Ita Riniatsih
Laboratorium Eksplorasi Dan Bioteknologi Kelautan Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Kampus Tembalang, Semarang, Indonesia. Telp./Fax +6224 7474698

Published : 87 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Pengaruh Jenis Substrat Terhadap Pertumbuhan Semaian Biji Lamun (Enhalus acoroides) Chrismanola, Verena; Riniatsih, Ita; Endrawati, Hadi
Journal of Marine Research Vol 13, No 2 (2024): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v13i2.42610

Abstract

: Degradasi padang lamun telah terjadi di seluruh perairan dunia. Degradasi padang lamun dipengaruhi oleh tekanan lingkungan seperti perubahan iklim, penyakit parasite, dan gangguan kegiatan pesisir. Kombinasi dari tekanan lingkungan tersebut perlu dicegah dengan upaya restorasi dan rehabilitasi kawasan padang lamun. Salah satu upaya kegiatan restorasi lamun dapat dilakukan dengan metode pembenihan. Penelitian terkait restorasi padang lamun dengan pembenihan baik di lapangan maupun skala laboratorium masih sedikit dilakukan. Penelitian penyemaian biji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tiga jenis substrat berbeda (pasir halus, pasir pecahan karang, dan lumpur berpasir) terhadap pertumbuhan lamun jenis Enhalus acoroides dalam skala laboratorium. Faktor pembatas dalam pertumbuhan lamun meliputi suhu, salinitas, oksigen terlarut, pH, dan kandungan nutrien dalam substrat sebagai parameter pendukung dalam penelitan ini. Pengumpulan biji lamun dilakukan di Pantai Mrican, Karimunjawa pada bulan Mei 2023 dan proses penyemaian biji dilakukan di Laboratorium Basah, FPIK, Universitas Diponegoro hingga bulan Agustus 2023. Penempatan wadah tanam dengan perlakuan tiga jenis substrat diletakkan di tiga akuarium berbeda secara acak yang telah terdapat sistem sirkulasi. Pengukuran data panjang daun, lebar daun, jumlah daun, serta parameter kualitas perairan dilakukan setiap dua minggu selama 12 minggu. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, jenis substrat lumpur berpasir memberikan pengaruh tertinggi dalam pertumbuhan semaian biji lamun. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan jenis substrat berpengaruh terhadap pertumbuhan semaian biji lamun.  Seagrass bed degradation is a global concern, impacted by environmental stressors like climate change, parasitic diseases, and coastal disruptions. Preventing these pressures requires dedicated efforts to restore and rehabilitate seagrass areas. Seeding emerges as a potential restoration method, yet research on seagrass restoration through seeding remains limited in both field and laboratory contexts. Consequently, this study focused on seed sowing to assess the influence of three substrates (sand, coral rubble sand, and sandy mud) on the laboratory-scale growth of Enhalus acoroides seagrass. Key growth-limiting factors, including temperature, salinity, dissolved oxygen, pH, and nutrient content in the substrate as supporting parametersin this research. Seagrass seeds were collected at Mrican Beach, Karimunjawa, in May 2023, and the sowing process occurred at the Wet Laboratory, FPIK, Diponegoro University, until August 2023.The placement of planting containers with the treatment of three types of substrates was palced in three different aquariums randomly which had a circulation system. Data measurements of leaf length, leaf width, number of leaves, and water quality parameter were carried out every two weeks for 12 weeks. Based on the research that has been done, type of sandy mud substrate gave the highest effect on the growth of seagrass seedlings. This research can be concluded that different types of substrates affect the growth of seagrass seedlings.
Pemanfaatan Citra Sentinel-2 Untuk Pemetaan Sebaran Padang Lamun Di Perairan Pulau Panjang, Jepara Huda, Juan Syamsul; Pratikto, Ibnu; Riniatsih, Ita
Journal of Marine Research Vol 13, No 2 (2024): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v13i2.36212

Abstract

Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang hidup diperairan dangkal dengan pengaruh sinar matahari. Ekosistem padang lamun memiliki fungsi penting seperti produktivitas primer, sumber makanan, penstabil perairan, tempat asuhan dan habitat biota laut. Ekosistem lamun menjadi ekosistem penting sehingga sebarannya di perairan perlu dikaji. Sebaran lamun yang yang terdapat di Pulau Panjang tersebut harus dikelola dengan baik agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Pemantauan untuk melihat kondisi atau tutupan lamun dapat menggunakan metode penginderaan jauh. Metode penginderaan jauh telah dinilai efektif dan efisien untuk memperoleh informasi spasial karena kecepatan untuk memperoleh data dan cakupan yang luas dan telah menjadi pelengkap metode konvensional atau berdasarkan transek survei. Lokasi penelitian yaitu di Pulau Panjang perlu adanya kajian untuk memberikan informasi mengenai sebaran lamun dengan dilakukannya pemetaan menggunakan data citra Sentinel- 2. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan monitoring dan memetakan ekosistem padang lamun di Pulau Panjang menggunakan metode line transek sehingga dapat mengetahui komposisi lamun dan kerapatan lamun. Pengolahan data spasial menggunakan citra Sentinel- 2 yang diolah dengan algoritma lyzenga dan validasi data lapangan. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa di Pulau Panjang telah ditemukan empat jenis lamun dengan komposisi lamun yang paling banyak dijumpai adalah Thalassia hemprichii dan paling jarang dijumpai adalah Enhalus acoroides. Uji akurasi juga dilakukan untuk mengetahui keakuratan data hasil klasifikasi citra satelit dengan kondisi lapangan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa citra yang digunakan memilki tingkat akurasi 70% dan akurasi kappa sebesar 0,4. Seagrass is a flowering plant that lives in shallow waters under the influence of sunlight. Seagrass ecosystems have important functions such as primary productivity, food sources, water stabilizers, nurseries and habitats for marine biota. Seagrass ecosystems are important ecosystems so that their distribution in waters needs to be studied. The distribution of seagrass in Panjang Island must be managed properly so that it can be utilized optimally and sustainably. Monitoring to see the condition or cover of seagrass can use remote sensing methods. Remote sensing methods have been assessed as effective and efficient for obtaining spatial information due to the speed to obtain data and wide coverage and have become complementary to conventional methods or based on survey transects. The research location is on Panjang Island, there needs to be a study to provide information about the distribution of seagrass by mapping using Sentinel-2 image data. seagrass. Spatial data processing uses Sentinel-2 imagery which is processed with the lyzenga algorithm and field data validation. Based on the research, it is known that in Panjang Island four species of seagrass have been found with the composition of the most common seagrass being Thalassia hemprichii and the least common being Enhalus acoroides. Accuracy tests were also carried out to determine the accuracy of the data from the classification of satellite imagery with field conditions. Based on the results of the study, it can be concluded that the image used has an accuracy rate of 70% and a kappa accuracy of 0.4. 
Asosiasi Megabenthos pada Ekosistem Lamun di Pulau Panjang dan Pantai Prawean Bandengan, Jepara Saputri, Noviyani; Riniatsih, Ita; Widianingsih, Widianingsih
Journal of Marine Research Vol 12, No 4 (2023): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v12i4.38410

Abstract

Megabenthos termasuk biota laut yang hidup dengan menetap diatas substrat maupun membenamkan diri dalam substrat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan kelimpahan jenis megabenthos pada ekosistem lamun di Perairan Pulau Panjang dan Perairan Pantai Prawean Bandengan. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan penentuan stasiun menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan data megabenthos dan lamun dilakukan di Perairan Pulau Panjang dan Perairan Pantai Prawean Bandengan secara purposive sampling dengan menggunakan metode line transect Panduan Monitoring Padang Lamun. Perairan Pulau Panjang ditemukan 11 jenis megabenthos dari 4 kelas (Bivalvia, Gastropoda, Holothuroidea, dan Echinoidea). Perairan Pantai Prawean Bandengan ditemukan 7 jenis dari 2 kelas (Bivalvia dan Gastropoda). Perairan Pulau Panjang mendapatkan kelimpahan total megabenthos sebesar 9,45-20,73 ind/m2 dengan kelimpahan jenis terbesar ditemukan pada Paphia undulata dan Diadema setosum dengan nilai 2,79 ind/m2, serta kelimpahan jenis terkecil ditemukan pada Canarium labiatum dengan nilai 0,61 ind/m2. Perairan Pantai Prawean Bandengan mendapatkan kelimpahan total megabenthos sebesar 5,45-11,39 ind/m2 dengan kelimpahan jenis terbesar ditemukan pada Cerithium traillii dengan nilai 3,15 ind/m2 dan kelimpahan jenis terkecil ditemukan pada Canarium labiatum dengan nilai 0,36 ind/m2. Tingginya kelimpahan megabenthos pada ekosistem lamun di Perairan Pulau Panjang dipengaruhi oleh jumlah megabenthos, parameter perairan, kandungan bahan organik, dan karakteristik substrat perairan.  Megabenthos includes marine biota that lives by staying on the substrate or immersing themselves in the substrate. This research was conducted with the aim of comparing the abundance of megabenthos species in seagrass ecosystems in Pulau Panjang and Prawean Bandengan waters. The research method used is observation and station determination using the purposive sampling method. Megabenthos and seagrass data were collected from Pulau Panjang and Prawean Bandengan waters using purposive sampling using the line transect method. Long Island waters found 11 species of megabenthos from 4 classes (Bivalvia, Gastropoda, Holothuroidea, and Echinoidea). Prawean Bandengan beach waters found 7 species from 2 classes (Bivalvia and Gastropods). Long Island waters had a total megabenthos abundance of 9.45–20.73 ind/m2, with the highest species abundance found in Paphia undulata and Diadema setosum with a value of 2.79 ind/m2, and the smallest species abundance found in Canarium labiatum with a value of 0.61 ind/m2. The waters of Prawean Bandengan Beach obtained a total megabenthos abundance of 5.45–11.39 ind/m2, with the largest species abundance found in Cerithium traillii with a value of 3.15 ind/m2 and the smallest species abundance found in Canarium labiatum with a value of 0.36 ind/m2. The high abundance of megabenthos in seagrass ecosystems in Pulau Panjang waters is influenced by the number of megabenthos, aquatic parameters, organic matter content, and characteristics of the aquatic substrate.
Seagrass Ecosystems in Eastern Indonesia: Status, Diversity, and Management Challenges Supriyadi, Indarto Happy; Iswari, Marindah Yulia; Rahmawati, Susi; Riniatsih, Ita; Suyarso, Suyarso; Hafizt, Muhammad
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 29, No 4 (2024): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.29.4.503-518

Abstract

Seagrass beds have roles and benefits in shallow water ecosystems, including producers of organic matter, habitats for various marine biota, and providing services that are beneficial for the fishing community. However, increasing development activities in coastal areas, have decreased their valuable roles, which also affects damage in seagrass beds in Indonesian waters. Therefore, information on species diversity and seagrass conditions, especially in East Indonesian waters, is needed. This paper aims to provide information as the initial study of the distribution of species diversity, conditions of seagrass beds, and challenges of seagrass management in eastern Indonesia. This study collected primary and secondary data from several data sources from seagrass monitoring and research activities. The assessment of conditions and categories of seagrass cover refers to the Decree of the state minister for the Environment (KMN-LH) of 2004 No. 200 and the 2017 seagrass monitoring guidelines. As a result of 24 monitoring locations ten species were found indicating that Eastern Indonesia has high species diversity. The results at 24 locations can be categorized as healthy seagrass conditions in six locations (25%) and around 16 locations (67%) as less healthy. Monitoring results after 2015 are predicted to change the diversity and seagrass conditions. The challenges of seagrass management in Eastern Indonesian waters, including the coastal environment changes, need to increase public knowledge and understanding of the role, function, and benefits of seagrass. Also, replanting and enhancement of seagrass-protected areas are essentially needed by the local government.
Effect of Liquid Fertilizer on Seedling Enhalus acoroides Seeds (Linnaeus f.) Royle 1839 (Fam: Hydrocharitaceae) Chamidy, Ardian Nurrasyid; Widianingsih, Widianingsih; Munasik, Munasik; Riniatsih, Ita; Susanto, AB
Jurnal Kelautan Tropis Vol 27, No 1 (2024): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v27i1.21066

Abstract

The decrease in seagrass coverage and ecosystem harm to seagrass meadows is an annual occurrence resulting from both natural and human activities.  Seagrass seeding has been deemed an effective restoration method, but its application is restricted by suboptimal environmental conditions and constraints associated with directly planting seagrass seeds in their natural habitat. The influence of environmental parameters, particularly nutrients, significantly affect on seagrass seed survival. NPK liquid fertilizer is commonly used in aquatic plants and is readily accessible in the market. It serves as a crucial source of macronutrients for seagrass. This study investigates the impact of different concentrations of NPK liquid fertilizer on the survival rate, growth, and chlorophyll, a content of E. acoroides seedlings. The study took place between March and May 2023 at the marine biology laboratory of the marine science study program at Diponegoro University's Faculty of Fisheries and Marine Science. According to the Manova statistical test, the NPK liquid fertilizer had an impact on the growth rate, biomass, and chlorophyll-a. The seagrass seeding container of E. acoroides treated with a liquid fertilizer concentration of 4.5 ml/100l exhibited the highest average growth rate of 0.29 cm/day and a chlorophyll-a value of 12.395 mg/g, with a survival rate of 100%. Causal connections between statements ensure logical construction. In contrast, seedlings without liquid fertilizer treatment showed the lowest growth rate of 0.19 cm/day and chlorophyll-a values of 5.169 mg/g, with a survival rate of 85.19%. Technical term abbreviations such as 'cm/day' and 'mg/g' are explained when first used to ensure clarity. Based on these findings, using liquid fertilizer with a concentration of 4.5 ml/l exhibits potential for restoring seagrass ecosystems. 
Bioekologi Bulu Babi (Echinoidea) pada Ekosistem Padang Lamun Di Kecamatan Kupang Barat Klau, Fransiska Reni; Subagiyo, Subagiyo; Riniatsih, Ita
Jurnal Kelautan Tropis Vol 28, No 2 (2025): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v28i2.25627

Abstract

Sea urchins (Echinoidea) are one of the marine biota found in seagrass ecosystems in West Kupang District, East Nusa Tenggara. Sea urchins have an important role in the food chain cycle in seagrass ecosystems and are known as healthy food due to their high nutritional content. Sea urchin gonads contain protein, fat, vitamins and essential fatty acids, which are beneficial for human health. In addition to economic value, sea urchins also have ecological value in balancing and controlling macroalgae in coral reef and seagrass ecosystems. The aim of this research is to determine the bioecology of sea urchins in four research locations, namely Bolok, Lalendo, Baliana, and Tablolong beaches. The research method used was direct observation with Megabenthos and Benthos Belt Transect (BBT) techniques. The results showed that there were five types of sea urchins in the study site, namely Diadema setosum, Tripneustes gratilla, Echinometra calamaris, Echinothrix diadema, and Echinometra mathaei.   The results showed that the abundance of Diadema setosum individuals on Tablolong beach (0.46 ind/m²) while Tripneustes gratilla was dominant on Baliana beach (0.22 ind/m²). The highest species diversity index (D) was found in Lalendo (0,7) and the lowest in Tablolong (0,5), indicating moderate diversity. The uniformity index (E) was highest in Baliana (0.8) indicating a more even distribution of species than Tablolong (0.6), the dominance index (C) was highest in Lalendo (1.0), indicating a strong dominance of species at the site.   The highest Index of Gonadal Maturity (IKG) value for Diadema setosum was found in Tablolong (26.9), while Echinometra mathaei in Lalendo (68.6). The food consumption pattern of sea urchins showed that Tripneustes gratilla consumed more seagrass, especially at Baliana beach (82,08%), while Echinothrix diadema predominantly consumed seagrass at Lalendo and Baliana beaches.  Bulu babi (Echinoidea) merupakan salah satu biota laut yang banyak ditemukan pada ekosistem padang lamun di Kecamatan Kupang Barat, Nusa Tenggara Timur. Bulu babi memiliki peran penting dalam siklus rantai makanan di ekosistem lamun dan dikenal sebagai makanan yang menyehatkan karena kandungan nutrisinya yang tinggi. Gonad bulu babi mengandung protein, lemak, vitamin, dan asam lemak esensial, yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Selain nilai ekonomi, bulu babi juga memiliki nilai ekologi dalam menyeimbangkan dan mengendalikan makroalga di ekosistem terumbu karang dan lamun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bioekologi bulu babi di empat lokasi penelitian, yaitu pantai Bolok, Lalendo, Baliana, dan Tablolong. Metode penelitian yang digunakan adalah pengamatan langsung dengan teknik Megabentos dan Benthos Belt Transect (BBT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima jenis bulu babi di lokasi penelitian yaitu Diadema setosum, Tripneustes gratilla, Echinometra calamaris, Echinothrix diadema, dan Echinometra mathaei. Hasil menunjukkan bahwa  kelimpahan individu Diadema setosum terrtinggi di pantai Tablolong (0,46 ind/m²) sedangkan Tripneustes gratilla dominan di pantai Baliana (0,22 ind/m²). Indeks keanekaragaman jenis (D) tertinggi ditemukan di Lalendo (0,7) dan terendah di Tablolong (0,2), menunjukkan keanekaragaman sedang. Indeks keseragaman (E) tertinggi di Baliana (0,8) menandakan distribusi spesies lebih merata dibandingkan Tablolong (0,6), Indeks dominansi (C) tertinggi di Lalendo (1,0), menunjukkan dominasi spesies yang kuat di lokasi tersebut.   Nilai Indeks Kematangan Gonad (IKG) tertinggi untuk Diadema setosum ditemukan di Tablolong (26,9), sedangkan jenis Echinometra mathaei tertinggi di Lalendo (68,6). Pola konsumsi jenis makanan bulu babi menunjukkan bahwa Tripneustes gratilla lebih banyak mengonsumsi lamun, terutama di pantai Baliana (82,08%), sementara Echinothrix diadema lebih dominan mengonsumsi lamun di pantai Lalendo dan Baliana. 
Identifikasi Dan Kelimpahan Famili Acartiidae (Copepoda) Di Perairan Banggai, Sulawesi Tengah Fitriyan, Jodhi Kusumayudha; Widianingsih, Widianingsih; Widowati, Ita; Hartati, Retno; Riniatsih, Ita
Jurnal Kelautan Tropis Vol 28, No 2 (2025): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v28i2.26774

Abstract

Perairan Banggai merupakan salah satu laut yang memiliki upwelling atau fenomena kenaikan massa air pada periode tertentu. Peristiwa ini menyebabkan meningkatnya kandungan nutrien pada perairan disebabkan adanya proses pengadukkan massa air menuju kolom atas perairan yang mempengaruhi kelimpahan produsen primer dan produsen sekunder, salah satunya zooplankton dari Famili Acartiidae. Penelitian mengenai keberadaan dan kelimpahan spesies zooplankton belum banyak dilakukan di perairan bagian timur, terutama studi mengenai spesies-spesies dari Famili Acartiidae. Berdasarkan keterangan di atas, perlu adanya pengkajian keberadaan dan kelimpahan Acartiidae. Sampel zooplankton diperoleh dari proses pengambilan  di 35 stasiun secara aktif vertikal menggunakan plankton net. Pengamatan dan pengambilan foto spesies plankon dilakukan di bawah Mikroskop Stereo Olympus SZ61 yang disesuaikan dengan ukuran zooplankton dengan perbesaran 30x sampai 45x. Hasil pencacahan diolah menggunakan Ms. Office Excel 2016 (Excel 16) untuk mengetahui jumlah keberadaan dan kelimpahan Famili Acartiidae. Terdapat 7 spesies famili Acartiidae dari genus Acartia dan Acartiella yang didapatkan di Perairan Banggai, Sulawesi Tengah, yaitu Acartia clausi, Acartia longiremis, Acartiella faoensis, Acartiella gravelyi, Acartiella minor, Acartiella natalensis, dan Acartiella tortaniformis. Spesies dengan sebaran distribusi terbesar atau memiliki kemunculan terbanyak adalah dari genus Acartia dengan Acartia clausi muncul di 14 stasiun. Total keberadaan famili Acartiidae di Perairan Banggai sebanyak 41 individu, meliputi 35 betina dan 6 jantan dengan rata-rata di semua stasiun penelitian sebanyak 2 individu.
Co-Authors Adelia Hilma Sugiarto Adi Santoso Alfi Satriadi Alfi Satriadi Ali Djunaedi Almira Nadia Kusuma Ambariyanto Ambariyanto Amin Nur Kolis Rela Hidayah Anggada, Rama Anggun Sri Hardiyanti Antonius Budi Susanto Ardian Nurrasyid Chamidy Arum Wahyuning Prita Azizah T.N., Ria Baeti, Tiara Nur Baeti Bagaskara, Widigdo Bagus Bagus Apriana Putra Bambang Yulianto Baskoro Rochaddi Cantika Elistyowati Andanar Chamidy, Ardian Nurrasyid Chrismanola, Verena Chrisna Adhi Suryono Chrisna Adi Suryono Dedi . Dedi Setiawan Deftika Mulyawati Delianis Pringgenies Delianis Pringgenies Delianis Pringgenis Dewi, Septiyani Kusuma Dimpos Jonathan Sianipar Dinda Monita Dwi Wulandari Dwi Wulandari Dyanita Havshyari Putri Andrykusuma Edy Supriyo Edy Wibowo Ega Widyatama Rachmawan ELza Lusia Agus Endang Sri Susilo Endika Meirawati Ervia Yudiati Faishal Falah Falah, Faishal Febriyantoro Febriyantoro Firil, Nis Aura Sadida Fitriyan, Jodhi Kusumayudha Gita Lestari Gunawan Widi Santosa Hadi Endrawati Hadi Endrawati Hadi Endrawati Hafizt, Muhammad Hartati, Retno Hartati Hendra Kurniawan Hidayah, Amin Nur Kolis Rela Hira, Khansa Yatita Huda, Juan Syamsul Ibnu Pratikto Ibnu Pratikto Islam, Anastasya Devi Septanovia Iswari, Marindah Yulia Ita Widowati Jan Ericson Wismar Josua Kristanto Pandiangan Jusup Suprijanto Jusup Suprijanto Ken Asti Harimbi Khozin Khozin Khudin, Miftah Kiki Pebli Ningrum Klau, Fransiska Reni Kusuma, Almira Nadia Lestari, Gita Lilik Maslukah Marthin Ricky Sipayung Melinda Sri Asih Miftah Khudin Monica Virgiana Silvi Monita, Dinda Muhamad Syahrul Ramadhani Muhammad Adhim Widiyo Putera Muhammad Adi Saputro Muhammad Adi Saputro Muhammad Raihan Faqiha Bintang Azzura Muhammad Taufiqur Rahman, Muhammad Taufiqur Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Mulyawati, Deftika Munasik Munasik Munasik Nando Arta Gusti Pamungkas Nashih, Muhammad Dhiaulhaq Fakhruddin Ningrum, Kiki Pebli Nirwani Soenardjo Nirwani Soenardjo Nur Taufiq-Spj Nursanti Nursanti Nursanti Nursanti Ocky Karna Radjasa Pratiwi Megah Sundari Putera, Muhammad Adhim Widiyo Putra, Rio Adista Widodo R. Sapto Hendri Boedi Soesatyo Rachmantino Wibowo Rachmawan, Ega Widyatama Raden Ario Rafdi Abdillah Harjuna Retno Hartati Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Tri Nuraini Ria Azizah Trinuraini Riana Mentarijuita Riana Mentarijuita Rio Adista Widodo Putra Robertus Triaji Mahendrajaya Robertus Triaji Mahendrajaya Rr. Citra Permata Rr. Citra Permata Rudhi Pribadi Ryandha Idris Ryandha Idris Saputri, Noviyani Sasi Vita Aphrodita Septiyani Kusuma Dewi Sri Redjeki Sri Redjeki Subagiyo Subagiyo Subagiyo Subagiyo Subiakto, Achmad Yusuf Sudarmawan, Wisnu Satriyo Sugiarto, Adelia Hilma Sunaryo Sunaryo Supriyadi, Indarto Happy Suryono Suryono Susi Rahmawati Suyarso Suyarso Tarisa Sekar Ayuningrum Tasa Hibatul Taufiq-Spj, Nur Tiara Finishia Tiara Finishia, Tiara Tiara Nur Baeti Baeti Untung Sujianto W.L. Saputra Wibowo, Rachmantino Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widigdo Bagus Bagaskara Wilis Ari Setyati Wisnu Satriyo Sudarmawan Yasmin Noor Yundari, Yundari Zaenal Arifin