Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Kemitraan Pengawas Sekolah dan Guru dalam Pembentukan Karakter Siswa pada SMA Negeri di Kecamatan Wera Kabupaten Bima Syaifullah Syaifullah
JURNAL PENDIDIKAN IPS Vol 7 No 2 (2017): JURNAL PENDIDIKAN IPS
Publisher : STKIP Taman Siswa Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyelenggaraan pengajaran di sekolah perlu adanya pengawasan atau supervisi sekolah yang professional dalam menjalankan tujuan sekolah, sehingga proses belajar dan mengajar berjalan dengan baik sebagaimana yang ditetapkan. Oleh karena itu kerjasama pengawas sekolah dan guru merupakan tugas professional dalam membentuk karakter siswa, hal ini disebabkan guru adalah pelaksana yang secara langsung tatap muka dengan siswa, sedangkan pengawas sekolah adalah memantau, membina dan mengevaluasi hasil kerja guru di sekolah. Sukses dan tidaknya kinerja guru dalam membentuk karakter siswa tergantung sungguh dari profesionalisme peran yang dimainkan pengawas sekolah. guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah sebagai pelaku pendidikan yang dalam melaksanakan tugas secara bersinergi, bermitra dan saling mendukung guna terlaksananya peran dan fungsi msing-masing. Diantara ketiga unsur tersebut, guru adalah tenaga pendidikan yang berinteraksi langsung dengan siswa di dalam kelas, maka guru adalah pelaku pendidikan paling utama disamping yang lainnya, karena gurulah yang mengelola kelas dalam proses pendidikan dan pembentukan karakter siswa. Apabila salah satu pihak tidak menjalankan fungsinya dengan benar, maka proses pembelajaran di sekolah tidak dapat berjalan dengan baik, sehingga tujuan sekolah tidak tercapai. Hal inilah yang dimaknai bahwa terkikisnya karakter siswa pada sekolah-sekolah yang terlihat bahwa siswa melawan guru, melanggar tata tertib sekolah, mengganggu ketenangan belajar teman-teman serta mengkonsumsi tramadol di sekolah-sekolah yang terjadi pada perkembangan siswa sekarang dikarenakan kelonggaran peran yang dimainkan pengawas dalam memantau dan membina serta mengevaluasi kinerja guru-guru di Sekolah. Dengan demikian pengawas sekolah perlu bermitra secara intens dalam menangani karakter siswa yang sangat memprihatinkan dalam perkembangan sekarang, sehingga siswa menjadi generasi sehat dalam melanjutkan bangsa Indonesia yang kita cintai ini.
Analisis Pengembangan Profesional Pendidik dan Tenaga Kependidikan di SMAN 2 Wera Kabupaten Bima Syaifullah Syaifullah
Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi Vol 1 No 1 (2018): EDU SOCIATA (Jurnal Pendidikan Sosiologi)
Publisher : Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/es.v1i2.19

Abstract

Didalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Kemudian tenaga kependsidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Pendidik profesional memiliki tanggungjawab dan komitmen dalam melakukan perubahan dalam dunia pendidikan. Pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional senantiasa memiliki komitmen yang tinggi baik untuk diri pribadi maupun untuk masyarakat secara luas. Pembentukan, pengembangan dan peningkatan mutu profesionalitas guru menjadi keharusan, bagi semua pihak yang berkepentingan, bersangkutan, dan peduli dengan pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran. Secara pribadi guru bertanggung jawab atas mutu profesionalitasnya sehingga akan senantiasa membentuk, mengembangkan, membina, dan meningkatkan mutu dan kadar profesionalitasnya. Dengan berbagai cara, komunitas masyarakat juga perlu berpartisipasi aktif dalam berbagai upaya membentuk, mengembangkan, membina, dan meningkatkan mutu profesionalitas guru itu sendiri. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang berusaha menganalisis proses atau aktivitas dalam pengembangan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan di SMAN 2 Wera Kabupaten Bima. Data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti melalui wawancara. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui observasi seperti dokumen mengenai program pelatihan profesionalisme, workshop supervisi pendidik dan tenaga kependidikan. Sumber data dalam penelitian ini kepala sekolah, guru-guru dan tenaga kependidikan (staf sekolah). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, display data, dan verifikasi data/kesimpulan. Hasil penelitian bahwa pendidik dan tenaga kependidikan sebagaimana yang tertuang didalam UU Nomor 2003/2003 merupakan bagian yang terintegrasi dalam satu pandangan bahwa guru harus memiliki kualifikasi, baik kualifikasi pedagogik, profesional, kepribadian maupun kualifikasi sosial. Ini berarti bahwa pendidik (guru) memiliki tanggungjawab besar dalam membina, membimbing, dan mengarahkan siswa kedalam suatu kemajuan yang memungkinkan para peserta didik lebih kreatif, inovatif dan kritis. Guru juga memiliki kekhasan dalam mendidik dan membimbing siswa akan tetapi itu semua tentu akan ditunjangi oleh keahlian dan kreativitas guru itu sendiri baik dalam hal mengelola pelajaran, melatih maupun berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pribadi guru yang profesional akan sangat nampak tanggungjawab atas mutu keprofesionalannya sehingga akan senantiasa membentuk, mengembangkan, membina, dan meningkatkan mutu pendidikan.
Pola Hubungan Antara Buruh Tenun (Tembe Nggoli) Dengan Pemilik Modal Di Kelurahan Rabadompu Barat Kecamatan Raba Kota Bima Nurnazmi Nurnazmi; Syaifullah Syaifullah; Ida Waluyati
Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol 11 No 1 (2019): September 2019
Publisher : IAI Darussalam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30739/darussalam.v11i1.460

Abstract

The purpose of this research is to describe the pattern of relationships between Weaving Workers and capital owners. The research approach uses a qualitative approach, a phenomenological method. The main informants were 13 people and 3 supporting informants, the sampling technique used was purposive sampling. Data collection techniques using interview, observation and documentation. Data analysis techniques using data reduction, data display, and data verification. The results showed (1) the pattern of the weaver's relationship with the weaving capital, (2) the pattern of the relationship of the weaving laborer with their own capital and educational institutions, (3) the pattern of the relationship of the weaving laborer with the company / individual capital owner, (4) the pattern of the weaver's relationship with small family (nuclear family), (5) pattern of weaver relationship with extended family, (6) pattern of labor relations between weaving with KUBE, company and own capital, (7) pattern of relationship between weaving labor and small family (nuclear family) and extended family, (8) the pattern of relations between weaving workers and individual owners of capital, (9) the pattern of relations between laborers weaving with banks, and (10) the pattern of relations between workers weaving with savings and loan cooperatives, analyzed using the theory of alienation.
Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA . Syaifullah; . Darwis; . Tahir
PEDAGOGOS : Jurnal Pendidikan Vol 3 No 2 (2021): Pedagogos : Jurnal Pendidikan
Publisher : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/gg.v3i2.538

Abstract

Kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan tentunya berada lini terdepan senantiasa meningkatkan pembelajaran yang bermutu di sekolah. Kepala sekolah diangkat untuk menduduki jabatan dan bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan upaya bersama dalam mencapai tujuan pendidikan pada level sekolah. Kunci utama dalam peningkata mutu pendidikan adalah komitmen bersama dan siap melakukan perubahan. Semua pihak, baik guru dan staf sekolah telah memiliki komitmen tersebut, pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka menemukan cara baru untuk memperbaiki efisiensi, produktivitas dan kualitas layanan pendidikan. Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan; 1) membantu para guru memahami, memilih, dan merumuskan tujuan pendidikan yang akan dicapai; 2) menggerakkan para guru, para karyawan, para siswa, dan anggota masyarakat untuk mensukseskan program-program pendidikan di sekolah; 3) menciptakan sekolah sebagai lingkungan kerja yang harmonis, sehat, dinamis, nyaman. sehingga segenap anggota dapat bekerja dengan penuh produktivitas dan memperoleh kepuasan kerja yang tinggi.
Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA . Syaifullah; . Darwis; . Tahir
PEDAGOGOS : Jurnal Pendidikan Vol 3 No 2 (2021): Pedagogos : Jurnal Pendidikan
Publisher : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.424 KB) | DOI: 10.33627/gg.v3i2.538

Abstract

Kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan tentunya berada lini terdepan senantiasa meningkatkan pembelajaran yang bermutu di sekolah. Kepala sekolah diangkat untuk menduduki jabatan dan bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan upaya bersama dalam mencapai tujuan pendidikan pada level sekolah. Kunci utama dalam peningkata mutu pendidikan adalah komitmen bersama dan siap melakukan perubahan. Semua pihak, baik guru dan staf sekolah telah memiliki komitmen tersebut, pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka menemukan cara baru untuk memperbaiki efisiensi, produktivitas dan kualitas layanan pendidikan. Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan; 1) membantu para guru memahami, memilih, dan merumuskan tujuan pendidikan yang akan dicapai; 2) menggerakkan para guru, para karyawan, para siswa, dan anggota masyarakat untuk mensukseskan program-program pendidikan di sekolah; 3) menciptakan sekolah sebagai lingkungan kerja yang harmonis, sehat, dinamis, nyaman. sehingga segenap anggota dapat bekerja dengan penuh produktivitas dan memperoleh kepuasan kerja yang tinggi.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI TRANSPLANTASI KARANG HIAS DENGAN MEDIA JARING DI TAMAN WISATA ALAM LAUT (TWAL) PULAU SATONDA Muhammad Iqbal; Mei Indrajayanti; Syaifullah Syaifullah; Hartati Hartati
Abdi Masyarakat Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pendidikan (LPP) Mandala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58258/abdi.v2i2.1603

Abstract

Masalah ekosistem laut yang paling mengkhawatirkan saat ini adalah rusaknya ekosistem terumbu karang sebagai pusat interaksi biota laut, akibat aktifitas masyarakat yang destruktif. Maka pada pengabdian ini akan dilaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat, untuk meningkatkan kesadaran serta keterampilan penggunaan tehnologi transplantasi terumbu karang hias dengan media jaring, juga membangun taman wisata bagi masyarakat Desa Labuan Kananga. Masalah mitra yaitu masih rendahnya keterampilan mitra untuk penggunaan tehnologi transplantasi karang serta kesadaran terhadap fungsi terumbu karang. Metode kegiatan pengabdian masyarakat ini yaitu pendidikan, pelatihan dan kegiatan transplantasi karang serta pengembangan taman wisata. Tahapan pengabdian: 1) Identifikasi dengan metode LIT (Line Intercept Transect), 2) Pendidikan dan pelatihan, 3) pelaksanaan transplantasi karang dan pembuatan taman wisata. Evaluasi setelah kegiatan terkait hasil identifikasi kerusakan seluas 40.994,5 M², untuk keterampilan mitra penggunaan tehnologi transplatasi karang 1) pembuatan media jaring untuk transplantasi karang meningkat 89%, 2) pemotongan dan pemilihan jenis karang hias meningkat 90%, 3) penempatan karang pada media jaring meningkat 90 %. Sedangkan untuk ketuntasan pekerjaan transplantasi karang mencapai 88%. Dengan pertambahan panjang fragmen karang di setiap bulan dari  0,2 cm sampai 1,9 cm. Namun pada bulan ke empat mengalami penurunan pertumbuhan fragmen karang yaitu hanya tumbuh sekitar 1,2 cm. Jadi transplantasi dengan menggunakan media jaring diperkirakan laju pertumbuhan fragmen karang jika diperkirakan berkisaran 9 sampai 15 cm per tahun.
REVEAL THE MYSTERY OF RITUAL SESAJEN (TOHO DORE) ON MBOJO TRIBE IN BIMA Nurnazmi Nurnazmi; Arifuddin Arifuddin; Nurhasanah Nurhasanah; Irfan Irfan; Ida Waluyati; ST Nurbayan; Syaifullah Syaifullah
Jurnal Sosiologi Reflektif Vol 15, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jsr.v15i1.1959

Abstract

The ritual offering of “toho dore” is a religious tradition carried out by the ancestors based on animism concept of “ma kakamba” and dynamism concept of “ma kakimbi”, which are still believed and practiced by some Mbojo tribes. The purpose of this study is to describe the meaning of ritual offerings (toho dore) for the Mbojo tribe community in Bima Regency; and to describe the ritual mystery (toho ra dore) in the Mbojo tribe of Bima Regency. The research approach uses a qualitative approach, ethnographic methods. Data collection techniques used are interviews, observations and documentations. Data analysis techniques using data reduction, data display and data verification. Testing the authenticity of the data using time triangulation, data sources and data collection techniques. All of the data are interpreted using Symbolic Interactionalism theory of George Herbert Mead. The findings show that ritual offerings serve people of Mbojo for various purposes: (1) Ritual offerings (toho dore) to obtain offspring, (2) Ritual offerings (toho dore) as a means of obtaining abundant harvests, (3) Ritual offerings (toho dore) to obtain large livestock yields, such as cattle and buffalo, (4) Ritual offerings (toho dore) to get a lot of sustenance when trading, even though the products sold are not as good and as many products as other business partners, (5) Ritual offerings (toho dore) to keep rice in the rice container (tewu bongi), (6) Ritual offerings (toho dore) so that the child in the content is not lost, (7) Ritual offerings (toho dore) to get a mate. Ritual sesajen (toho dore) merupakan suatu perilaku yang dilakukan oleh para nenek moyang atas kepercayaan pada dinamisme (ma kakamba) dan animisme (ma kakimbi) yang masih dipercayai dan dilaksanakan oleh sebagian suku Mbojo yang mempercayai keajaiban ritual-ritual tersebut. Lokasi-lokasi tertentu yang dipercayai oleh masyarakat untuk meletakkan sesajen (toho dore) yang terdiri dari kelapa muda, pisang, nasi ketan (oha mina), daun sirih, pinang dan ayam kampung yang berwarna putih atau hitam semua bulunya. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan makna ritual sesajen (toho dore) bagi masyarakat suku Mbojo di Kabupaten Bima; dan untuk mendeskripsikan misteri ritual (toho dore) di suku Mbojo Kabupaten Bima. Teori yang digunakan yakni teori interaksionalisme simbolis George Herbert Mead. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, metode etnografi. Informan utama sejumlah 11 orang dan informan pendukung 3 orang, teknik sampling yang digunakan yakni snowball sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik interview, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, display data dan verifikasi data. Pengujian keabsahan data menggunakan triangulasi waktu, sumber data dan teknik pengumpulan data. Temuan hasil penelitian terdiri dari (1) Ritual sesajen (toho dore) untuk mendapatkan keturunan, (2) Ritual sesajen (toho dore) sebagai sarana mendapatkan hasil panen berlimpah, (3) Ritual sesajen (toho dore) untuk mendapatkan hasil ternak yang banyak, seperti sapi dan kerbau, (4) Ritual sesajen (toho dore) untuk mendapatkan rezeki yang banyak saat berdagang padahal produk yang dijual tidak sebagus dan sebanyak produk rekan bisnis lainnya, (5) Ritual sesajen (toho dore) untuk tetap memiliki beras dalam tempat beras (tewu bongi), (6) Ritual sesajen (toho dore) agar anak dalam kandungan tidak hilang, (7) Ritual sesajen (toho dore) untuk mendapatkan jodoh, (8) Ritual sesajen (toho dore) untuk menyembuhkan sakit jiwa.
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMPN 6 WOJA Indah Sasmita; Ida Waluyati; Syaifullah Syaifullah
Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi Vol 5 No 2 (2022): Edusociata: Jurnal Pendidikan Sosiologi
Publisher : Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/es.v5i2.676

Abstract

Permasalahan yang berkaitan dengan media pembelajaran dan tingkat pemahaman terhadap pembelajaran IPS kelas VIII antara lain siswa kurang memahami materi pembelajaran, guru masih menggunakan metode ceramah, pembelajaran secara daring membuat siswa kurang atau tidak mampu memahami setiap materi yang di sampaikan oleh guru, keterbatasan media pembalajaran dan lemahnya kemampuan guru dalam menciptakan media yang menarik perhatian siswa dalam proses belajar pembelajaran. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan pada pengaruh penggunaan media pembelajaran terhadap tingkat pemahaman peserta didik pada pembelajaran IPS di SMPN 6 Woja. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, dengan jenis penelitian korelasi yang bertujuan mencari hubungan atau pengaruh sebab akibat yaitu pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Dengan jumlah populasi sebanyak 20 orang siswa yang diambil secara total atau sampel jenuh. Teknik pengumpulan data melalui angket sebanyak 20 item pernyataan dan teknik analisis data dilakukan melalui uji persamaan regresi linear sederhana, uji product moment, uji determinan dan uji hipotesis. Hasil analisis data penelitian diperoleh: Pertama, terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan media pembelajaran dengan tingkat pemahaman peserta didik. Hal ini dibuktikan dengan adanya persamaan regresi linear Y=1,284 + 0,522X = 1,806. Kedua, besaran koefisien korelasi adalah sebesar 21,88% yang berarti terdapat pengaruh dari variabel bebas (X) dan (Y) dan sisanya 78,12% ditentukan oleh variabel lain. Ketiga, hasil uji hipotesis, nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel (t hitung = 10,234 > t tabel = 2,101) pada taraf signifikan 5% berdasarkan N=20. Oleh sebab itu, koefisien korelasi dimaksud dinyatakan positif atau terdapat pengaruh yang signifikan. Dengan demikian, Ha diterima dan Ho ditolak dengan bunyi: terdapat pengaruh penggunaan media pembelajaran terhadap tingkat pemahaman peserta didik pada pembelajaran IPS di SMPN 6 Woja Kabupaten Dompu.
PERAN ORANGTUA DALAM MENDAMPINGI PROSES BELAJAR ANAK SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 (Studi Kasus Desa Nunggi Kecamatan Wera Kabupaten Bima) Andika Saputra; M. Tahir; Syaifullah Syaifullah
Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi Vol 5 No 2 (2022): Edusociata: Jurnal Pendidikan Sosiologi
Publisher : Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/es.v5i2.884

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran orangtua dalam mendampingi proses belajar anak selama masa pandemi covid 19, dan faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi proses belajar anak dimasa pandemi covid 19. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu primer dan sekunder. Dalam hal ini penelitian sangat memerlukan infomasi atau data yang valid dan dapat dipertanggung –jawabkan, pencarian data dilapangan, penulis menempuh dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu suatu pengelolaan data yang dilakukan dengan mengambarkan fenomena atau gejala yang terjadi berdasarkan data berupa informasi berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana yang dianalisis secara indukatif agar mengandung makna yang lebih tepat. Peran orang tua dalam memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya mmang tidak perlu diragukan lagi, banyak peran orang tua dalam mendukung pendidikan anak-anaknya salah satunya adalah melakukan pendampingan terhadap anak dalam belajar di rumah (online) (Emmy, 2008 : 37). Pembelajaran online adalah bentuk pembelajaran jarak jauh yang memanfaatkan teknologi. Pembelajaran secara online telah dianggap sebagai salah satu solusi kegiatan belajar mengajar tetap berjalan di dalam kondisi pendemi covid-19. Pembelajaran online ini hanya efektif bagi penugasan saja, siswa dianggap merasakesulitan dalam memahami materi ketika menggunakan cara online.
LITERASI SEBAGAI PRAKTIK BUDAYA DI KALANGAN PELAJAR DAN MAHASISWA Tasrif Tasrif; Syaifullah Syaifullah
Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi Vol 5 No 1 (2022): Edusociata (Jurnal Pendidikan Sosiologi)
Publisher : Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/es.v5i1.742

Abstract

Tulisan ini berutjuan untuk menjelaskan budaya literasi di kalangan pelajar dan mahasiswa di Bima. Tulisan ini menggunakan studi deskriptif kualitatif. Studi kasus. Hipotesa tulisan ini adalah literasi mahasiswa sangat rendah dan semua pengetahuan dimulai dari literasi dasar. Literasi dasar adalah keterampilan membaca dan menulis. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, literasi telah mengalami perluasan makna dan fungsi serta peran di dalam kehidupan masyarakat. hasil peneltian menunjukkan bahwa budaya literasi di kalangan mahasiswa masing sangat kurang. Bahkan mahasiswa belum memaknai literasi sebabagi budaya. Praktik literasi dasar mahasiswa hanya terjadi dalam peristiwan dan ruang yang terbatas. Kegiatan literasi hanya untuk memenuhi tugas dari dosen atau pendidikan. Perpustakaan sebagai jantung literasi tidak dimanfaatkan sebagai tempat untuk menumbuhkan budaya literasi. Problematika mahasiswa yang membaca buku sebagai praktik budaya. Para mahasiswa juga minim menciptakan produk literasi. Literasi sebagai praktik budaya belum bertumbuh di kalangan mahasiswa. Hidupnya tradisi literasi adalah bukti mahasiswa yang literat.