Modernity, as a transformation from pre-modern to modern humanity, coincides with the spread of Western values through globalization, such as individualism, secularism, and materialism, which shape modern human character. This has led to new problems: traditional values have been replaced, and modern humans experience psychological issues due to a loss of meaningful freedom and societal control. This phenomenon also influences the behavior of the "strawberry generation," which is seen as fragile. Therefore, the relevance of Pancasila in the modern era must be reformulated to be accepted by the modern generation. The Community Service Team aims to strengthen Pancasila values among students at SMA Negeri 16 Jakarta. This initiative addresses the limited introduction of Pancasila in schools and the gap in understanding among young people, which is often accompanied by deviations from Pancasila values in society. Socialization is carried out through lectures and discussions, with the theme "Strawberry Generation: Strengthening Pancasila Character in the Era of Modernity." The activity was attended by 67 students. The implementation of Pancasila in modern society faces challenges, including weak institutionalization, destructive behavior, and the rise of primordialism. To revitalize Pancasila for the strawberry generation, the involvement of families, schools, religious institutions, and educational bodies is necessary, incorporating it into religious teachings, school curricula, cultural activities, and digital content. This PKM activity helped students understand modernity and the relevance of Pancasila to build resilience in facing its negative aspects ABSTRAK Modernitas sebagai suatu fase transformasi manusia pra modern menuju modern tumbuh bersamaan dengan penguatan nilai-nilai barat melalui proses globalisasi, seperti individualisme, sekularisme, dan materialisme yang membentuk karakter manusia modern. Sebagai konsekuensinya, masalah-masalah baru muncul yaitu dari aspek kultural telah menghapuskan atau menghancurkan tata nilai tradisional dan secara psikologis menimbulkan gangguan kejiwaan manusia modern karena kehilangan kebebasan yang bermakna dan masyarakat kontrol. Fenomena tersebut turut membentuk perilaku generasi strawberry yang dinilai rapuh. Atas dasar tersebut, relevansi Pancasila di era modernitas harus dirumuskan agar dapat diterima bagi generasi modern. Tim Pengabdian Masyarakat bermaksud untuk memperkuat pemahaman nilai-nilai Pancasila di kalangan pelajar SMA Negeri 16 Jakarta. Langkah ini dilatarbelakangi terbatasnya pengenalan Pancasila di sekolah serta kesenjangan pemahaman generasi muda yang masih sering diiringi penyimpangan nilai-nilai Pancasila di masyarakat. Sosialisasi dilakukan melalui metode ceramah dan diskusi. Materi diisi oleh narasumber dengan tema ‘Generasi Strawberry: Penguatan Karakter Pancasila di Era Modernitas’. Kegiatan diikuti oleh 67 pelajar. Implementasi Pancasila diera modernitas mengalami kemandegan karena lemahnya institusionalisasi Pancasila, perilaku destruktif, hingga praktik primordialisme di masyarakat. Revitalisasi Pancasila bagi generasi strawberry memerlukan keterlibatan keluarga, sekolah, institusi sosial-keagamaan, institusi pergerakan, dan institusi pendidikan dan pelatihan melalui penyisipan dalam ajaran agama, kurikulum dan kegiatan sekolah, kegiatan budaya dan kebangsaan, serta konten di dunia digital. Melalui kegiatan PKM ini, pelajar di SMA Negeri 16 Jakarta memiliki pemahaman mengenai makna modernitas dan relevansi Pancasila bagi dirinya untuk membentuk ketahanan diri menghadapi sisi buruk modernitas dan modernisasi.