Ita Riniatsih
Laboratorium Eksplorasi Dan Bioteknologi Kelautan Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Kampus Tembalang, Semarang, Indonesia. Telp./Fax +6224 7474698

Published : 89 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Pengaruh Buangan Limbah Tambak Terhadap Kelimpahan Perition pada Daun Lamun Enhalus acoroides di Teluk Awur dan Pulau Panjang, Jepara Melinda Sri Asih; Widianingsih Widianingsih; Ita Riniatsih
Journal of Marine Research Vol 11, No 2 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i2.31789

Abstract

Perifiton merupakan sekelompok organisme yang hidup menempel pada permukaan tumbuhan air yang terendam, tidak menembus substrat, diam atau bergerak di permukaan substrat. Perifiton yang menempel pada daun lamun berperan sebagai faktor penunjang produktivitas primer pada ekosistem lamun, namun apabila kelimpahan perifiton terus meningkat maka akan menghambat pertumbuhan lamun karena lamun akan tertekan dan tidak dapat melakukan fotosintesis dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh buangan limbah tambak terhadap kelimpahan perifiton yang menempel pada daun lamun Enhalus acoroides di Perairan Pantai Teluk Awur dan yang tidak ada buangan limbah tambak di Pulau Panjang, Jepara. Penelitian ini menggunakan Metode Line Transek Kuadran. Pengambilan sampel perifiton dilakukan dengan menggunakan metode sapuan dan pengamatan perifiton dilakukan dengan menggunakan metode sensus dengan bantuan Sedgwick-Rafter. Kelimpahan perifiton di Stasiun 1 dan Stasiun 2 berturut-turut 127,51 ind/cm2 dan 86,25 ind/cm2. Kelimpahan tertinggi ditemukan pada Stasiun 1 karena memiliki pengaruh buangan limbah tambak udang yang ditemukan 3 kelas dan terdiri dari 18 genus, sedangkan pada Stasiun 2 ditemukan 2 kelas yang terdiri dari 13 genus. Kelas perifiton yang mendominasi adalah Bacillariophyceae karena kelas ini dapat bertahan dalam kondisi lingkungan yang tidak stabil.  Periphyton is a group of organisms that live attached to the surface of submerged aquatic plants, do not penetrate the substrate, remain stationary or move on the surface of the substrate. Periphyton attached to seagrass leaves acts as a primary productivity supporting factor in the seagrass ecosystem, but if the abundance of periphyton continues to increase it will inhibit seagrass growth because the seagrass will be depressed and unable to perform photosynthesis properly. This study aims to determine the effect of pond waste disposal on the abundance of Enhalus acoroides seagrass periphyton in the waters of Teluk Awur and Panjang Islands, Jepara. This study used the Quadrant Line Transect Method. Periphyton sampling was carried out using the sweeping method and periphyton observations were carried out using the census method with the aid of a Sedgwick-Rafter. The abundance of periphyton at Station 1 and Station 2 is 127.51ind / cm2 and 86.25 ind / cm2, respectively. The highest abundance was found at Station 1 because it influenced shrimp pond waste disposal which was found in 3 classes consisting of 16 genera. The dominating class of periphyton is Bacillariophyceae because this class can survive in unstable environmental conditions.
Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Air, Sedimen, dan Lamun Enhalus acoroides di Perairan Pantai Sanur Kota Denpasar Sasi Vita Aphrodita; Adi Santoso; Ita Riniatsih
Journal of Marine Research Vol 11, No 2 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i2.31978

Abstract

Salah satu permasalahan lingkungan di laut adalah kandungan logam berat dalam perairan pesisir yang berasal dari kegiatan industri, maupun alam. Logam berat juga dapat membentuk senyawa toksik. Lamun merupakan tumbuhan laut yang dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran logam berat di wilayah pesisir dengan kapasitas kemampuan bioakumulasinya logam logam berat Pb pada lamun. Hal ini karena lamun berinteraksi secara langsung dengan badan air dan substrat melalui daun dan akarnya untuk menyerap ion – ion logam berat. Enhalus acoroides merupakan salah satu lamun yang paling banyak ditemukan di kawasan perairan Pantai Sanur, Bali. Kawasan ini dikenal sebagai kawasan pariwisata yang banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara serta kawasan lokasi pariwisata yang banyak terdapat bangunan perhotelan dan fasilitas pariwisata. Selain itu, wilayah ini dijadikan sebagai dermaga untuk kapal – kapal nelayan dan fast boat yang diduga menjadi sumber masukan logam berat Timbal (Pb) di perairan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan logam berat (Pb) pada air, sedimen, serta lamun Enhalus acoroides bagian akar, rhizome, dan daun. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dimana dilakukan dengan pengambilan sampel dengan metode purposive sampling yang dilakukan pada bulan Desember 2020 di Pantai Sanur. Selanjutnya analisis kandungan logam berat menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrofotometry). Berdasarkan hasil penelitain menunjukkan bahwa kandungan logam berat pada air sebesar 0,0035 – 2,62 mg/l, pada sedimen sebesar 3,23 – 5,67 mg/l, pada akar sebesar 1,12 – 1,98 mg/l, pada rhizoma sebesar 0,16 – 3,04 mg/l, dan pada daun lamun sebesar 0,49 – 3,48 mg/l. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kandungan logam berat Pb di perairan Pantai Sanur, pada air dan lamun sudah melebihi nilai baku mutu PP Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021, sedangkan kandungan logam berat Pb pada sedimen masih di bawah baku mutu SEPA (Swedish Environmental Protection Agency) Tahun 2000. One of the environmental problems in the sea is the content of heavy metals in coastal waters originating from industrial activities and nature. Heavy metals can also form toxic compounds. Seagrass can be used as an indicator of metal accumulation capacity because it interacts directly with water bodies and substrates through their leaves and roots to absorb heavy metal ions. Enhalus acoroides is one of the most common seagrasses found in the waters of Sanur Beach, Bali. This tourism area visited both domestic and foreign tourists have hotel buildings and tourism facilities at the location. In addition, there is a dock for fishing boats and fast boats suspected to be a source of heavy metal Lead (Pb). The research aims to determine the Pb heavy metal content in water, sediment, and the seagrass' roots, stems, and leaves. The method used in this research is a descriptive method by taking a sample with a purposive sampling method in December 2020 on Sanur Beach, then analyzed using AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). Based on research results showed that the content of heavy metals in water was 0,0035 – 2,62 mg/l, in sediment was 3,23 – 5,67 mg/l, in root was 1,12 – 1,98 mg/l, in stem was 0,16 – 3,04 mg/l, and in leaves was 0,49 – 3,48 mg/l. The conclusion was Pb content both in the waters and seagrass at Sanur Beach has exceeded the quality standard of Republic of Indonesia Government Regulation Number 22 of 2021, while the content in the sediment is still below the 2000 SEPA (Swedish Environmental Protection Agency) quality standard.
Makroalga Yang Berasosiasi dengan Ekosistem Lamun di Perairan Teluk Awur dan Bandengan, Jepara, Jawa Tengah Dimpos Jonathan Sianipar; Bambang Yulianto; Ita Riniatsih
Journal of Marine Research Vol 11, No 2 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i2.33821

Abstract

Makroalga merupakan salah satu organisme laut yang memiliki peranan penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem laut dangkal dan merupakan tumbuhan yang dapat hidup beraosiasi dengan ekosistem lamun. Tujuan pengamatan dilakukan untuk mengetahui jenis makroalgae, kandungan nitrat dan fosfat pada air serta hubungannya terhadap tutupan makroalga di padang lamun Teluk Awur dan Pantai Bandengan, Jepara. Data persentase tutupan makroalaga dan lamun diambil menggunakan metode transek kuadran (0,5 x 0,5 m). Analisis kandungan nitrat menggunakan metode yaitu SNI 06-6989.31-2005 dan fosfat IK-BP2-MU-A-08. Hasil penelitian menunjukkan tutupan makroalagae di Pantai Bandengan yaitu 8,47% tergolong pada kategori sedikit, dibandingkan dengan Teluk Awur yaitu 42,87% tergolong kategori melimpah. Kandungan nitrat dan fosfat rata-rata pada air di Teluk Awur adalah 3,26 ppm dan 0,39 ppm, sedangkan kandungan nitrat dan fosfat pada air di Pantai Bandengan adalah 3,69 ppm dan 0,37 ppm. Analisis regresi korelasi menunjukan kandungan nitrat dan fosfat pada air terhadap persentase tutupan makroalga di Teluk Awur menunjukan kuat positif sedangkan fosfat tidak linear, sedangkan di Pantai Bandengan memiliki hubungan positif sedang untuk nitrat dan positif rendah untuk fosfat.Macroalgae are plants that can live in association with seagrass ecosystems.. This research was conducted on 8-9 November 2020 which aims to determine the types of macroalgae, nitrate and phosphate content in water and their relationship to macroalgae cover in the seagrass beds of Teluk Awur and Bandengan Beach, Jepara. Data on the percentage of macroalage cover in seagrass beds refers to the line transeck quadratic method from LIPI. The method used to analyze the nitrate content is SNI 06-6989.31-2005 and phosphate IK-BP2-MU-A-08. Data analysis using Pearson-correlation analysis method. The results showed that the macroalgae cover in Prawean Beach was 8.47% classified in the low category, compared to Teluk Awur, which was 42.87% classified in the abundant category. The average nitrate and phosphate content in the water in Teluk Awur is 3.26 and 0.39 ppm, while the nitrate and phosphate content in the water at Bandengan Beach is 3.69 and 0.37 ppm. Regression analysis showed that the nitrate and phosphate content in the water to the percentage of macroalgae cover in Teluk Awur showed a strong positive while phosphate was moderately negative, while in Bandengan Beach there was a moderate positive relationship for nitrate and low positive for phosphate. 
Kondisi Padang Lamun di Pulau Panjang dan Pulau Lima, Banten Rafdi Abdillah Harjuna; Ita Riniatsih; Chrisna Adhi Suryono
Journal of Tropical Marine Science Vol 3 No 2 (2020): Journal of Tropical Marine Science
Publisher : Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.753 KB) | DOI: 10.33019/jour.trop.mar.sci.v3i2.1928

Abstract

Seagrass are one of the marine ecosystems that have an important ecological function in maintaining biodiversity. The ecosystems that exist in shallow sea waters, seagrass meadows in Indonesia are not widely known and even almost ignored, but this ecosystem has various important functions in marine ecosystem. The health status of the seagrass ecosystem can be determined based on the percent cover (%). Seagrass have several environmental factors that influence such as temperature, salinity, pH, current velocity, depth and sediment composition. This study aims to identify and monitor seagrass percent cover and the factors that influence it in Pulau Panjang and Pulau Lima, Banten. This research was conducted in October 2019 using descriptive methods and purposive sampling in determining the location. Seagrass identification and data collection refers to the LIPI method. There were 2 types of seagrass found, namely Enhalus acoroides and Thalassia hemprichii with a percent cover on Pulau Panjang (11.55-12.5%) and Pulau Lima (14.21-15.34%). Other environmental factors that are outside the optimal value for seagrass growth, namely the value of temperature and sea current and the discovery of the type of sediment composition, namely sand and silty sand.
Kandungan Nutrien di Sedimen pada Ekosistem Padang Lamun di Teluk Awur dan Pulau Panjang, Jepara Monica Virgiana Silvi; Sri Redjeki; Ita Riniatsih
Journal of Marine Research Vol 11, No 3 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i3.32219

Abstract

Nutrien merupakan zat hara penting di perairan untuk menyokong proses pertumbuhan dan perkembangan potensi sumberdaya dari ekosistem laut. Nutrien nitrat dan fosfat secara alami merupakan zat hara yang berasal dari perairan itu sendiri melalui proses penguraian, pelapukan, dekomposisi tumbuhan dan buangan limbah daratan (domestik, industri, pertanian, perikanan dan sisa pakan). Nitrat dan fosfat berperan sebagai faktor pembatas pertumbuhan organisme dan kesuburan perairan. Sedimen merupakan tempat penyimpanan utama bahan organik dan mampu untuk mengikat senyawa seperti nitrat dan fosfat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nitrat dan fosfat pada sedimen di Teluk Awur dan Pulau Panjang Jepara. Pengambilan sampel sedimen pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sedimen core, kemudian sedimen dianalisis kandungan nitrat dan fosfat dengan metoda spektrofotometri. Hasil dari penelitin ini yaitu kandungan nitrat di Teluk Awur berkisar 0,2128–0,6383 mg/l dan fosfat 0,48-0,1362 mg/l. Kandungan nitrat di Pulau Panjang berkisar 0,4681–3,9447 mg/l dan fosfat 0,0153–0,2138 mg/l. Nutrients are important nutrients in the waters because they can support the growth and development of the potential of marine ecosystem biological resources. Natural nitrate and phosphate are nutrients that come from the waters themselves through the process of decomposition, weathering, plant decomposition, and land waste disposal (domestic, industrial, agricultural, aquaculture, and feed residues). Nitrates and phosphates can act as limiting factors for organism growth and water fertility. Sediment is the main storage place for organic matter and is able to bind compounds such as nitrates and phosphates. This study aims to determine the content of nitrate and phosphate in sediments in Teluk Awur and Pulau Panjang, Jepara. sediment sampling in this study was carried out using a sediment core, then the sediment was analyzed for nitrate and phosphate content by spectrophotometric methods. The result of this research is that the nitrate content in Teluk Awur ranges from 0.2128–0.6383 mg/l and phosphate range from 0.048–0.1362 mg/l. The nitrate content in Panjang Island ranges from 0.4681–3.9447 mg/l and phosphate 0.0153–0.2138 mg/l.
Laju Pertumbuhan Harian dan Nisbah Kelamin Lobster Pasir Panulirus homarus di Perairan Liwungan, Pandeglang, Banten Dyanita Havshyari Putri Andrykusuma; Sri Redjeki; Ita Riniatsih
Journal of Marine Research Vol 11, No 1 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i1.31248

Abstract

Lobster pasir (Panulirus homarus) merupakan salah satu spesies lobster yang memiliki nilai ekonomi tinggi dalam sumber daya perikanan kelautan Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan panjang-berat lobster pasir, dan nisbah kelamin P. homarus yang dibudidayakan dalam keramba jaring apung. Penelitian dengan metoda studi korelasional ini dilakukan di Keramba Jaring Apung PT. Royal Samudera Nusantara, Perairan Liwungan, Pandeglang, Banten, dengan sampel lobster sebanyak 93 ekor. Hasil perhitungan Perhitungan hubungan panjang-berat lobster pasir jantan pada keramba 1 yaitu W = 0,0004L2,51 dengan nilai b = 2,51 (b<3), dan lobster betina yaitu W = 0,0034L2,08 dengan nilai b = 2,08 (b<3). Hubungan panjang-berat lobster pasir jantan pada keramba 2 yaitu W = 0,0041L2,04 dengan nilai b = 2,04 (b<3), dan lobster betina yaitu W = 0,0012L2,28 dengan nilai b = 2,28 (b<3). Sehingga hubungan panjang-berat pada lobster pasir jantan maupun betina pada keramba 1 dan keramba 2 termasuk dalam kategori pola pertumbuhan allometrik negatif, dimana pertumbuhan panjang lebih cepat daripada pertumbuhan berat. Nisbah kelamin lobster pasir (P. homarus) pada keramba 1 sebesar 1:2,31 dan pada keramba 2 sebesar 1:0,92.  Scalloped spiny lobster is a species of lobsters that has high economic value in Indonesia’s marine fishery resources. This research aimed to examined the morfometry and sex ratio of Scalloped Spiny Lobster (Panulirus homarus) cultivated in floating net cages. This study used morfometry analysis in PT. Royal Samudera Nusantara’s Cultivation Place, Liwungan, Pandeglang, Banten. Samples of lobster obtained 93 lobsters. Relationship of length-weight lobster for males in cage 1 was W = 0,0004L2,51 with b = 2,51 (b < 3) and for females was W = 0,0034L2,08 with b = 2,08 (b < 3), for males in cage 2 was W = 0,0041L2,04 with b = 2,04 (b < 3) and for females was W = 0,0012L2,28 with b = 2,28 (b < 3). The results of Scalloped Spiny Lobster morfometric for both males and females shows negative allometric, that carapace length growth faster than weight. Sex ratio Scalloped Spiny Lobster in cage 1 was 1:2,31 which shows that sex ratio is in unbalanced condition, and in cage 2 was 1:0,92 which shows that sex ratio is not significantly different and still in equal condition. Keywords: Scalloped Spiny Lobster; Morfometry; Sex Ratio.
Karakteristik Mikroplastik pada Sedimen dan Air laut di Muara Sungai Wulan Demak Nando Arta Gusti Pamungkas; Retno Hartati; Sri Redjeki; Ita Riniatsih; Jusup Suprijanto; Edy Supriyo; Widianingsih Widianingsih
Jurnal Kelautan Tropis Vol 25, No 3 (2022): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v25i3.14923

Abstract

Microplastics are small plastic particles that have the characteristics of easily accumulating in seawater and sediments with a diameter of less than 5 mm. The presence of microplastics in seawater and sediments may have a chain impact on marine ecosystems and humans. The purpose of this study was to determine the characteristics of microplastics in sediment and seawater in the Wulan River Estuary, Demak. Sediment and seawater samples were taken by purposive sampling at five different stations in line with the river mouth on 20 May 2021. Visual identification and counting of microplastics using a microscope, and FTIR (Fourier transform infrared) test. The highest abundance of microplastics was found in Station 2 sediment (400 particles.Kg-1) and Station 1 seawater (99 particles.L-1) which is the end of the Wulan river flow. The diversity of microplastic characteristics in the form of fragments, fibers, pellets and films, the most abundance was fragments of particles in sediment and seawater samples. The color of the microplastic particles is predominantly black and blue, with lesser number of brown, white, red, green, yellow and purple. The microplastic particle size range was found between 1.00-259.06 m. Microplastic pollutants are nitrile, nylon and PTFE (Polytetrafluoroethylene) plastics. The results of this study reveal the sources of anthropogenic pollution in the study area which are not only caused by human activities on land but also from the movement of water in the marine environment.  Mikroplastik adalah partikel plastik kecil yang memiliki karakteristik mudah terakumulasi pada air laut laut dan sedimen dengan ukuran diameter kurang dari 5 mm. Keberadaan mikroplastik pada air laut laut dan sedimen dapat memberikan dampak berantai terhadap ekosistem perair lautan dan manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik mikroplastik pada sedimen dan air laut di Muara Sungai Wulan, Demak. Sampel sedimen dan air laut diambil dengan purpossive sampling di lima stasiun yang berbeda segaris dengan muara sungai pada tanggal 20 Mei 2021. Identifikasi dan penghitungan mikroplastik secara visual menggunakan mikroskop, dan uji FTIR (Fourier transform infrared). Kelimpahan mikroplastik tertinggi ditemukan pada sedimen Stasiun 2 (400 partikel.Kg-1) dan air laut Stasiun 1 (99 partikel.L-1) yang merupakan akhir dari aliran sungai Wulan. Keragaman karakteristik mikroplastik yang berupa fragment, fiber, pellet dan film, partikel fragmen terbanyak di sample sedimen dan air laut. Warna partikel mikroplastik didominasi hitam dan biru, dengan warna coklat, putih, merah, hijau, kuning dan ungu yang lebih sedikit.  Rentang ukuran partikel mikroplastik yang ditemukan antara 1,00-259,06 µm. Polutan mikroplastik berjenis plastik nitrile, nylon dan PTFE (Polytetrafluoroethylene). Hasil penelitian ini mengungkapkan sumber polusi antropogenik di daerah penelitian yang tidak hanya disebabkan oleh aktivitas manusia di darat tetapi juga dari pergerakan air di lingkungan laut.
Kajian Kondisi Padang Lamun di Pulau Kelapa Dua Taman Nasional Kepulauan Seribu Muhammad Raihan Faqiha Bintang Azzura; Ita Riniatsih; Gunawan Widi Santosa
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.33929

Abstract

Ekosistem lamun menjadi sumber kehidupan bagi biota laut yang berasosiasi didalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekosistem padang lamun yang terdapat di Pulau Kelapa Dua, Taman Nasional Kepulauan Seribu. Stasiun pengamatan terbagi mejadi tiga stasiun, dan metode survey yang digunakan untuk pengambilan data lamun dengan menggunakan metoda line transek kuadran. Hasil penelitian ditemukan 4 jenis lamun yang tersebar pada tiga stasiun penelitian, yaitu; Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, dan Syiringodium isoetifolium. Presentase total penutupan lamun berkisar antara 10,23-35,61%. Kerapatan lamun berkisar antara 223,63-366,75 ind/m2 dengan komposisi dan kerapatan jenis tertinggi adalah jenisThalassia hemprichii dan terendah Cymodocea rotundata.  Substrat yang ditemukan pada ketiga Stasiun adalah substrat pasir dan pecahan karang (rubble). Indeks ekologi lamun Stasiun 1 memiliki keanekaragaman lamun sedang, keseragaman sedang, dan ada yang medominasi. Stasiun 2 memiliki keanekaragaman yang rendah, keseragaman rendah, dan mendominansi. Stasiun 3 memiliki keanekaragaman sedang, kesergaman tinggi, dan tidak ada dominasi. Hasil perhitungan Indeks ekologi menunjukkan bahwa kondisi perairan padang lamun di Pulau Kelapa Dua Kepulauan, Seribu masih dalam kondisi stabil. Berdasarkan kriteria kondisi status ekosistem padang lamun Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 status ekosistem padang lamun di Pulau Kelapa Dua dikategorikan Miskin (<29,9%), yaitu berkisar 26,77%. Secara keseluruhan parameter hidro-oseanografi perairan pada ekosistem lamun dan kondisi ekologinya masih dapat mendukung pertumbuhan lamun. Seagrass ecosystems are a source of life for marine biota associated therein. This study aims to determine the condition of the seagrass ecosystem in Kelapa Dua Island, Taman Nasional Kepulauan Seribu. The observation station is divided into three stations, and the survey method used for seagrass data collection is using the quadrant line transect method. The results of the study found 4 types of seagrasses spread over three research stations, namely; Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, and Syringodium isoetifolium. The percentage of total seagrass cover ranged from 10.23-35.61%. Seagrass density ranged from 223.63-366.75 ind/m2 with the highest species composition and density being Thalassia hemprichii and the lowest being Cymodocea rotundata. The substrate found at the three stations is a substrate of sand and rubble. Seagrass ecology index Station 1 has moderate seagrass diversity, moderate uniformity, and some are dominant. Station 2 has low diversity, low uniformity, and dominance. Station 3 has moderate diversity, high uniformity, and none dominates. The results of the calculation of the ecological index show that the condition of the seagrass meadows on Kelapa Dua Island in the Thousand Islands is still in a stable condition. Based on the criteria for the condition of the seagrass ecosystem status, Government Regulation of the Republic of Indonesia Number 22 of 2021, the status of the seagrass ecosystem on Kelapa Dua Island is categorized as poor (<29.9%), which is around 26.77%. Overall hydro-oceanographic parameters of seagrass ecosystems and their ecological conditions can still support seagrass growth.
Estimasi Serapan Karbon Lamun di Pulau Kelapa Dua, Taman Nasional Kepulauan Seribu Josua Kristanto Pandiangan; Munasik Munasik; Ita Riniatsih
Journal of Marine Research Vol 12, No 2 (2023): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v12i2.35572

Abstract

Ekosistem pesisir dan lautan memiliki peran penting dalam mengontrol siklus karbon karena kemampuannya menyerap serta menyimpan karbon dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu panjang. Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang memiliki peran penting sebagai carbon sink di laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan simpanan karbon, jumlah spesies/jenis lamun, nilai persen cover dan tegakan lamun yang ada di Pulau Kelapa Dua, Kepulauan Seribu. Pengambilan data persentase tutupan lamun dilakukan dengan metoda line transek kuadran yang mengacu pada metode LIPI 2017 dan penentuan lokasi dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan data lamun dalam penelitian ini dilakukan pada lokasi penelitian, Pengambilan data dilakukan untuk menghitung nilai kerapatan serta persentase penutupan lamun yang dilakukan pada titik yang telah di tentukan. Pengambilan sampel biomassa lamun dilakukan pada titik 0m, 50m dan 100m menggunakan sekop pada daerah di luar transek kuadran, pada cuplikan kuadran seluas 20x20cm. Kandungan karbon dihitung dengan metode Loss on Ignition (LOI), kemudian dikonversikan dengan nilai biomassa setiap titiknya. Jenis lamun yang ditemukan pada ketiga stasiun terdapat 4 spesies yaitu Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis dan Halodule pinifolia. Cymodocea rotundata mendominasi pada stasiun pertama dan kedua dengan kerapatan mencapai 301 tegakan/m2 pada stasiun 1 dan 881 tegakan/m2 pada stasiun 2, sedangkan pada stasiun 3 didominasi oleh Thalassia hemprichii dengan kerapatan mencapai 559 tegakan/m2. Nilai biomassa dibawah substrat lebih besar dibandingkan di atas substrat (131,96 gbk/m2 dan 78,43 gbk/m2). Total kandungan karbon pada Pulau Kelapa Dua, Kepulauan Seribu adalah 39,96 gC/m2. Kandungan karbon lebih banyak tersimpan di jaringan lamun bawah substrat (akar dan rhizoma) pada spesies Thalassia hemprichii. Coastal and oceanic ecosystems have an important role in controlling the carbon cycle because of their ability to absorb and store large amounts of carbon over a long period of time. Seagrass beds are one of the coastal ecosystems that have an important role as a carbon sink in the sea. This study aims to determine the content of carbon storage, the number of species/types of seagrass, the value of percent cover and seagrass stands in Kelapa Dua Island, Seribu Islands. Data collection on the percentage of seagrass cover was carried out using the quadrant line transect method which refers to the 2017 LIPI method and the determination of the location was selected using the purposive sampling method. Seagrass data collection in this study was carried out at the research location. Data collection was carried out to calculate the density value and the percentage of seagrass cover carried out at a predetermined point. Sampling of seagrass biomass was carried out at 0m, 50m and 100m using a shovel in the area outside the quadrant transect, on a quadrant sample of 20x20cm. Carbon content is calculated by the Loss on Ignition (LOI) method, then converted to the biomass value at each point. There were 4 species of seagrass found at the three stations, namely Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis and Halodule pinifolia. Cymodocea rotundata dominated at the first and second stations with a density reaching 301 stands/m2 at station 1 and 881 stands/m2 at station 2, while at station 3 it was dominated by Thalassia hemprichii with a density reaching 559 stands/m2. The biomass value under the substrate was greater than that above the substrate (131.96 gbk/m2 and 78.43 gbk/m2). The total carbon content at the Kelapa Dua Island, Kepulauan Seribu is 39.96 gC/m2. More carbon content is stored in the seagrass tissue under the substrate (roots and rhizomes) in Thalassia hemprichii species.
Potensi Simpanan Karbon Padang Lamun di Pulau Sintok dan Menjangan Kecil, Kepulauan Karimunjawa Marthin Ricky Sipayung; Ita Riniatsih; Subagiyo Subagiyo
Journal of Marine Research Vol 12, No 2 (2023): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v12i2.34175

Abstract

Karbon dioksida (CO2) memiliki kontribusi yang paling tinggi terhadap kandungan Gas Rumah Kaca yaitu sebesar 55% dari emisi karbon oleh aktivitas manusia. Fenomena ini menyebabkan perubahan iklim yang berdampak pada meningkatnya suhu ekstrim, banjir, topan, badai, kekeringan dan naiknya permukaan laut hingga makhluk hidup merasakan dampak negatif langsung dari pemanasan global. Padang lamun adalah vegetasi yang memiliki potensi besar dalam mengurangi dampak emisi di lingkungan dengan menyerap CO2 dan menghasilkan O2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui estimasi simpanan karbon, jumlah spesies/jenis lamun, nilai persen cover dan tegakan lamun yang ada di Pulau Sintok dan Pulau Menjangan Kecil, Kepulauan Karimunjawa. Penelitian ini menggunakan metode survei dan penentuan lokasi dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, sedangkan metode pengambilan data lamun melalui metode line transect quadrant. Hasil pada penelitian ini ditemukan 4 jenis lamun, yaitu Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis dan Enhalus acoroides. Cymodocea rotundata mendominasi dikedua lokasi dengan kerapatan mencapai 3156 ind/m2 pada lokasi Pulau Sintok, dan 828 ind/m2 pada lokasi Pulau Menjangan Kecil. Nilai biomassa dibawah substrat (akar dan rhizoma) dan diatas substrat (daun) pada Lokasi I (223,99 gbk/m2 dan 199,02 gbk/m2) menunjukkan nilai yang lebih kecil dibandingkan nilai biomassa dibawah substrat dan diatas substrat pada Lokasi II (474,48 gbk/m2 dan 269,64 gbk/m2). Total kandungan karbon pada lokasi Pulau Sintok, Karimunjawa adalah 26,09 gC/m2 dan pada lokasi Pulau Menjangan Kecil, Karimunjawa adalah 74,15 gC/m2. Kandungan karbon lebih banyak tersimpan di jaringan lamun bawah substrat (akar dan rhizoma) dengan spesies Enhalus acoroides.   Carbon dioxide (CO2) has the highest contribution to the Greenhouse Gas content, which is 55% of carbon emissions by human activities. This phenomenon causes climate change which has an impact on increasing extreme temperatures, floods, typhoons, storms, droughts and rising sea levels so that living things feel the direct negative impact of global warming. Seagrass beds are vegetation that has great potential in reducing the impact of emissions on the environment by absorbing CO2 and producing O2. This study aims to determine the estimated carbon storage, the number of species/types of seagrass, the value of percent cover and seagrass stands in Sintok Island and Menjangan Kecil Island, Karimunjawa Islands. This study used a survey method and the determination of the location was selected using the purposive sampling method, while the seagrass data collection method was through the line transect quadrant method where this method refers to the 2017 LIPI method. There were 4 species of seagrass found in both locations, namely Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis and Enhalus acoroides. Cymodocea rotundata dominated at both locations with densities reaching 3156 ind/m2 at the Sintok Island location, Karimunjawa and 828 ind/m2 at the Menjangan Kecil Island location, Karimunjawa. The value of biomass below the substrate and above the substrate at Location I (75,66 gbk/m2 and 34,03 gbk/m2) showed a smaller value than the value of biomass below the substrate and above the substrate at Location II (233,24 gbk/m2 and 121,63 gbk/m2). The total carbon content at the location of Sintok Island, Karimunjawa is 26,09 gC/m2 and at the location of Menjangan Kecil Island, Karimunjawa is 74,15 gC/m2. Most of the carbon content is stored in the seagrass tissue under the substrate (roots and rhizomes) with of Enhalus acoroides. 
Co-Authors Adelia Hilma Sugiarto Adi Santoso Alfi Satriadi Alfi Satriadi Ali Djunaedi Almira Nadia Kusuma Ambariyanto Ambariyanto Amin Nur Kolis Rela Hidayah Anggada, Rama Anggun Sri Hardiyanti Antonius Budi Susanto Ardian Nurrasyid Chamidy Arum Wahyuning Prita Azizah T.N., Ria Baeti, Tiara Nur Baeti Bagaskara, Widigdo Bagus Bagus Apriana Putra Bambang Yulianto Baskoro Rochaddi Cantika Elistyowati Andanar Chamidy, Ardian Nurrasyid Chrismanola, Verena Chrisna Adhi Suryono Chrisna Adi Suryono Dedi . Dedi Setiawan Deftika Mulyawati Delianis Pringgenies Delianis Pringgenies Delianis Pringgenis Dewi, Septiyani Kusuma Dimpos Jonathan Sianipar Dinda Monita Dwi Wulandari Dwi Wulandari Dyanita Havshyari Putri Andrykusuma Edy Supriyo Edy Wibowo Ega Widyatama Rachmawan ELza Lusia Agus Endang Sri Susilo Endika Meirawati Ervia Yudiati Faishal Falah Falah, Faishal Febriyantoro Febriyantoro Firil, Nis Aura Sadida Fitriyan, Jodhi Kusumayudha Gita Lestari Gunawan Widi Santosa Hadi Endrawati Hadi Endrawati Hadi Endrawati Hafizt, Muhammad Hartati, Retno Hartati Hayati, Amaliya Tsiqotul Hendra Kurniawan Hidayah, Amin Nur Kolis Rela Hira, Khansa Yatita Huda, Juan Syamsul Ibnu Pratikto Ibnu Pratikto Islam, Anastasya Devi Septanovia Iswari, Marindah Yulia Ita Widowati Jan Ericson Wismar Josua Kristanto Pandiangan Jusup Suprijanto Jusup Suprijanto Ken Asti Harimbi Khozin Khozin Khudin, Miftah Kiki Pebli Ningrum Klau, Fransiska Reni Kusuma, Almira Nadia Lestari, Gita Lilik Maslukah Marthin Ricky Sipayung Melinda Sri Asih Miftah Khudin Monica Virgiana Silvi Monita, Dinda Muhamad Syahrul Ramadhani Muhammad Adhim Widiyo Putera Muhammad Adi Saputro Muhammad Adi Saputro Muhammad Raihan Faqiha Bintang Azzura Muhammad Taufiqur Rahman, Muhammad Taufiqur Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Mulyawati, Deftika Munasik Munasik Munasik Nando Arta Gusti Pamungkas Nashih, Muhammad Dhiaulhaq Fakhruddin Ningrum, Kiki Pebli Nirwani Soenardjo Nirwani Soenardjo Nur Taufiq-Spj Nursanti Nursanti Nursanti Nursanti Ocky Karna Radjasa Pangga, R. M. Dio Dwi Pratiwi Megah Sundari Putera, Muhammad Adhim Widiyo Putra, Rio Adista Widodo R. Sapto Hendri Boedi Soesatyo Rachmantino Wibowo Rachmawan, Ega Widyatama Raden Ario Rafdi Abdillah Harjuna Retno Hartati Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Tri Nuraini Ria Azizah Trinuraini Riana Mentarijuita Riana Mentarijuita Rio Adista Widodo Putra Robertus Triaji Mahendrajaya Robertus Triaji Mahendrajaya Rr. Citra Permata Rr. Citra Permata Rudhi Pribadi Ryandha Idris Ryandha Idris Saputri, Noviyani Sasi Vita Aphrodita Septiyani Kusuma Dewi Sri Redjeki Sri Redjeki Subagiyo Subagiyo Subagiyo Subagiyo Subiakto, Achmad Yusuf Sudarmawan, Wisnu Satriyo Sugiarto, Adelia Hilma Sunaryo Sunaryo Supriyadi, Indarto Happy Suryono Suryono Susi Rahmawati Suyarso Suyarso Tarisa Sekar Ayuningrum Tasa Hibatul Taufiq-Spj, Nur Tiara Finishia Tiara Finishia, Tiara Tiara Nur Baeti Baeti Untung Sujianto W.L. Saputra Wibowo, Rachmantino Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widigdo Bagus Bagaskara Wilis Ari Setyati Wisnu Satriyo Sudarmawan Yasmin Noor Yundari, Yundari Zaenal Arifin