Claim Missing Document
Check
Articles

Pola Perkawinan dalam Novel Warna Lokal Minangkabau Era Orde Baru karya Wisran Hadi Zulfikarni Zulfikarni; Ellya Ratna; Siti Ainim Liusti
Jurnal Bahasa dan Sastra Vol 9, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/jbs.v9i1.111976

Abstract

Tulisan ini mendeskripsikan ekspresi budaya pada pola perkawinan dalam novel-novel warna lokal Minangkabau pada masa Orde Baru karya Wisran hadi. Novel yang dijadikan objek penelitian yaitu, Orang-Orang Blanti dan Negeri Perempuan. Budaya Minangkabau, memiliki pola perkawinan tersendiri yang tidak dimiliki oleh budaya lain, tetapi tidak bertentangan dengan syariat agama Islam. Sistem perkawinan dalam masyarakat Minangkabau ada yang dipantangkan dan ada yang dianjurkan. Bentuk perkawinan yang dipantangkan itu sama halnya dengan bentuk perkawinan yang dipantangkan dalam Islam lalu ditambah dengan dua aturan lagi yaitu; menikah sesama suku dalam tatanan matriakat, serta beda budaya (bukan masyarakat dari budaya Minangkabau).  Selanjutnya perkawinan yang dianjurkan, yaitu,  pulang ka bako (anak saudara perempuan ayah), ganti lapiak (adik atau kakak perempuan isteri jika isteri meninggal atau sebaliknya), sesama budaya Minangkabau, dan satu kampung. Akan tetapi, dalam novel-novel warna lokal Minagkabau yang ditulis oleh Wisran Hadi, pada era Orde Baru ada yang tidak menjalankan sistem perkawinan yang dianjurkan, bahkan melaksanakan perkawinan yang dipantangkan. Melalui perkawinan yang terjadi pada tokoh-tokoh cerita di dalam novel warna lokal Minangkabau yang ditulis pada era Orde Baru oleh Wisran hadi ditemukan pergeseran bentuk kebudayaan. Masyarakat tidak lagi terikat dengan aturan bentuk perkawinan yang dianjurkan. Hal ini tentunya akan memiliki dampak positif maupun negatif terhadap pola kehidupan masyarakat Minagkabau itu sendiri.