 24 patients, 14 patients were male and 10 patients were female.The main therapeutic options for HE patients include parenteral nutrition of the BCAA that were given in 19 people (79.17%); flumazenil, levodopa, bromocriptine, L-ornithine-L-aspartate, citicholine, piracetam; antibiotics also was given such as kanamycin in 19 people (79.17%), neomycin 1 person (4.17%) and metronidazole 2 people (8:33%),  and 3rd generation cephalosporin ie ceftriaxone in 16 people (66.67%). and lactulose in 15 people (66.67%).   ABSTRAK Ensefalopati Hepatik (EH) adalah gangguan neuropsikiatrik yang terjadi karena kerusakan liver  terutama pada sirosis hepatic. Sebagian besar kasus EH disebabkan zat-zat toksik diantaranya ammonia. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi profil dan pola penggunaan obat sesuai indikasi pasien EH. Pada penelitian ini digunakan metode retrospektif-prospektif dengan analisis deskriptif. Sampel diambil pada Oktober 2008-Februari 2009 untuk retrospektif (n=9) dan Maret 2008-Juni 2009 untuk prospektif (n=15) di Ruang A1, A2, B1 dan B2 Departemen Penyakit Dalam dan ECU Rumkital Dr. Ramelan . Obat yang digunakan adalah parenteral nutrition , yaitu : BCAA 19 orang (79.17%), flumazenil, levodopa, bromokriptin, L-ornitin-L-aspartat, sitikolin, pirasetam. antibiotik yang diberikan dalam penelitian adalah kanamisin 19 orang  (79.17%), neomisin 1 orang (4.17 %) dan metronidazol 2 orang (8.33%). Antibiotik lain yang banyak digunakan yaitu seftriakson sebanyak 16 orang (66.67%). laktulosa digunakan pada 15 orang (66.67%).
CHANGES ON SERUM TROPONIN T LEVEL BEFORE AND AFTER TAKING STANDARD THERAPY MEDICATION IN HEART FAILURE PATIENTS Indrawijaya, Yen Yen Ari; Suharjono, Suharjono; Aminuddin, Muhammad; Retnowati, Endang; Rahman, Gilang Mauladi
Folia Medica Indonesiana Vol 56, No 1 (2020): March
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/fmi.v56i1.18444

Abstract

Patients with advanced heart failure (NYHA FC III and IV heart failure) had positive cardiac troponin levels in previous cohort studies. In heart failure, cardiac troponin T (cTnT) is a biomarker that is sensitive to myocardial damage, especially myocardial necrosis. However, there is still little information regarding changes in cTnT levels during standard therapy. This prospective observational study is aimed at evaluating changes in cTnT levels before and after the administration of standard therapy and evaluating symptom improvement before and after the administration of standard therapy in patients with severe heart failure. Measurement of cTnT levels and symptom improvement parameters before treatment was carried out on the first day of the inpatient and measurement after therapy was carried out on the last day of the inpatient. Sampling was done by consecutive sampling and found 30 patients in the inpatient room of the SMF Cardiovascular Disease, Dr. Soetomo Hospital, Surabaya during the months of May-July 2017. The results of the study obtained the average cTnT levels before therapy 33.48 + 31.88 pg/ml and the average cTnT levels after therapy 46.32 + 52.68 pg/ml. Based on the statistical difference test with the Wilcoxon sign-ranked test, there was no significant change in cTnT levels (p = 0.318). On the parameter of clinical symptom improvement, there was a significant decrease in pulse, respiratory rate, blood pressure, and mean arterial pressure before and after administration of therapy (p <0.05). There was no change in troponin T levels before and after the administration of therapy meant there was no worsening of myocardial necrosis.
Diabetes Caused by Statin Use: A Review Zulfiana, Risa; Medina, Farah; Suharjono, Suharjono
Journal of Islamic Pharmacy Vol 5, No 1 (2020): J. Islamic Pharm.
Publisher : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/jip.v5i1.8652

Abstract

Statins are generally recognised as being safe and well tolerated cholesterol-lowering drug and have been successfully used for prevention of primary and secondary cardiovascular disease. However, Some researchers have reported diabetes development in patients taking statins. A number of meta-analyses conducted in recent years have proved that the association is real even though its causality have not been fully elucidated. Various pathophysiological mechanisms that could explain the increased risk of diabetes in patients treated with statin have been described. These are mainly responsible for impairment of β -cell insulin secretion and alteration of intercellular signaling through depletion of important downstream products.  This review aims to examine the relationship between statin treatment and the presence of diabetes. Previous clinical reviews of the evidence and pathophysiological mechanisms involved may also be explained. Furthermore, many studies have concluded that Pitavastatin and pravastatinom do not affect glycemic control and may be a beneficial treatment option in patients with, or at risk for, type 2 diabetes.
Co-Authors A.A. Ketut Agung Cahyawan W Achmad Ridwan Achmad Ridwan, Achmad Agriawan Sudirman Ahmad Nasir ahmad, abraham Andri Geger Noviantoro Aprillia Wijaya, Stefani Ari Wibowo Arief Bachtiar Arina Dery Puspitasari Assiddiqy, Miftah Farid Atmajani, Wanudya Bagiyo, Harry Bagiyo, Harry Bagyo Yanuwiadi Bambang Eko Wahyono Bambang Sidharta Bambang Sudarmanto Budi Suprapti Budiatin, Aniek Setya Budiatin, Aniek Setya Chairunnisa Chairunnisa Chris Alderman Chrismawan A, Chrismawan A Chrismawan Ardianto Dea Ayu Nabilah Debora Shinta Liana Desiani, Ekanita Dewi Wara Shinta Didik Hasmono Dinda Monika Nusantara Ratri Diniah, Melisa Nur Djafar, Zaenab Dwiyatna, Surya Elvan Dwi Widyadi Emiliana Kasmudjiastuti Emy Sulistyo Astuti Endang Retnowati Eni Susanti Faizal Mustamin Fandyka Yufriza Ali Fasich Fasich Fransiska Maria Christianty Gratia, Veronica Hari Prasetyo Hasria Alang Heru Purwanto Hubby, Hubby I Gede Edy Sagitha I Ketut Mandikin Ilham Rizqy Isnain Imam Faozi Imam Susilo Indira D. Kharismawati Irfan Mustafa Irma Novrianti Irma Novrianti Irvina Harini Isnaeni Jaka Susila Jikrona, Rafi Joni Kusnadi Joni Wahyuhadi, Joni Jufri Ubrusun Junaidi Khotib Kenyo Alexandra Oktaviani Khaerani Khaerani Khusnul Fitri Hamidah Kusuma Arum Ningsih Kuwatno Kuwatno Lestiono, . Lestiono, . Lewi Tigor Simorangkir Lisa Narulita Lisa Narulita Liziyyannida Liziyyannida M. Yusuf Assegaf Mahardian R, Mahardian R Mahardian Rahmadi Mahfudz Mahfudz Makitalentu, Feybe Marcha Debby Saraswati Mareta Rindang Andarsari Medina, Farah Meita Rafika Fitriani Mohammad Akram Muhammad Aminuddin, Muhammad Muhammad Fathoni, Muhammad Mulja Hadi Santosa Narulita, Lisa Nasir, Ahmad Neldi, Vina Nia Kurniawan Nur Afni NUR CHAKIM Nurmainah Nurmainah Nurrofik, Agus Paulus Sugianto Prasetyanti, Intan Kris Prastuti Asta Wulaningrum Pratita, Dian Galuh Primadi Avianto Purwanto, Diyna Rusayliya Rahman, Gilang Mauladi Rahmawati Raising Ria Rositasati Riefkah Bilal risha fillah fithria Risthanti, Reine Risa Rosdiana, Eva Rudi Safarudin Rudi Wardana Rusdiana, Silvia Rusdiana, Silvia Safarudin, Rudi Sahayuna, Dara Demi Samirah Samirah Samirah Samirah, Samirah Sari, Erni A Semedi S J Shafira Muti Ardiana Shahroni, Abdul Mutholib Shofia Ummu, Lathifa Simorangkir, Lewi Tigor Sindy, Sulih Probo SJ, Semedi Solihin, Imron Sudirman, Agriawan Sukardiman Sumarno . Sumarno Sumarno Suryadi Suryadi Susilo, Dwi Hari Sutrisnaningsih, Evy Sari Suwardi Suwardi Toetik Aryani Tri Ardyati Umami, Zahra Veronica Gratia WENNY PUTRI NILAMSARI Widhiati Widhiati Widyadi, Elvan Dwi Wiwid Samsulhadi Wulan Panduwi Melasari Yance Anas yance yance Yen Yen Ari Indrawijaya YOGA DWI JATMIKO Yogiarto Yogiarto Yulia Ayu Purnamasari Yulistiani Yulistiani Yulistiani Yulistiani, Yulistiani Yulistiani, . Yuniati T Yuniati T Yuniati T, Yuniati Yusfar, Yunarti Yustiana Yustiana, Yustiana Zamrotul Izzah Zulfiana, Risa