Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Keefektifan Ekstrak Metanol Daun dan Biji Kemangi (Ocimum basilicum Sims) dalam Mengendalikan Hama Kutukebul (Bemisia tabaci Genn) pada Tanaman Tomat Sudarjat, Sudarjat; Zahra, Maghfira Az; Djaya, Luciana
Agrikultura Vol 35, No 2 (2024): Agustus, 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v35i2.55455

Abstract

Kutukebul (Bemisia tabaci Genn)0merupakan salah satu0hama yang mengganggu produksi tanaman tomat. Saat ini sudah banyak tumbuhan yang0dapat dijadikan ekstrak pestisida nabati untuk mengendalikan serangga hama di antaranya adalah0tanaman kemangi (Ocimum basillicum Sims). Tanaman kemangi mengandung senyawa saponin, eugenol, tannin, dan flavonoid terutama pada bagian daun dan bijinya. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan0konsentrasi ekstrak0metanol daun dan biji kemangi yang tepat dalam menekan0populasi B. tabaci pada tanaman tomat. Percobaan0ini dilakukan di Laboratorium Pestisida dan Toksikologi Lingkungan dan rumah kaca0Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas0Padjadjaran pada bulan Maret hingga Agustus 2023. Penelitian ini0menggunakan metode percobaan0Rancangan Acak0Kelompok (RAK) yang terdiri atas sembilan perlakuan ekstrak metanol dan0tiga kali ulangan, yakni P1 (kontrol), P2 (3,8 g/l daun kemangi), P3 (8,3 g/l daun kemangi), P4 (16,7 g/l daun kemangi), P5 (25,1 g/l daun kemangi), P6 (4,1 g/l biji kemangi), P7 (9,1 g/l biji kemangi), P8 (18,3 g/l biji kemangi), dan P9 (27,4 g/l biji kemangi). Berdasarkan hasil pengujian toksisitas didapatkan nilai LC₅₀ dan LC₉₅ ekstrak metanol daun kemangi secara berurutan sebesar 3,8 g/l dan 8,3 g/l, sedangkan LC₅₀ dan LC₉₅ ekstrak metanol biji kemangi secara berurutan sebesar 4,1 g/l dan 9,1 g/l. Hasil0penelitian menujukkan ekstrak1metanol daun dan biji kemangi masing-masing pada konsentrasi terendah yaitu 3,8 g/l ekstrak methanol daun kemangi dan 4,1 g/l ekstrak methanol biji kemangi mampu menekan kepadatan populasi B. tabaci pada tanaman tomat.  Aplikasi025,1 g/l ekstrak metanol daun kemangi dan 27,4 g/l ekstrak metanol biji kemangi merupakan perlakuan yang paling tinggi penekanannya dalam mengendalikan B.tabaci.
ANALISIS PERKEMBANGAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL: STIMULASI KREATIVITAS ANAK USIA SD MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL sudarjat, sudarjat; Rilianti, Adhy Putri
Jurnal Pena Karakter : Jurnal Pendidikan Anak dan Karakter Vol. 4 No. 2 (2022): Jurnal Pena Karakter: Jurnal Pendidikan Anak dan Karakter
Publisher : STKIP AL HIKMAH SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62426/

Abstract

Creativity is one of the characteristics of children's growth and development in the cognitive realm. Creativity is very important to be developed from an early age because this ability is a provision to solve problems in everyday life. One way to improve and develop children's creativity is to play traditional games. This study aims to explore information about stimulating children's creativity through traditional games. This research is in the form of a literature review with secondary sources in the form of books, journals, and other relevant sources. The results showed that traditional games that can stimulate children's creativity include 1) gobag sodor, 2) congklak, and 3) painting
Keanekaragaman Serangga dan Fungsinya pada Tiga Tipe Perkebunan Kopi Arabika (Coffea arabica L.) di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung Utari, Astarina; Maharani, Yani; Sudarjat, Sudarjat
Agrikultura Vol 35, No 3 (2024): Desember, 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v35i3.58144

Abstract

Keberadaan serangga dalam suatu ekosistem seringkali dianggap sebagai hama, meskipun demikian serangga memiliki fungsi ekologis yang bermanfaat sebagai penyerbuk, pengurai, musuh alami, dan sebagai bioindikator lingkungan. Perbedaan jenis penggunaan lahan pada perkebunan kopi dapat mengakibatkan perbedaan pada struktur komunitas dan fungsi ekologis serangga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman serangga dan fungsinya pada perkebunan kopi Arabika pemukiman, tumpangsari, dan agroforestri di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Sampel diambil dari tiga perkebunan kopi Arabika di Desa Pulosari dan Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung dengan menetapkan lima titik sampling berukuran 100 m2 dengan jarak antar titik sampling berkisar 10–50 m. Sampel serangga ditangkap menggunakan perangkap ayun, perangkap kuning, dan perangkap Brocap. Sampel yang diperoleh diidentifikasi berdasarkan karakter morfologi hingga tingkat morfospesies. Serangga yang berhasil dikumpulkan dari perkebunan kopi Arabika berjumlah 607 individu yang memiliki peran fungsional sebagai musuh alami, 47 individu sebagai polinator, 629 individu sebagai dekomposer, dan serangga yang merupakan herbivor berjumlah 2.821 individu. Indeks keanekaragaman serangga pada perkebunan kopi Arabika pemukiman (H’= 2,43) dan tumpangsari (H’= 2,79) memiliki kriteria sedang, sedangkan pada perkebunan kopi Arabika agroforestri (H’= 3,88) memiliki kriteria tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkebunan kopi berpotensi sebagai habitat yang mendukung pelestarian keanekaragaman hayati serangga. Meskipun dominasi herbivor ditemukan di ketiga tipe perkebunan kopi, namun keberadaan serangga musuh alami, polinator, dan dekomposer membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan mendukung produktivitas pertanian. Oleh karena itu, pengelolaan habitat yang tepat dalam praktik budidaya kopi sangat diperlukan untuk mengelola fungsi ekologi yang seimbang.
Evaluation Behavior of Highland Vegetable Farmers on West Bandung Regency To Use Good Pesticide Practices Rasiska, Siska; Sudarjat, Sudarjat; Dono, Danar; Suganda, Tarkus; Setiawan, Iwan
CROPSAVER Vol 8, No 1 (2025)
Publisher : Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/cropsaver.v8i1.62005

Abstract

Synthetic pesticides are one of the pest control substances most widely used by highland vegetable farmers, including insecticides and fungicides. This research aims to evaluate the use of pesticides by highland vegetable farmers in Lembang and Cisarua Districts, West Bandung Regency. The methods used in this research are surveys and observations. Interviews using questionnaires were conducted with 90 highland vegetable farmers, in-depth interviews with extension workers and exporter institutions. Secondary data was obtained from the horticultural crop agriculture service and the Agriculture, Fisheries, and Forestry Extension Center. These data were analyzed descriptively regarding the knowledge, awareness, and skills of highland vegetable farmers in using pesticides. The results of the research show that highland vegetable farmers in Lembang and Cisarua Districts, West Bandung Regency, know the information on labels, especially dosage, target pests, method of application, and type of plant, also know the function of pesticides, dangers, prohibitions on disposing of pesticide waste, and the reasons. Farmers know the SOP for pesticide use from promotional materials, and direct training, as well as from extension workers. Farmers buy and use their own pesticides at agricultural shops, considering the target organisms and efficacy based on information from fellow farmers. Farmers mix two types of pesticides with water as a solvent,  put it first in a bucket, and stir with a stirrer. Pesticides are applied at 10.00-15.00 until they are finished, then wash the hands. Pesticides are stored in a locked place, such as a warehouse, and out of reach of children, and the packaging is burned. Farmers need to be given counseling and training on the correct SOPs, starting from preparation to handling spray equipment and waste.
Efektivitas Ekstrak Air Daun Gulma Anting-anting (Acalypha indica L.) dalam Menekan Jumlah Gall Akibat Infeksi Meloidogyne spp. pada Tanaman Tomat Sunarto, Toto; Sudarjat, Sudarjat; Zahra, Zakiah
Agrikultura Vol 36, No 2 (2025): Agustus, 2025
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v36i2.65170

Abstract

Penyakit bengkak akar yang disebabkan oleh Meloidogyne spp. merupakan penyakit penting pada tanaman tomat serta dapat menurunkan kualitas dan kehilangan hasil hingga 68%. Ekstrak air daun gulma anting-anting memiliki senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai alternatif pengendalian yang ramah lingkungan. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak air daun gulma anting-anting (Acalypha indica L.) yang efektif dalam menekan infeksi Meloidogyne spp. pada tanaman tomat. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi, Divisi Laboratorium Nematologi Tumbuhan, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, dan rumah kaca, Kebun Percobaan, Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri atas 7 perlakuan dan 4 ulangan. Percobaan terdiri atas kontrol, ekstrak air daun gulma anting-anting 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, dan karbofuran 2 g/tanaman. Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak air daun gulma anting-anting menekan jumlah gall pada akar tanaman tomat dibandingkan dengan kontrol, namun tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, terhadap bobot segar bagian atas tanaman dan terhadap bobot segar akar tanaman. Konsentrasi ekstrak air daun gulma anting-anting 10% efektif menekan jumlah gall pada tanaman tomat sebesar 88,79%.