One of the health problems suffered by many Indonesian children is stunting. The number of stunted children in Makassar City in 2016 was 2454 children included in the very short category (2.35%) and 6,787 in the short (6.51%) category. Data obtained at PUSKESMAS Karuwisi showed that 73 children were in a short category, and 4 children were in a very short category. The study aimed to observe the overview of healthy lifestyles in families with stunted children. The type of research used was observational descriptive, with the number of samples as many as 77 respondents. Total sampling was used as a sampling technique and a questionnaire as the research instrument. The results showed that PHBS in families with stunted children included good category was 35 (45.5%) and less category was 42 (54.5%), exclusive breastfeeding with the yes category was 51 (66.2%), and the no category was 26 (33.8%), weighing children with yes category was 39 (50.6%) and no category was 38 (49.4%), using clean water with yes category was 49 (63.6%) and no category was 28 (36.4%), washing hands with soap (CTPS) with yes category was 39 (50,6%), and no category was 38 (49,4%), consuming fruit and vegetables with yes category was 16 (20,8%) and no category was 61 (79,2%), smoking in the house with yes category was 54 (70,1%) ) and no category was 23 (29.9%), exclusive breastfeeding with exclusive category was 46 (59.7%) and the non-exclusive category was 31 (40.3%), Having infectious disease with experienced category was 42 (54.5%) and did not experience category was 5 (45, 5%). We can conclude that more families with stunted children do not apply Clean and Healthy Lifestyle Behavior (PHBS) than those who implement it, and most PHBS indicators are met. It is recommended that health workers provide improved health services for the community, especially regarding PHBS and the consequences of not implementing PHBS, as well as providing increased health promotion such as socialization of causes and prevention of stunting. Abstrak: Salah satu masalah kesehatan yang banyak diderita anak Indonesia adalah stunting. Jumlah anak pendek di Kota Makassar tahun 2016 sebanyak 2454 anak termasuk dalam kategori sangat pendek (2,35%) dan 6.787 anak termasuk dalam kategori pendek (6,51%). Data yang diperoleh PUSKESMAS Karuwisi menunjukkan 73 anak termasuk kategori pendek, dan 4 anak termasuk kategori sangat pendek. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga dengan anak stunting. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional, dengan jumlah sampel sebanyak 77 responden. Total sampling digunakan sebagai teknik pengambilan sampel dan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PHBS pada keluarga dengan anak stunting termasuk kategori baik sebanyak 35 (45,5%) dan kategori kurang sebanyak 42 (54,5%), pemberian ASI eksklusif dengan kategori ya sebanyak 51 (66,2%), dan kategori tidak sebanyak 26 (33,8%). %), menimbang anak dengan kategori ya 39 (50,6%) dan tidak ada kategori 38 (49,4%), menggunakan air bersih dengan kategori ya 49 (63,6%) dan tidak ada kategori 28 (36,4%), cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan kategori ya 39 (50,6%), dan tidak ada kategori 38 (49,4%), mengkonsumsi sayur dan buah dengan kategori ya 16 (20,8%) dan tidak ada kategori 61 (79, 2%), merokok di dalam rumah dengan kategori ya sebanyak 54 (70,1%) dan tanpa kategori sebanyak 23 (29,9%), ASI eksklusif dengan kategori eksklusif sebanyak 46 (59,7%) dan kategori non eksklusif sebanyak 31 ( 40,3%), Menderita penyakit menular dengan kategori mengalami sebanyak 42 (54,5%) dan tidak mengalami kategori sebanyak 5 (45,5%). Dapat disimpulkan bahwa lebih banyak keluarga dengan anak stunting yang tidak menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) daripada yang menerapkan, dan sebagian besar indikator PHBS terpenuhi. Disarankan agar petugas kesehatan memberikan peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat terutama mengenai PHBS dan akibat tidak melaksanakan PHBS, serta memberikan peningkatan promosi kesehatan seperti sosialisasi penyebab dan pencegahan stunting.