Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

PERANCANGAN BEJANA TEKAN (PRESSURE VESSEL) UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT DENGAN VARIABEL KAPASITAS PRODUKSI 10.000 TON/BULAN Meylia Rodiawati; A.Yudi Eka Risano; Ahmad Su'udi
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol 1, No 4 (2013)
Publisher : Jurnal Ilmiah Teknik Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kelapa sawit adalah tumbuhan industri penghasil minyak yang dapat dikonsumsi maupun minyak industri. Bagaimanapun pengolahan kelapa sawit akan menghasilkan limbah. Lebih lanjut, diketahui bahwa limbah tersebut berpotensi sebagai sumber biomassa untuk dikonversikan menjadi biodiesel yang salah satu tahapannya ialah perebusan. Kemudian, proses perebusan yang umum diaplikasikan ialah menggunakan bejana tekan sederhana yang kekuatan dan kapasitasnya terbatas sehingga berimplikasi pada hasil produksi yang tidak maksimal. Oleh sebab itu, penting  untuk merancang bejana tekan untuk pengolahan limbah kelapa sawit sesuai spesifikasi yang diperlukan. Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung dan menentukan dimensi bejana tekan untuk menampung 10.000 Ton limbah kelapa sawit / bulan dan mengetahui tegangan yang terjadi pada bejana tekan pada saat pengolahan limbah kelapa sawit. Perancangan dilakukan dengan menentukan jenis bejana tekan yang akan dipakai kemudian melakukan perhitungan dan penentuan diameter bejana, jenis material, jenis shell, nozlle, lifting lug dan head, ketebalan tiap komponen, stress maksimum yang terjadi tiap komponen dan menggambar desain menggunakan software CAD. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dimensi yang sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan adalah bejana tekan berdiameter 3,82 m dan panjangnya 30 m. Kemudian tebal shell 3/8" (0,009525m), head tipe torispherical dengan tebal 0,5" (0,0127m), pipa nozzle 16" schedule 20 dengan ketebalan dinding pipa 7,9248mm, pipa manhole NPS 24 SCH 20 dengan ketebalan dinding pipa  manhole 9,525mm. Setelah dilakukan perhitungan tegangan longitudinal diperoleh nilai sebesar 29,4 MPa, tegangan circumferential  58,9 MPa dan tegangan total yang terjadi akibat termal Tegangan ini jika dibandingkan dengan tegangan ijinnya sebesar 174,8 MPa maka tegangan yang terjadi masih dalam kondisi aman. Kata kunci: Limbah kelapa sawit, Bejana Tekan (pressure vessel), ASME Section VIII Div.1, Shell,Head, Nozzle, Manhole.
PENGARUH VARIASI NORMALITAS NaOH PADA AKTIVASI BASAFISIK ZEOLIT PELET PEREKAT TERHADAP PRESTASI SEPEDA MOTOR BENSIN 4-LANGKAH Ari Andrew Pane; Herry Wardono; A.Yudi Eka Risano
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol 2, No 2 (2014): Jurnal FEMA Vol.2 No.2 Tanggal 10 April 2014
Publisher : Jurnal Ilmiah Teknik Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Natural zeolite is an alternative adsorbent. It needs firstly to  be activated before using it as absorbent in order to get zeolite with high adsorption capacity. Previously, the use of pelletized zeolite activated by NaOH-physic and KOH-physic with varied normalities was only performed in a diesel engine to observe the engine performance.In this study there were two kinds of activation, that is  chemical activation with NaOH activator variation on the normality of 0.25 N, 0.5 N, 0.75 N, and 1.0 N and physical activation with using  a temperature of 220 °C for 2 hours. All are made in the form of adhesive zeolite pellets with a diameter of 10 mm and a thickness of 3 mm.From the test results and analysis showed that the use of chemically activated zeolite can improve the performance of 4-stroke petrol engine when compared without using  zeolite. The best performance in this experiment obtained at the normality of 0,75 N. At road test, the pelletized zeolite can reduce the fuel consumption 23, 15 %, and 16,51 % at stationary test, and increase acceleration by 14,77 %. Keywords: zeolite adsorbent, variation of normality, activator of NaOH
PENGGUNAAN MATERIAL FASA BERUBAH UNTUK MENJAGA KESEGARAN IKAN Muhammad Irsyad; Choirul Anam; Ahmad Yudi Eka Risano; Amrul Amrul
Jurnal Teknologi Vol 13, No 2 (2021): Jurnal Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/jurtek.13.2.153-160

Abstract

Hasil tangkapan dan panen ikan perlu ditangani dengan baik agar kualitas ikan tetap terjaga. Proses pendinginan dan pembekuan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kesegaran ikan. Proses pendinginan yang umum dilakukan adalah dengan memberi es curah ke dalam box penyimpanan. Penyimpanan dalam kondisi terendam air dapat mengurangi kualitas ikan karena mendukung pertumbuhan bakteri. Penyimpanan dengan metode pendinginan ini perlu dikembangkan sehingga mampu mempertahankan kualitas ikan, seperti penggunaan phase change material (PCM) dalam kemasan. Peneliitan ini membandingkan kemampuan pendinginan dan kualitas ikan secara fisik menggunakan es curah, es dalam kemasan dan parafin dalam kemasan sebagai PCM. Ikan yang digunakan dalam pengujian adalah ikan mas. Rasio massa ikan dan PCM adalah 0,5. Pengujian yang dilakukan ada dua bagian yakni pendinginan ikan dan mempertahankan temperatur ikan. Hasil pengujian menunjukkan penggunaan PCM dari air dapat menurunkan temperatur ikan mencapai 5oC, sedangkan penggunaan parafin hanya bisa mencapai 20oC. Waktu untuk mempertahankan temperatur ikan agar tidak melebihi 11oC dengan menggunakan PCM es dapat mencapai 11 jam. Penggunaan es dalam kemasan mampu mempertahankan kualitas ikan dibandingkan dengan es curah. Kualitas fisik ini  ditandai dengan warna mata, dan warna insang masih cerah, serta tulang dan daging masih menyatu dengan baik.
Peningkatan Efisiensi Termal Tungku Biomasa Untuk Proses Pengeringan Biji Kakao di Desa Wiyono Kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung Muhammad Badaruddin; Ahmad Yudi Eka Risano; Ahmad Suudi
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Sakai Sambayan Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Sakai Sambayan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract — The modification stove was designed and constructed for drying cocoa beans using biomassa as fuel. The purpose of the modification stove is to increase production of 0.6 tonnes dry cocoa beans. The thermal efficiency of the stove is determined and compared with a conventional stove using hevea brasiliensis woods as fuel. The inside wall of stove and oven were built from SK34 fire brick and ceramic paper, respectively. The outer walls were made from red brick and was coated by cement. The results show that the thermal efficiency of the modification stove is increased by 37.34% compared with the conventional stove. The fuel consumption decreases by 25 % (25 kg-product), resulting a fuel cost saving of Rp. 1.8 million/year. In addition, the total cost of the stove can be paid back in a period of 3.5 years with the service lifetime of the stove for 10 years. The moisture contents ratio of cocoa beans with drying time are obtained to predict values of diffusivity (De) over range of drying temperature 50-80 °C. the values of diffusivity obtained ranged from 62.03 × 10−10 sampai 4.55 × 10−10 m2/s for the temperature used. Keywords — biomass stove, cocoa been, thermal efficiency, efective diffusity
Pengaruh Jarak Pemasangan Secondary Cabin Roof (SCR) Terhadap Temperatur Kabin Mobil Yudi Eka Risano
JURNAL MECHANICAL Vol 3, No 1 (2012)
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak SCR atau Secondary Cabin Roof  merupakan aksesoris tambahan pada mobil berupa atap kabin sekunder yang dipasang diatas atap utama mobil. SCR ini dirancang dengan maksud mengurangi panas yang masuk ke dalam kabin karena sinar matahari ketika sebuah mobil sedang diparkir ditempat terbuka ataupun sedang berjalan, sehingga akan membantu meringankan kerja ac mobil ketika ac dihidupkan. Telah dilakukan pengujian jarak pemasangan (mounting distance) SCR terhadap atap kabin utama, hal ini untuk mengetahui jarak pemasangan yang terbaik.Penelitian dilakukan dengan memberikan margin atau jarak pemasangan sebesar 2 cm, 5 cm dan 7 cm. Proses pengujian dilakukan dengan menjemur mobil di terik matahari selama 1 jam, kemudian mulai diukur temperatur di dalam kabin mobil setiap selang waktu 2 menit untuk setiap variasi margin pemasangan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak pemasangan terbaik ditinjau dari sisi besarnya penurunan temperatur kabin adalah dengan jarak pemasangan 7 cm, yaitu sekitar  6 0C tanpa ac mobil dihidupkan.Kata kunci : atap kabin sekunder, jarak pemasangan, temperatur.
Perancangan Heat Exchanger pada Binary Power Plant Kapasitas 100 KW yang Memanfaatkan Uap Sisa PLTP Ulu Belu Ahmad Yudi Eka Risano; Ahmad Suudi; Rendy Dwi A.P.
JURNAL MECHANICAL Vol 6, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/mech.v6.i2.201508

Abstract

Binary power plant adalah sistem pembangkitan listrik kedua yang mana fluida panas bumi dimanfaatkan sebagai sumber panas utama pada alat penukar panas. Tujuan dari penelitian ini yaitu merencanakan heat exchanger pada binary power plant kapasitas 100 KW, menghitung dan menentukan dimensi-dimensi tiap komponen dari heat exchanger, mengetahui besar longitudinalstress, circumferential stress dan thermal stress yang terjadi pada heat exchanger. Hasil dari perencanaan yang telah dilakukan menunjukan bahwa dimensi dari heat exchanger yaitu berdiameter 0,5 m, panjang 3,6 m, dan tebal dinding yaitu 9,5 x 10-3 m. Tegangan total yang paling besar yaitu tegangan total arah circumferential yang terjadi pada komponen shell dengan nilai sebesar 163,5 Mpa. Tegangan-tegangan yang terjadi pada tiap komponen lebih kecil dibandingkan nilai tegangan ijin material pada nilai SF 1,5 yang direncanakan. Kata kunci :Binary power plant, Circumferential stress, Heat exchanger, Longitudinal stress, Thermal stress.
APLIKASI MINYAK KELAPA SAWIT PADA PHOTOVOLTAIC YANG TERINTEGRASI PADA DINDING BANGUNAN SEBAGAI PENDINGIN PASIF UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN MENURUNKAN BEBAN PENDINGIN RUANGAN A Yudi Eka Risano; M Dyan Susila E S; Yoga Pratama
TURBO [Tulisan Riset Berbasis Online] Vol 6, No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (921.88 KB) | DOI: 10.24127/trb.v6i1.460

Abstract

Menanggapi isu green building dan penggunaan clean energy yang sangat santer saat ini, pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Penggunaan energi surya menggunakan photovoltaic (PV) pada sistem Building Intergated Photovoltaics (BIPV) akan menambah pasokan listrik dan mengurangi ketergantungan terhadap pembangkit listrik. Menurut M. Farid dan Abhat A. Low dalam jurnal MONEV Muhammad Irsyad, Penambahan Minyak Kelapa Sawit pada Photovoltaic yang Terintegrasi pada Dinding Bangunan untuk Meningkatkan Efisiensi dan Menurunkan Beban Pendingin Ruangan (2012), persoalan tiap kenaikan 1oC temperatur PV yang mengurangi efisiensi PV 0,4 – 0,5% dapat disiasati dengan integrasi Phase Change Material (PCM). Selain itu dengan sifatnya sebagai pendinginan pasif, masuknya kalor ke dalam ruangan juga akan direduksi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat karakteristik efisiensi PV dan perambatan kalor pada ruangan model BIPV yang diintegrasikan dengan PCM CPO. Pengujian dilakukan dengan membandingkan dua model BIPV yang dengan dan tanpa PCM CPO. Variasi dilakukan dengan kemiringan BIPV 45º dan 30º masing-masing orientasi timur dan barat. Setelah dilakukan empat variasi percobaan, BIPV dengan kemiringan 30º lebih unggul dibanding dengan kemiringan 45º. Perbandingan perpindahan panas dinding dalam menuju ruang BIPV dengan PCM CPO kemiringan 30º orientasi barat lebih signifikan dan stabil, terutama pada intensitas 850 W/m² perbandingan panas dari dinding dalam menuju ruang yang sebesar 0,4012 W dapat diredam dengan menggunakan CPO hanya sebesar 0,2596 W. Kemudian pada puncak perpindahan panas tertinggi dari dinding dalam ke ruang model BIPV tanpa CPO dengan intensitas 923 W/m² mencapai 0,43426 W, dengan penambahan PCM CPO hanya 0,25913 W. Perbedaan efisiensi dengan pemakaian PCM CPO juga lebih unggul hingga menaikkan efisiensi 5,75% saat intensitas 982 W/m² sudut penyinaran 120 º dari timur.Kata kunci : green building, clean energy, photovoltaic, Bahan Perubah Fasa, Minyak Kelapa Sawit, pendingin pasif.
The influence of friction stir welding tool shape on quality of AZ31 Magnesium welding product Irza Sukmana; Fauzi Ibrahim; Ahmad Yudi Eka Risano
TURBO [Tulisan Riset Berbasis Online] Vol 10, No 2 (2021): Jurnal TURBO
Publisher : Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/trb.v10i2.1728

Abstract

Magnesium is one type of material that can be used as a base metal in welding. Magnesium has superior properties, including low density, good ductility, medium strength and excellent corrosion resistance. Because of its properties, the metal is widely used, ranging from household goods to aircraft components. These base metals are categorised as mild when viewed from the specific gravity of magnesium (1.74 g/cm3 and 1.83 g/cm3). Welding is the process of merging two or more base metals which are merged at the contact surface with or without additives or fillers. Welding is divided into two main categories, Liquid and Solid-State Welding. Friction Stir Welding (FSW) is an example of Solid-State Welding (Non-Fusion Welding). FSW is a friction welding process that twists the tool by utilising heat energy and pressing without additives or fillers until the base metal is in a phase change.  The welding process in this study used the cone and spiral shape with a tool rotation at 2000 rpm and a welding speed of 16 mm/min. The tests carried out are tensile and hardness testing. This study found that the tool shape, tool rotation, and welding speed significantly affect the mechanical properties of the welded AZ31 magnesium. The spiral shape will make the welding area wider. Although the cone shape will have a small area, the weld will look perfect with good tensile strength, while the hardness values for the two tool shapes are almost the same, but the cone shape is better.
Pengaruh Filter Udara Berbahan Zeolit dan Fly ash Teraktivasi HCl-Fisik terhadap Prestasi Mesin Sepeda Motor 4 Langkah Herry Wardono; Abdul Aziz; A Yudi Eka Risano
TURBO [Tulisan Riset Berbasis Online] Vol 8, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.375 KB) | DOI: 10.24127/trb.v8i1.923

Abstract

Menurut Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi (MIGAS) Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) cadangan minyak Indonesia hanya bisa bertahan hingga tahun 2028. Menanggapi permasalahan tersebut, salah satu cara adalah menghemat penggunaan bahan bakar minyak dengan memanfaatkan fly ash batubara dan zeolit alam sebagai penyaring udara (filter) kendaraan. Zeolit dan fly ash memiliki kemampuan menangkap uap air dan gas nitrogen dalam udara, sehingga proses pembakaran menjadi lebih sempurna dan meningkatkan prestasi mesin menjadi lebih baik.Di dalam zeolit dan fly ash terdapat zat pengotor sehingga perlu dilakukannya aktivasi HCl untuk membersihkan zat pengotor tersebut. kemudian zeolit dan fly ash dibuat berbentuk bulat dengan ketebalan 3mm dan berdiameter 10mm dan disusun menyerupai bentuk filter asli dari kendaraan motor uji. Temperatur aktivasi fisik (pengovenan) pelet zeolit dan fly ash yang digunakan 150oC, 175oC, 200oC dan 225oC. Konsentrasi kimia yang digunakan normalitas HCl 0,25N, 0,5N, 0,75N, 1N, 1,5N dan 2N. Dengan komposisi zeolit dan fly ash Z0:F100, Z25:F75, Z50:F50, Z75:F25 dan Z100:F0. Penelitian ini menggunakan 4 variasi pengujian yaitu pengujian jalan, pengujian stasioner, pengujian akselerasi dan pengujian emisi gas buang.Filter komposisi terbaik adalah filter Z75:F25 total persentasi sebesar 55,09%. Filter aktivasi kimia HCl terbaik adalah filter 1N total persentasi sebesar 75,74%. Filter temperatur aktivasi fisik (pengovenan) terbaik adalah filter 225oC total persentasi sebesar 58,31%. Pada pengujian emisi gas buang kadar gas CO terbaik filter Z75:F25 1N 225oC sebesar 0,47% pada 2500rpm. Penurunan kadar HC terbaik filter Z75:F25 1N 225oC sebesar 37,3ppm pada 2500rpm dan peningkatan gas CO2 terbaik filter alami 0,84% pada 2500rpm, 0,98% pada 4500rpm.Kata kunci : Filter udara zeolit dan fly ash, aktivasi HCl,Prestasi sepeda motor
PERANCANGAN ULANG ALAT PENGERING BIJI KAKAO TIPE ROTARI SEDERHANA PADA USAHA MANDIRI DI DESA WIYONO KABUPATEN PESAWARAN Ahmad Yudi Eka Risano; Novri Tanti; Maulana Efendi
TURBO [Tulisan Riset Berbasis Online] Vol 6, No 2 (2017): Desember 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (631.607 KB) | DOI: 10.24127/trb.v6i2.602

Abstract

Penelitian ini dilakukan pada alat pengering biji kakao untuk proses pengeringan biji kakao milik Usaha Mandiri di Desa Wiyono, Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini bertujuan untuk merancang ulang alat pengering biji kakao tipe rotari sederhana agar proses pengeringan lebih efektif dan didapat kualitas hasil pengeringan biji kakao lebih baik. Perhitungan yang dilakukan meliputi dimensi alat pengering, termal yang terjadi pada alat pengering, dan kebutuhan bahan bakar pada alat pengering biji kakao tipe rotari sederhana, serta dilakukan simulasi pada model alat pengering biji kakao tipe rotari sederhana yang telah dirancang menggunakan Software Autodesk CFD untuk mengetahui sebaran suhu pada model alat pengering yang telah dirancang. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan alat pengering biji kakao tipe rotari sederhana ini memiliki dimensi ruang pengering dengan diameter 90 cm, panjang 108 cm, dan tebal 1,2 mm. sebaran suhu pada ruang pengering sebesar 65,06oC , kalor yang dibutuhkan untuk proses pengeringan biji kakao sebesar 1028906,047 KJ, waktu yang dibutuhkan untuk proses pengeringan ± 8 jam 14 menit dan bahan bakar yang dibutuhkan untuk proses pengeringan sebanyak 302,62 kg atau 0,30260 kubik serta sebaran suhu rata-rata hasil simulasi menggunkan Software Autodesk CFD sebesar 63,5116oC. Kata Kunci: kakao, pengeringan, Autodesk CFD, suhu