Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search
Journal : Agrikultura

Biologi dan Kemampuan Memangsa Paederus fuscipes Curtis (Coleoptera: Staphylinidae) terhadap Bemisia tabaci Gennadius (Homoptera: Aleyrodidae) Sudarjat Sudarjat; Argo Utomo; Danar Dono
Agrikultura Vol 20, No 3 (2009): Desember, 2009
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.267 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v20i3.959

Abstract

Bemisia tabaci merupakan hama tanaman di beberapa sentra produksi sayuran hingga mengakibatkan kerugian ekonomi sampai 100 %. Paederus fuscipes merupakan predator B. tabaci pada beberapa tanaman di Kecamatan Ciwidey, Bandung. Penelitian bertujuan untuk mengetahui biologi dan kemampuan memangsa imago P. fuscipes jantan terhadap nimfa B. tabaci. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri atas lima perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan terdiri atas: infestasi 10, 20, 40, 80, dan 160 nimfa B. tabaci per satu imago P. Fuscipes. Hasil pengamatan biologi menunjukkan bahwa siklus hidup P. fuscipes berkisar antara 38-75 hari. Fase telur berkisar 4-7 hari, larva instar-1 berkisar 4-5 hari, larva instar-2 berkisar 6-9 hari, pra-pupa berkisar 2-3 hari, pupa berkisar 3-5 hari, dan lama hidup imago berkisar 19-46 hari. P. fuscipes memperlihatkan tanggap fungsional terhadap peningkatan kepadatan B. tabaci sebagai mangsa. Jumlah pemangsaan nimfa B. tabaci tertinggi terjadi pada kepadatan 160 nimfa, yaitu 101,1 dan 100,1 nimfa B. tabaci per imago P. fuscipes, masing-masing untuk periode pagi dan sore. Kecepatan memangsa imago P. fuscipes terhadap nimfa B. tabaci yaitu berkisar 0,83-8,17 nimfa per jam pada siang hari, dan 0,75-8 nimfa per jam pada malam hari.
Ekstrak Metanol Daun Binahong (Anredera cordifolia) Menekan Pertumbuhan Koloni Jamur Rhizoctonia oryzae dan Kejadian Penyakit Hawar Bibit Padi Endah Yulia; Elga Sari; Sudarjat Sudarjat; Fitri Widiantini; Ida Nurhelawati
Agrikultura Vol 31, No 3 (2020): Desember, 2020
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v31i3.30876

Abstract

Penyakit bercak pelepah yang disebabkan oleh Rhizoctonia oryzae merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi. Penyakit ini umumnya dikendalikan dengan menggunakan fungisida sintetik meskipun pengendalian cara ini dipercaya dapat memberikan efek negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Dalam upaya pengembangan pengendalian penyakit tanaman yang lebih ramah lingkungan, pemanfaatan bahan-bahan alami seperti tumbuhan sebagai pestisida nabati telah mendapat banyak perhatian pada saat ini. Tanaman binahong (Anredera cordifolia) telah banyak digunakan sebagai obat tradisional terutama di bidang kesehatan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan ekstrak metanol daun binahong dalam menekan pertumbuhan koloni jamur R. oryzae serta menekan perkembangan penyakit hawar bibit pada benih padi akibat infeksi R. oryzae. Percobaan dilakukan di Laboratorium Bioteknologi, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).  Pengujian penghambatan pertumbuhan koloni jamur R. oryzae dilakukan menggunakan teknik poisoned food dengan 7 perlakuan yaitu 5 konsentrasi ekstrak 0,25%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%, serta perlakuan kontrol akuades steril dan fungisida propineb 0,3% yang diulang 4 kali. Pengujian pada benih dilakukan dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan yang masing-masing terdiri atas 25 benih padi menggunakan teknik perendaman. Hasil pengujian menunjukkan ekstrak metanol daun binahong 2% mampu menghambat pertumbuhan koloni dan pembentukan sklerotia jamur R. oryzae serta mampu menekan kejadian penyakit akibat infeksi R. oryzae pada bibit padi dengan penekanan tertinggi sebesar 46,2%.
Hubungan antara Kepadatan Populasi Kutu Daun Persik (Myzus persicae Sulz.) dan Tingkat Kerusakan Daun dengan Kehilangan Hasil Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Sudarjat Sudarjat
Agrikultura Vol 19, No 3 (2008): Desember, 2008
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.45 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v19i3.1013

Abstract

Penelitian rumah plastik ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepadatan populasi hama kutu daun persik (Myzus persicae Sulz.), tingkat kerusakan daun dan kehilangan hasil cabai merah (Capsicum annuum). Delapan taraf kepadatan populasi M. persicae (0, 2, 4, 8, 16, 32, 64, dan 128 ekor / tanaman) masing-masing diinfestasikan pada tanaman cabai pada fase pertumbuhan awal dan fase pembungaan awal.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa  populasi M. persicae dan tingkat kerusakan daun oleh hama tersebut berhubungan erat dengan kehilangan hasil cabai merah. Pada tanaman yang diinfestasi M. persicae saat fase pertumbuhan awal, hubungan antara kepadatan populasi (X) dengan kehilangan hasil (Y) mengikuti persamaan garis regresi Y = 19,1865 + 0,3568 X dengan keefektifan menduga sebesar 73,85% dan koefisien kerusakan sebesar 0,8724 g/ekor. Persamaan garis untuk tanaman yang diinfestasi M. persicae saat fase pembungaan awal adalah Y = 19,8504 + 0,3181X dengan keefektifan menduga  62,18 % dan koefisien kerusakan 0,7179 g/ekor. Hubungan antara tingkat kerusakan daun dengan kehilangan hasil pada tanaman cabai yang diinfestasi M. persicae saat fase pertumbuhan awal mengikuti persamaan garis regresi Y = 25,93 + 64,51 X1 + 0,26  X2 – 2,27 X3 {(Y = kehilangan hasil (%); X1 = tingkat kerusakan daun oleh M. persicae (%); X2 = populasi awal M. persicae (ekor/tanaman) dan X3 = waktu pengamatan (minggu setelah infestasi)} dengan  keefektifan menduga 78,75 % dan koefisien kerusakan 1,577 g/% kerusakan daun. Persamaan garis untuk tanaman cabai yang diinfestasi M. persicae saat fase pembungaan awal adalah Y = 25,59 + 1164,87 X1 + 0,08 X2 – 4,60 X3, dengan keefektifan menduga 79,18% dan koefisien kerusakan 3,72  g/% kerusakan daun.
Lama hidup, Keperidian, serta Kemampuan Memangsa Curinus coeruleus Mulsant (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Bemisia tabaci gennadius (Homoptera: Aleyrodidae) Agung Triantoro Riyanto; Sudarjat Sudarjat
Agrikultura Vol 19, No 3 (2008): Desember, 2008
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.991 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v19i3.1015

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama hidup pada setiap tahap perkembangan dan keperidian Curinus coeruleus serta kemampuan memangsa C. coeruleus terhadap berbagai kepadatan nimfa Bemisia tabaci. Metode yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Rancangan Acak Kelompok Pola Faktorial, yang terdiri dari 2 faktor, yaitu: faktor tahap perkembangan predator C.coeruleus (larva instar-1, larva instar-2, larva instar-3, larva instar-4, imago betina dan imago jantan) dan faktor kepadatan mangsa nimfa B. tabaci (60, 120, dan 240 ekor mangsa). Hasil percobaan menunjukkan bahwa lama stadium larva instar-1 C. coeruleus berkisar antara 8–10 hari, larva instar-2  berkisar 4–6 hari, larva instar-3 berkisar 5–8 hari, larva instar-4 berkisar 9–12 hari, prapupa berkisar 2–3 hari, pupa berkisar 6–8 hari, lama hidup imago betina berkisar 63 – 76 hari dan lama hidup imago jantan berkisar antara 52–69 hari. Kemampuan  C. coeruleus meletakkan telur selama hidupnya berkisar antara 11–116 butir dengan persentase penetasan telur 54,55–81,03%, peletakan telur terjadi 2–6 kali. Masa inkubasi telur berkisar antara 6–7 hari. Jumlah pemangsaan tertinggi terjadi pada perlakuan larva instar-4 dengan kepadatan mangsa 240 ekor nimfa B. tabaci, yaitu rata-rata 102,5 ekor nimfa B. tabaci larva-1 hari-1.
Araecerus fasciculatus (De Geer) (Coleoptera: Anthribidae): Biologi dan Kerusakannya pada Singkong Kering (Manihot esculenta Crantz) Salbiah, Salbiah; Hidayat, Yusup; Sudarjat, Sudarjat
Agrikultura Vol 33, No 2 (2022): Agustus, 2022
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v33i2.40347

Abstract

Araecerus fasciculatus merupakan hama yang menginfestasi komoditas pertanian di gudang penyimpanan. Pada singkong kering, hama ini menyebabkan kerusakan sebesar 20,6-91,51%. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari biologi A. fasciculatus pada singkong kering dan tingkat kerusakan yang ditimbulkannya. Pengujian lama perkembangan telur dilakukan dengan menginfestasikan imago A. fasciculatus sebanyak 100 ekor ke masing-masing 50 potong singkong kering selama 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 hari. Pengujian lama perkembangan larva, pupa, dan imago ke masing-masing 305 potong singkong kering selama 1, 2, 3, 4, 5 hari, selanjutnya singkong kering 5 potong didestruksi setiap hari selama dua bulan. Pengamatan dilakukan setelah lama hari infestasi. Pengamatan dilakukan terhadap morfologi, morfometri, lama perkembangan setiap stadia, tingkat kerusakan singkong kering akibat infestasi A. fasciculatus. Pada pengujian ini, dilakukan analisis kandungan nutrisi singkong kering, pengukuran suhu, dan kelembapan ruang pengujian. Hasil penelitian menunjukkan lama perkembangan telur 5,82 hari. Perkembangan larva instar pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima selama 3,40; 3,80; 4,60; 5,80; 7,80 hari. Sedangkan pupa dan imago selama 7,20 dan 28,34 hari. Pada pengujian ini, disajikan morfologi gambar berwarna dan morfometri semua stadia. Periode penyimpanan 3 bulan menyebabkan persentase kehilangan singkong kering berlubang 61,58% dan bubuk singkong 11,08%. Pengujian biologi ini akan menjadi dasar dalam identifikasi dan pengendalian A. fasciculatus untuk setiap stadianya pada singkong kering.
Keanekaragaman Tumbuhan Bawah dan Implikasinya terhadap Serangga di Kawasan Budi Daya Tanaman di Kawah Kamojang, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat Rasiska, Siska; Sudarjat, Sudarjat; Asdak, Chay; Parikesit, Parikesit; Gunawan, Budhi
Agrikultura Vol 34, No 2 (2023): Agustus, 2023
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v34i2.46186

Abstract

Lanskap di Kawah Kamojang, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung terdiri dari kawasan konservasi, kawasan lindung dan kawasan budi daya yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman jenis tumbuhan bawah dan serangga yang terdapat di kawasan budi daya. Metode yang digunakan adalah eksploratif deskriptif dengan pengambilan sampel secara transek garis berjalur sejauh radius 500m di empat lokasi kawasan budidaya yang berbeda, yaitu di dekat Cagar Alam (CA), Taman Wisata Alam (TWA), lahan pertanian dan Hutan Lindung (HL). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga November 2022. Hasil penelitian menunjukkan ditemukannya 41 famili dan 96 spesies tumbuhan bawah serta tiga famili yang memiliki Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi, yaitu Asteraceae, Fabaceae, dan Poaceae. Tumbuhan bawah Ageratina riparia banyak ditemukan di dekat CA dan TWA, sedangkan Imperata cylindrica banyak ditemukan di dekat lahan pertanian dan HL. Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah terkategori tinggi dan tersebar di semua lokasi secara merata. Kelompok serangga yang ditemukan termasuk ke dalam 9 ordo dan 78 famili dan tiga famili dengan nilai INP tertinggi yaitu Cicadellidae, Acrididae dan Drosophilidae.  Famili Cicadellidae banyak ditemukan di dekat CA dan HL, Acrididae di dekat TWA dan Drosophillidae di  dekat lahan pertanian. Sebagian besar serangga memiliki peran fungsional sebagai herbivor (32 famili) dengan INP tertinggi yaitu Cicadellidae, predator (11 famili) dengan INP tertinggi yaitu Formicidae, parasitoid (16 famili) dengan INP tertinggi yaitu Braconidae, dan polinator (3 famili) dengan INP tertinggi yaitu Syrphidae. Serangga lainnya memiliki peranan sebagai dekomposer, netral, hama ternak, serangga air, vektor entomopatogen, dan vektor penyakit. Keanekaragaman jenis serangga terkategori sedang dan menyebar secara merata.
Aplikasi Jamur Entomopatogen Lecanicillium lecanii pada Berbagai Kerapatan Konidia dan Frekuensi Aplikasi terhadap Hama Kutukebul (Bemisia tabaci) pada Tanaman Tomat Sudarjat, Sudarjat; Hersanti, Hersanti; Nurazizah, Rahmalia
Agrikultura Vol 34, No 2 (2023): Agustus, 2023
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v34i2.47658

Abstract

Kutukebul (Bemisia tabaci) merupakan hama penting pada tanaman tomat. Pengendalian B. tabaci umumnya dilakukan secara kimia menggunakan insektisida sintetik. Sementara itu, pemanfaatan agensia hayati seperti jamur entomopatogen direkomendasikan sebagai alternatif pengendalian hama yang lebih ramah lingkungan. Jamur entomopatogen Lecanicillium lecanii dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan B. tabaci. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan kerapatan konidia dan frekuensi aplikasi L. lecanii yang paling tepat dalam menekan populasi kutukebul pada tanaman tomat. Percobaan ini dilakukan di rumah kaca Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada bulan Agustus hingga Oktober 2022. Percobaan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas sepuluh perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan terdiri atas jamur entomopatogen L. lecanii dengan kerapatan 107 konida/ml, 108 konidia/ml, dan 109 konidia/ml dengan frekuensi aplikasi 1 minggu, 2 minggu, dan 3 minggu sekali, serta perlakuan kontrol yang diaplikasikan pada stadia nimfa B. tabaci. Hasil penelitian didapatkan jamur entomopatogen L. lecanii dengan kerapatan 107 konidia/ml dengan frekuensi waktu aplikasi 3 minggu sekali efektif dan dianggap efisien mengendalikan populasi nimfa B. tabaci serta memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tomat serta hasil panen buah tomat.
Keefektifan Ekstrak Metanol Daun dan Biji Kemangi (Ocimum basilicum Sims) dalam Mengendalikan Hama Kutukebul (Bemisia tabaci Genn) pada Tanaman Tomat Sudarjat, Sudarjat; Zahra, Maghfira Az; Djaya, Luciana
Agrikultura Vol 35, No 2 (2024): Agustus, 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v35i2.55455

Abstract

Kutukebul (Bemisia tabaci Genn)0merupakan salah satu0hama yang mengganggu produksi tanaman tomat. Saat ini sudah banyak tumbuhan yang0dapat dijadikan ekstrak pestisida nabati untuk mengendalikan serangga hama di antaranya adalah0tanaman kemangi (Ocimum basillicum Sims). Tanaman kemangi mengandung senyawa saponin, eugenol, tannin, dan flavonoid terutama pada bagian daun dan bijinya. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan0konsentrasi ekstrak0metanol daun dan biji kemangi yang tepat dalam menekan0populasi B. tabaci pada tanaman tomat. Percobaan0ini dilakukan di Laboratorium Pestisida dan Toksikologi Lingkungan dan rumah kaca0Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas0Padjadjaran pada bulan Maret hingga Agustus 2023. Penelitian ini0menggunakan metode percobaan0Rancangan Acak0Kelompok (RAK) yang terdiri atas sembilan perlakuan ekstrak metanol dan0tiga kali ulangan, yakni P1 (kontrol), P2 (3,8 g/l daun kemangi), P3 (8,3 g/l daun kemangi), P4 (16,7 g/l daun kemangi), P5 (25,1 g/l daun kemangi), P6 (4,1 g/l biji kemangi), P7 (9,1 g/l biji kemangi), P8 (18,3 g/l biji kemangi), dan P9 (27,4 g/l biji kemangi). Berdasarkan hasil pengujian toksisitas didapatkan nilai LC₅₀ dan LC₉₅ ekstrak metanol daun kemangi secara berurutan sebesar 3,8 g/l dan 8,3 g/l, sedangkan LC₅₀ dan LC₉₅ ekstrak metanol biji kemangi secara berurutan sebesar 4,1 g/l dan 9,1 g/l. Hasil0penelitian menujukkan ekstrak1metanol daun dan biji kemangi masing-masing pada konsentrasi terendah yaitu 3,8 g/l ekstrak methanol daun kemangi dan 4,1 g/l ekstrak methanol biji kemangi mampu menekan kepadatan populasi B. tabaci pada tanaman tomat.  Aplikasi025,1 g/l ekstrak metanol daun kemangi dan 27,4 g/l ekstrak metanol biji kemangi merupakan perlakuan yang paling tinggi penekanannya dalam mengendalikan B.tabaci.
Keanekaragaman Serangga dan Fungsinya pada Tiga Tipe Perkebunan Kopi Arabika (Coffea arabica L.) di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung Utari, Astarina; Maharani, Yani; Sudarjat, Sudarjat
Agrikultura Vol 35, No 3 (2024): Desember, 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v35i3.58144

Abstract

Keberadaan serangga dalam suatu ekosistem seringkali dianggap sebagai hama, meskipun demikian serangga memiliki fungsi ekologis yang bermanfaat sebagai penyerbuk, pengurai, musuh alami, dan sebagai bioindikator lingkungan. Perbedaan jenis penggunaan lahan pada perkebunan kopi dapat mengakibatkan perbedaan pada struktur komunitas dan fungsi ekologis serangga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman serangga dan fungsinya pada perkebunan kopi Arabika pemukiman, tumpangsari, dan agroforestri di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Sampel diambil dari tiga perkebunan kopi Arabika di Desa Pulosari dan Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung dengan menetapkan lima titik sampling berukuran 100 m2 dengan jarak antar titik sampling berkisar 10–50 m. Sampel serangga ditangkap menggunakan perangkap ayun, perangkap kuning, dan perangkap Brocap. Sampel yang diperoleh diidentifikasi berdasarkan karakter morfologi hingga tingkat morfospesies. Serangga yang berhasil dikumpulkan dari perkebunan kopi Arabika berjumlah 607 individu yang memiliki peran fungsional sebagai musuh alami, 47 individu sebagai polinator, 629 individu sebagai dekomposer, dan serangga yang merupakan herbivor berjumlah 2.821 individu. Indeks keanekaragaman serangga pada perkebunan kopi Arabika pemukiman (H’= 2,43) dan tumpangsari (H’= 2,79) memiliki kriteria sedang, sedangkan pada perkebunan kopi Arabika agroforestri (H’= 3,88) memiliki kriteria tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkebunan kopi berpotensi sebagai habitat yang mendukung pelestarian keanekaragaman hayati serangga. Meskipun dominasi herbivor ditemukan di ketiga tipe perkebunan kopi, namun keberadaan serangga musuh alami, polinator, dan dekomposer membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan mendukung produktivitas pertanian. Oleh karena itu, pengelolaan habitat yang tepat dalam praktik budidaya kopi sangat diperlukan untuk mengelola fungsi ekologi yang seimbang.
Efektivitas Ekstrak Air Daun Gulma Anting-anting (Acalypha indica L.) dalam Menekan Jumlah Gall Akibat Infeksi Meloidogyne spp. pada Tanaman Tomat Sunarto, Toto; Sudarjat, Sudarjat; Zahra, Zakiah
Agrikultura Vol 36, No 2 (2025): Agustus, 2025
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v36i2.65170

Abstract

Penyakit bengkak akar yang disebabkan oleh Meloidogyne spp. merupakan penyakit penting pada tanaman tomat serta dapat menurunkan kualitas dan kehilangan hasil hingga 68%. Ekstrak air daun gulma anting-anting memiliki senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai alternatif pengendalian yang ramah lingkungan. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak air daun gulma anting-anting (Acalypha indica L.) yang efektif dalam menekan infeksi Meloidogyne spp. pada tanaman tomat. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi, Divisi Laboratorium Nematologi Tumbuhan, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, dan rumah kaca, Kebun Percobaan, Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri atas 7 perlakuan dan 4 ulangan. Percobaan terdiri atas kontrol, ekstrak air daun gulma anting-anting 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, dan karbofuran 2 g/tanaman. Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak air daun gulma anting-anting menekan jumlah gall pada akar tanaman tomat dibandingkan dengan kontrol, namun tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, terhadap bobot segar bagian atas tanaman dan terhadap bobot segar akar tanaman. Konsentrasi ekstrak air daun gulma anting-anting 10% efektif menekan jumlah gall pada tanaman tomat sebesar 88,79%.