Ita Riniatsih
Laboratorium Eksplorasi Dan Bioteknologi Kelautan Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Kampus Tembalang, Semarang, Indonesia. Telp./Fax +6224 7474698

Published : 87 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Struktur Komunitas Zooplankton di Ekosistem Lamun Alami dan Berbagai Lamun Buatan Perairan Teluk Awur, Jepara Hibatul, Tasa; Riniatsih, Ita; Azizah, Ria
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.601 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v2i4.3679

Abstract

Zooplankton are one component in the food chain as measured in relation to the productivity value of an ecosystem. This is because the zooplankton is a major connecting link between plankton and nekton. Teluk Awur Waters are shallow waters with depths less than 10 meters. These waters are also under pressure from various human activities. The aim of this research were to find out the community structure of Zooplankton on native and artificial seagrass ecosystems in Teluk Awur waters, Jepara. The method of this research was a case study method with the exploratory nature of data collection used Sample Survey Method. The location was set as a research Station was the Station 1, as the native seagrass, and Station 2, 3, and 4 as the artificial seagrass. Sampling was conducted every 2 weeks for 4 times of sampling of each 3 times making use planktonnet with mesh size 45 μm. Sampling was carried out horizontally in the morning on July 2012 to September 2012. The results obtained 37 genera on native seagrass, while on the third of artificial seagrass was obtained 51 genera. Abundance obtained on the native seagrass was an average of 3845,482 specs/L and on the artificial seagrass was an average of 3146,303 specs/L. Diversity of zooplankton showed the medium diversity, an average of 2,08 obtained on the native seagrass and an average of 2,15 obtained on the artificial seagrass. Homogenity obtained average of 0,48 on the native seagrass and 0,50 on the artificial seagrass which is showed that the level of homogeneity is in medium range. The index of domination on the native seagrass was obtained an average 0,51 which is showed that the level of dominance is in medium range and on the artificial was obtained an average 0,49 which is showed that the level of dominance is in low range.
Logam Berat (Pb) pada Lamun Enhalus acoroides (Linnaeus F.) Royle 1839 (Magnoliopsida: Hydrocharitaceae) di Pulau Panjang dan Pulau Lima Teluk Banten Falah, Faishal; Suryono, Chrisna Adhi; Riniatsih, Ita
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (491.025 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v9i2.27440

Abstract

ABSTRAK: Lamun adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang berbiji satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga, buah, dan tumbuh di lingkungan laut. Enhalus acoroides merupakan jenis lamun yang banyak tumbuh di sekitar perairan Pulau Panjang dan Pulau Lima, Teluk Banten. Kegiatan manusia meliputi budidaya, industri, lalu lintas kapal industri, pebuhan, dan kegiatan nelayan yang berdekatan dengan Pulau Panjang dan Pulau lima diduga menjadi sumber logam berat Timbal (Pb). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan dan tingkat pencemaran logam berat Pb pada air, sedimen, dan Lamun Enhalus acoroides (akar, batang, dan daun) di perairan Pulau Panjang dan Pulau Lima, Teluk banten. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan metode penentuan lokasi menggunakan metode purposive sampling. Logam berat Pb dalam sampel air, sedimen dan lamun Enhalus acoroides dianalisis di Laboratorium SUA Analisis Tanah Institut Pertanian Bogor menggunakan metode AAS (AtomicAbsorption Spectrophotometry). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perairan Pulau Panjang dan Pulau lima suddah terkontaminasi logam Pb. Sedangkan pada sedimen dan Lamun Enhalus acoroides sudah terkontaminasi logam Pb. Meskipun demikian variasi faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, pH, kecepatan arus dan jenis sedimen juga memberikan kontribusi yang cukup penting terhadap kandungan logam Pb.  ABSTRACT: Seagrass is a flowering plant (Angiospermae) which has one seed (monocotyl) and has rhizome roots, leaves, flowers, fruit, and grows in the marine environment. Enhalus acoroides is a type of seagrass that grows around the waters of Pulau Panjang and Pulau Lima, Banten Bay. Human activities including aquaculture, industry, industrial ship traffic, Port, and fishing activities adjacent to Pulau Panjang and Pulau Lima are thought to be a source of heavy metal Lead (Pb). This study aims to analyze the content and level of Pb heavy metal pollution in water, sediments, and Seagrass Enhalus acoroides (roots, stems, and leaves) in the waters of Pulau Panjang and Pulau Lima, Teluk Banten. This research uses descriptive method and location determination method using purposive sampling method. Pb heavy metals in water, sediment and seagrass samples from Enhalus acoroides were analyzed at the SUA Soil Analysis Laboratory Bogor Agricultural University using the AAS (AtomicAbsorption Spectrophotometry) method. The results showed that the waters of Pulau Panjang and Pulau Lima were contaminated with Pb metal. While the sediment and Seagrass Enhalus acoroides have been contaminated with Pb metal. Even so variations in environmental factors such as temperature, salinity, pH, flow velocity and type of sediment also contribute quite significantly to the Pb metal content.
Abu Cangkang Kerang Anadara granosa, Linnaeus 1758 (Bivalvia: Arcidae) sebagai Adsorben Logam Berat dalam Air Laut Sudarmawan, Wisnu Satriyo; Suprijanto, Jusup; Riniatsih, Ita
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (509.631 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v9i3.26539

Abstract

Kerang Darah merupakan komoditi ekonomis yang tersebar di seluruh wilayah perairan Indonesia, salah satunya adalah Perairan Demak. Adanya permintaan yang tinggi pada daerah demak dari hasil survey DKP Kabupaten Demak pada tahun 2018 dapat menimbulkan terjadinya limbah cangkang yang cukup banyak. Melalui pendekatan teknologi yang tepat, limbah cangkang kerang tersebut dapat diolah menjadi abu cangkang. Berdasarkan komposisi senyawa kimia abu cangkang mengandung CaO cukup tinggi sehingga abu cangkang berpotensi untuk menjerap logam berat. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah abu cangkang hasil olahan dari limbah cangkang sisa produksi kerang darah. Metode eksperimental laboratoris  dilakukandalam penelitian yaitu dengan mengontakkan secara langsung logam dan abu cangkang kerang dara (Anadara granosa) dengan pengaruh variasi jenis logam berat dengan analisis spektroskopi serapan atom (SSA). Penyerapan yang optimal terjadi pada logam berat Mangan (Mn) konsentrasi awal 0,103 mg/L menjadi <0,001 dan kontak waktu 24 jam daya serap sebesar 100%. Dapat disimpulkan bahwa pada abu cangkang cukup baik dalam penyerapan logam berat Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn) di air laut perairan Morosari Demak karena dalam proses menghilangkan logam berat dengan struktur CaO disebut pertukaran ion dipengaruhi oleh beberapa faktor jenis adsorben yang digunakan, luas permukaan adsorben, dan konsentrasi zat yang di penjerapan. Blood cockle are economic commodities that are spread throughout the territorial waters of Indonesia, one of which is the Demak waters.  The high demand in the Demak area from the results of DKP survey in 2018 can causing a lot of cockle shell waste. Through the right technological approach, the waste is processed into blood cockle shell ash. Based on the chemical composition of shell ash containing CaO in the shell is high enough so the ash has potential to absorb heavy metals.  The material used is the blood cockle shell ash that processed from waste shell from the production of blood cockle. The experimental laboratory method was carried out in this research, by directly contacting metal and blood cockle shell ash (Anadara granosa) with the influence of variations in heavy metal types by atomic absorption spectroscopy (AAS) analysis. Optimal absorption occurs in the heavy metal Manganese (Mn) initial concentration of 0.103 mg / L to <0.001 and 24-hour contact time absorption of 100%.  It can be concluded that the shell of the product itself has not been efficient in carrying out all the absorption of heavy metals in the sea water samples of Morosari Demak waters because in the process of removing heavy metals with CaO structures is influenced by the type of adsorbent used, the surface area of the adsorbent, and the concentration of in absorption.
Kualitas Perairan di tinjau dari Distribusi Fitoplankton serta Indeks Saprobik di Pantai Marina Semarang Jawa Tengah Bagaskara, Widigdo Bagus; Ario, Raden; Riniatsih, Ita
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (656.977 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v9i3.27561

Abstract

ABSTRAK: Pantai Marina di Semarang, Jawa Tengah merupakan salah satu objek wisata di kota Semarang. Di perairan Pantai Marina Semarang terdapat muara yang menghubungkan sungai Banjir Kanal Barat dengan sungai Banjir Kanal Timur sehingga pada muara ini bertemunya antara perairan laut dan tawar yang mana pada sepanjang bantaran sungai tersebut terdapat bebagai kegiatan industri serta merupakan tempat penduduk setempat untuk bermukin dan beraktivitas. Sehingga, pada sungai tersebut akan membawa material – material orgnaik maupun anorganik yang bermuara di Pantai Marina. Sehingga perairan Pantai Marina di Semarang, Jawa Tengah ini secara tidak langsung terpengaruh oleh aktifitas industri maupun penduduk setempat. Selain itu, adanya pembuangan limbah rumah tangga yang masuk ke dalam badan sungai yang juga berdampak bagi perubahan kualitas perairan serta kehidupan ekosistem di sepanjang aliran sungai tersebut. Fitoplankton merupakan organisme perairan yang keberadaannya dapat dijadikan sebagai indikator kualitas perairan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali dengan interval dua minggu sekali di tiga stasiun, masing – masing stasiun dilakukan pengambilan sampel sebanyak tiga kali. Stasiun 1 merupakan perairan pantai, stasiun 2 merupakan muara dan stasiun 3 merupakan perairan air laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 19 genus fitoplankton dari 3 kelas, yaitu 14 genus dari kelas Bacillariophyceae, 3 genus dari kelas Dinophyceae dan 2 genus dari kelas Cyanophyceae dengan kelimpahan rata-rata fitoplankton sebesar 20394,24 %, indeks keanekaragaman sedang (H '= 2,36–2,55). Indeks keseragaman tinggi (E= 0,81–0,89), indeks dominansi termasuk dalam kategori tidak ada jenis yang mendominasi dengan nilai indeks yang berkisar antara 0,11–0,17 serta indeks saprobik termasuk dalam kategori  α – Mesosaprobik dengan nilai berkisar antara -0,89 – -1,19ABSTRACT: Marina Beach in Semarang, Central Java is a place that meets the sea and freshwater, because there is a estuary of the East Canal Flood and the West Canal flood which, along the river is a variety of industrial activities and is a place for people to settle and stay. Until the waters of Marina Beach in Semarang, Central Java is indirectly affected by industrial activities and local residents. In addition, the disposal of household waste that entering the body of the river that also affects the changes in the quality of the water and ecosystem life along the river flow. Phytoplankton is an aquatic organism in which its existence can serve as an indicator of water quality. The study was conducted in October to December 2019. The method used is a descriptive method. The sampling was conducted three times with a two-week interval at three stations, each of which was performed three times for sampling. Station 1 is the coastal waters, station 2 is the estuary and the station 3 is the sea water waters. The results showed that there are 19 genus phytoplankton of 3 classes, namely 14 genera of class Bacillariophyceae, 3 genera of the Dinophyceae class and 2 genera of Cyanophyceae class with an average abundance of phytoplankton by 17945,36 mg/l - 20394.24 mg/l, index Medium diversity (H ' = 2.36 – 2.55). High uniformity index (E = 0.81 – 0.89), the dominance index belongs to the category of no dominant type with an index value ranging from 0.11 – 0.17 as well as a saprobic index belonging to the category α – Mesosaprobik with values ranging from ( -0.89) – (-1.19)
Simpanan Karbon pada Ekosistem Lamun di Perairan Alang – Alang dan Perairan Pancuran Karimunjawa, Jawa Tengah Ningrum, Kiki Pebli; Endrawati, Hadi; Riniatsih, Ita
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (578.369 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v9i3.27558

Abstract

ABSTRAK : Emisi gas CO2 berkontribusi tinggi terhadap pemanasan global. Karbon merupakan unsur yang berasal dari pengikatan CO2 oleh tumbuhan melalui fotosintesis. Hutan mengalami penurunan sehingga sektor laut perlu di berdayakan. Kemampuan lamun mengikat karbon dikenal sebagai blue carbon. Tujuan penelitian adalah mengetahui estimasi karbon ekosistem lamun di Perairan Alang – Alang dan Perairan Pancuran Pulau Karimunjawa, sehingga dapat mengurangi pemanasan global. Metode penelitian di lapangan yaitu metode SeagrassWatch dan di laboratorium yaitu Metode Loss of Ignition (LOI). Hasil spesies lamun di lokasi penelitian yaitu Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule ovalis, dan Halodule uninervis. Kerapatan lamun pada Lokasi 1 berkisar 84,00 tgk/m2 – 202,91 tgk/m2 dan pada Lokasi 2 berkisar 105,09 tgk/m2 – 285,09 tgk/m2. Biomassa lamun terbesar pada Lokasi 1 yaitu Enhalus acoroides dengan nilai 1811,38 gbk/m2 dan biomassa lamun terkecil Cymodocea rotundata dengan nilai 25,72 gbk/m2. Biomassa lamun terbesar pada Lokasi 2 yaitu Enhalus acoroides dengan nilai 733,20 gbk/m2 dan biomassa lamun terkecil Halodule uninervis dengan nilai 0,47 gbk/m2. Karbon lamun terbesar pada Lokasi 1 yaitu Enhalus acoroides dengan nilai 35.538,12 gC/m2, dan terkecil Cymodocea rotundata dengan nilai 473,24 gC/m2. Karbon lamun terbesar pada Lokasi 2 yaitu Thalassia hemprichii dengan nilai 14.309,39 gC/m2 dan terkecil Halodule uninervis dengan nilai 5,80 gC/m2. Karbon sedimen pada Lokasi 1 berkisar 1,581 gC/m2 – 1,871 gC/m2 dan Lokasi 2 berkisar 0,841 gC/m2– 1,45 gC/m2. Kandungan terbesar karbon terdapat pada bagian bawah substrat, karena bagian atas substrat karbon mudah hilang oleh faktor lingkungan (gelombang, arus, dan ulah manusia), sedangkan pada bawah substrat karbon terakumulasi baik. ABSTRACT: CO2 contribute high to global warming. Carbon is an element derived from binding of CO2 by plants through photosynthesis. Forests have declined so the marine sector (blue carbon) needs to be priority. The purpose this study was to determine the carbon seagrass ecosystem estimation in Alang - Alang and Pancuran Waters Karimunjawa Island, so can to reduce global warming. The research method in the field is SeagrassWatch method and in the laboratory is Loss of Ignition Method. The results species at location were Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule ovalis, and Halodule uninervis. The density  seagrass  Location  1 is  84.00-202.91 tgk/m2  and Location  2 is 105.09-285.09 tgk/m2. The largest seagrass biomass at Location 1 is Enhalus acoroides with a value 1811.38 gbk/m2 and the smallest  seagrass biomass  Cymodocea rotundata  with a value 25.72 gbk/m2. The largest seagrass biomass at Location 2 is Enhalus acoroides with a value 733.20 gbk/m2 and the smallest seagrass biomass Halodule uninervis with a value 0.47 gbk/m2. The biggest seagrass carbon at Location 1 is Enhalus acoroides with a value 35,538.12 gC/m2, and the smallest Cymodocea rotundata with a value 473.24 gC/m2. The biggest seagrass carbon at Location 2 is Thalassia hemprichii with a value 14,309.39 gC/m2 and the smallest Halodule uninervis with a value 5.80 gC/m2. Sediment carbon at Location 1 1.581-1.871 gC/m2 and Location 2 0.841-1.45 gC/m2. The largest carbon content in bellow substrate, because on above substrate easily lost by environmental factors, while in the bellow substrate carbon accumulates well.
Korelasi Nitrat Fosfat Sedimen terhadap Ekosistem Lamun di Pulau Sintok dan Bengkoang, Karimunjawa, Jawa Tengah Wibowo, Rachmantino; Taufiq-SPJ, Nur; Riniatsih, Ita
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.217 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v9i3.27686

Abstract

ABSTRAK: Taman Nasional Karimunjawa merupakan daerah yang memiliki ekosistem laut yang masih lengkap dan asri. Ekosistem Lamun merupakan salah satu ekosistem laut yang memiliki banyak peranan bagi kehidupan di laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kandungan nutrien nitrat dan fosfat pada substrat sedimen terhadap kondisi ekosistem lamun di Pulau Sintok dan Pulau Bengkoang Lamun merupakan organisme yang hidupnya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Kandungan nutrien substrat merupakan salah satu faktor lingkungan yang mampu mempengaruhi kehidupan lamun. Nitrat dan fosfat merupakan nutrien esensial yang sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan lamun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kandungan nutrien sedimen terhadap kerapatan lamun di Pulau Sintok dan Pulau Bengkoang, Karimunjawa. Perbedaan jumlah nitrat dan fosfat di lingkungan diduga dapat mempengaruhi kondisi lamun di Pulau Sintok dan Bengkoang. Metode pengamatan kondisi ekosistem lamun menggunakan metode seagrasswatch. Metode analisis statistika yang digunakan adalah analisis pearson-correlation. Analisis hubungan kandungan nitrat dan fosfat terhadap kerapatan lamun di Pulau Sintok didapatkan nilai korelasi pada nitrat sebesar -0,425 dan fosfat sebesar -0,422. Analisis hubungan di Pulau Bengkoang didapatkan nilai korelasi pada nitrat sebesar -0,933 dan fosfat sebesar 0,849. Dari penellitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa nutrien nitrat dan fosfat sedimen di Pulau Sintok memiliki arah hubungan negatif dengan kekuatan hubungan yang cukup terhadap kerapatan lamun. Kandungan nitrat sedimen di Pulau Bengkoang memiliki hubungan sangat kuat negatif, sedangkan kandungan fosfat sedimen memiliki hubungan sangat kuat positif terhadap kerapatan lamun. ABSTRACT: Karimunjawa National Park is an area that has a complete and beautiful marine ecosystem. Seagrass Ecosystem is one of the marine ecosystems that has many roles for life at sea. The aim of this study was to understand correlation of the nutrient (Nitrate Phosphate) in the sediment to sea-grass ecosystem at Sintok and Bengkoang Islands. Sea-grass is an organism whose life is strongly influenced by environmental factors. The nutrient content of the substrate is one of the environmental factors that can affect the life of seagrass. Nitrate and phosphate are essential nutrients that are very important to support the growth and development of seagrass. This study aims to determine the correlation between sediment nutrient content on the density of seagrass in Sintok Island and Bengkoang Island, Karimunjawa. The difference in the amount of nitrate and phosphate in the environment is thought to affect the condition of seagrass in Sintok and Bengkoang Islands. The method of observing seagrass ecosystem condition uses seagrasswatch method. The statistical analysis method used is the Pearson-correlation analysis. Analysis of the correlation of nitrate and phosphate content to the density of seagrass on Sintok Island obtained a correlation value of nitrate of -0.425 and phosphate of -0.422. Analysis of the correlation on Bengkoang Island obtained a correlation value of nitrate of -0.933 and phosphate of 0.849. This study can be concluded that the nutrient nitrate and phosphate sediment on Sintok Island has a negative correlation with an adequate strength of correlation to seagrass density. The sediment nitrate content in Bengkoang Island has a very strong negative correlaation, while the sediment phosphate content has a very strong positive correlation to the density of seagrass.
Bioekologi Lamun di Perairan Teluk Awur, Jepara, Jawa Tengah Monita, Dinda; Endrawati, Hadi; Riniatsih, Ita
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i2.29223

Abstract

Padang lamun merupakan ekosistem pesisir dan laut yang memiliki peran, fungsi, dan manfaat besar bagi kelangsungan hidup berbagai organisme laut. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi terbaru dari kondisi kesehatan serta kondisi ekologi ekosistem lamun yang terdapat di lokasi penelitian. Penelitian dilakukan di Perairan Teluk Awur, Jepara, Jawa Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian menemukan 4 jenis lamun yang tersebar cukup merata pada 3 stasiun penelitian, yaitu: Enhalus acoroides, Thalasia hemprichii, Cymodocea serulata, dan Cymodocea rotundata. Kisaran persentase penutupan rata-rata antara 12,50% – 14,96%. Kerapatan lamun berkisar antara 164,40 – 196,52 ind/m2 dengan komposisi dan kerapatan jenis tertinggi adalah Thalasia hemprichii dan terendah adalah Cymodocea rotundata. Jenis substrat yang ditemukan di ketiga stasiun penelitian adalah substrat pasir dan pasir berlumpur. Nilai indeks ekologi lamun meliputi indeks dominansi masuk kategori rendah, keanekaragaman masuk kategori sedang, dan indeks keseragaman masuk kategori stabil. Hasil ini menunjukan bahwa secara ekologi tidak terdapat spesies yang sangat mendominasi dalam komunitas lamun di Perairan Teluk Awur, Jepara. Kondisi perairan meliputi suhu, salinitas, DO, pH, kecerahan, arus, kadar nitrat, kadar fosfat dan kadar bahan organik masih dikategorikan baik dan cocok bagi pertumbuhan lamun. Berdasarkan kriteria status kondisi padang lamun (Kepmen LH No 200 Tahun 2004), status ekosistem lamun di Perairan Teluk Awur, Jepara adalah kurang kaya/kurang sehat. Secara keseluruhan kondisi ekosistem lamun berserta kondisi ekologinya masih dapat mendukung pertumbuhan lamun. Segrass beds are coastal and marine ecosystems that have a major roles, functions, and benefits for the survival of various marine organism.The purpose of this study was to determine the latest health and ecological conditions of the seagrass ecosystem in the research location. This research was conducted in the waters of Teluk Awur, Jepara, Central Java. The research method used is descriptive analysis. The results of the study found 4 types of seagrass that were spread fairly evenly at 3 research stations, namely: Enhalus acoroides,  Thalasia hemprichii, Cymodocea serulata, and Cymodocea rotundata. The range of the average coverage percentage is between 12,50% – 14,96%. Seagrass density ranges from 164,40 – 196,52 ind/m2 with the highest composition, and species density was Thalasia hemprichii and the lowest was  Cymodocea rotundata. The types of substrates found in three research stations were sand and muddy sand. The ecological index value of seagrass includes the dominance index which is categorized as a low, the diversity is in the medium category, and the uniformity index is in the stable category. These results indicate that ecologically there are no species that dominate the seagrass community in the waters of Teluk Awur, Jepara. Water conditions, including temperature, salinity, DO, pH, water brightness, current, nitrate content, phosphate content, and organic matter levels are still categories as good and suitable for seagrass growth. Based on the criteria for the status of seagrass beds (Kepmen LH No 200 of 2004), the status of the seagrass ecosystem in the waters of Teluk Awur, Jepara is less rich / less healthy. Overall, the condition of the seagrass ecosystem along with its ecological conditions still supports the growth of seagrass. 
Keanekaragaman Perifiton Daun Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Teluk Awur, Jepara Sugiarto, Adelia Hilma; Ario, Raden; Riniatsih, Ita
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i2.30506

Abstract

Ekosistem padang lamun merupakan ekosistem bahari yang memiliki keanekaragaman hayati dan memiliki produktivitas tinggi di perairan dangkal. Adanya keberadaan perifiton yang menempel pada daun lamun diduga dijadikan sebagai faktor penunjang produktivitas primer di kawasan ekosistem lamun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan perifiton, distribusi perifiton dan hubungan kerapatan lamun terhadap kelimpahan perifiton di Perairan Teluk Awur, Jepara. Penelitian ini menggunakan metode survei dan penentuan lokasi dipilih dengan menggunakan metode sampling purposive method, sedangkan metode pengambilan data lamun mengacu pada metode line transek kuadran. Pengambilan daun lamun untuk pengamatan perifiton menggunakan metode sapuan daun yang selanjutnya diamati dengan menggunakan mikroskop. Nilai kelimpahan perifiton pada daun lamun Enhalus acoroides di Stasiun 1, Stasiun 2, dan Stasiun 3 berturut-turut adalah 105 ind/cm2, 167,5 ind/cm2, dan 101,25 ind/cm2. Sedangkan kelimpahan perifiton pada daun lamun Cymodocea serrulata di Stasiun 1 tidak ada lalu Stasiun 2 dan Stasiun 3 berturut-turut adalah 80 ind/cm2 dan 135 ind/cm2. Kelimpahan tertinggi perifiton terdapat pada jenis lamun E. acoroides diduga karena E. acoroides mempunyai luas penampang daun yang lebih lebar dibandingkan C.serrulata. Perifiton yang mendominasi di lokasi ini berasal dari Kelas Bacillariophyceae. Sebaran perifiton berdasarkan perhitungan indeks morisita yaitu berkelompok dan terdapat hubungan antara kelimpahan perifiton dengan kerapatan lamun.  The seagrass ecosystem is a marine ecosystem that has biodiversity and is high productivity in shallow waters. The presence of periphyton attached to seagrass leaves is thought to be used as a primary productivity supporting factor in the seagrass ecosystem. This research aims to determine the periphyton abundance, periphyton distribution and seagrass density relationship towards periphyton abundance in Teluk Awur, Jepara. The survey method and location determination were selected based on purposive sampling method, while the seagrass data collection method refers to the quadrant line transect method. The taking of seagrass leaf for periphyton observation used leaf drainage method was then observed using a microscope. Periphyton abundance value on seagrass leaves of Enhalus acoroides in Station 1, Station 2, and Station 3 are respectively  105 ind / cm2, 167,5 ind / cm2, and 101, 25 ind / cm2. Periphyton abundance in seagrass leaves Cymodocea serrulata in Station 1 was not found while Station 2 and Station 3 are 80 ind / cm2 and 135 ind / cm2 respectively. The highest abundance of periphyton is in the type of seagrass E. acoroides because E. acoroides has a wider leaf cross-sectional area than C. serrulata. Periphyton that dominates the waters of Teluk Awur comes from the Bacillariophyceae class. Periphyton distribution based on the morisita index calculation is clustered and there is a relationship between periphyton abundance and seagrass density.
Stok Karbon pada Ekosistem Lamun di Pulau Kemujan dan Pulau Bengkoang Taman Nasional Karimunjawa Dewi, Septiyani Kusuma; Setyati, Wilis Ari; Riniatsih, Ita
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i1.28273

Abstract

Lamun memiliki kemampuan menyimpan karbon di dalam biomassanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai estimasi simpanan karbon dalam biomassa pada vegetasi lamun di Pulau Kemujan serta Pulau Bengkoang, Taman Nasional Karimunjawa. Pengambilan data menggunakan metode purposive sampling dan metode Seagrass Watch dengan mempertimbangkan kondisi lamun di lokasi tersebut. Pengukuran estimasi karbon dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Nutrisi Pakan FPP Undip menggunakan metode Loss on Ignition dengan prinsip pengabuan. Jenis lamun yang ditemukan di Pulau Kemujan yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, dan Cymodocea serrulata, dan pada Pulau Bengkoang ditemukan lamun jenis Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, dan Enhalus acoroides. Nilai biomassa bawah substrat dan atas substrat pada Stasiun I Pulau Kemujan (3104,5 gbk/m2 dan 1868 gbk/m2) menunjukkan nilai yang lebih besar dibandingkan nilai biomassa bawah substrat dan atas substrat pada Stasiun II Pulau Bengkoang (714,25 gbk/m2 dan 534,25 gbk/m2). Nilai estimasi simpanan karbon pada Stasiun I yaitu 138,47 – 1533,28 gC/m2 dan pada Stasiun II yaitu 17,02– 498,31 gC/m2. Mayoritas nilai karbon lebih tinggi pada jaringan lamun bawah substrat.  Nilai estimasi simpanan karbon sedimen pada Stasiun I yaitu 52,60–339,81 gC/m2 dan 86,85–1329,08 gC/m2 pada Stasiun II. Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai fungsi lain ekosistem lamun yaitu sebagai penyerap karbon sehingga dapat dijadikan edukasi kepada masyarakat umum untuk melestarikan ekosistem lamun sebagai ekosistem yang dapat berperan penting dalam mengatasi masalah emisi gas rumah kaca dan pemanasan global. Seagrass have ability to store carbon mass in their biomass. The aim of this research is to find out the value of carbon stock on seagrass biomass in Kemujan Island and Bengkoang Island seagrass vegetation. The research was retrieval in purposive sampling method and collected seagrass vegetation data by using Seagrass Watch. Measurement of carbon stock estimation held  in INP FPP Undip Laboratory by using Loss on Ignition method. The type of seagrass found in Kemujan Island were Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, and Cymodocea serrulata, meanwhile in Bengkoang Island there were found Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, and Enhalus acoroides. The value of below ground and above ground biomass in Station I Kemujan Island (3104,5 gbk/m2 dan 1868 gbk/m2) is higher than the value of below ground and above ground biomass in Station II Bengkoang Island (714,25 gbk/m2 and 534,25 gbk/m2). Carbon stock estimation value in Station I is 138,47–1533,28 gC/m2  and 17,02–498,31 gC/m2 in Station II. Most of carbon stock value is higher in below ground seagrass tissue. The value of carbon stock estimation of sediment in Station I is 52,60–339,81 gC/m2 and 86,85–1329,08 gC/m2 in Station II. The research gives information about another function of seagrass, as carbon absorber and can be as education for public to conserve seagrass ecosystem and has important role in resolving greenhouse gas emission and global warming.
Kandungan Klorofil Cymodocea serrulata Pada Kedalaman Berbeda di Perairan Pulau Panjang Jepara Kusuma, Almira Nadia; Suryono, Chrisna Adhi; Riniatsih, Ita
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v9i4.27637

Abstract

Klorofil merupakan faktor utama yang mempengaruhi fotosintesis. Cymodocea serrulata membutuhkan intensitas cahaya yang cukup tinggi untuk melaksanakan proses fotosintesis. Perbedaan intensitas cahaya terhadap lamun tersebut diduga akan mempengaruhi pembentukan klorofil, sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan kedalaman perairan terhadap kandungan klorofil C. serrulata. Penelitian ini menggunakan metode spektrofotometri untuk mengetahui absorbansi pigmen klorofil daun lamun C. Serrulata. Analisis statistika digunakan untuk mendeskripsikan pengaruh kecerahan perairan dan stasiun lokasi terhadap kandungan klorofil lamun C.serrulata. Berdasarkan hasil penelitian, kandungan klorofil tertinggi terdapat di kedalaman 1 meter yaitu sebesar 3,061 µg/l, sedangkan kandungan klorofil terendah terdapat di kedalaman 3 meter yaitu sebesar 1,509 µg/l. Kandungan klorofil menurun seiring dengan bertambahnya kedalaman, yang dipengaruhi oleh kecerahan perairan  dan kadar TSS yang dapat menghambat penetrasi cahaya yang menembus perairan. Chlorophyll is the main factor that affects photosynthesis. Cymodocea serrulata requires a high intensity of the light to carry out the process of photosynthesis. In this case, the differences in light intensity will affect the formation of chlorophyll in seagrass leaves. This study aims to determine the effect of different depths on the chlorophyll content of C. serrulata. Therefore, this study used a spectrophotometric method to determine the absorbance of chlorophyll pigment in C. serrulata. Statistical analysis used to describe the water transparency and sampling station on chlorophyll content. Based on the study results, the highest chlorophyll content has found in 1 meter depth of the sea, which is equal to 3,061 µg/l and the lowest chlorophyll content in 3 meter depth of the sea equal to 1,509 µg/l. It can be concluded that the chlorophyll content decreased while the increasing of the depth due to the water transparency and TSS levels, which can inhibit the penetration of light through the water.
Co-Authors Adelia Hilma Sugiarto Adi Santoso Alfi Satriadi Alfi Satriadi Ali Djunaedi Almira Nadia Kusuma Ambariyanto Ambariyanto Amin Nur Kolis Rela Hidayah Anggada, Rama Anggun Sri Hardiyanti Antonius Budi Susanto Ardian Nurrasyid Chamidy Arum Wahyuning Prita Azizah T.N., Ria Baeti, Tiara Nur Baeti Bagaskara, Widigdo Bagus Bagus Apriana Putra Bambang Yulianto Baskoro Rochaddi Cantika Elistyowati Andanar Chamidy, Ardian Nurrasyid Chrismanola, Verena Chrisna Adhi Suryono Chrisna Adi Suryono Dedi . Dedi Setiawan Deftika Mulyawati Delianis Pringgenies Delianis Pringgenies Delianis Pringgenis Dewi, Septiyani Kusuma Dimpos Jonathan Sianipar Dinda Monita Dwi Wulandari Dwi Wulandari Dyanita Havshyari Putri Andrykusuma Edy Supriyo Edy Wibowo Ega Widyatama Rachmawan ELza Lusia Agus Endang Sri Susilo Endika Meirawati Ervia Yudiati Faishal Falah Falah, Faishal Febriyantoro Febriyantoro Firil, Nis Aura Sadida Fitriyan, Jodhi Kusumayudha Gita Lestari Gunawan Widi Santosa Hadi Endrawati Hadi Endrawati Hadi Endrawati Hafizt, Muhammad Hartati, Retno Hartati Hendra Kurniawan Hidayah, Amin Nur Kolis Rela Hira, Khansa Yatita Huda, Juan Syamsul Ibnu Pratikto Ibnu Pratikto Islam, Anastasya Devi Septanovia Iswari, Marindah Yulia Ita Widowati Jan Ericson Wismar Josua Kristanto Pandiangan Jusup Suprijanto Jusup Suprijanto Ken Asti Harimbi Khozin Khozin Khudin, Miftah Kiki Pebli Ningrum Klau, Fransiska Reni Kusuma, Almira Nadia Lestari, Gita Lilik Maslukah Marthin Ricky Sipayung Melinda Sri Asih Miftah Khudin Monica Virgiana Silvi Monita, Dinda Muhamad Syahrul Ramadhani Muhammad Adhim Widiyo Putera Muhammad Adi Saputro Muhammad Adi Saputro Muhammad Raihan Faqiha Bintang Azzura Muhammad Taufiqur Rahman, Muhammad Taufiqur Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Mulyawati, Deftika Munasik Munasik Munasik Nando Arta Gusti Pamungkas Nashih, Muhammad Dhiaulhaq Fakhruddin Ningrum, Kiki Pebli Nirwani Soenardjo Nirwani Soenardjo Nur Taufiq-Spj Nursanti Nursanti Nursanti Nursanti Ocky Karna Radjasa Pratiwi Megah Sundari Putera, Muhammad Adhim Widiyo Putra, Rio Adista Widodo R. Sapto Hendri Boedi Soesatyo Rachmantino Wibowo Rachmawan, Ega Widyatama Raden Ario Rafdi Abdillah Harjuna Retno Hartati Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Tri Nuraini Ria Azizah Trinuraini Riana Mentarijuita Riana Mentarijuita Rio Adista Widodo Putra Robertus Triaji Mahendrajaya Robertus Triaji Mahendrajaya Rr. Citra Permata Rr. Citra Permata Rudhi Pribadi Ryandha Idris Ryandha Idris Saputri, Noviyani Sasi Vita Aphrodita Septiyani Kusuma Dewi Sri Redjeki Sri Redjeki Subagiyo Subagiyo Subagiyo Subagiyo Subiakto, Achmad Yusuf Sudarmawan, Wisnu Satriyo Sugiarto, Adelia Hilma Sunaryo Sunaryo Supriyadi, Indarto Happy Suryono Suryono Susi Rahmawati Suyarso Suyarso Tarisa Sekar Ayuningrum Tasa Hibatul Taufiq-Spj, Nur Tiara Finishia Tiara Finishia, Tiara Tiara Nur Baeti Baeti Untung Sujianto W.L. Saputra Wibowo, Rachmantino Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widigdo Bagus Bagaskara Wilis Ari Setyati Wisnu Satriyo Sudarmawan Yasmin Noor Yundari, Yundari Zaenal Arifin