Shinta Prawitasari
Department Of Obstetrics And Gynaecology, Faculty Of Medicine, Public Health And Nursing, Universitas Gadjah Mada/Dr Sardjito Hospital, Yogyakarta, Indonesia

Published : 59 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Hubungan Kepatuhan Tim Bedah dalam Penerapan Surgery Safety Checklist dengan Infeksi Luka Operasi dan Lama Rawat Inap pada Pasien Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Barru Amiruddin Amiruddin; Ova Emilia; Shinta Prawitasari; Leo Prawirodihardjo
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 5, No 3 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.045 KB) | DOI: 10.22146/jkr.39666

Abstract

Background: Surgical Patient Safety is essential to be carried out in operating theatre to prevent mortality and surgical complication. Patient safety is the basic principal in medical care and a major component of medical care management in hospital (WHO, 2009).Objective: To investigate association between SSC implementation among surgical team, surgical site infection and duration of hospital stay.Method: This is an analytical cross sectional study. Population of this study was women who underwent cesarean section with live birth in Barru general hospital during 1 December 2016-30 April 2017. This study was carried out in Barru general hospital, 137 samples met inclusion and exclusion criteria. Data was obtained from medical records. Maternal outcome were duration of hospital stay, surgical site infection, and maternal mortality. Besides, this study also assesed knowledge and compliance of surgical team in implementation of SSC. The result of this study was analysed with computer statisctics analysis program.Result adn Discussion: One-hundred thirty seven patients met study criteria. Compliance of surgery team in SSC was 64%,. SSC was not implemented precisely in 36% patients (49 patients). There is no significant association between surgical team compliance with surgical site infection in cesarean section patients (p=0.078). A significant association was found between surgical team compliance with duration of hospital stay (p=0.006).Conclusion: The surgical team compliance in implementation of SSC was not yet optimal. An intensive socialization is needed to improve compliance of team in order that SSC implementation run promptly. This was part of efforts to reduce post operative complication and shorten hospital stay.Keywords: SSC, cesarean section, compliance, infection, duration of hospital stay
Perbedaan Pola Menyusui Bulan Pertama Ibu Melahirkan Seksio Sesarea Dibandingkan Melahirkan Normal di Rumah Sakit Sayang Bayi Winda Nurmayani; Madarina Julia; Shinta Prawitasari
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 5, No 3 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.772 KB) | DOI: 10.22146/jkr.41414

Abstract

Background: exclusive breastfeeding should be provided until 6 months of age, but the fact proves that the pattern of breastfeeding has decreased. The pattern of the first month lactation is a critical period for the survival of the subsequent breastfeeding, so it is necessary to make efforts to maintain the duration of breastfeeding because the success of the first month breastfeeding will increase mothers’ confidence to continue breastfeeding.Objective: To determine differences in the pattern of the first month breastfeeding in mothers who gave birth by cesarean section compared to those by vaginal delivery in Rumah Sakit Sayang Bayi (Baby Friendly Hospital)Method: Type of research is comparative observational  with a prospective cohort design using a quantitative approach. The research was conducted in Baby Friendly Hospital of RSUD (General Hospital) Mataram City. Total sample 120 consisted of 60 mothers giving birth the caesarean section and 60 mothers vaginal delivery. The independent variable of giving birth by Cesarean Section and vaginal delivery, dependent variable pattern the first month of breastfeeding and external variables age, parity, employment, the incidence of antepartum and postpartum. The sampling technique using consecutive sampling. Analysis of the data used is univaribel, bivariate using Chi-square and Fisher's exact test and multivariable logistic regression and stratification testResult and Discussion: There was no significant correlation between the mode of delivery and the patterns of the first month breastfeeding by including a variable of employment with a value of OR (95% CI) = 1.6 (0.63 to 4.17) and there was a decrease in the value of OR (95% CI ) from 2.5 (1.05 to 5.94) to 1.6 (0.63 to 4.17); there was also no  significant correlation when involving the variable of the incidence of ante partum and post partum with the value of OR (95% CI) = 1.7 (0.45 to 6.26) and OR (95% CI) = 2.3 (0.96 to 5.53), respectively.Conclusion: : There is no difference patterns of breastfeeding mothers first month who gave birth cesarean section compared to normal birth. Caesarean section would affect the pattern of the first month breastfeeding if cesarean section deliveries occurred at housewives and mothers who did not experience the incidence of ante partum. Keywords: pattern of breastfeeding; vaginal deliveries; caesarean section; breast milk; 
Pengaruh Metode Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Kader tentang Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Hanifah Mirzanie; Shinta Prawitasari; Shofwal Widad
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.393 KB) | DOI: 10.22146/jkr.42373

Abstract

Latar Belakang: Kanker leher rahim adalah penyebab kematian wanita terbanyak kedua di Indonesia. Salah satu cara pencegahannya adalah dengan deteksi dini. Untuk mencapai cakupan deteksi dini yang baik perlu peningkatan pengetahuan masyarakat tentang bahaya, faktor risiko, pencegahan, dan deteksi dini.Tujuan Penelitian: Membandingkan efektivitas metode promosi kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap para kader kesehatan mengenai deteksi dini kanker leher rahim.Metode penelitian: Quasi eksperimental. Subyek adalah kader kesehatan Kecamatan Gedongtengen. Intervensi berupa penyuluhan dengan leaflet atau tanpa leaflet mengenai deteksi dini kanker leher rahim. Desain penelitian adalah pre-test dan post-test. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner dengan 30 pertanyaan pengetahuan dan 19 pertanyaan sikap yang dinyatakan sahih dan andal melalui uji korelasi Perason. Uji statistik yang digunakan adalah uji Wilcoxon, Uji Mann Whitney, uji korelasi Pearson dan uji regresi linier berganda.Tempat penelitian: Kecamatan Gedongtengen, Daerah Istimewa YogyakartaHasil: Dari 128 responden, penyuluhan dengan atau tanpa leaflet meningkatkan pengetahuan dan sikap kader kesehatan secara bermakna (p =0,000), tetapi besar peningkatan ini tidak berbeda secara bermakna (p=0,175 dan p=0,740). Variabel luar yang berpengaruh dengan korelasi negatif pada peningkatan pengetahuan adalah penghasilan (p=0,006). Variabel luar yang berpengaruh pada peningkatan sikap dengan korelasi negatif adalah pendidikan (p=0,009).Kesimpulan: Penyuluhan dengan atau tanpa pemberian leaflet tidak berbeda untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap kader kesehatan.Kata kunci: deteksi dini; kanker leher rahim; kader kesehatan; promosi kesehatan
Efikasi Misoprostol Rektal Intraoperasi Seksio Cesarea Versus Oksitosin dalam Mengurangi Jumlah Perdarahan untuk Mencegah Perdarahan Post Partum Milhan Milhan; Ariawan Soejoenoes; Shinta Prawitasari
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.344 KB) | DOI: 10.22146/jkr.48773

Abstract

Latar Belakang : Perdarahan post partum adalah salah satu etiologi kematian ibu. Setelah operasi caesar, uterotonik dalam bentuk infus oksitosin (20-40 IU) atau misoprostol rektal (200-600 μg) diberikan untuk kontraksi uterus pasca operasi pada pasien pada risiko perdarahan post partum. Penelitian ini dibuat membandingkan kedua agen uterotonik  tersebut.Tujuan : Mengetahui perbandingan penggunaan misoprostol rektal tiga tablet (600 ugr) dan penggunaan oksitosin 20 IU  selama operasi seksio cesarea dalam mengurangi jumlah perdarahan untuk mencegah perdarahan post partum di fasilitas kesehatan tingkat lanjut.Metode : Penelitian ini adalah  double blind randomised controlled trial. Populasi penelitian adalah pasien rawat inap ruang kebidanan dan kandungan RSUD Datu Sanggul, Rantau. Besar sampel ditentukan dengan rumus Kirkwood dan Steme sebesar 98. Secara acak peserta dibagi ke kelompok misoprostol dan oksitosin. Farmasi menyediakan obat penelitian dan plasebo dalam bentuk yang tidak dapat dikenali. Untuk kelompok misoprostol disiapkan tablet misoprostol 600 μg untuk digunakan secara rektal ditambah spuit yang sudah diisi sebelumnya larutan saline normal. Kelompok oksitosin disiapkan tablet plasebo untuk digunakan secara rektal ditambah jarum suntik dengan oksitosin 20 IU dan larutan normal saline.Hasil dan Pembahasan: Didapatkan kelompok 1 (misoprostol) dari 42 sampel, yang mengalami perdarahan kurang dari 1000 ml sebanyak 41 sampel (97,6%) dan yang perdarahan lebih dari atau sama dengan 1000 ml sebanyak 1 sampel (2,38%). Sedangkan kelompok 2 (oksitosin) dari 42 sampel yang mengalami perdarahan kurang dari 1000 ml sebanyak 36 sampel (85,7% ) dan yang perdarahan lebih dari 1000 ml sebanyak 6 sampel  (14,3% )Kesimpulan: Ada perbedaan bermakna antara jumlah perdarahan kelompok misoprostol dengan jumlah perdarahan kelompok oksitosin. Karena mean rank kelompok misoprostol lebih rendah dapat disimpulkan bahwa: “Jumlah perdarahan pada penggunaan misoprostol rektal tiga tablet (600 ugr) lebih sedikit dibanding penggunaan oksitosin 20 IU selama operasi seksio cesarea”. Di antara variabel-variabel perancu, riwayat partus lama dan adanya faktor keterlambatan, berhubungan dengan  jumlah perdarahan. Variabel yang dapat digunakan untuk memprediksi jumlah atau banyaknya perdarahan adalah variabel “ada terlambat/tidak”. Kata Kunci: Jumlah Perdarahan, Oksitosin, Misoprostol, Perdarahan Postpartum
Hubungan Maternal Early Obstetric Warning Score (MEOWS) dengan Perawatan di Intensive Care Unit pada Pasien Preeklamsia Berat di RSUP DR. Sardjito Yosi Tamara; Muhammad Lutfi; Shinta Prawitasari
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 6, No 3 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.652 KB) | DOI: 10.22146/jkr.49330

Abstract

Latar Belakang: Preeklamsia merupakan masalah kedokteran yang serius dan memiliki kompleksitas yang tinggi. Preeklamsia dapat setiap saat mengalami perburukan, sehingga dibutuhkan suatu metode yang mudah digunakan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi adanya perburukan. Salah satunya adalah Modified Early Obstetrics Warning Score (MEOWS) yang merupakan salah satu parameter untuk memudahkan mendeteksi secara dini adanya risiko tinggi pada pasien obstetri. Diharapkan perburukan yang terjadi dapat dicegah atau dikurangi risikonya dengan menempatkan pasien preeklamsia berat menurut level of care disesuaikan dengan kebutuhan pasien.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mencari cut off point skor MEOWS pada pasien preeklamsia berat dalam menentukan tempat perawatan.  Metode: Penelitian dengan desain kohort retrospektif. Data diambil dari rekam medis, dengan subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data penelitian dikumpulkan, diolah dan dilakukan analisis data univariat, bivariat dan multivariat untuk mengetahui hubungan antar variabel.Hasil dan Pembahasan: Sampel pada penelitian ini berjumlah 187 subyek penelitian. Karakteristik skor MEOWS IGD ≥8 berjumlah 70 subyek dan skor MEOWS IGD <8 berjumlah 117 subyek. Pasien yang dirawat di ICU berjumlah 15 subyek dan yang dirawat selain di ICU berjumlah 174 subyek. Hasil perhitungan mendapatkan nilai cut off point skor MEOWS adalah 7,5 (dibulatkan menjadi skor 8). Terdapat hubungan bermakna antara skor MEOWS ≥8 dengan perawatan di ICU (RR 3,34; CI 95%: 1,19-9,38). Terdapat hubungan yang bermakna juga antara skor MEOWS ≥ 8 dengan kejadian bayi IUFD (RR 9,91; CI 95%: 2,098-40,27).Kesimpulan: Pasien preeklamsia berat dengan skor MEOWS ≥8 memiliki risiko untuk dirawat di ICU 3,34 kali lipat dibandingkan dengan pasien preeklamsia berat dengan skor MEOWS <8. Pasien preeklamsia berat dengan skor MEOWS ≥8 memiliki risiko untuk kejadian bayi IUFD 9,91 kali lipat dibandingkan dengan pasien preeklamsia berat dengan skor MEOWS <8.  Kata Kunci: Modified Early Obstetric Warning Score (MEOWS); preeklamsia berat; intensive care unit 
Faktor-Faktor yang Meningkatkan Prognosis Fetal dan Maternal pada Kehamilan dengan Kanker Ovarium Efriyan Imantika; Shinta Prawitasari; Diah Rumekti Hadiati
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 6, No 3 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.597 KB) | DOI: 10.22146/jkr.51766

Abstract

Background: Pregnancy complicated by ovarian cancer presents relation between controlled growth in pregnancy and uncontrolled growth in cancer. The management of pregnancy illustrate conflict between optimal maternal therapy and fetal life for best prognosis at all. The incidence was low but it occured in reproductive age women and most found in the first pregnancy. It is important to analyze factors that improve the prognosis of pregnancy and appropiate management to prevent fetal and maternal morbidity and mortality. Objectives: To analyze factor on pregnancy complicated by ovarian cancer that improve fetal and maternal prognosisMethods: This is descriptive analytic study with cohort retrospective design using medical records of pregnancy patient complicated by ovarian cancer that underwent treatment at Sardjito Hospital Yogyakarta on 2010, January till 2017, December. All statistical analysis were done by statistic software for computer.Results: There were 18 research subjek had been undergone treatment at Sardjito Hospital for 8 years. Factors on pregnancy related to prognosis of pregnancy complicated by ovarian cancer were late gestational age at the cancer diagnosis and epithelial histopathology type. That factors have better prognosis than early gestational age and non-epithelial histopathology clinically (p=0.18; CI 95% 0.4-104.2; OR 6,5) and (p=0.29; CI 95% 0.36-30.12; OR 3.28). Timing of surgery intervention improve prognosis of pregnancy statistically and clinically significant (p=0.02; OR=4.2). Conclusion: Factors on pregnancy complicated by ovarian cancer that is late gestational age at the cancer diagnosis, epithelial histopathology type and timing of surgery intervention type II-III improved fetal and maternal prognosis. Best management of pregnancy lead to better prognosis.Keywords: prognosis of pregnancy, ovarian cancer. 
Perbandingan Pemberian Parasetamol Oral dan Ketorolak Intravena dalam Membantu Keberhasilan Menyusui Pasca Seksio Sesarea Dalri Nur Fidina; Ahsanudin Attamimi; Shinta Prawitasari
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.713 KB) | DOI: 10.22146/jkr.53481

Abstract

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pemberian parasetamol 1000 mg oral dan injeksi ketorolak 30 mg intravena dalam mengatasi nyeri terhadap keberhasilan menyusui pasca seksio sesarea. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian non blinding, randomized controlled trial yang membagi subyek penelitian menjadi 2 kelompok. Kelompok kontrol adalah kelompok yang mendapat injeksi ketorolak 30 mg intravena dan kelompok perlakuan adalah yang mendapat parasetamol 1000 mg per oral yang kemudian dinilai nyeri dengan VAS dan keberhasilan menyusui dengan skor LATCH pada 24 jam setelah seksio sesarea. Chi square serta risiko relatif dipakai untuk uji statistik untuk membandingan 2 proporsi. Hasil: Penelitian ini melibatkan 86 subjek. Pada pemberian parasetamol 1000 mg per oral dan ketorolak 30 mg intravena didapatkan hasil tidak perbedaan bermakna terhadap nyeri (RR 1,16; 95% CI 0,84-1,16). Angka keberhasilan menyusui pada kedua kelompok dengan efek tidak nyeri dan nyeri didapatkan hasil tidak berbeda bermakna secara statistik. Kesimpulan: Pemberian parasetamol 1000 mg per oral tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan pemberian injeksi ketorolak 30 mg intravena terhadap nyeri dan keberhasilan menyusui pasca seksio sesarea.   Kata Kunci: parasetamol, ketorolak, seksio sesarea, keberhasilan menyusui, nyeri
Hubungan antara Preeklampsia Berat Awitan Dini dengan Pertumbuhan Janina Terhambat pada Pasien Preeklamsia Beratdi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Miftakhul Muslichah; Shinta Prawitasari; Irwan Taufiqur Rachman
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkr.59812

Abstract

Latar      Belakang: Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) merupakan salah satu komplikasi janin yang sering terjadi pada pasien Preeklamsia Berat (PEB) dan eklamsia. Angka kejadian PEB awitan dini berkisar 5-20% dari keseluruhan kasus preeklamsia yang berhubungan dengan neonatal morbiditas dan mortalitas, dimana angka kejadian PJT sendiri berkisar 3-7%, sedangkan angka kejadian PEB awitan lanjut sebesar 75-80% dari keseluruhan kasus preeklamsia yang berhubungan dengan maternal morbiditas.Tujuan: untuk mengetahui hubungan antara PEB awitan dini dan kejadian PJT di rumah sakit Sardjito Yogyakarta.Metode: rancangan penelitian adalah cross sectional study Populasi penelitian adalah pasien preeklamsia dengan janin tunggal yang lahir di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2013-2015. Sampel penelitian adalah pasien PEB berjumlah 135 subyek, PEB awitan dini 105 subyek, dan awitan lanjut 30 subyek. Uji chi square digunakan untuk menghitung prevalensi PJT pada PEB awitan dini dan lanjut. Stratifikasi mantel-haneszel dilakukan untuk menilai variabel perancu. Multivariat menggunakan regresi logistik.Hasil dan Pembahasan: subyek dengan PEB awitan dini adalah 51 subyek (48,57%) yang mengalami PJT sedangkan awitan lanjut adalah 7 subyek (23,33%). Subyek dengan PEB awitan dini dan preeklamsia genuine memiliki prevalensi PJT lebih tinggi RP (CI 95%)=2,453 (1,170-5,141) dan p=0,007. Prevalensi PJT pada PEB awitan dini, OR (CI95%)=3,257 (1,244-8,530) dan p=0,016; usia OR (CI 95%)=0,488 (0,202–1,178) dan p=0,111; paritas OR (CI 95%)=1,159 (0,461–2,912) dan p=0,11; jenis PE OR (CI 95%)=0,730 (0,294–1,814) dan p=0,498; dan derajat proteinuria OR (CI 95%)=0,955 (0,464–1,968) dan p=0,901. Kesimpulan: PEB awitan dini mempunyai hubungan yang signifikan dengan PJT. Kata kunci: PEB; PEB awitan dini; PEB awitan lanjut; PJT.
Hubungan antara Stres dan Pola Menstruasi pada Remaja Perempuan Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Yogyakarta Hardiknas Steven Saneba; Nuring Pangastuti; Shinta Prawitasari
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 8, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkr.65753

Abstract

Latar Belakang: Perubahan pada siklus menstruasi dapat disebabkan oleh kelainan primer maupun sekunder pada organ reproduksi. Stres merupakan salah satu penyebab gangguan sekunder pada sistem reproduksi yang dapat menyebabkan functional hypothalamic amenorrhea (FHA), premature ovarian failure (POF), atau perubahan pada karakteristik siklus menstruasi melalui penekanan pada aksis hipotalamus-pituitari-gonad. Beberapa penelitian mendukung pernyataan ini, namun masih terdapat variasi untuk mengidentifikasi ambang batas dimana tingkat stres dapat mengganggu siklus menstruasi.Tujuan: Mengetahui bagaimana hubungan antara stres dengan gangguan menstruasi pada remaja perempuan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di  kota Yogyakarta.Metode: Metode penelitian ini adalah Cross-sectional. Subyek penelitian terdiri dari remaja perempuan kelas X dan XI SMA Negeri di kota Yogyakarta yang berusia 15-18 tahun dan data-data diperoleh melalui pengisian kuesioner online. Gangguan menstruasi ditentukan berdasarkan kriteria The International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) abnormal uterine bleeding (AUB) system-1 tahun 2018 yang direvisi. Tingkat stres diukur melalui skor Perceived Stress Scale (PSS) dan variabel luar yang dievaluasi adalah indeks massa tubuh dan aktivitas fisik dengan intensitas sedang. Analisis data menggunakan uji Chi Square dan  analisis regresi logistik.Hasil: Dari total 596 responder yang memenuhi kriteria inklusi, prevalensi tingkat stres tinggi sebesar 70,47% dan gangguan menstruasi sebesar 43,29%. Analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres tinggi (p= 0,830; RP 1,022), indeks massa tubuh (p= 0,542; RP 1,094), maupun aktivitas fisik intensitas sedang (p= 0,717; RP 1,045) terhadap gangguan menstruasi. Hasil yang sama ditunjukkan melalui analisis multivariat.Kesimpulan: Tingkat stres tinggi ditemukan pada sebagian besar remaja perempuan di kota Yogyakarta, namun tidak terdapat hubungan antara tingkat stres terhadap gangguan menstruasi.Kata kunci: gangguan menstruasi, stres, remaja perempuan
Developmental Trial of Maternity Education Control Cards Adolfina Nilasari; Mora Claramita; Shinta Prawitasari; Lisa Soldat
Review of Primary Care Practice and Education (Kajian Praktik dan Pendidikan Layanan Primer) Vol 1, No 1 (2018): January
Publisher : Faculty of Medicine, Public Health, and Nursing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.427 KB) | DOI: 10.22146/rpcpe.33819

Abstract

Background: The behavior of a pregnant woman in maintaining her health during pregnancy is influenced by her knowledge of pregnancy. The greater the knowledge of pregnant women about pregnancy, the better the attitude of pregnant women in maintaining their pregnancy. Consequently, a primary care physician who is a health manager of pregnant women needs to pay attention to this knowledge aspect. Primary care physicians should be able to quickly identify the level of knowledge of pregnant women about pregnancy and determine whether that knowledge is sufficient. For that purpose, primary care physicians need to have the right measurement instruments.Objectives: This study aimed to develop, validate and test the instruments that primary care physicians can use to identify and add to pregnant women’s level of knowledge about pregnancy.Methods: This study involved research and development of a validated instrument that consisted of several stages, namely development, validation and testing. Validation was done through two stages, specifically content validation by experts and face validation by 7 doctors. The experimental phase was a quasi-experimental research with 35 pregnant women who presented for antenatal examination at the Puskesmas Banguntapan I (Community and Primary Health Care Center). T-tests were used to determine whether there was a significant difference between the knowledge of pregnant women before and after using the Maternity Education Control Cards.Results: The validated instrument called the Maternity Education Control Card developed by primary care physicians can be used to identify and increase the level of knowledge of pregnant women about pregnancy. The Maternity Education Control Card was validated by several experts, including communication experts, obstetricians and the Maternal and Child Health Program Coordinator at Bantul Regency. Layout, style, accessibility, and feasibility were assessed by a team of validators at the Puskesmas Banguntapan I (7 doctors and 1 midwife coordinator). The data analysis showed that there was a significant difference between pre-test and post-test scores (p = 0.000). This value was not influenced by age variables, educational level, number of pregnancies nor previous antenatal care frequency, but the level of education did affect the post-test value. The duration required for education was between 9 - 20 minutes, with an average of 14.63 minutes (± 2.61). The duration required for education related to the delta of pre and post-test values. The greater the delta, the longer time required for education.Conclusions: Maternity Education Control Card has been successfully established, validated and proven to significantly increase pregnant women’s knowledge about pregnancy.
Co-Authors Adi Heru Sutomo Adintyo Rahman, Muhammad Nur Adolfina Nilasari Ahsanudin Attamimi Ajeng Arumsari Yayi Pramesti, Ajeng Arumsari Amiruddin Amiruddin Ardhanu Kusumanto Ariawan Soejoenoes Astuti, Dyah Puji Beti Wulansari Brantas Prayoga Carla Raymondalexas Marchira Carla Raymondalexas Marchira, Carla Raymondalexas Chamy Rahmatiqa Dalri Nur Fidina Diah Rumekti Hadiati Diannisa I E Sangun Efriyan Imantika Eka Mega Sari Ernawati Ernawati Eugenia Maria Alodia Hartono Evi Septiani Fidina, Dalri Nur Hanif Reza Hanifah Mirzanie Harahap, Sarah Geltri Hardiknas Steven Saneba Herlina Pradjatmo Heru Pradjatmo ika putri ika putri Indraswari, Lathifa N Irwan Taufiqur Rachman Ismail Joko Sutresno Kartika Wijayanti Kartika Wijayanti Lathifa N Indraswari Leo Prawirodihardjo Leo Prawirodihardjo Leo Prawirodihardjo Lisa Soldat Ludovikus, Ludovikus Madarina Julia Madarina Julia Maya Safitri Miftakhul Muslichah Milhan Milhan Milhan Milhan, Milhan Mirzanie, Hanifah Mohammad Hakimi Mora Claramita Muhammad Hakimi Muhammad Hakimi Muhammad Lutfi Muhammad Lutfi Muhammad Nurhadi Rahman Muslichah, Miftakhul Nadia Mutiara Zahra Nani Emma Nani Emma Nuring Pangastuti Nuring Pangastuti Nuring Pangastuti, Nuring Ova Emilia Panjaitan, Ribka Sabarina Patricia Alika Kurniawan Pradjatmo, Herlina Prima Daniyati Kusuma Prima Daniyati Kusuma Ramba, Hardin La Ridwan, Rizal Risanto Siswosudarmo Rizal Ridwan Rohmah, Ulfa Nur Rukmono Siswishanto Sangun, Diannisa I E Santi Yuliani Sari, Eka Mega Satriagraha, Oky Ardian Shofwal Widad Sibualamu, Khalida Ziah Siswanto Agus Wilopo Soejoenoes, Ariawan Suarti, Ni Made Sumarah Sumarah Sumarah Sumarah Sumarni Sumarni Sutresno, Ismail Joko Tamara, Yosi Tri Setyaningsih Udayani, Ni Putu Eka Chandra Vicky Admiral Aprizano Wahyudi Istiono Wenny Wenny Wenny, Wenny Winda Nurmayani M Yari, Yarwin Yayuk Hartriyanti Yosi Tamara