Ita Riniatsih
Laboratorium Eksplorasi Dan Bioteknologi Kelautan Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Kampus Tembalang, Semarang, Indonesia. Telp./Fax +6224 7474698

Published : 87 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Kondisi Padang Lamun di Perairan Teluk Awur Jepara Terkait dengan Parameter Lingkungan Perairan dan Keberadaan Sampah Makro Plastik Kurniawan, Hendra; Yulianto, Bambang; Riniatsih, Ita
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i1.28266

Abstract

Ekosistem padang lamun merupakan salah satu ekosistem di wilayah pesisir yang mempunyai peranan yang penting untuk menjaga kelestarian dan keanekaragaman organisme laut. Kondisi parameter perairan pesisir merupakan faktor penting terhadap kondisi padang lamun yang meliputi  kecerahan perairan, pasang surut, arus, gelombang, suhu, salinitas, DO, kadar BOT dan pencemaran. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kondisi oseanografi dan sampah makro plastik terhadap kondisi padang lamun di perairan Teluk Awur Jepara yang dilakukan pada 3 stasiun pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa tipe pasang surut di lokasi pengamatan adalah mixed tide prevailing semi durnal. Kisaran data kecerahan 30-40 cm, kisaran kecepatan arus antara 0,109-0,0154 m/det, tinggi gelombang  0,5-126 cm, suhu 28-30 0c, salinitas  34-35%, kisaran kadar DO 4,2-4,9 ppm, dan kisaran kadar BOT 9,9-11,9 mg/liter. Kisaran berat sampah yang di temukan 0,08 kg- 1,8 kg di seluruh stasiun. Kisaran prosentase penutupan lamun  seluruh stasiun 14,678% - 20,706%, hal ini menunjukan bahwa kondisi padang lamun di perairan Teluk Awur dalam kondisi tidak sehat (>25%). Seagrass ecosystem is one of the ecosystems in coastal areas that has an important role to maintain the sustainability and diversity of marine organisms. The condition of coastal water parameters is an important factor for seagrass conditions including waters brightness, tides, currents, waves, temperature, salinity, DO, BOT levels and pollution. This study aims to look at the effect of oceanographic conditions and macro plastic waste on seagrass conditions in the waters of Teluk Awur Jepara conducted at 3 observation stations. The results showed that the tidal type at the observation site was mixed tide prevailing semi durnal. Brightness data range is 30-40 cm, current speed range is between 0.109-0.0154 m / sec, wave height is 0.5-126 cm, temperature is 28-30 0c, salinity is 34-35%, DO content range is 44,2-4,9ppm, and the range of BOT levels 9.9-11.9 mg / liter. The range of waste weight found was 0.08 kg - 1.8 kg at all stations. The range of seagrass closure percentage for all stations is 14.678% - 20.706%, this shows that the condition of seagrass in waters of Teluk Awur Jepara is in an unhealthy condition (>25%).
Pengaruh Kandungan Nitrat dan Fosfat Sedimen terhadapt Klorofil Thalassia hemprichii di Perairan Jepara Putera, Muhammad Adhim Widiyo; Suryono, Suryono; Riniatsih, Ita
Journal of Marine Research Vol 10, No 4 (2021): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i4.31133

Abstract

Proses fotosintesis pada lamun membutuhkan dua bahan utama yaitu karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) dengan klorofil sebagai katalisator dan menyerap energi cahaya. Nutrien merupakan faktor pembatas didalam proses fotosintesis. Kandungan klorofil lamun dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti intensitas cahaya, suhu dan nutrien. Terdapat dugaan bahwa pembentukan klorofil pada daun lamun dipengaruhi oleh nutrien berupa nitrat dan fosfat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi nutrien nitrat dan fosfat pada sedimen terhadap kandungan klorofil lamun T. hemprichii. Analisis konsentrasi nutrien (nitrat dan fosfat) dan klorofil dilakukan dengan metode spektrofotometri. Analisis regresi berganda dan analisis korelasi pearson dilakukan untuk mengetahui arah hubungan dan tingkat korelasi hubungan nitrat dan fosfat sedimen terhadap klorofil lamun T. hemprichii di Teluk Awur dan Pulau Panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kandungan klorofil pada lamun T. hemprichii di dua lokasi penelitian yang berbeda yaitu Teluk Awur dan Pulau Panjang. Kandungan klorofil lamun dari Teluk Awur relatif lebih tinggi dibandingkan dari Pulau Panjang. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda variabel nitrat memiliki arah yang positif dan variabel fosfat memiliki arah negatif pada kedua lokasi terhadap kandungan klorofil lamun. Berdasarkan analisis korelasi pearson, konsentrasi nitrat dan fosfat terhadap kandungan klorofil di Teluk Awur, memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat (nitrat) dan sedang (fosfat). Sementara Konsentrasi nitrat dan fosfat terhadap kandungan klorofil di Pulau Panjang, memiliki tingkat hubungan yang kuat (nitrat) dan lemah (fosfat). Hal ini menunjukkan bahwa proses pembentukkan klorofil pada daun lamun T. hemprichii di kedua lokasi ditentukan oleh konsentrasi nitrat.                                                                                             The process of photosynthesis in seagrass requires two main ingredients in its main reaction named carbon dioxide (CO2) and water (H2O) with chlorophyll as catalyst and absorb light energy Nutrients are a limiting factor in the process of photosynthesis. The content of chlorophyll contained in seagrass can be influenced by several factors such as light intensity, temperature and  nutrients. The formation of seagrass chlorophyll can be influenced by nutrients such as nitrate and phosphate. This research was conducted to determine the correlation between nitrate and phosphate in sediments to the chlorophyll content of T. hemprichii. Nutrient and chlorophyll analysis was performed using spectrophotometric methods. Multiples linear regression and pearson correlation method used to describe a correlation of nitrates and phosphates on chlorophyll content of T. hemprichii in Teluk Awur and Panjang Island. The results of the study show that the chlorophyll content in Teluk Awur is relatively higher than Panjang Island. Based on the results of multiple regression, the nitrate has a positive direction and the phosphate has a negative direction at both locations on the chlorophyll content. Based on pearson correlation, the concentration of nitrate and phosphate on chlorophyll content in Teluk Awur, has a very strong correlation (nitrate) and moderate correlation (phosphate). Meanwhile, the concentration of nitrate and phosphate on the chlorophyll content in Panjang Island has a strong correlation (nitrate) and weak correlation (phosphate). This indicates that the process of chlorophyll formation in T. hemprichii seagrass at both locations was determined by the concentration of nitrate.
Perbandingan Tutupan Antar Lamun, Makroalga dan Epifit Di Perairan Paciran Lamongan Rachmawan, Ega Widyatama; Suryono, Chrisna Adhi; Riniatsih, Ita
Journal of Marine Research Vol 10, No 4 (2021): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i4.31986

Abstract

Ekosistem padang lamun merupakan suatu ekosistem yang kompleks dan mempunyai fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi perairan wilayah pesisir. Lamun, makroalga dan epifit merupakan biota laut yang hidupnya saling berdampingan. Epifit merupakan organisme yang hanya menempel pada permukaan tumbuhan seperti pada bagian daun dan rhizome lamun. Makroalga pada umumnya hidup pada kawasan intertidal yang memiliki variasi faktor lingkungan yang cukup tinggi. Keberadaan makroalga seringkali menjadi kompetitor bagi lamun yang hidup di ekosistem yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tutupan lamun, makroalga dan epifit di Perairan Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Pengambilan data dilakukan di 3 Stasiun yaitu pelabuhan, pemukiman warga dan TPI. Pendataan dilakukan dengan menggunakan metode line transek. Hasil penelitian didapatkan 2 jenis lamun yaitu Enhalus acorodes dan Thalassia hempricii. Prosentase tutupan lamun pada ketiga Stasiun berkisar 16,7% - 34,3%. Hasil rata-rata tutupan makroalga yang terdapat pada ketiga Stasiun yaitu hanya 7%. Rata-rata tutupan epifit yang terdapat pada ketiga Stasiun yaitu sebesar 16%. Kondisi perairan di Paciran masih tergolong baik karena sesuai dengan baku mutu yang ada. The seagrass ecosystem is a complex ecosystem and has very important functions and benefits for coastal waters. Seagrass, macroalgae and epiphytes are marine biota that live side by side. Epiphytes are organisms that only attach to plant surfaces such as leaves and seagrass rhizomes. Macroalgae generally live in intertidal areas that have a fairly high variation of environmental factors. The presence of macroalgae is often a competitor for seagrasses that live in the same ecosystem. This study aims to determine the comparison of seagrass cover, macroalgae and epiphytes in Paciran waters, Lamongan, East Java. Data collection was carried out at 3 stations, namely ports, residential areas and TPI. Data collection was carried out using the line transect method. The results obtained 2 types of seagrass, namely Enhalus acorodes and Thalassia hempricii. The percentage of seagrass cover at the three stations ranged from 16.7% - 34.3%. The average yield of macroalgae cover at the three stations was only 7%. The average epiphytic cover found at the three stations is 16%. The condition of the waters in Paciran is still relatively good because it is in accordance with the existing quality standards.
Substrat Dasar dan Parameter Oseanografi Sebagai Penentu Keberadaan Gastropoda dan Bivalvia di Pantai Sluke Kabupaten Rembang Ita Riniatsih; Edy Wibowo
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 14, No 1 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (683.757 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.14.1.50-59

Abstract

Gastropoda dan bivalvia memiliki distribusi yang luas dalam ruang dan waktu, kebanyakan melimpah sebagai individu. Gastropoda dan bivalvia umumnya berada di laut, hidup di sepanjang pantai atau diperairan dangkal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tekstur substrat dasar dan kandungan bahan organik sebagai penentu keberadaan gastropoda dan bivalvia di Pantai Sluke, Kabupaten Rembang di bagi menjadi 5 lokasi dengan jarak masing-masing lokasi 100 m sepanjanggaris pantai. Tiap lokasi dibagi menjadi 5 stasiun dengan jarakmasing-masingstasiun 100 m ke arah laut. Pengambilan sampel dilakukan dalam transek kuadran 1x1 m, selanjutnya sampel dibersihkan dan diawetkan untuk kemudian dilakukan identifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gastropoda dan bivalvia paling banyak ditemukan pada stasiun B pada jarak 200 m dari pantai, sedangkan pada stasiun A3,A5,C3,D3, dan E2 tidak ditemukan adanya gastropoda dan bivalvia. Spesies yang paling banyak ditemukan adalah Nassarius siquijorensis dari kelas gastropoda dengan jumlah 62 spesies. Untuk Trachycardium rugosum dari kelas bivalvia adalah spesies yang paling sedikit ditemukan. Kandungan bahan organik pada pantai Sluke memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Kandungan bahan organik tertinggi yaitu 22,38 % tergolong dalam kandungan bahan organik tinggi yang terdapat pada stasiun C5, sedangkan kandungan bahan organik terendah yaitu 2,65 % tergolong dalam kandungan bahan organik sangat rendah yang terdapat pada stasiun El. Untuk tekstur substrat dasar rata-rata dari stasiun 1 pada semua lokasi mempunyai substrat dasar pasir. Sedangkan stasiun 2 pada semua lokasi didominasi oleh substrat dasar pasir berlumpur. Untuk stasiun 3, 4, dan 5 pada semua lokasi, substrat dasar yang mendominasi adalah lumpur berpasir.
Kelimpahan Fitoplankton di Padang Lamun Buatan (Artificial Seagrass Bed as Phytoplankton Habitat) Ita Riniatsih; Widianingsih Widianingsih; Sri Redjeki; Hadi Endrawati
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 18, No 2 (2013): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.227 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.18.2.84-90

Abstract

Padang lamun berperan penting dalam menjaga kelestarian berbagai jenis organism laut. Namun secara umum kondisi ekosistem lamun saat ini semakin menurun. Melalui pengembangan padang lamun buatan diharapkan dapat membantu mengembalikan fungsinya, termasuk pertumbuhan fitoplankton sebagai epifit pada salah satu orgasnime yang berasosiasi di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keberhasilan penciptaan habitat fitoplankton di padang lamun buatan. Penelitian dilakukan dengan dua model lamun buatan yang terbuat dari tali kalas, tanaman plastik berbentuk semak, dan transplantasi lamun asli jenis Enhalus acoroides serta padang lamun asli sebagai control dengan empat kali ulangan. Fitoplankton yang diperoleh selama penelitian sebanyak 30 jenis. Jenis fitoplankton yang mendominansi semua perlakuan adalah kelas Bacillariophyceae yaitu genus Nitzschia, Coscinodiscus, Bidulphia, Rhizosolenia dan Skeletonema. Jumlah jenis dan kelimpahan fitoplankton yang tertangkap terlihat berbeda di setiap sampling pengamatan. Hingga akhir pengamatan jumlah jenis dan kelimpahan fitoplankton tidak terlihat perbedaan antara lamun buatan dan padang lamun asli. Indeks keanekaragaman dan keseragaman fitoplankton dalam kategori sedang pada ketiga perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa padang lamun buatan sama efektifnya dengan padang lamun asli dalam menyediakan tempat untuk penempelan fitoplankton sebagai epifit serta meningkatkan produktivitas primer di ekosistem padang lamun. Kata kunci: habitat, fitoplankton, padang lamun buatan Seagrass bed is one of coastal area ecosystems, which has important role for various marine organisms. Artificial seagrass bed can create new habitat for phytoplankton as one of epiphyte organisms which is associated with others marine organisms. The purpose of this research is to know successful a phytoplankton growth in artificial seagrass bed at Teluk Awur Coastal area, Jepara.. There were three treatments in this research i.e. (a) artificial seagrass bed from kalas rope, (b) artificial seagrass made from plastic, (c) seagrass of Enhalus acoroides, and natural seagrass bed ecosystem as control, with 4 replications. Thirty phytoplankton species were found in that area. Several genera from class Bacillariophyceae dominanted at all treatments, i.e. Nitzschia, Coscinodiscus, Bidulphia, Rhizosolenia and Skeletonema. There were differences on the number of species and abundance of phytoplankton every time sampling. However, the number of species and abundance of phytoplankton were similar between artificial seagrass bed and natural seagrass bed at the end of this research. All treatments have medium category for diversity and evenness index. The results suggest that artificial seagrass bed is as effective as natural seagrass for location (medium) for phytoplankton habitat and for increasing primary productivity. Keywords : habitat, phytoplankton, artificial seagrass bed
Bioaktivitas Ekstrak dan Serbuk Lamun Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii pada Vibrio alginolyticus dan Vibrio harveyii Ita Riniatsih; Wilis Ari Setyati
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 14, No 3 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.41 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.14.3.138-141

Abstract

Vibriosis merupakan penyakit bakterial yang menyerang udang antara lain disebabkan oleh Vibrio alginolyticus dan Vibrio harveyii.  Salah satu upaya perlindungan udang terhadap infeksi vibriosis adalah melalui reduksi jumlah bakteri vibrio di media budidaya dan saluran pencernaan udang. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan justifikasi pemanfaatan ekstrak dan serbuk simplisia lamun Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii sebagai agensia pengendali bakteri vibrio. Beberapa penelitian membuktikan  bahwa lamun mempunyai aktivitas antibakteri. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian  jenis lamun lain dan terhadap strain strain bakteri vibrio pathogenik pada udang. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental. Sampel E. acoroides dan T. hemprichii diekstraksi dengan air panas. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan secara  in vitro menggunakan  agar disc diffusion method. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak dan serbuk simplisia E. acoroides tidak menunjukan bioaktivitas terhadap V. alginolyticus dan V. harveyii. Ekstrak T. hemprichii menunjukan bioaktivitas terhadap V. alginolyticus dan V. harveyii. Sedangkan serbuk simplisia T. hemprichii menunjukan aktivitas antibakteri terhadap V. alginolyticus dan V. harveyii setelah 48 jam inkubasi Kata kunci : antibakteri, ektrak panas, serbuk, lamun, vibriosis Vibriosis is  a bacterial diseases in prawn which caused by  Vibrio including Vibrio alginolyticus and Vibrio harveyii. An effort to protect the prawn of vibrio infection is by  reducing the number of vibrio bacteria either in the culture media and/or in the gastrointestinal system of the cultured species. The research aimed to find justification for the use of seagrasess Enhalus acoroides and Thalassis hemprichii as vibrio bacteria control agensia. The research was conducted by experimental method. The initial phase of the study was testing the antibacterial activity in vitro using agar disc diffusion method. The result shows that neither extract nor simplicia of E. acoroides have an effect against the growth of V. alginolyticus and V. Extract of however, significantly shows bioactivity respond against those bacteria and its simplicia powder also showing a similar effect but after 48 hours of incubation. Key words : antibacterial, hot water extract, powder, seagrass, vibriosis
Kandungan Klorofil-a Mikrofitobentos di Padang Lamun Perairan Teluk Awur dan Bandengan, Jepara Widianingsih Widianingsih; Ita Riniatsih
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 14, No 1 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.462 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.14.1.6-13

Abstract

Mikrofitobentos yang hidup di lapisan sedimen teratas dapat digunakan sebagai pengukuran produktifitas primer di subtrat dasarperairan. Kandungan klorofil-a pada lapisan sedimen teratas dapat digunakan sebagai pengukuran biomassa mikrofitobentos. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeterminasi kandungan klorofil-a mikroRtobenthos di lapisan sedimen teratas pada padang lamun perairan Teluk Awur dan Bandengan, Jepara. Hash penelitian menyatakan bahwa kandungan klorofil-a mikrofitobentos pada padang/amun perairan Teluk Awur lebih tinggi (0,940 - 1,011 mg/cm3) daripada perairan Bandengan (0,690 - 0,850 mg/cm3), namun berkebalikan dengan kerapatan lamunnya. Hal ini karena semakin tinggi nilai kerapatan padang lamun, semakln sedikit penetrasi cahayayang sampai ke lapisan substratnya sehingga akan mengakibatkan kecilnya nilai klorofil-a mikrofitobentos. Nilai kandungan klorofil-a mikrofitobentos tinggi pada wilayah padang lamun dengan kerapatan yang rendah, kandungan nutrien yang tinggi, kecepatan arus rendah dan penetrasi cafiaya yang tinggi dan sampai ke substrat dasar   Kata Kunci : Klorofil-a mikrofitobentos, Padang Lamun,  Teluk Awur, Bandengan
Asexual Reproduction of Black Sea Cucumber from Jepara Waters Retno Hartati; Muhammad Zainuri; Ambariyanto Ambariyanto; Sri Redjeki; Ita Riniatsih; Ria Azizah; Hadi Endrawati
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 24, No 3 (2019): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.263 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.24.3.121-126

Abstract

Black sea cucumber or Lollyfish are trade name for Holothuria atra, one species of family Holothuriidae abundance in Jepara waters, especially in Panjang Island.  They inhabit on the seabed, in shallow waters on reefs and sand flats or in Seagrass meadows. Beside reproduce sexually, H. atra also do fission (biology), i.e. able to reproduce asexually by transverse fission. Monthly survey has been conducted for three months to determine frequency of fission among H. atra population in Panjang Island waters. In total 891 individu of H. atra inhabit in seagrass meadow mixed with rubble were examimed. In fissiparous sea cucumber, transverse fission are followed by regeneration and in this research identified from external observations. The fission state was divided into three category, i.e. closed wound (Category 1), little regeneration either posterior or anterior part (category 2), moderate regeneration either posterior or anterior part (category 3).   The result showed that the fission frequency was highest during end of rainy season in April (13,21%) and decreased during May (4,61%) and June (4,86%). Body regeneration seem happened fast, since the new individu sea cucumber at category 1 was low but high as category 3. The regeneration were related with the condition of environment.
Pengaruh Aplikasi Probiotik Terhadap Laju Sintasan dan Pertumbuhan Tokolan Udang Vanamei (Litopeneus vannamei), Populasi Bakteri Vibrio, serta Kandungan Amoniak dan Bahan Organik Media Budidaya Ervia Yudiati; Zaenal Arifin; Ita Riniatsih
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 15, No 3 (2010): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.335 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.15.3.153-158

Abstract

Peningkatan kadar amoniak dan bahan organik pada media budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik pengoksidasi amoniak dan bahan organik terhadap laju sintasan hidup dan pertumbuhan tokolan udang vaname, populasi bakteri vibrio serta kandungan amoniak dan bahan organic media budidaya. Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental laboratories dengan empat perlakuan yaitu perlakuan pemberian 1 ppm  probiotik A (Nitrosomonas eutorpha MPN-8.2, dan Nitrobacter winogradskyi MPN-2), pemberian 0,1 ppm probiotik B (Paracoccus pantotrophus SB 3056 1,5x109cfu/g dan Bacillus megaterium SB 3112 2,5x109cfu/g), pemberian campuran probiotik A dan probiotik B dengan dosis masing masing 1 ppm  dan 0,1 ppm  serta control (tanpa probiotik). Tiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Kandungan amoniak dan bahan organik dalam air diukur  pada hari ke 0, 15 dan 30. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian probiotik A, B dan campuran probiotik A dan B berpengaruh : meningkatkan sintasan hidup tokolan udang vanamei yaitu berturut-turut (96%+3,05), (96,66+2,08)%, dan (97,33+1,25)% sedangkan kontrol (90,66 +3,30)%. (2) menurunkan populasi bakteri pathogen Vibrio, serta (3)menurunkan kadar amoniak dan bahan organik.Kata kunci: Litopenaeus vannamei, probiotik, amoniak, total bahan organic, sintasan The enhancement of ammonia and total organic matter level in water medium of vannamei’s (Litopenaeus vannamei) grow out  is one of the major problem.The aims of this research is to find out the effect of survival rate and growth in  vaneme’s juveniles by probiotic addition  This research was done by experimental laboratory with four treatments i.e.  A = juveniles + 1 ppm (Nitrosomonas eutorpha MPN-8.2, and  Nitrobacter  winogradskyi MPN-2 ), B = juveniles + 0,1 ppm (Paracoccus pantotrophus SB 3056 1.5x109cfu/g and Bacillus megaterium SB 3112 2.5x109cfu/g), C = juveniles + 1 ppm (Nitrosomonas eutorpha and Nitrobacter  winogradskyi) + 0,1 ppm (Paracoccus pantotrophus and Bacillus megaterium) and K= juveniles without probiotic addition, respectively. These treatments were replicated in three times. The measurements was regularly done by considering the culture condition. The result shows that those probiotic treatments give the better survival rate i.e. A(96%+3.05), B=(96,66+2.08)%,  C=(97,33+1.25)%  when  caompared  to  the  controle (90.66+3.30)%.  Furthermore,  the pathogenic Vibrio population of probiotic treatments were low when compared to the control. The level of total ammonia and organic matter in control was higher than the probiotic treatments. Key words: Litopenaeus vannamei, probiotics, ammonia, total organic matter
Keanekaragaman Perifiton pada Daun Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pulau Parang, Karimunjawa Raden Ario; Ita Riniatsih; Ibnu Pratikto; Pratiwi Megah Sundari
Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 2 (2019): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.052 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v8i2.23274

Abstract

Keanekaragaman jenis lamun dan struktur morfologi yang cukup besar pada Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata memungkinkan ditumbuhi perifiton dimana dapat meningkatkan produktivitas primer. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kelimpahan perifiton dan pola distribusinya serta hubungan kerapatan lamun terhadap kelimpahan perifiton di PulauParang, Karimunjawa. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2018 menggunakan metode survei dan penentuan lokasi dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, sedangkan metode pengambilan data lamun melalui metode line transect quadrant yang mengacu pada metode seagrass watch. Pengambilan daun lamun untuk pengamatan perifiton menggunakan metode sapuan daun yang selanjutnya diamati dengan menggunakan metode sensus yaitu pengamatan total dengan alat sedgwick rafter counting chamber di bawah mikroskop. Nilai kelimpahan perifiton pada daun lamun Enhalus acoroides di Stasiun 1, Stasiun 2, dan Stasiun 3 berturut–turut sebesar 2654 sel/cm2, 2831 sel/cm2, 1435 sel/cm2. Sedangkan kelimpahan perifiton pada daun lamun Cymodocea serrulata di Stasiun 1, Stasiun 2, dan Stasiun 3 berurutan sebesar 0 sel/cm2, 2376 sel/cm2, 2890 sel/cm2. Kelimpahan tertinggi perifiton terdapat pada jenis lamun Enhalus acoroides, hal ini diduga karena Enhalus acoroides mempunyai penampang daun yang lebih lebar dan umur jaringan makrofil yang lebih lama. Perifiton yang mendominasi di Pulau Parang berasal dari Kelas Bacillariophyceae, diduga karena kelas ini memiliki kemampuan melekat pada substrat yang baik. Berdasarkan perhitungan Indeks Morisita maka diketahui bahwa sebaran perifiton di Pulau Parang adalah mengelompok. Kelimpahan perifiton dengan kerapatan lamun di Pulau Parang memiliki hubungan cukup erat.   The variety of seagrass types and the morphological structure of Enhalus acoroides and Cymodocea serrulata allows periphyton to be grown. Periphyton can increase primary productivity and help the decomposition process of seagrass. This research aims to determine the periphyton abundance, periphyton distribution and seagrass density relationship towards periphyton abundance in Parang Island, Karimunjawa. This research was conducted on October 2018. The seagrass data was collected by using the line transect quadrant method refers to the seagrasswatch method. Taking seagrass leaf for periphyton observation using the leaf drainage method was then observed using the census method, which is a total observation with sedgwick rafter counting chamber. Periphyton abundance value on seagrass leaves of Enhalus acoroides at Station 1, Station 2, and Station 3 are 2654 cells/ cm2, 2831 cells/ cm2, 1435 cells/ cm2 respectively. While periphyton abundance on the seagrass leaves of Cymodocea serrulata at Station 1, Station 2, and Station 3 are 0 cell/ cm2, 2376 cells/ cm2, 2890 cells/ cm2 respectively. The highest abundance of periphyton was observed on Enhalus acoroides leaves. This is presumably because Enhalus acoroides has a wider leaf section and longer age of macrophilic system. Periphyton that dominates in Parang Island comes from Class Bacillariophyceae. This is likely because this class has the ability to attach on a good substrate. Based on the calculation of the Morisita Index, it is known that the periphyton distribution in Parang Island is clustered. Periphyton abundance showed a strong relation with the seagrass density.
Co-Authors Adelia Hilma Sugiarto Adi Santoso Alfi Satriadi Alfi Satriadi Ali Djunaedi Almira Nadia Kusuma Ambariyanto Ambariyanto Amin Nur Kolis Rela Hidayah Anggada, Rama Anggun Sri Hardiyanti Antonius Budi Susanto Ardian Nurrasyid Chamidy Arum Wahyuning Prita Azizah T.N., Ria Baeti, Tiara Nur Baeti Bagaskara, Widigdo Bagus Bagus Apriana Putra Bambang Yulianto Baskoro Rochaddi Cantika Elistyowati Andanar Chamidy, Ardian Nurrasyid Chrismanola, Verena Chrisna Adhi Suryono Chrisna Adi Suryono Dedi . Dedi Setiawan Deftika Mulyawati Delianis Pringgenies Delianis Pringgenies Delianis Pringgenis Dewi, Septiyani Kusuma Dimpos Jonathan Sianipar Dinda Monita Dwi Wulandari Dwi Wulandari Dyanita Havshyari Putri Andrykusuma Edy Supriyo Edy Wibowo Ega Widyatama Rachmawan ELza Lusia Agus Endang Sri Susilo Endika Meirawati Ervia Yudiati Faishal Falah Falah, Faishal Febriyantoro Febriyantoro Firil, Nis Aura Sadida Fitriyan, Jodhi Kusumayudha Gita Lestari Gunawan Widi Santosa Hadi Endrawati Hadi Endrawati Hadi Endrawati Hafizt, Muhammad Hartati, Retno Hartati Hendra Kurniawan Hidayah, Amin Nur Kolis Rela Hira, Khansa Yatita Huda, Juan Syamsul Ibnu Pratikto Ibnu Pratikto Islam, Anastasya Devi Septanovia Iswari, Marindah Yulia Ita Widowati Jan Ericson Wismar Josua Kristanto Pandiangan Jusup Suprijanto Jusup Suprijanto Ken Asti Harimbi Khozin Khozin Khudin, Miftah Kiki Pebli Ningrum Klau, Fransiska Reni Kusuma, Almira Nadia Lestari, Gita Lilik Maslukah Marthin Ricky Sipayung Melinda Sri Asih Miftah Khudin Monica Virgiana Silvi Monita, Dinda Muhamad Syahrul Ramadhani Muhammad Adhim Widiyo Putera Muhammad Adi Saputro Muhammad Adi Saputro Muhammad Raihan Faqiha Bintang Azzura Muhammad Taufiqur Rahman, Muhammad Taufiqur Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Mulyawati, Deftika Munasik Munasik Munasik Nando Arta Gusti Pamungkas Nashih, Muhammad Dhiaulhaq Fakhruddin Ningrum, Kiki Pebli Nirwani Soenardjo Nirwani Soenardjo Nur Taufiq-Spj Nursanti Nursanti Nursanti Nursanti Ocky Karna Radjasa Pratiwi Megah Sundari Putera, Muhammad Adhim Widiyo Putra, Rio Adista Widodo R. Sapto Hendri Boedi Soesatyo Rachmantino Wibowo Rachmawan, Ega Widyatama Raden Ario Rafdi Abdillah Harjuna Retno Hartati Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Tri Nuraini Ria Azizah Trinuraini Riana Mentarijuita Riana Mentarijuita Rio Adista Widodo Putra Robertus Triaji Mahendrajaya Robertus Triaji Mahendrajaya Rr. Citra Permata Rr. Citra Permata Rudhi Pribadi Ryandha Idris Ryandha Idris Saputri, Noviyani Sasi Vita Aphrodita Septiyani Kusuma Dewi Sri Redjeki Sri Redjeki Subagiyo Subagiyo Subagiyo Subagiyo Subiakto, Achmad Yusuf Sudarmawan, Wisnu Satriyo Sugiarto, Adelia Hilma Sunaryo Sunaryo Supriyadi, Indarto Happy Suryono Suryono Susi Rahmawati Suyarso Suyarso Tarisa Sekar Ayuningrum Tasa Hibatul Taufiq-Spj, Nur Tiara Finishia Tiara Finishia, Tiara Tiara Nur Baeti Baeti Untung Sujianto W.L. Saputra Wibowo, Rachmantino Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widigdo Bagus Bagaskara Wilis Ari Setyati Wisnu Satriyo Sudarmawan Yasmin Noor Yundari, Yundari Zaenal Arifin