Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFFECTIVENESS ANALYSIS) PENGOBATAN INFEKSI SALURAN KEMIH MENGGUNAKAN ANTIBIOTIK SEFTRIAKSON DAN SEFOTAKSIM DI RS PARU ARIO WIRAWAN SALATIGA Wardhani, Kusumaning; Listyanti, Ening; Dyahariesti, Niken; Yuswantina, Richa
Journal of Holistics and Health Science Vol 1 No 1 (2019): Journal of Holistics and Health Science, September
Publisher : Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/jhhs.v1i1.8

Abstract

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan dimana kuman bertumbuh dan berkembangbiak di dalam traktus urinarius dengan jumlah yang bermakna. ISK diobati dengan antibiotik yang menjadi salah satu kategori biaya yang signifikan dalam anggaran farmasi di rumah sakit. Antibiotik golongan Sefalosporin digunakan sebagai drug of choise dan dicari lebih cost-effective. Untuk menentukan terapi yang lebih cost-effective antara penggunaan Setriakson dan Sefotaksim pada pasien ISK di rawat inap di RS Paru Ario Wirawan Salatiga. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif.Dianalisis dengan metode CEA dengan parameter Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) dan Incremental Cost Effectiviness Ratio (ICER) dilihat dari outcome lama rawat inap. Sampel pada penelitian ini sebanyak 39 pasien diantaranya 22 pasien menggunakan Seftriakson dan 17 pasien menggunakan Sefotaksim. Hasil penelitian menunjukkan, nilai ACER kelas I Sefotaksim sebesar Rp. 454.353. Nilai ACER kelas II Sefotaksim sebesar Rp. 212.283 dan nilai ICER sebesar -Rp. 134.987/hari. Nilai ACER kelas III Seftriakson sebesar Rp. 268.366. Biaya antibiotik yang paling cost-effective pada kelas I adalah Sefotaksim, paling cost-effective pada kelas II adalah Sefotaksim, paling cost-effective pada kelas III adalah Seftriakson.
Tingkat Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Tanpa Penyakit Penyerta Di Puskesmas Sumowono admin, Yulistiawan Ardita; Dian Oktianti; Niken Dyahariesti
Journal of Holistics and Health Science Vol 2 No 2 (2020): Journal of Holistics and Health Science, September
Publisher : Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/jhhs.v2i2.57

Abstract

Hypertension is a chronic disease that is often called the silent killer and has a fairly high prevalence. The level of compliance to take medication is a major factor to determine the success of therapy. Compliance and a good understanding in carrying out therapy can affect blood pressure and can prevent complications. To identify the level of compliance to take antihypertensive drugs in hypertensive patients without comorbidities at Sumowono Health Center in terms of the MMAS-8 scores. This research is a non-experimental research with a descriptive design. Sampling was done in total sampling , analyzed in a descriptive manner. Samples obtained were 22 respondents. The results of this study showed. 9 respondents had high compliance 40.9%, 7 respondents had moderate compliance 31.8%, 6 respondents had compliance 27.3%. Based on a descriptive analysis of the level of compliance with taking drugs at the Sumowono Public Health Center has a high level of taking medication (40.9 %). Hypertension patients without comorbidities in Sumowono Public Health Center are compliant in taking antihypertensive medication. Hypertension, No Accidental Disease , Compliance Level, MMAS-8. ABSTRAK Hipertensi adalah penyakit kronis yang sering disebut the silent killer dan memiliki prevalensi yang cukup tinggi. Tingkat kepatuhan minum obat merupakan faktor utama penentu keberhasilan terapi. Kepatuhan serta pemahaman yang baik dalam menjalankan terapi dapat mempengaruhi tekanan darah dan dapat mencegah terjadinya komplikasi. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan minum obat antihipertensi pada pasien hipertensi tanpa penyakit penyerta di Puskesmas Sumowono ditinjau dari hasil nilai MMAS-8. Penelitian ini termasuk dalam penelitian jenis non eksperimental dengan rancangan deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling yang dianalisis dengan cara deskriptif. Sampel yang diperoleh sebanyak 22 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan. 9 responden memiliki kepatuhan tinggi 40,9%, 7 responden memiliki kepatuhan sedang 31,8%, 6 responden memiliki kepatuhan 27,3%. Berdasarkan analisis deskriptif tingkat kepatuhan minum obat di Puskesmas Sumowono memiliki kepatuhan minum obat yang tinggi (40,9%). Pasien hipertensi tanpa penyakit penyerta di Puskesmas Sumowono patuh dalam minum obat antihipertensi. Hipertensi, Tanpa Penyakit Penyerta, Tingkat Kepatuhan, MMAS-8.
PEMANFAATAN BAHAN ALAM SEBAGAI SKRINING AWAL ZAT ADITIF UNTUK MENJAMIN PRODUK YANG SEHAT DAN HIGIENIS Pramana, Galih Adi; Dyahariesti, Niken; Karminingtyas, Sikni Retno
Journal of Community Engagement and Empowerment Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Institut Ilmu Kesehatah Bhakti Wiyata Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Makanan yang sehat sangat diperlukan untuk kesehatan. Faktor kesehatan sering kali terabaikan ketika seseorang memilih makanan dan minuman dan cenderung memilih berdasarkan tampilannya seperti warna yang menarik ataupun  tekstur yang memikat. Program pengabdian  masyarakat dilakukan  di  RW IX, Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang yang dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2019. Tujuan: Tujuan dari kegiatan ini untuk memberikan edukasi kepada masyarakat cara mengindentifikasi adanya zat aditif (pewarna dan pengawet) dengan memanfaatkan bahan alam. Metode: Metode yang digunakan yaitu penyuluhan dan pelatihan   kepada kader posyandu dan ibu rumah  tangga. Program ini dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama meliputi kegiatan survey lokasi dan koordinasi, tahap kedua meliputi kegiatan pemberian materi sesuai dengan subtema dan monitoring awal (pretest) dan tahap yang ketiga meliputi evaluasi (postest). Hasil:  Dari  kegiatan ini diperoleh hasil bahwa masyarakat banyak yang belum dapat membedakan makanan dan minuman yang mengandung zat aditif berbahaya, tetapi dengan adanya pelatihan ini  pengetahuan masyarakat mengenai zat aditif (pewarna dan pengawet) berbahaya pada makanan dan minuman sudah ada peningkatan dengan adanya perbaikan hasil postest dibandingkan dengan hasil pretest. Kesimpulan: Adanya peningkatan ketrampilan dan pengetahuan masyarakat dalam mengidentifikasi zat aditif (pewarna dan pengawet)  dalam makanan dan minuman dengan memanfaatkan bahan alam.
Uji Efek Imunomodulator Ekstrak Biji Karika (Carica pubescens Lenne K. Koch) terhadap Peningkatan Aktivitas Fagositosis pada Mencit Putih Swiss Webster Fania Putri Luhurningtyas; Niken Dyahariesti; Septi Fitri Eka M
Pharmaceutical and Biomedical Sciences Journal (PBSJ) Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.151 KB) | DOI: 10.15408/pbsj.v2i1.14436

Abstract

Tumbuhan dari keluarga Caricae telah diketahui mempunyai aktivitas sebagai antelmintik, antihiperkolesterol, antibakteri, antioksidan, dan aktivitas farmakologis lain yang berhubungan dengan sistem imun. Tumbuhan karika merupakan salah satu keluarga Caricaceae dan  belum banyak diteliti. Kandungan flavonoidnya diketahui lebih tinggi dibandingkan buah pepaya. Penelitian ini bertujuan untuk menskrining aktivitas imunomodulator ekstrak biji karika berdasarkan konstanta fagositosisnya menggunakan metode bersihan karbon. Maserasi dengan pelarut etanol 96% digunakan untuk menarik metabolit sekunder biji karika. Penelitian dilakukan dengan membagi 5 kelompok perlakuan pada hewan uji yaitu kelompok positif Pyllanthus niruri, kelompok negative, serta kelompok perlakuan ekstrak biji karika (EBK) dosis 125, 250, dan 500 mg/kgBB. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh pemberian variasi dosis EBK terhadap kecepatan eliminasi tinta karbon. Biji karika dosis 500 mg/kgBB mempunyai aktivitas sebanding dengan kontrol positif Pyllanthus niruri (p<0,05) sebagai imunostimulan. 
Aktivitas Antibakteri Krim Ekstrak Terpurifikasi Daun Beluntas (Plucea indica L.) terhadap Staphylococcus epidermidis Agitya Resti Erwiyani; Robiatul Adawiyah; Rendy Rahman; Niken Dyahariesti
Jurnal Farmasi Udayana Vol. 11, No. 1, Tahun 2022
Publisher : Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Science, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JFU.2022.v11.i01.p02

Abstract

Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri flora normal kulit. Ketidaknormalan flora normal akan menyebabkan gangguan kulit diantaranya jerawat. Pengembangan kosmesetika sebagai antibakteri perlu terus dilakukan salah satunya menggunakan bahan alam daun beluntas. Beluntas merupakan tanaman yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri dan anti inflamasi karena mengandung metabolit sekunder seperti tannin, polifenol, flavonoid dan minyak atsiri. Ekstrak dilakukan purifikasi untuk memperkecil massa ekstrak. Tujuan penelitian dilakukan untuk mengevaluasi ekstrak terpurifikasi daun beluntas dalam formulasi krim sebagai kandidat kosmesetika yang dapat menghambat pertumbahan bakteri S. epidermidis. Sediaan krim dilakukan pengamatan karakteristik fisik untuk melihat stabilitas krim dalam penyimpanan. Sediaan krim dilakukan uji antibakteri terhadap S. epidermidis menggunakan metode difusi. Krim yang mengandung ekstrak daun beluntas 5% b/v, 10% b/v dan 15% b/v memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. epidermidis dengan diameter zona hambat berturut – turut sebesar 9,9±0,022 mm (sedang), 14,9±0,019 mm (kuat), dan 20,9±0,049 mm (sangat kuat). Krim daun beluntas tidak mengalami perubahan pada pengujian organoleptis. Pengujian nilai pH dan viskositas mengalami peningkatan tetapi masih memenuhi kriteria sediaan krim.
Hubungan Kesediaan Masyarakat Mengikuti Vaksin Covid-19 Dilihat dari Aspek Tingkat Pengetahuan di Wilayah Ungaran: The Relationship of Public Willingness to Participate in the Covid-19 Vaccine Viewed from the Level of Knowledge in the Ungaran Region Niken Dyahariesti; Rachmawati Eka Putri; Hasna Mawar Halimah
Journal of Holistics and Health Sciences (JHHS) Vol. 4 No. 2 (2022): Journal of Holistics and Health Sciences (JHHS), September
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/jhhs.v4i2.218

Abstract

Vaccines are biological products that contain antigens which if given to humans will actively develop special immunity against certain diseases. Covid-19 is a disease caused by SARS-CoV-2 and is now an epidemic throughout the world, one of the ways to prevent transmission and increase the outbreak is to carry out a Covid-19 vaccine. The public's willingness to vaccinate is needed to support these efforts. This willingness is strongly influenced by the level of knowledge possessed by the community, especially in Ungaran. Therefore, this study aims to determine the relationship between people's willingness to participate in the covid-19 vaccine, seen from the aspect of the level of knowledge in the Ungaran area. This study uses a cross sectional research design, data collection by purposive sampling using a questionnaire on 200 respondents. Data analysis used the Kolmogorov-Smirnov Non-Parametric Test with a 95% confidence level. The results showed that the level of knowledge was 83% good, 15.5% enough and 1.5% less. And 94% of respondents who are willing to be vaccinated, 6% are not willing to be vaccinated, the results of data analysis are the asymp sig value of 0.00 <0.05. So there is a relationship between the level of knowledge and the willingness to participate in the covid-19 vaccine. ABSTRAKVaksin merupakan produk biologi yang mengandung antigen yang jika diberikan kepada manusia akan secara aktif mengembangkan kekebalan khusus terhadap penyakit tertentu. Covid-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 dan sekarang menjadi wabah diseluruh dunia, salah satu pencegahannya penularan dan bertambahnya wabah tersebut yaitu dengan melakukan vaksin Covid-19. Kesediaan masyarakat untuk melakukan vasksinasi sangat diperlukan untuk mendukung upaya tersebut. Kesediaan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki masyarakat terutama di Ungaran. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kesediaan masyarakat dalam mengikuti vaksin covid-19 dilihat dari aspek tingkat pengetahuan di wilayah Ungaran. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional, pengambilan data secara purposive sampling dengan menggunakan kuesioner pada 200 responden. Analisis data menggunakan Uji Non Parametrik Kolmogorov-Smirnov dengan tingkat kepercayaan 95 %. Diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan baik 83%, cukup 15,5 % dan kurang 1,5 %. Dan responden yang bersedia divaksin 94 %, tidak bersedia divaksin 6 %, hasil analisa data nilai asymp sig 0,00<0,05. Jadi terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan kesediaan mengikuti vaksin covid-19 .
Hubungan Tingkat Pengetahuan Penggunaan Obat dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Niken Dyahariesti; Richa Yuswantina; Eflina Devita Sablon; Yola Nasinta
JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol 21 No 1 (2023): JIFI
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/jifi.v21i1.1152

Abstract

Hypertension is a silent killer disease because the symptoms are often without complaints and the treatment requires a long period of time, so the outcomes are greatly affected by patient compliance. Hypertension is one of the main factors causing heart problems, kidney failure and cerebrovascular disease. Compliance with taking medication in patients with hypertension is very important because it can control blood pressure to prevent complications. This study was conducted to determine the relationship between knowledge and drug compliance in hypertensive patients. The measurement of knowledge was done using the Hypertension Knowledge-Level Scale (HK-LS) questionnaire and the measurement of compliance using the Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) questionnaire. The samples used were patients at Pasir Panjang community health center and Buntok community health center with a total sample of 95 people. The results obtained, the level of good knowledge was 39%, 33% sufficient knowledge and 28% less knowledge. Meanwhile, the high level of compliance is 41% and the level of compliance is 31% and the level of knowledge is at 28%. Data analysis using the chi-square test showed p-values of <0.05 which means that there was a relationship between the level of knowledge and drug compliance in hypertensive patients.
Penetapan Kadar Flavonoid Dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Sereh (Cymbopogon nardus) Dan Temu Kunci (Boesnbergia pandurata Roxb) Terhadap Bakteri Streptococcus Mutans Anita Kumala Hati; Niken Dyahariesti; Richa Yuswantina
Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product Vol. 2 No. 2 (2019)
Publisher : Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.104 KB) | DOI: 10.35473/ijpnp.v2i2.264

Abstract

Indonesia is rich in medicinal plants, including those that have the ability to inhibit bacterial growth, lemongrass (Cymbopogon nardus) and Fingerroots (Boesenbergia pandurata). Streptococcus mutans is a bacterium that causes dental caries. This Experiment want to determine the content of chemical compounds and the antibacterial activity of Lemongrass extract (Cymbopogon nardus) and Fingerroots (Boesenbergia pandurata) against Streptococcus mutans. The study was conducted experimentally with samples of lemongrass and Fingerroots. Extraction using maceration method using 70% Ethanol solvent. Phytochemical screening test with color test and determination of total flavonoid levels using a spectrophotometer. Antibacterial activity test uses the disk diffusion method against Streptococcus mutans. Phytochemical screening results of lemongrass extract and fingerroots with color test qualitative test showed positive containing flavonoids, saponins and tannins. In the test determination of total flavonoid levels, showed an average total flavonoid levels in lemongrass extracts of 48.61 mgQE / g and in Fingerroots extracts of 24.71 mgQE / g. The results of the antibacterial test against Streptococcus mutans obtained the largest average diameter of inhibitory zone in the extract of Fingerroots 5% w / v (11.167 mm), then the concentration of 5% w / v combination of lemongrass: Fingerroots 1: 2 (10.83 mm ), 2: 1 combination (10,067 mm). lemongrass (9.33 mm), 1: 1 combination (9,133 mm), Based on the Post Hoc test results that were comparable to positive controls were 5% fingerrots, combination of lemongrass: 1: 2 Fingerroots, and 2: 1 combination. The average total flavonoid level in lemongrass extract is more than the average total flavonoid content in Fingerroots. But in the same concentration 5% Fingerroots extract provides the greatest antibacterial inhibitory activities.
Analisis Keefektifan Biaya Pengobatan Pada Pasien Pneumonia Balita Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga Tahun 2018 Nita Tanti Wulandari; Ening Listyanti; Niken Dyahariesti; Agitya Resti Erwiyani
Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product Vol. 2 No. 2 (2019)
Publisher : Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (490.716 KB) | DOI: 10.35473/ijpnp.v2i2.276

Abstract

Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pengobatan pneumonia yang diterapi dengan antibiotik secara efektif dapat meningkatkan efek terapeutik klinis, meminimalkan toksisitas obat mengurangi angka kejadian resistensi dan lebih ekonomis. CEA merupakan suatu metode evaluasi ekonomi yang dapat digunakan dalam mengambil keputusan pemilihan alternatif terbaik pada pemilihan biaya pengobatan pneumonia. Penelitian ini bertujuan  untuk menganalisis keefektifan biaya pengobatan pada pasien pneumonia balita di rawat inap Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga   tahun 2018. Penelitian ini menggunakan merupakan penelitian non eksperimental (observasional) menggunakan pendekatan retrospektif dan dianalisis secara deskriptif. Sampel yang digunakan sebanyak 30 pasien. Sampel dianalisis sesuai dengan metode ACER dan ICER. Efektivitas terapi dilihat dari LOS. Nilai ACER: kelas VIP: Ceftriaxon + Cefixime Rp. 615.177, Cefotaxime + Gentamisin Rp.810.773.  Kelas I: Cefotaxime + Gentamisin Rp. 536.880. Kelas II: Cefotaxime Rp. 408.493, Cefotaxime + Cefixime Rp. 357.397, Cefotaxime + Gentamisin Rp. 385.488 dan Ceftriaxon + Cefixime  Rp. 325.355. Kelas III: Cefotaxime Rp. 278.740, Ceftriaxon Rp. 186.250, Cefotaxime + Gentamisin Rp. 312.734, Cefotaxime + Cefixime Rp.286.128 dan Ceftriaxon + Cefixime Rp.295.100. Nilai ICER pada kelas VIP : Ceftriaxon + Cefixime dan Cefotaxime + Gentamisin Rp. -356.967 dan pada kelas III adalah Ceftriaxon dan Cefotaxime Rp.-91.219. Pada pengobatan bronkopneumonia balita terapi antibiotik yang paling cost-effective di ruang kelas VIP adalah penggunaan antibiotik kombinasi Ceftriaxon + Cefixime, ruang kelas I adalah Cefotaxime + Gentamisin, ruang kelas II adalah Cefotaxime, dan ruang kelas III adalah Cefotaxime.Kata Kunci           : Analisis Keefektifan Biaya, Terapi Antibiotik, PneumoniaPneumonia is an acute infection that attacks lung tissue caused by bacteria, viruses and fungi. Treatment of pneumonia is effectively treated with antibiotics because it can increase clinical therapeutic effects, minimizing drug toxicity reduces the incidence of resistance and more economical. CEA is an economic evaluation method that can be used in making the best decision on the selection of alternatives in the selection of pneumonia treatment costs. To analyze the effectiveness of medical expenses in pneumonia patients under five inpatient hospitalized Dr. Ario Wirawan Salatiga in 2018. This study used a non-experimental (observational) method using a retrospective approach and analyzed descriptively. The sample used was 30 patients. The samples were analyzed according to the ACER and ICER methods. The effectiveness of therapy was seen from LOS. ACER Value: VIP class: Ceftriaxon + Cefixime Rp. 615,177, Cefotaxime + Gentamisin Rp.810,773. Class I: Cefotaxime + Gentamisin Rp. 536,880. Class II: Cefotaxime Rp. 408,493, Cefotaxime + Cefixime Rp. 357,397, Cefotaxime + Gentamisin Rp. 385,488 and Ceftriaxon + Cefixime Rp. 325,355. Class III: Cefotaxime Rp.278,740, Ceftriaxon Rp.186,250, Cefotaxime + Gentamisin Rp. 312,734, Cefotaxime + Cefixime Rp.286,128 and Ceftriaxon + Cefixime Rp.295.100. ICER scores at VIP class: Ceftriaxon + Cefixime and Cefotaxime + Gentamisin Rp. -356,967 and in class III Ceftriaxon and Cefotaxime Rp.-91,219. In bronchopneumonia treatment toddlers the most cost-effective antibiotic therapy in VIP classrooms is the use of a combination antibiotic Ceftriaxon + Cefixime, class I is Cefotaxime + Gentamisin, Class II is Cefotaxime, and Class III is Cefotaxime.Keywords : Cost Effectiveness Analysis, Antibiotic Therapy, Pneumonia
Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang Richa Yuswantina; Niken Dyahariesti; Nadia Rizqi Rahmawati; Nita Sukma
Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product Vol. 3 No. 2 (2020)
Publisher : Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (630.23 KB) | DOI: 10.35473/ijpnp.v3i2.665

Abstract

ABSTRAKKepuasan konsumen adalah tanggapan pelanggan atau pengguna jasa untuk setiap pelayanan yang diberikan. Kepuasan konsumen atau kepuasan pasien dapat dikatakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui kualitas pelayanan yang diberikan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit tertentu. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan analisis yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan instrumen penelitian yang digunakan berupa kuisioner. Pengambilan data dilakukan dengan teknik purposive sampling dan menggunakan 100 responden rawat jalan dan 100 responden rawat inap. Data yang diperoleh dihitung menggunakan metode servqual  dan dipetakan kedalam  diagram kartesius. Hasil penelitian pada rawat jalan menunjukan bahwa nilai gap dimensi perhatian (Emphaty) sebesar 1,24 (puas), dimensi bukti langsung (Tangible) sebesar 1,15 (puas), dimensi jaminan (Assurance) sebesar 1,03 (puas), dimensi daya tanggap (Responsiveness) sebesar 0,99 (puas) dan dimensi kehandalan (Reliability) sebesar 0,97 (puas) sedangkan hasil penelitian pada rawat inap nilai gap dimensi responsiveness (ketanggapan) sebesar 1,25 (puas), dimensi reliability (kehandalan) sebesar 1,27 (puas), dimensi assurance (jaminan kepastian) sebesar 0,80 (puas), dimensi tangible (wujud nyata) sebesar 1,38 (puas) dan dimensi emphaty (perhatian) sebesar 1,21 (puas). Kualitas pelayanan di rawat jalan dikategorikan puas dengan nilai  rata-rata kenyataan 4,50 harapan 3,42 dan nilai rata-rata GAP 1,08. Kualitas pelayanan di rawat inap dikategorikan puas dengan nilai rata-rata kenyataan 4,57, nilai rata-rata harapan 3,39, dan nilai rata-rata GAP 1,18.Kata kunci : kepuasan, servqual, diagram kartesiusABSTRACTConsumer's satisfaction is a response of a customer or a service user toward any provided services. Consumer's satisfaction or patient's satisfaction can be regarded as a benchmark to determine the quality of services provided by the Pharmacy installation in a hospital. The purpose of this study was to analyze the level of satisfaction toward the services of pharmacy for outpatients at Bhakti Wira Tamtama Hospital  Semarang. This research was a quantitative research design. The method of analysis used descriptive research while the instrument used the form of questionnaires. Data were collected by using purposive sampling technique to 100 respondents outpatient and inpatient. The data obtained were calculated by using the method of servqual and diagram kartesius to describe. The research showed  that outpatient satisfaction is seen from empathy dimension is satisfied (1,25), Tangible is 1,15 (satisfied), Assurance 1,03 (satisfied), responsiveness 0,99 (satisfied) and reliability 0,97 (satisfied). And the research showed  that inpatient satisfaction is seen from responsiveness dimension is satisfied (1,24). Reliability is  1,27(satisfied), assurance 0,80 (Satisfied), Tangible 1,38 (satisfied) and empathy 1,21 (satisfied).The quality of the pharmacy servent categorized as satisfied, the average reality value outpatient is of 4,50 is higher than the expectation value 3,42 and the average value of GAP 1,08. And the quality of the pharmacy servent inpatient average value of 4,57, the expectation average value 3,39, and the average value of GAP 1,18. Keywords : Satisfaction, servqual, diagram kartesius