This community service program aims to address the low hatching success rate of native chicken eggs experienced by the partner, Petet Ayam Lestari Unit, in Muntang Village, Kemangkon District, Purbalingga Regency. The main problems identified were limited electricity supply, unstable incubator temperature and humidity, and manual production record-keeping. To overcome these issues, the team implemented the program “Integration of IoT and Renewable Energy in Automatic Incubators as Appropriate Technology for Farmer Empowerment and Mitigation of Hatching Failures”. The program was conducted from June to September 2025 using a participatory approach through several stages: socialization, training, technology implementation, mentoring, and evaluation. The technology introduced included an automatic incubator integrated with Internet of Things (IoT) sensors, powered by solar panels as an alternative energy source, and supported by digital systems for production and financial recording. The results demonstrated a significant improvement in the partner’s knowledge and skills. The average pretest score of 31% increased to 87% in the posttest, with an average improvement of +56%. The hatching success rate also rose from 50–70% to 75–85%. In addition, the partner satisfaction survey yielded an average score of 4.68, categorized as very satisfied. In conclusion, this program not only improved technical aspects such as hatching success and business management but also empowered the community, particularly women, and strengthened business sustainability through the adoption of renewable energy and digital record-keeping.ABSTRAKProgram pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan rendahnya tingkat keberhasilan penetasan telur ayam kampung pada mitra Unit Usaha Petet Ayam Lestari di Desa Muntang, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga. Permasalahan utama yang dihadapi mitra adalah keterbatasan suplai listrik, ketidakstabilan suhu dan kelembapan inkubator, serta pencatatan usaha yang masih manual. Untuk menjawab persoalan tersebut, tim melaksanakan kegiatan “Integrasi IoT dan Energi Terbarukan pada Mesin Tetas Otomatis sebagai Teknologi Tepat Guna untuk Pemberdayaan Peternak dan Mitigasi Kegagalan Penetasan”. Metode pelaksanaan program dilakukan sejak Juni hingga September 2025 dengan pendekatan partisipatif melalui tahapan sosialisasi, pelatihan, penerapan teknologi, pendampingan, dan evaluasi. Teknologi yang diterapkan berupa mesin tetas otomatis berbasis Internet of Things (IoT) dengan dukungan panel surya sebagai sumber energi alternatif, serta pencatatan produksi dan keuangan berbasis digital. Hasil pelaksanaan menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam keterampilan dan pemahaman mitra. Nilai rata-rata pretest sebesar 31% meningkat menjadi 87% pada posttest, dengan peningkatan rata-rata +56%. Tingkat keberhasilan penetasan juga meningkat dari 50–70% menjadi 75–85%. Selain itu, kuesioner kepuasan mitra memperoleh skor rata-rata 4,68 (kategori sangat puas). Kesimpulannya, program ini tidak hanya meningkatkan aspek teknis berupa keberhasilan penetasan dan manajemen usaha, tetapi juga memberdayakan masyarakat, khususnya perempuan, serta memperkuat keberlanjutan usaha melalui pemanfaatan energi terbarukan dan digitalisasi pencatatan.