Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L) Sovia, Evi
JURNAL FARMASI GALENIKA Vol 2 No 01 (2015): JURNAL FARMASI GALENIKA
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.338 KB)

Abstract

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) merupakan salah satu tanaman obat yang berpotensi. Salah satu khasiat dari belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) yaitu sebagai antidiabetes. Bagian dari tanaman belimbing wuluh yang sering digunakan adalah buah dan daun. Pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi belimbing wuluh pada umumnya bersifat polar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antidiabetes ekstrak daun belimbing wuluh dengan tiga pelarut  yang berbeda kepolarannya. Daun belimbing wuluh diekstraksi dengan menggunakan pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu heksan, etil asetat dan etanol. Semua ekstrak distandarisasi dengan cara dilakukan karakterisasi dan penapisan fitokimia. Selanjutnya ekstrak diuji aktivitas antidiabetes terhadap tikus yang diinduksi aloksan. Empat puluh ekor tikus dibagi menjadi sepuluh kelompok yaitu kelompok kontrol yang diinduksi aloksan dan diberi CMC (Carboxy Methyl Cellulose), kelompok normal yang hanya diberi CMC tanpa induksi aloksan, kelompok perlakuan yang diinduksi aloksan dan diberi ekstrak etanol dan ekstrak etil asetat daun belimbing wuluh dengan dosis masing-masing 125, 250 dan 500 mg/kg bb, ekstrak heksan 500 mg/kg bb dan glibenklamid 0,65 mg/kg bb. Kadar glukosa darah diukur sebelum induksi, sesudah induksi dan 2 minggu setelah perlakuan. Hasil pengukuran kadar glukosa darah pada akhir penelitian menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara kelompok kontrol (333,3±28,4g/dl) dengan kelompok yang diberi ekstrak etanol dan etil asetat dengan dosis 125, 250, dan 500mg/kb bb yaitu 101±59,6; 94,8±8,9; 77,8±15,2; 125±25,3; 158±44,9 dan 119±39,9 secara berurutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelarut yang paling baik adalah ekstrak etanol, sedangkan dosis yang paling efektif adalah ekstrak etanol  dengan dosis 125 mg/kg bb. Ekstrak etanol juga mempunyai aktivitas antidiabetes yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak etil asetat, sedangkan ekstrak heksan tidak mempunyai aktivitas antidiabetes.
Efek Rimpang Kunyit (Curcuma longa L.) dan Bawang Putih (Allium sativum L.) terhadap Sensitivitas Insulin pada Tikus Galur Wistar Sovia, Evi; Sukandar, Elin Yulinah; Sigit, Joseph I.; N. Sasongko, Lucy Dewi
Majalah Kedokteran Bandung Vol 43, No 4
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ekstrak kunyit dan bawang putih telah diketahui mempunyai efek antidiabetik, tetapi mekanisme kerjanya belum diketahui. Penelitian ini mengamati efek tiga ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa L.) dan bawang putih (Allium sativum L.), yaitu ekstrak heksan, etil asetat, dan etanol terhadap kadar glukosa darah dengan tes toleransi glukosa. Selanjutnya, ekstrak yang paling efektif dan komponen aktifnya (kurkuminoid dan S-metil sistein) diuji dengan tes toleransi insulin. Empat puluh ekor tikus galur Wistar dibagi menjadi 8 kelompok, yaitu kelompok normal, kelompok yang hanya diberi emulsi tinggi lemak (kontrol), dan sisanya selain diberi emulsi tinggi lemak juga masing-masing diberi ekstrak kunyit dengan dosis 50 mg/kgBB, ekstrak bawang putih dengan dosis 50 mg/kgBB, kurkuminoid dengan dosis 25 mg/kgBB, S-metil sistein dengan dosis 25 mg/kgBB, kombinasi ekstrak kunyitbawang putih dengan dosis masing-masing 25 mg/kgBB, dan kombinasi kurkuminoid-S-metil sistein dengan dosis masing-masing 12,5 mg/kgBB selama 10 hari. Resistensi insulin dievaluasi dengan tes toleransi insulin.Penelitian dilakukan pada bulan Agustus–Oktober 2010 di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) InstitutTeknologi Bandung (ITB). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KTTI (konstanta tes toleransi insulin) hewankelompok ekstrak bawang putih (7,2±0,84), kurkuminoid (7,14±0,74), dan kombinasi kurkuminoid-S-metil sistein(7,46±0,64) secara bermakna (p<0,05) lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol positif (3,2±1,92).Simpulan, ekstrak bawang putih, kurkuminoid, dan kombinasi kurkuminoid-S-metil sistein meningkatkan sensitivitas insulin. [MKB. 2011;43(4):153–9].Kata kunci: Ekstrak bawang putih, ekstrak kunyit, tes sensitivitas insulin Effect of Turmeric Extract (Curcuma longa L.) and Garlic Extract (Allium sativum L.) on Insulin SensitivityStudies have shown the antidiabetic effect of turmeric and garlic. However their mechanism of action remain unknown. In this study, we investigated the effect of three turmeric (Curcuma longa L.) and garlic extracts (Allium sativum L.), that are, hexane, ethyl acetate and ethanol extract on blood glucose levels with glucose tolerance test. Furthermore the most effective extracts and its active compound (curcuminoid and S-methyl cysteine) tested with insulin tolerance test. Forty Wistar rats were divided into 8 groups that was normal group, group that treated with a high fat emulsion (control group) and remaining groups were treated with a high fat emulsion and turmeric extract 50 mg/kgBW, garlic extract 50 mg/kgBW, curcuminoid 25 mg/kgBW, S-methyl cysteine 25 mg/kgBW, turmeric-garlic extract combination each 25 mg/kgBW and curcuminoid-S-methyl cysteine combination each 12,5 mg/kgBW for 10 days. Insulin resistance was evaluated by insulin tolerance test. This study conducted from August–October 2010 at Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB). Results of this study showed that insulin tolerance test constanta (KITT) were bigger in animals that treated with garlic extract (7.2±0.84), curcuminoid (7.14±0.74) and combination of curcuminoid-S-methyl cysteine (7.46±0.64) compared with positive control group (3.2±1.92). In conclusions garlic extract, curcuminoid and combination of curcuminoid and S-methyl cysteine improve insulin sensitivity. [MKB. 2011;43(4):153–9]Key words: Garlic extract, insulin sensitivity test, turmeric extract DOI: http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v43n4.62
Pendampingan 1000 Hari Pertama Kehidupan Pada Ibu Hamil di Wilayah Kecamatan Cimahi Selatan Evi Sovia; Anastasia Yani Triningtyas
ABDIMAS: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2021): ABDIMAS UMTAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (438.16 KB) | DOI: 10.35568/abdimas.v4i1.950

Abstract

Masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK) merupakan masa terpenting dalam daur kehidupan manusia. Pengabdian kepada masyarakat (PKM) ini bertujuan untuk mendampingi ibu hamil sampai melahirkan dan anak berusia 2 tahun dengan memberikan edukasi dan pemantauan status gizi. PKM ini dilakukan pada 147 ibu hamil di wilayah Kecamatan Cimahi Selatan yang masing-masing didampingi oleh seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani untuk melakukan edukasi dan pemantauan status gizi. Hasil PKM menunjukkan sebagian besar ibu hamil sudah melakukan asuhan antenatal secara teratur ke pelayanan kesehatan, tetapi persalinan ibu dengan usia kehamilan prematur masih cukup tinggi. Penolong persalinan pada umumnya sudah dilakukan oleh tenaga kesehatan. Sebagian besar ibu juga sudah menggunakan kontrasepsi sesudah melahirkan. Berat badan lahir bayi sebagian besar normal dan diberikan ASI ekslusif. Tetapi, masih didapatkan anak dengan status gizi kurang dan tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Kesimpulan masih ditemukan masalah gizi dan imunisasi pada bayi sasaran pendampingan 1000 HPK. Kata kunci: 1000 HPK, ibu hamil, bayi, status gizi
Education on The Use of Herbal Medicines for The Prevention and Treatment of Covid-19 Evi Sovia; Welly Ratwita; Maman Djamaludin
ABDIMAS: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 1 (2022): ABDIMAS UMTAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (517.696 KB) | DOI: 10.35568/abdimas.v5i1.1773

Abstract

To date, the Coronavirus disease-19 (Covid-19) pandemic still occurs and there has not been found a satisfactory specific treatment to treat Covid-19. Some medicinal plants are known to increase body endurance and are useful for maintaining health during a pandemic. This community service activity aims to provide education in an effort to increase public knowledge about the use of herbal medicines for the prevention and treatment of Covid-19. The method used is a webinar with three presentation materials that are myths and facts about the use of herbal medicines for Covid-19, is it safe to consume herbal medicines and the classification of herbal medicines based on scientific evidence. In this activity, participants were also given a questionnaire to determine the knowledge of the webinar participants about herbal medicine. The results of the questionnaire showed that most of the webinar participants consumed herbal medicines (84%) with the aim of maintaining health. Meanwhile, the most widely consumed type of herbal medicine was jamu (42.8%) and the most widely used medicinal plant was ginger (50.36%). Most of the participants in the webinar (60%) believe in the safety of herbal medicines. In conclusion, public knowledge about the use of herbal medicines and their safety needs to be improved.
Sugar Palm Fruits (Arenga pinnata) as Potential Analgesics and Anti-Inflammatory Agent Evi Sovia; Dian Anggraeny
Molecular and Cellular Biomedical Sciences Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Cell and BioPharmaceutical Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4241.54 KB) | DOI: 10.21705/mcbs.v3i2.63

Abstract

Background: Sugar palm fruit (Arenga pinnata) is used for osteoarthritis empirically. It also has antioxidant activity and showed inhibition to lipoxygenase activity. The study about analgesic and anti-inflammatory activities of sugar palm fruit is still limited, this study was initiated to explore analgesic and anti-inflammatory effects of sugar palm fruit ethanol extract (SFEE).Materials and Methods: Acetic acid induced writhing was performed for screening analgesic activity, meanwhile antiinflammatory activity was tested against rat paw edema. Acute toxicity and phytochemical screening were also investigated.Results: The results of phytochemical screening revealed that flavonoids, alkaloids and quinones were present in SFEE. SFEE 50 and 100 mg/kg have analgesic effect and show the anti-oedematogenic effect against paw edema induced by carrageenan. SFEE could significantly decrease the neutrophils numbers as compared to the carrageenan-treated group. Neutrophil activation has been shown to contribute to tissue inflammation and damage.Conclusion: SFEE have analgetic and anti-inflammatory activity.Keywords: Arenga pinnata, analgesic, anti-inflammatory, acute toxicity
Edukasi Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga untuk Penyakit Degeneratif Welly Ratwita; Evi Sovia; M Djamaludin
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 5, No 5 (2022): Volume 5 No 5 Mei 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v5i5.5713

Abstract

ABSTRAK Perubahan gaya hidup menyebabkan peningkatan angka kejadian penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, hipertensi, hiperkolesterolemia di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berbagai metode pengobatan dikembangkan untuk mengatasinya, termasuk penggunaan obat tradisional. Pemerintah Indonesia pun mulai menggalakkan program saintifikasi jamu untuk mendukung hal tersebut. Meningkatnya pemanfaatan lahan keluarga untuk menanam tanaman obat keluarga perlu diimbangi dengan peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai bagaimana pemanfaatan tanaman obat keluarga untuk pencegahan dan pengobatan penyakit. Untuk itu maka Tim  Pengabdian Masyarakat FK UNJANI bermitra dengan pihak pimpinan kampus untuk melakukan edukasi dalam upaya pemanfaatan tanaman obat keluarga dalam pencegahan dan pengobatan penyakit. Sehubungan masih pandemi COVID-19 metode yang digunakan adalah webinar. Pada kegiatan ini juga peserta diberikan kuesioner untuk mengetahui pengetahuan peserta webinar tentang obat herbal. Usia responden yang mengikuti kegiatan ini bervariasi, dengan rentang usia terbanyak pada usia 21-30 th (29,6%), diikuti dengan rentang usia 40-50 tahun (25,9%). Berdasarkan kuesioner yang diberikan, terlihat bahwa sebagian besar responden tidak mengeluhkan adanya penyakit degeneratif (77,8%). Sebagian lainnya mengalami penyakit darah tinggi dan hiperkolesterolemia (7,4%). Peserta yang menyatakan pernah mengonsumsi obat herbal (59,3%). Obat herbal yang dikonsumsi diperoleh dari membeli obat herbal kemasan (52,9%), menanam sendiri (23,5%), mebeli bahan baku tanaman dan meracik sendiri, serta sebagian lagi biasa membeli jamu gendong. Pengonsumsian obat herbal sebagian besar tidak teratur (76,5%), 1-2x/minggu (11,8%) dan 1-2x/bulan (11,8%). Terlihat meskipun 81,5% peserta mengetahui bahwa lahan di rumah dapat dimanfaatkan untuk menanam TOGA, ternyata hanya 55,6% yang memanfaatkan lahan yang ada di rumah untuk penanaman TOGA. Kata Kunci: Tanaman Obat Keluarga, Penyakit Degeneratif, Diabetes Mellitus  ABSTRACT Lifestyle changes cause an increase in the incidence of degenerative diseases such as diabetes mellitus, hypertension, hypercholesterolemia throughout the world, including Indonesia. Various treatment methods were developed to overcome this, including the use of traditional medicine. The Indonesian government has also begun to promote a herbal medicine saintification program to support. One of the simplest things that is also encouraged is the use of family land to grow family medicinal plants in all homes. Unfortunately, this is not matched by increasing public knowledge about how to use family medicinal plants for disease prevention and treatment. The same thing was experienced by the teaching, educational and supporting staff in the General Achmad Yani University campus. The problems faced by these partners inspired the UNJANI FK Community Service Team to partner with the campus leadership to conduct education in an effort to use family medicinal plants in the prevention and treatment of diseases. Due to the COVID-19 pandemic, the method used is webinars. In this activity, participants were also given a questionnaire to determine the knowledge of the webinar participants about herbal medicine. The ages of respondents who took part in this activity varied, with the highest age range being 21-30 years old (29.6%), followed by 40-50 years old (25.9%). Based on the questionnaire given, it appears that most of the respondents did not complain of degenerative diseases (77.8%). Others had high blood pressure and hypercholesterolemia (7.4%). Participants who stated that they had used herbal medicine (59.3%). The herbal medicines consumed were obtained from buying packaged herbal medicines (52.9%), growing their own (23.5%), buying plant raw materials and making their own blends, and some used to buy jamu carrying. The consumption of herbal medicines was mostly irregular (76.5%), 1-2x/week (11.8%) and 1-2x/month (11.8%). It can be seen that although 81.5% of participants knew that land at home could be used to plant TOGA, it turned out that only 55.6% used land at home to plant TOGA. Keywords: Family Medicinal Plants, Degenerative Diseases, Diabetes Mellitus
PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KUNYIT (Curcuma Longa) TERHADAP PEMERIKSAAN HEMOSTASIS DARAH Rini Roslaeni; Raya Agung Maha Sakti; Mochamad Fathan Zulfahmi; Maharany Rizky Yuniar; Evi Sovia; Wahyu Harihardjaja; Anita Liliana Susanti
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 4 No 3 (2021): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.786 KB)

Abstract

Kunyit (Curcuma longa) merupakan tanaman obat yang banyak terdapat di Asia, sering digunakan sebagai bumbu ataupun obat tradiosional. Tanaman kunyit memiliki akar (rimpang)berwarna kuning tuadan mengandung senyawa penting, diantaranya curcumindan ar-tumeron yang berperan dalam menghambat pembekuan darah. Saat ini salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia adalah penyakit kardiovaskular seperti stroke dan penyakit jantung koroner. Potensi kunyit yang dapat bersifat antikoagulan diharapkan menjadi alternatif pencegahan penyakit kardiovaskular. Tujuan penelitian untuk mengetahui efek ekstrak etanolrimpang kunyit secara in vivoterhadap bleeding time(BT), dan secara in vitroterhadap prothrombin time(PT) dan retraksi bekuan. Uji in vitromenggunakan sampel darah manusia yang ditambahkan ekstrak rimpang kunyit,sedangkan uji in vivodengan cara memberikan ekstrak rimpang kunyit secara per oral terhadap mencit. Pemeriksaan PT menggunakan metode tilt tube, pemeriksaan retraksi bekuan menggunakan whole bloodlalu didiamkan selama 2 jamdan dihitung sisa serumnya (volume serum/volume darah awal x100%), sedangkan pemeriksaan BT dilakukan dengan menginsisi ekor tikus. Hasil penelitian menunjukkan rerata PTdan BT memanjang pada semua semua kelompok uji.Semakin besar dosis ekstrak rimpang kunyitmaka semakin memanjang nilai PT dan BT. Retraksi bekuan pada kelompok uji menunjukkan rerata persentase serum yang rendah dibandingkan kontrol negatif, dan semakin besar dosis ekstrak yang diberikan maka semakin rendah nilai retraksi bekuannya. Hal tersebut diduga karena zat-zat aktif seperticurcumindan ar-tumerondapat menghambat proses pembekuan darah sehingga memengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis darah. DOI : 10.35990/mk.v4n3.p280-292
EFEK OVISIDAL PEMBERIAN TAWAS PADA AIR LABORATORIUM PARASITOLOGI UNJANI TERHADAP PENETASAN TELUR Aedes aegypti Lutfhi Nurlaela Fuadi; Evi Sovia; Retno Elza
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 1 No 2 (2018): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (712.013 KB)

Abstract

Demam dengue masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini ditularkan oleh vektor yaitu nyamuk Aedes aegypti (Ae. aegypti). Tempat perkembangbiakan nyamuk ini terutama pada tempat yang bisa menampung air seperti ember, kaleng bekas, ban bekas, pagar, tempat minuman burung, pot bunga, atau sumur, dan lain lain. Ae. aegypti dapat hidup pada air yang bersuhu antara 25-270 C dan pada pH netral. Masyarakat sering menggunakan tawas untuk menjernihkan air karena murah dan mudah diperoleh. Tawas berfungsi sebagai penjernih air dan ketika dilarutkan, air akan menjadi asam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian tawas pada air di laboratorium Parasitologi FK Unjani terhadap penetasan telur Ae. Aegypti dan mencari konsentrasi efektif yang dapat menghambat penetasan telur tsb. Untuk menilai konsentrasi tawas yang bisa diaplikasikan pada air, dilakukan Jar test terlebih dahulu. Penelitian ini menggunakan konsentrasi tawas 1%, 0,5% dan 0,25% dengan kontrol negatif. Hasil penelitian dengan uji ANOVA didapatkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada pemberian tawas konsentrasi 1% dalam menghambat penetasan telur Ae. aegypti. Semakin tinggi konsentrasi tawas, semakin sedikit telur yang menetas, dengan demikian tawas memiliki efek ovisidal terhadap telur Ae. aegypti. DOI : 10.35990/mk.v1n2.p115-125
HUBUNGAN TINGKAT KOGNITIF DENGAN PEMAHAMAN PASIEN GERIATRI TERHADAP INFORMED CONSENT Ali Taufan; Rahmad Dui Wahyudi; Evi Sovia
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 2 No 1 (2018): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.602 KB)

Abstract

Keputusan medik yang dibangun secara bersama antara dokter dan pasien sangat penting dalam proses pengobatan. Menghargai hak individu adalah salah satu prinsip etika klinik tidak mudah penerapannya sehingga pasien dapat mengambil keputusan, dokter mempunyai kewajiban untuk mendorong pasien membuat keputusan pilihan secara mandiri. Fungsi kognitif berperan penting dalam mengambil keputusan berdasarkan informed consent yang diberikan oleh dokter dalam pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat kognitif dengan pemahaman pasien geriatrik terhadap informed consent. Metode penelitian menggunakan pendekatan cross sectional dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling pada 40 orang pasien geriatric RS Dustira. Data dianalisis menggunakan Chi-Square Tests untuk melihat hubungan dua variabel (p < 0,05). Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat kognitif dengan pemahaman pasien geriatrik terhadap informed consent (p=0,00). Sejumlah 16 pasien geriatri dengan kognitif yang normal memiliki pemahaman yang baik. Pada pasien dengan probable gangguan kognitif didapatkan 10 pasien memiliki pemahaman yang baik, 12 pasien memiliki pemahaman sedang, dan 2 pasien memiliki pemahaman buruk. DOI : 10.35990/mk.v2n1.p36-46
PELAKSANAAN PROTOKOL KESEHATAN PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATANKOTA CIMAHI JAWA BARAT INDONESIA Rr. Desire Meria Nataliningrum; Evi Sovia; Anita Liliana Susanti
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 4 No 3 (2021): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.127 KB)

Abstract

Terkait dengan penatalaksanaan pandemi Corona virus disesase-19 (Covid-19), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah memberikan pedoman bagi tenaga kesehatan tentang pengelompokan risiko tenaga kesehatan di fasitas pelayanan kesehatan, bekerja pada masa pandemi,penelusuran tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif, dan koordinasi diantara petugas lintas instansi. Tenaga kesehatan yang bekerjadi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) memiliki risiko tinggi penularan infeksi Covid-19. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan protokol kesehatan pada masa pandemi Covid-19 yang dilakukan di 10 Puskesmas di Kota Cimahi. Penelitian menggunakan disain potong lintang dengan memberikan kuesioner dalam bentuk google form kepada Kepala Puskesmas. Hasil penelitian menunjukkan 8 dari 10 Puskesmas dikunjungi lebih dari 100 orang pengunjung terkait Covid-19. Area triase sebagai area skrining pasien hanya dimiliki oleh 7 Puskesmas, dan hanya 4 Puskesmas yang memberlakukan pengisian formulir self assessment pada pengunjung. Semua Puskesmas melakukan pemeriksaan suhu tubuh pada pengunjung sebelum memasuki ruangan Puskesmas. Akan tetapi hanya 1 puskesmas yang memiliki ruang isolasi. Lima puskesmas memberlakukan pemisahan area pasien dengan keluhan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Semua puskesmas memberlakukan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan kelompok risiko tetapi hanya 2 puskesmas yang memiliki sistem pengawasan penggunaan APD. Sebagian puskesmas memiliki ruang khusus untuk memakai dan melepaskan APD. Sembilan Puskesmas memiliki prosedur penanganan limbah APD bekas pakai. Sistem rujukan pasien terkonfirmasi Covid-19 dimiliki oleh semua puskesmas. Namun demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan protokol kesehatanpada masa pandemi Covid-19 di 10 Puskesmas di Kota Cimahi masih belum optimal. Disarankan kepada Kepala Puskesmas untuk meningkatkan pelaksanaan protokol kesehatan. DOI : 10.35990/mk.v4n3.p318-329