Ita Riniatsih
Laboratorium Eksplorasi Dan Bioteknologi Kelautan Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Kampus Tembalang, Semarang, Indonesia. Telp./Fax +6224 7474698

Published : 87 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Pertumbuhan Lamun Hasil Transplantasi Jenis Cymodocea rotundata di Padang Lamun Teluk Awur Jepara Ita Riniatsih; Hadi Endrawati
Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 1 (2013): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.003 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v2i1.6924

Abstract

Padang lamun merupakan ekosistem yang memiliki peranan penting  bagi lingkungan  pesisir. Padang lamun rentan terhadap perubahan kondisi lingkungan perairan. Penurunan  luas padang lamun di dunia merupakan akibat  dari tekanan lingkungan baik alami maupun hasil aktivitas manusia. Transplantasi merupakan salah satu cara untuk merehabilitasi kondisi padang lamun yang mengalami kerusakan.  Tujuan dari penelitian ini untuk megetahui tingkat kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan transplantasi lamun  Cymodecea rotundata dengan metoda jangkar di perairan Teluk Awur Jepara. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2010 di perairan Teluk Awur, Jepara. Metoda penelitian yang dipergunakan adalah dengan ekperimental lapangan dengan penentuan lokasi secara purposive random sampling. Penelitian dilakukan di Teluk Awur yang terbagi menjadi 3 stasiun pengamatan yang masing-masing stasiun terbagi menjadi 6 plot pengamatan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan daun lamun tertinggi untuk lamun transplantasi terdapat pada stasiun 2 sebesar 1,86-2,61 mm/hari. Tingkat kelangsungan hidup menunjukkan 100% untuk semua lokasi. Hasil uji ANOVA Satu Arah menunukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara laju pertumbuhan lamun alami dan lamun hasil transplantasi. Kata kunci:  pertumuhan lamun , transplantasi, Cymodocea rotundata
Potensi Penyimpanan Karbon Pada Vegetasi Padang Lamun di Perairan Pulau Besar Utara, Sikka, Maumere, Nusa Tenggara Timur Jan Ericson Wismar; Wilis Ari Setyati; Ita Riniatsih
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i1.27223

Abstract

Konsep blue carbon adalah salah satu upaya untuk mengurangi emisi gas karbon pemicu pemanasan global dengan cara memanfaatkan vegetasi pesisir sebagai penyerap karbon. Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang dapat menyerap  karbon dalam jumlah besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi lamun dan kandungan karbon pada lamun di Perairan Pulau Besar Utara, Maumere, Sikka.  Pengamatan lamun menggunakan transek kuadrat 50x50cm menurut panduan LIPI. Sampling lamun dilakukan acak menggunakan seagrass core berdiameter 15 cm di setiap lokasi. Perhitungan kandungan karbon menggunakan metode Loss On Ignition (LOI) yang kemudian dikonversikan dengan nilai biomassa pada setiap titiknya. Jenis lamun yang ditemukan sebanyak 4 spesies yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii,, Cymodocea rotundata,dan Syringodium isoetifolium. Lokasi pengamatan memiliki tutupan lamun sangat padat. Nilai biomassa dibawah  dan diatas substrat pada lokasi pengamatan didapat nilai 424,60 gbk/m2  dan 79,67 gbk/m2. Total kandungan karbon pada lokasi pengamatan  adalah 41,95 gC/m2. Kandungan karbon terbesar disimpan pada jaringan lamun (akar dan rhizoma) dengan spesies E. acoroides sebagai penyumbang nilai biomassa  dan kandungan karbon tertinggi. Lokasi perairan Pulau Besar Utara, Maumere memiliki kondisi perairan yang baik dengan kerapatan lamun yang tinggi, secara umum kandungan karbon yang terdapat pada perairan tersebut memiliki kandungan yang tinggi. Kondisi lamun yang baik akan memiliki simpanan karbon yang baik dan hal ini merupakan salah satu upaya dalam mitigasi perubahan iklim sekaligus menjaga kelestarian laut.  The concept of blue carbon is one of the efforts to reduce carbon gas emissions that trigger global warming by utilizing coastal vegetation as a carbon sink. Seagrass ecosystems are one of the coastal ecosystems that can absorb large amounts of carbon. This study aims to find seagrass conditions and carbon content in seagrasses on the waters of Besar Utara Island, Maumere, Sikka. Seagrass observations used a 50x50cm quadrant transect according to the LIPI guideline, 2017. Seagrass sampling was using seagrass cores with 15cm diameter in each location. Calculation of carbon content using the Loss On Ignition (LOI) method which is then converted to biomass values at each point. Seagrass species found in location sampling were 4 species, namely Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, and Syringodium isoetifolium. The Location  has very dense seagrass cover. Biomass values below and above the substrate at location sampling (424.60 gbk / m2 and 79.67 gbk / m2). The total carbon content in location sampling is 41.95 gC / m2. The largest carbon content is stored in seagrass tissues (roots and rhizomes) with E. acoroides as a contributor to the highest biomass and carbon content. The location of Besar North island, Maumere has good water conditions with high seagrass density, in general the carbon storage at the location of Besar North island is high condition. Seagrass with good condition will have good carbon storage and this is one of the efforts in mitigating climate change at once preserving the sea.
Potensi Penyimpanan Karbon pada Lamun Spesies Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata Di Perairan Jepara Ken Asti Harimbi; Nur Taufiq-Spj; Ita Riniatsih
Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 2 (2019): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.258 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v8i2.23657

Abstract

Pemanasan global telah menjadi perhatian dunia. Riset karbon dilakukan dalam upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Ekosistem pesisir memiliki fungsi penyerap karbon di lautan (carbon sink) yang dikenal dengan istilah blue carbon. Karbon bebas yang diserap kemudian tersimpan pada sedimen dan organ pada lamun dalam bentuk biomassa. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung estimasi stok karbon pada lamun jenis Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Teluk Awur, Jepara Jawa Tengah pada Desember 2018. Sampling survey method digunakan dalam penelitian ini. Untuk mendapatkan nilai kerapatan lamun, penentuan titik sampling lamun dengan metode purposive sampling. Analisis kandungan karbon dengan metode pengabuan, sampel lamun dicuplik 3 individu pada jenis Enhalus acoroides dan 6 individu pada jenis Cymodocea serrulatadari 27 titik sampling. Penghitungan total stok karbon dilakukan dengan konversi data biomassa hasil perhitungan kerapatan lamun menjadi kandungan karbon. Hasil analisis menunjukkan estimasi stok karbon jenis lamun Enhalus acoroides (1,07 ton/ha) lebih tinggi daripada Cymodocea serrulata (0,64 ton/ha). Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekosistem lamun berperan sebagai carbon sink. Untuk selanjutnya diharapkan adanya pengelolaan ekosistem pesisir dan laut secara terpadu untuk mempertahankan keberadaan lamun agar kontribusi terhadap ekosistem di sekitarnya semakin stabil. Global warming has been the world's concern. This research was conducted in concern to adapt and mitigate the climate change. Coastal ecosystem has a carbon sink function in the ocean known as a blue carbon. The absorbed carbon is stored on the sediment and organ of the seagrass in the form of biomass. This research aims to estimate carbon stocks on Enhalus acoroides and Cymodocea serrulata in Teluk Awur coastal waters, Jepara of Central Java which was conducted on December 2018. Sampling survey method was used in this study. In order to find the density value of the seagrass in the field area, purposive sampling method was used to determine the sampling points. Dry-ashing method was used for analysing carbon content of the seagrass by using 3 individuals of Enhalus acoroides and 6 individuals sample of Cymodocea serrulata from 27 sampling points. The total calculation of carbon stocks is conducted by converting biomass data into carbon content. The results shows that estimation of the carbon stock of seagrass Enhalus acoroides (1.07 tons/ha) was higher than Cymodocea serrulata (0.64 tons/ha). This can be conclude that the seagrass ecosystem serves as a carbon sink, hence, it is expected that integrated coastal and marine ecosystems management can be maintained the seagrass existence in order to contributed to the surrounding ecosystem. 
Kandungan Logam Berat Seng pada Enhalus acoroides di Perairan Jepara Bagus Apriana Putra; Adi Santoso; Ita Riniatsih
Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 1 (2019): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.988 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v8i1.21378

Abstract

Lamun adalah tanaman air yang berbunga (Antophyta) dan mempunyai kemampuan adaptasi untuk hidup dan tumbuh di lingkungan laut.Enhalus acoroidesmerupakan jenis lamun yang banyak tumbuh di sekitar perairan Teluk Awur dan Pulau Panjang. Kegiatan manusia meliputi pertanian, industri mebel, pariwisata, dan kegiatan nelayan  di Teluk Awur dan Pulau Panjang diduga menjadi sumber logam berat Seng (Zn). Keberadaan lamun di laut dapat menjadi bioindikator pencemaran logam berat karena menyerap dan mengakumulasi bahan pencemar. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan membandingkan kandungan logam berat seng (Zn)pada lamun Enhalus acoroides (akar dan daun), pada air dan pada sedimen di Teluk Awur dan Pulau Panjang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, sedangkan metode penentuan lokasi menggunakan metode purposive sampling. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel lamun Enhalus acoroides, air, dan sedimen.Parameter lingkungan seperti suhu, salinitas, oksigen terlarut, kecerahan, pH dan arus diukur secara in situ. Hasil penelitian menunjukkan nilai akumulasi Zn pada akar Enhalus acoroides  di Teluk Awur berkisar antara 0,98–1,27 mg/l dan pada daun 0,4–0,89 mg/l, sedangkan akumulasi logam berat Zn pada akar Enhalus acoroides di Pulau Panjangberkisar antara 0,78–1,01 mg/l dan pada daun 0,34–0,75 mg/l. Kemampuan lamun Enhalus acoroides yang ada di Teluk Awur dan Pulau Panjang dalam mengakumulasi logam berat Zn termasuk dalam kategori rendah dengan nilai faktor biokonsentrasi rata-rata <250.  Seagrass is a flowering water plant (Antophyta) and can adapt to live and grow in the marine environment. Enhalus acoroides is a type of seagrass that grows around Teluk Awur and Panjang Island. All human activities including agriculture, tourism, and fishing activities in Teluk Awur and Panjang Island may be the source of heavy metals Zinc (Zn). The presence of seagrass in the sea can be a bioindicator of heavy metal pollution due to absorb and accumulate contaminants. The purposes of this research were to know and compare the content of heavy metals (Zn in seagrass Enhalus acoroides (root and leaf), on water and in sediments in Teluk Awur and Panjang Island.  This research used the descriptive method, while the method of determining the location used purposive sampling method. The material used in this research were the samples of Enhalus acoroides, water, and sediment. Environmental parameters such as temperature, salinity, dissolved oxygen, clarity, pH and current flow were determined in situ. The results showed the value of the accumulation of heavy metal Zn from the root of Enhalus acoroides in Teluk Awur ranging between 0.98–1.27 mg/l and 0.41–0.89 mg/l from the leaves, while the accumulation of heavy metal Zinc (Zn) from the root of Enhalus acoroides in Panjang Island range between 0,78–1.01 mg/l and 0.34–0.75 mg/l from the leaves. The ability of Enhalus acoroides in Teluk Awur and Panjang Island to accumulate the heavy metals Zn were low category because of bioconcentrating factor value <250. 
Biomorfometrik Kepiting Bakau (Scylla sp.) Hasil Tangkapan di Perairan Semarang Guna Menunjang Konservasi Sumberdaya Hayati Anggun Sri Hardiyanti; Sunaryo Sunaryo; Ita Riniatsih; Adi Santoso
Buletin Oseanografi Marina Vol 7, No 2 (2018): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (928.669 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v7i2.20686

Abstract

Kepiting bakau (Scylla sp.) merupakan komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Permintaan terhadap komoditas kepiting dari tahun ke tahun cenderung meningkat, sehingga dalam memenuhi semua permintaan ini seluruhnya berasal dari hasil tangkapan di alam, yaitu sebesar 70% dan banyaknya penangkapan kepiting bakau tanpa memperhatikan ukuran yang layak tangkap. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji biomorfometrik kepiting bakau, meliputi jumlah, distribusi, nisbah kelamin, hubungan lebar karapas dan berat, faktor kondisi dan tingkat kematangan gonad. Penelitian menggunakan metode deskriptif eksploratif. Penelitian dilaksanakan pada bulan  Mei – Juni 2017 di kawasan perairan Semarang, yaitu di Mangkang Wetan, Tapak, Tanah Mas dan Tambak Lorok. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa jumlah kepiting bakau yang diamati sebanyak 616 ekor, terdiri atas 362 betina (58,77%) dan 254 jantan (41,23%), perbandingan betina dan jantan 1,43 : 1. Ukuran lebar karapas berkisar antara 47,05 - 132,56 mm dengan berat berkisar antara 33,02 - 513,09 g. Hubungan lebar karapas dengan berat bersifat allometrik negatif dan positif. Nilai faktor kondisi yang didapatkan berkisar 1,368 – 9,752. Tingkat kematangan gonad kepiting betina maupun jantan didominasi oleh TKG II dan III, dengan demikian diduga pada bulan Mei – Juni di perairan Semarang sedang terjadi masa pemijahan. Biomorphometry of Mangrove Crab (Scylla sp.) Catched in SemarangMangrove crab (Scylla sp.) is one of the fishery commodities that have high economic value. The demand for crab commodity from year to year tends to increase, in order to fulfilling all these demands almost all of them come from the catch in nature that is equal to 70%, and this led to the occurrence of a lot of mangrove crab catching regardless of the size of the catch. This study aimed to examine the biomorphometric of mangrove crab, which includes the composition, sex ratio distribution, widht and weight relation, condition factors and gonad maturity level. The descriptive explorative methods was used in this research. This research was conducted from May - June 2017 in the Semarang waters included Mangkang Wetan, Tapak, Tanah Mas and Tambak Lorok. The results showed that the composition of mangrove crab were 616, consist of 362 females (58,77%) and 254 males (41,23%), with the comparison of female and male ratio of 1,43 : 1. The size of the obtained carapace width ranged from 47,05 - 132,56 mm with the size of the weight ranged from 33,02 – 512,09 g. The relations between width and weight of caparace indicated allometric. The value of the obtained condition factor ranged from 1,368 – 9,752. Gonad maturity level of male and female mangrove crab was dominated by TKG II and III, because the research location was in the spawning period.
REKAYASA TEKNOLOGI TRANSPLANTASI LAMUN (Enhalus acoroides)DI KAWASAN PADANG LAMUN PERAIRAN PRAWEAN BANDENGAN JEPARA Febriyantoro Febriyantoro; Ita Riniatsih; Hadi Endrawati
Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 1 (2013): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.291 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v2i1.6922

Abstract

Lamun adalah sumber makanan bagi beberapa jenis herbivora seperti penyu, dugong dan beberapa jenis invertebrata. Fungsi lamun tidak banyak dipahami, banyak padang lamun yang rusak oleh berbagai aktivitas manusia.Lamun berkurang secara cepat di berbagai belahan dunia akibat dari kegiatan manusia seperti kerusakan secara mekanis (pengerukan dan jangkar), eutrofikasi, budidaya perikanan, pengendapan, pengaruh pembangunan konstruksi pesisir, dan perubahan jaring makanan.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat keberhasilan transplantasi lamun berdasar laju pertumbuhan dan tingkat keberlangsungan hidup (SR) dengan dengan penerapan metode Frame tabung bambu, Plugs, Fastening waring di perairan Prawean Bandengan Jepara agar lamun dapat dikembangkan dengan teknologi ramah lingkungan yaitu menggunakan bambu dan keberadaanya masih tetap lestariPenelitian dilakukan dengan observasi lapangan selama 6 Minggu pada tanggal 17 September – 1 November 2012 . Metode yang digunakan untuk analisis  adalah metode eksperimental yang dilakukan di lapangan. Berdasarkan hasil One-way ANOVA, diketahui bahwa laju pertumbuhan transplantasi lamun dari ketiga metode tersebut tidak berbeda nyata. Tingkat keberhasilan unit transplantasi lamun untuk metode Frame Tabung Bambu sebesar 95%, metode Plugs sebesar 100%dan metode Fastening Waring sebesar 100%. Laju pertumbuhan unit transplantasi lamun di Perairan Prawean Bandengan Jepara dengan metode Frame Tabung Bambu memliki rata-rata sebesar (0,70 cm/hari ± 0.06), sedangkan untuk metode Plugs sebesar (0,78 cm/hari ± 0.09) dan metode Fastening Waring sebesar (0,71 cm/hari ± 0.05). Kata Kunci : Perairan Prawean Bandengan Jepara, Transplantasi lamun, metode Frame Tabung Bambu, metode Plugs, metode Fastening Waring.
Kadar Total Lipid Mikroalga Nannochloropsis oculata yang dikultur dengan suhu yang berbeda. Hadi Endrawati; Ita Riniatsih
Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 1 (2013): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.524 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v2i1.6923

Abstract

Sebagai pakan alami N. oculata memiliki kandungan lipid cukup tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan biodiesel sesuai dengan perkembangan kebutuhan energi. Pertumbuhan N. oculata sangat tergantung pada suhu, salinitas, pH, dan intensitas cahaya. Tingkat suhu yang berbeda diduga berpengaruh terhadap kadar total lipid yang dihasilkan oleh Nannochloropsis oculata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap produksi biomassa dan kadar total lipid pada kultur mikroalaga Nannochloropsis oculata. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan empat perlakuan suhu yaitu 18 oC, 23 oC, 28 oC, dan 33 oC. Pengamatan yang dilakukan meliputi kepadatan sel, produksi biomassa serta analisa kadar total lipid.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi rata-rata biomassa tertinggi pada suhu 28 oC (81,9 ± 1,67 mg), sementara rata-rata kadar total lipid terbesar pada suhu 33 oC (52,62 ± 4,86dw-%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kepadatan sel akan diikuti peningkatan produksi biomassa. Dari hasil penelitian menunjukkan suhu yang baik untuk mendapatkan produksi biomassa dan kadar total lipid optimum pada suhu 18-33 oC.   Kata kunci:     Nannochloropsis oculata, Suhu, Kadar Total Lipid
Struktur Komunitas Larva Ikan Pada Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Jepara Ita Riniatsih
Jurnal Kelautan Tropis Vol 19, No 1 (2016): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (99.804 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v19i1.596

Abstract

Seagrass meadow ecosystem as one of the ecosystems in the coastal region that is productive has an ecological function as a place for spawning, care for larvae produced and a place to find various marine organisms that live in it. The sustainability and diversity of marine organisms is very dependent on the biophysical presence and condition of seagrass beds as a temporary habitat or habitat during its life cycle. Research on the study of the ecological functions of seagrass beds was carried out to see how far the connection between seagrass meadows conditions and fish larvae diversity used seagrass meadows for shelter and foraging. This descriptive method research was carried out in the Jepara seagrass ecosystem in Teluk Awur, Bandengan Beach and Mororejo waters. Fish samples are caught using a blade, which is pushed 150 meters along the coastline. The total number of fish larvae caught during the study was 570 from 12 families. The identification results showed that the fish families caught were Apogonidae, Carapidae, Blenniidae, Egraulidae, Epilephenidae, Gerridae, Heniranphidae, Labridae, Gobiidae, Lutjanidae, Syngnathidae, Mullidae, and Siganidae. Fish families identified were dominated by Gobiidae, Bleniidae and Eugraulidae families. Based on the location of observation, the Bandengan waters location is the location with the highest fish larvae catches, as many as 9 families, as many as 7 families of Teluk Awur waters and Mororejo waters as many as 5 families. Ekosistem padang lamun sebagai salah satu ekosistem di wilayah pesisir yang produktif  mempuyai fungsi secara ekologis sebagai tempat untuk memijah, daerah asuhan bagi larva yang dihasilkan dan tempat untuk mencari makan berbagai organism laut yang hidup di dalamnya. Kelestarian dan keanekaragaman organism laut sangat tergantung dari keberadaan dan kondisi biofisik padang lamun sebagai habitat sementara atau habitat selama siklus hidupnya. Penelitian tentang kajian fungsi ekologis  padang lamun ini dilakukan untuk melihat seberapa jauh keterkaitan tentang kondisi padang lamun dengan keaneragaman larva ikan yang memanfaatkan padang lamun untuk tempat  berlindung  dan mencari makan.  Penelitian dengan metoda deskriptif ini dilakukan di ekosistem padang lamun Jepara di perairan Teluk Awur, Pantai Bandengan dan perairan Mororejo. Sampel ikan di tangkap dengan menggunakan jarring sudu, yang didorong sepanjang 150 meter sejajar garis pantai. Jumlah total  larva ikan yang tertangkap selama penelitian adalah sebanyak 570 ekor dari 12 famili. Hasil identifikasi memperlihatkan famili ikan yang tertangkap adalah Apogonidae, Carapidae, Blenniidae, Egraulidae, Epilephenidae, Gerridae, Heniranphidae, Labridae, Gobiidae, Lutjanidae, Syngnathidae, Mullidae, dan Siganidae. Famili ikan yang teridentifikasi didominasi dari famili Gobiidae, Bleniidae dan Eugraulidae. Berdasarkan lokasi pengamatan, lokasi perairan Bandengan merupakan lokasi dengan hasil tangkapan larva ikan tertinggi, yaitu sebanyak 9 famili, perairan Teluk Awur sebanyak 7 famili dan perairan Mororejo sebanyak 5 famili. 
Distribusi Jenis Lamun Dihubungkan dengan Sebaran Nutrien Perairan di Padang Lamun Teluk Awur Jepara Ita Riniatsih
Jurnal Kelautan Tropis Vol 19, No 2 (2016): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.924 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v19i2.824

Abstract

Seagrass meadow ecosystem as one of the ecosystems in coastal areas has high productivity. The production process of seagrass stands as a result of photosynthesis produces relatively high seagrass biomass. In line with the production process, seagrass litter which decays at the bottom of the water as detritus undergoes a decomposition process by decomposing bacteria. This decomposition process will produce dissolved nutrients in the waters which are then reused by seagrass for the production process. Research on the study of the distribution of seagrass species associated with the distribution of nutrients in the seagrass beds of Awur Jepara Bay has been carried out with results showing the distribution of seagrass nutrients on four stations with 3 replications each indicating that seagrass species Thalasisia hemprichii and Enhalus acoroides tend to spread to habitats with muddy sand substrate with relatively high content of organic matter. While seagrass type Cymodocea serrulata and Syringodium isoetifolium are found more in habitats with fine sand substrate. The results of laboratory analysis for the content of aquatic and sediment nutrients showed varied results with an average range between 2,006-3,276 mg / l for nitrate and 0,0025 -0,0076 mg / l for aquatic phosphate and 4,254-7,324 mg / l for nitrate. and 2,324-5,544 mg / l for marine sediment phosphate. Diversity Index, Uniformity Index and Dominance Index of seagrass showed low to moderate values, varying according to the distribution of seagrass species found at the study site. Ekosistem padang lamun sebagai salah satu ekosistem di wilayah pesisir mempunyai produktifitas yang tinggi. Proses produksi tegakan lamun sebagai hasil fotosintesa menghasilkan biomassa lamun yang relative tinggi. Sejalan dengan proses produksi tersebut, serasah lamun yang luruh di dasar perairan sebagai detritus mengalami proses dekomposisi oleh bakteri pengurai. Proses dekomposisi ini akan menghasilkan nutrien terlarut di perairan yang kemudian akan dimanfaatkan kembali oleh lamun untuk proses produksi. Penelitian tentang kajian distribusi jenis lamun yang dihubungkan dengan sebaran nutrien perairan di padang lamun Teluk Awur Jepara telah dilakukan dengan hasil yang menunjukkan sebaran nutrient lamun di empat stasiun dengan masing masing 3 kali ulangan menunjukkan bahwa lamun jenis Thalasisia hemprichii dan Enhalus acoroides cenderung menyebar pada habitat dengan substrat pasir berlumpur dengan kandungan bahan organik yang relatif tinggi.sedangkan lamun jenis Cymodocea serrulata dan Syringodium isoetifolium lebih banyak ditemukan di habitat dengan substrat pasir halus. Hasil analisa laboratorium untuk kandungan nutrient perairan dan sedimen menunjukkan hasil yang bervariasi dengan kisaran rata-rata antara 2,006-3,276 mg/l untuk nitrat dan 0,0025 -0,0076 mg/l untuk phospat perairan serta 4,254-7,324 mg/l untuk nitrat dan 2,324-5,544 mg/l untuk phospat sedimen perairan. Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman dan Indeks Dominansi lamun menunjukan nilai rendah hingga sedang, bervariasi menurut distribusi jenis lamun yang ditemukan di lokasi penelitian.
Keanekaragaman Megabentos yang Berasosiasi di Ekosistem Padang Lamun Perairan Wailiti, Maumere Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur Ita Riniatsih; Munasik Munasik
Jurnal Kelautan Tropis Vol 20, No 1 (2017): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.132 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v20i1.1357

Abstract

Seagrass beds in Wailiti Waters located on the coast of Maumere Bay, Sikka Regency, NTT, are one of the shallow marine ecosystems that have relatively high biodiversity. Seagrass meadow ecosystem as one of the coastal ecosystems in these waters has a diversity of marine life that is associated with it. Research conducted with this field description method shows the results of observations that found around four types of seagrass, namely: Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, and Syringodium isoetifolium, scattered in 3 observation stations. The results of the analysis of the average% of seagrass closure were 47.085% with the category of seagrass conditions in the Wailiti waters of Sikka Regency under moderate density conditions. Associated marine biota in seagrass beds seen at the observation site include sea urchins, rivet sea cucumbers, king sea cucumber belts, bivalves kima, gastropods and sea snakes.Padang lamun di Perairan Wailiti yang berlokasi di pesisir Teluk Maumere Kabupaten Sikka, NTT, merupakan salah satu ekosistem laut dangkal yang mempunyai keanekaragaman hayati yang relative tinggi. Ekosistem padang lamun sebagai salah satu ekosistem pesisir di perairan tersebut mempunyai keanekaragaman biota laut yang hidup berasosiasi di dalamnya. Penelitian yang dilakukan dengan metode deskripsi lapangan ini menunjukan hasil pengamatan bahwa ditemukan sekitar empat jenis lamun, yaitu: Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, dan Syringodium isoetifolium, tersebar di 3 stasiun pengamatan. Hasil analisa rata-rata % penutupan lamun sebesar 47,085% dengan kategori kondisi lamun di Perairan Wailiti Kabupaten Sikka dalam kondisi kerapatan sedang. Biota laut yang berasosiasi di padang lamun yang terlihat di lokasi pengamatan antara lain adalah bulu babi, teripang keling, teripang sabuk raja, bivalvia kima, gastropoda dan ular laut.
Co-Authors Adelia Hilma Sugiarto Adi Santoso Alfi Satriadi Alfi Satriadi Ali Djunaedi Almira Nadia Kusuma Ambariyanto Ambariyanto Amin Nur Kolis Rela Hidayah Anggada, Rama Anggun Sri Hardiyanti Antonius Budi Susanto Ardian Nurrasyid Chamidy Arum Wahyuning Prita Azizah T.N., Ria Baeti, Tiara Nur Baeti Bagaskara, Widigdo Bagus Bagus Apriana Putra Bambang Yulianto Baskoro Rochaddi Cantika Elistyowati Andanar Chamidy, Ardian Nurrasyid Chrismanola, Verena Chrisna Adhi Suryono Chrisna Adi Suryono Dedi . Dedi Setiawan Deftika Mulyawati Delianis Pringgenies Delianis Pringgenies Delianis Pringgenis Dewi, Septiyani Kusuma Dimpos Jonathan Sianipar Dinda Monita Dwi Wulandari Dwi Wulandari Dyanita Havshyari Putri Andrykusuma Edy Supriyo Edy Wibowo Ega Widyatama Rachmawan ELza Lusia Agus Endang Sri Susilo Endika Meirawati Ervia Yudiati Faishal Falah Falah, Faishal Febriyantoro Febriyantoro Firil, Nis Aura Sadida Fitriyan, Jodhi Kusumayudha Gita Lestari Gunawan Widi Santosa Hadi Endrawati Hadi Endrawati Hadi Endrawati Hafizt, Muhammad Hartati, Retno Hartati Hendra Kurniawan Hidayah, Amin Nur Kolis Rela Hira, Khansa Yatita Huda, Juan Syamsul Ibnu Pratikto Ibnu Pratikto Islam, Anastasya Devi Septanovia Iswari, Marindah Yulia Ita Widowati Jan Ericson Wismar Josua Kristanto Pandiangan Jusup Suprijanto Jusup Suprijanto Ken Asti Harimbi Khozin Khozin Khudin, Miftah Kiki Pebli Ningrum Klau, Fransiska Reni Kusuma, Almira Nadia Lestari, Gita Lilik Maslukah Marthin Ricky Sipayung Melinda Sri Asih Miftah Khudin Monica Virgiana Silvi Monita, Dinda Muhamad Syahrul Ramadhani Muhammad Adhim Widiyo Putera Muhammad Adi Saputro Muhammad Adi Saputro Muhammad Raihan Faqiha Bintang Azzura Muhammad Taufiqur Rahman, Muhammad Taufiqur Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Mulyawati, Deftika Munasik Munasik Munasik Nando Arta Gusti Pamungkas Nashih, Muhammad Dhiaulhaq Fakhruddin Ningrum, Kiki Pebli Nirwani Soenardjo Nirwani Soenardjo Nur Taufiq-Spj Nursanti Nursanti Nursanti Nursanti Ocky Karna Radjasa Pratiwi Megah Sundari Putera, Muhammad Adhim Widiyo Putra, Rio Adista Widodo R. Sapto Hendri Boedi Soesatyo Rachmantino Wibowo Rachmawan, Ega Widyatama Raden Ario Rafdi Abdillah Harjuna Retno Hartati Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Tri Nuraini Ria Azizah Trinuraini Riana Mentarijuita Riana Mentarijuita Rio Adista Widodo Putra Robertus Triaji Mahendrajaya Robertus Triaji Mahendrajaya Rr. Citra Permata Rr. Citra Permata Rudhi Pribadi Ryandha Idris Ryandha Idris Saputri, Noviyani Sasi Vita Aphrodita Septiyani Kusuma Dewi Sri Redjeki Sri Redjeki Subagiyo Subagiyo Subagiyo Subagiyo Subiakto, Achmad Yusuf Sudarmawan, Wisnu Satriyo Sugiarto, Adelia Hilma Sunaryo Sunaryo Supriyadi, Indarto Happy Suryono Suryono Susi Rahmawati Suyarso Suyarso Tarisa Sekar Ayuningrum Tasa Hibatul Taufiq-Spj, Nur Tiara Finishia Tiara Finishia, Tiara Tiara Nur Baeti Baeti Untung Sujianto W.L. Saputra Wibowo, Rachmantino Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widigdo Bagus Bagaskara Wilis Ari Setyati Wisnu Satriyo Sudarmawan Yasmin Noor Yundari, Yundari Zaenal Arifin