Claim Missing Document
Check
Articles

Pengaruh Irisan Rimpang Terhadap Berat Kering dan Performa Simplisia Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) setelah Pengeringan Mega Rizqi Utami; Erma Prihastanti; Sri Widodo Agung Suedy
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 1, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.1.1.2016.1-5

Abstract

Tanaman obat adalah tanaman yang digunakan sebagai bahan pembuatan obat, umumnya berasal dari Famili Zingiberaceae misalnya lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.). Simplisia merupakan bahan alamiah sebagai bahan pembuatan obat yang belum mengalami pengolahan. Pengirisan merupakan salah satu tahap penting dalam pembuatan bahan obat karena dapat mempermudah dalam proses pengepakan, penyimpanan dan penggilingan. Pengirisan dapat dilakukan secara melintang atau membujur. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh arah irisan, tebal irisan, dan kombinasinya terhadap berat kering dan performa simplisia lempuyang wangi setelah pengeringan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium BSF Tumbuhan UNDIP. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan kombinasi ketebalan (3 mm dan 5 mm) dan arah irisan (membujur dan melintang). Parameter penelitian meliputi berat kering dan performa simplisia yang meliputi warna, kekerasan, dan aroma pada simplisia kering. Analisis data menggunakan Anova dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan arah irisan berpengaruh terhadap berat kering  simplisia, sedangkan interaksi antara tebal dan arah irisan tidak berpengaruh terhadap berat kering simplisia lempuyang wangi. Kata kunci: simplisia; lempuyang wangi; pengirisan; berat kering; performa
Pertambahan Biomassa dan Produksi Minyak Atsiri Tanaman Selasih (Ocimum basilicum L.) pada Usia Panen yang Berbeda Rasyid Abdulaziz; Sri Widodo Agung Suedy; Munifatul Izzati
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 6, Nomor 2, Tahun 2021
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.124-130

Abstract

Selasih (Ocimum basilicum L.) memiliki kandungan minyak atsiri yang dapat digunakan dalam industri kosmetik, parfum, dan medis. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan usia panen dengan biomassa dan produksi minyak atsiri pada organ daun serta batang selasih. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial, dengan faktor pertama usia panen (1; 1,5; dan 2 bulan), dan faktor kedua organ tanaman (daun dan batang). Media tanam menggunakan tanah dan kompos (1:1) yang dimasukkan dalam polibag ukuran 30cm x 30cm, dan diberi naungan paranet 25%. Parameter yang diamati: data pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah daun dan cabang primer), biomassa, dan produksi minyak atsiri. Analisis data menggunakan Anaylysis of Variance (ANOVA) dan Duncan's Multiple Range Test(DMRT) pada taraf kepercayaan 95 %. Penelitian menunjukkan hasil bahwa tanaman yang dipanen pada umur lebih tua menunjukkan pertumbuhan, biomassa dan produksi minyak atsiri yang lebih tinggi. Pada usia 1,5 bulan, biomassa meningkat 114,485% dibanding usia 1 bulan, sedangkan pada usia 2 bulan, peningkatan biomasa 91,410%  dibanding usia1,5 bulan. Produksi minyak atsiri tertinggi dihasilkan oleh organ daun pada usia panen 2 bulan sebesar 0,273g, dan 0,023g pada organ batang. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa usia panen berbeda berpengaruh nyata terhadap biomassa dan produksi minyak atsiri tanaman selasih. Basil (Ocimum basilicum L.) contains essential oils that can be used in the cosmetic, perfume, medical industries. This study aims to determine the relationship between harvest age and biomass and essential oil production in basil leaves and stems. The study used a completely randomized design (CRD) with a factorial pattern, with the first factor being harvest age (1; 1.5; and 2 months), and the second factor being plant organs (leaves and stems). The planting medium used soil and compost (1:1) which was put in 30cm x 30cm polybags and was given a 25% para net shade. Parameters observed: growth data (plant height, number of leaves, and primary branches), biomass, and essential oil production. Data analysis used Analysis of Variance (ANOVA) and Duncan's Multiple Range Test (DMRT) at a 95% confidence level. Research shows that plants harvested at an older age show higher growth, biomass, and essential oil production. At the age of 1.5 months, biomass increased by 114.485% compared to the age of 1 month, while at the age of 2 months, the increase in biomass was 91.410% compared to the age of 1.5 months. The highest essential oil production was produced by leaf organs at 2 months of harvesting at 0.273g, and 0.023g in stem organs. The conclusion of this study showed that different harvest ages had a significant effect on the biomass and essential oil production of basil plants.
Pengaruh Alelokimia Ekstrak Daun Kirinyuh (Chromolaena odorata L.) Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Kedelai [Glycine max (L.) Merr] Siti Umi Shofiyatin; Sri Darmanti; Sri Widodo Agung Suedy
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 5, Nomor 2, Tahun 2020
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.5.2.2020.183-189

Abstract

Gulma merupakan  tumbuhan yang tidak dikehendaki kehadirannya  karena berpotensi alelopati. Alelopati merupakan interaksi antar  tanaman dengan perantaraan senyawa alelokimia  yang dilepaskan ke lingkungan. Alelokimia dapat menghambat pertumbuhan  tanaman di sekitarnya.  Kirinyuh (Cromolaena odorata L.) adalah salah satu gulma  yang banyak dijumpai di berbagai lahan budidaya.  Kedelai [Glycine max (L.) Merr ] merupakan komoditas pertanian sumber pangan yang berprotein tinggi. Keberadaan gulma, termasuk diantaranya C. odorata  merupakan  salah  satu kendala  penting dalam meningkatkan  pertumbuhan dan produksi  kedelai. Penelitian ini bertujuan  mengkaji pengaruh alelokimia ekstrak daun C. odorata L. terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal berupa konsentrasi ekstrak daun C. Odorata  yaitu  0%, 20%, 40%, 60% dan 80%, tiap unit perlakuan dengan lima ulangan. Data kuantitatif dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjut dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95% (α=5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa alelokimia pada  ekstrak daun gulma kirinyuh  (C. odorata L.) berpotensi menghambat pertumbuhan vegetataif  tanaman kedelai.  Penurunan kandungan klorofil total  dan pertumbuhan vegetatif secara efektif terjadi mulai  konsentrasi ekstrak 40% dan semakin tinggi konsentrasi ekstrak, penurunan nilai parameter yang diukur semakin besar.  Kata Kunci:  alelopati,  alelokimia, gangguan gulma.
Identifikasi Keanekaragaman Polen Tanaman Sumber Pakan Lebah pada Madu Lokal dari 5 Desa di Kabupaten Boyolali Nurul Hidayati; Sri Widodo Agung Suedy; Sri Darmanti
Majalah Ilmiah Biologi BIOSFERA: A Scientific Journal Vol 37, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Biologi | Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.mib.2020.37.1.1073

Abstract

Honey is a natural sugar produced by bees from the nectar of plants or secretions of living parts of plants or excrtions of plant sucking insects on the living parts of plants. Pollen is an important component contained in honey, as a source of protein for bees. The This study aims to determine the diversity of pollen which is a source of bee feed, and knowing the type of honey based on the type and frequency of pollen in honey in 5 villages in Boyolali Regency. The method used for the pollen analysis is acetolysis. The quantitative data of pollen analysis using Excel Software. The results showed the diversity of plant pollen in honey from 5 village in Boyolali is 52 taxa, and the type of honey based on the frequency and types of pollen varies, the village Cerme and Cepogo honey is multifloral honey, Kiringan and Pager Village honey including monofloral honey, and Kemiri Village honey is bifloral honey.
RESPONSE OF SEED GERMINATION AND GROWTH OF Nepenthes gymnamphora Nees IN VITRO TO THE CONCENTRATION OF MS MINERAL SALT, PEPTONE AND THIDIAZURON Fella Suffah Meinaswati; Nintya Setiari; Yulita Nurchayati; Sri Widodo Agung Suedy
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 9 No. 1 (2022): June 2022
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.874 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v9i1.5049

Abstract

Nepenthes gymnamphora Nees is a Java's rare endemic species. Ex-situ conservation of this endangered species can be done through in vitro culture technique. The aims of this study were to determine (1) the mineral salt concentration of MS basal media and addition of peptone (P) on N. gymnamphora seed germination and seedling emergence and (2) the effects of TDZ in ½MS medium on seedling growth. Seeds were surface sterilized and cultured on four media formulations (½MS, MS, ½MS+P, MS+P) for 8 weeks. In the second experiment, ten-week-old seedlings, 0,25 cm in length were cultured on ½MS supplemented with 0, 0,5, 1,0, or 1,5 mg/L TDZ. Seedling growth was recorded at 8 weeks of culture. Results of this experiment showed that ½MS was the best medium for N. gymnamphora seed germination as indicated by the highest percentage of germination, the tallest seedling, and the fastest seedling emergence. Moreover, the best growth of N. gymnamphora was found on ½MS without TDZ. Nepenthes gymnamphora Nees. merupakan spesies endemik Pulau Jawa yang tergolong langka, sehingga perlu upaya konservasi. Konservasi ex situ spesies ini dapat dilakukan dengan teknik kultur jaringan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi garam mineral media MS dan pepton yang dapat mendukung perkecambahan biji dan menentukan konsentrasi TDZ untuk pertumbuhan kecambah N. gymnamphora in vitro.  Pada percobaan I, biji N. gymnamphora disterilisasi dan ditabur di 4 kombinasi media, yaitu MS, ½MS, dengan dan tanpa penambahan 2g/L pepton. Pada percobaan II, kecambah berukuran ± 0,25 cm dengan penambahan beberapa konsentrasi TDZ (0; 0,5; 1; 1,5 ppm) pada media ½MS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media ½MS menghasilkan persentase perkecambahan biji tertinggi (56%) dengan tinggi kecambah kecambah terbaik. Media ½MS tanpa TDZ menghasilkan pertumbuhan kecambah terbaik yang ditunjukkan oleh waktu tercepat munculnya daun, Media ½MS merupakan konsentrasi garam mineral terbaik untuk perkecambahan biji N. gymnamphora, tanpa TDZ.
Effect of Cofiring Using Sawdust on Steam Coal Power Plant Heat Rate Value Muhammad Farras Ilham; Sri Widodo Agung Suedy
Jurnal Energi Baru dan Terbarukan Vol 3, No 2 (2022): Juli 2022
Publisher : Program Studi Magister Energi, Sekolah Pascasarjana, Universitas Diponegoro, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jebt.2022.13828

Abstract

Guna mencapai bauran energi nasional tahun 2025 perlu akselerasi pengembangan  kapasitas energi baru terbarukan. Salah satu energi baru terbarukan yang berpotensi dikembangkan di Indonesia adalah biomassa untuk bahan bakar, dengan cara co-firing. Biomassa bisa menjadi energi alternatif yang efektif, guna meminimaslir penggunaan bahan bakar fosil. Biomassa bisa dicampurkan kedalam bunker batubara, campuran bahan bakar tersebut di alirkan menuju ruang bakar atau furnace. Beberapa keuntungan penggunaan biomasa  pada PLTU antara lain investasi relatif lebih rendah dan dampak lingkungan lebih baik jika dibandingkan dengan yang 100% batubara. Serbuk kayu ini merupakan limbah produksi karena tidak dapat menghasilkan produk (output) yang bernilai tinggi dari segi ekonomi. Sawdust/Serbuk kayu sisa hasil pengerajin. Perhitungan tara kalor dengan metode input-output, dilakukan dengan cara menghitung total  konsumsi bahan bakar dalam satuan kg/jam, dikalikan dengan nilai kalor rata-rata batubara selama pengujian kemudian dibagi dengan rata-rata daya yang dihasilkan dalam satuan kWh/jam, sehingga didapatkan energi. Kesimpulannya Penggunaan subtitusi pembakaran dengan cara menambahkan sawdust pada boiler dengan blending 95% Batubara dan 5% sawdust tidak ada perbedaan signifikan, hasil perhitungan heat rate metode input-output nilai GPHR coal firing 2649 kCaI/kWh, sementara nilai GPHR co-firing yaitu 2705 kCal/kWh, dengan penurunan kWh produksi gross sebesar 1% pada saat co-firing. Nilai SFC relatif sama yaitu SFC coal firing adalah 0,617 dan SFC co-firing adalah 0,621. Dari hasil perhitungan heat rate metode heat loss didapatkan efisiensi boiler saat coal firing adalah 84,34% sementara saat co-firing adalah 84,72%. Nilai GPHR pada saat coal firing adalah sebesar 2.668,37 kCaI/kWh dan saat co-firing adalah 2.688,16 kCal/kWh.
Hydrogen peroxide and water availability effect on vegetative growth of soybean [Glycine max (L.) Merr.] Variety Deja 1 Enita Simbolon; Sri Widodo Agung Suedy; Sri Darmanti
Agric Vol. 32 No. 1 (2020)
Publisher : Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24246/agric.2020.v32.i1.p39-50

Abstract

Soybean plant [Glycine max (L.) Merr.] Is a food crop that is a source of fat, protein, and minerals. Drought stress is a major obstacle in the cultivation of soybean plants, which causes the synthesis of excessive amounts of Reactive Oxygen Species (ROS) which triggers oxidative stress. Hydrogen peroxide (H2O2) is the most stable ROS, in low concentrations it can act as a signaling molecule and activate an antioxidant defense system to protect plants from oxidative stress. The study was conducted at the Plant Structure and Function Biology Laboratory of Diponegoro University. The study aims to determine the effect of H2O2 treatment on the condition of different levels of water availability on the vegetative growth of soybean plants variety Deja 1. Research using a completely randomized design (CRD) 4x2 factorial pattern. The first factor is H2O2 concentration (0 0.5 1 and 2 mM). The second factor is the level of water availability (100 and 35% of field capacity). Each treatment was repeated 5 times. Quantitative data were analyzed by Analysis of Variance (ANOVA) followed by DMRT test at 95% confidence level. The results showed that there was an interaction between the H2O2 concentration factor and the level of water supply to the canopy fresh weight. The 2 mM H2O2 treatment at 100% water availability and 1 mM H2O2 with 35% water availability increased vegetative growth as indicated by the canopy and root fresh weight parameters, number of leaves, stomata opening width, relative water content. Based on the results of the study it can be stated that the exogenous H2O2 treatment of leaves with certain concentrations at all different levels of water availability can increase the vegetatif growth of soybean variety of Deja 1.
Effect of Corona Discharge Plasma Radiation on the Viability of True Shallot Seeds (Allium cepa L. var. aggregatum) Imam Firmansyah; Erma Prihastanti; Sri Widodo Agung Suedy; Zaenul Muhlisin; Arif Surahman
Jurnal Teknik Pertanian Lampung (Journal of Agricultural Engineering) Vol 13, No 2 (2024): June 2024
Publisher : The University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jtep-l.v13i2.485-492

Abstract

TSS (True Shallot Seed) need to be developed to address the quality and quality of shallot seeds. The seeds, however, still has constraints on its viability and germination. The objective of this study was to investigate the effect of corona discharge plasma radiation on the viability of true shallot seeds. The research was conducted in March - April 2023 at the Plasma Laboratory, Faculty of Science and Mathematics, Diponegoro University, and the germination test experiments at the the Agricultural Technology Research and Assessment Installation (IP2TP Ungaran). The experiment was designed completely randomized with 6 treatments of radiation time consisting of P0 (without radiation), P1 (5 min), P2 (10 min), P3 (15 min), P4 (20 min), and P5 (25 min). All treatments were carried out with 5 replications. The collected data were processed using ANOVA and then continued with the DMRT test. The results showed that the corona plasma radiation treatment for 15-25 min affected the parameters of germination, germination rate, seed growth rate, vigor index, seed uniformity, and sprout length.  Keywords: Plasm, Radiation, Shallots, TSS.
Melisopalinologi Madu dari Temanggung Suedy, Sri Widodo Agung; Savitri, Ni Putu Tasya
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 9, Nomor 1, Tahun 2024
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.9.1.2024.93-101

Abstract

Melisopalinologi adalah studi terkait kandungan polen dalam madu, yang dapat menunjukkan karakteristik tumbuhan sumber pakan lebah, serta fitogeografinya sekitar sarang lebah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis polen dalam madu dari lima daerah di Temanggung, guna mengetahui keanekaragaman tumbuhan pakan lebah dan karakteristik madunya. Sampel madu diambil secara purposive sampling dari 5 daerah di Temangung, kemudian dianalisis untuk identifikasi polen menggunakan teknik asetolisis. Telah teridentifikasi sebanyak 1855 butir polen yang terdiri dari 14 tipe polen, dimana 7 tipe teridentifikasi sampai tingkat famili, 2 tipe sampai tingkat genus, dan 5 tipe sampai tingkat spesies. Persentase polen tipe famili Euporbiaceae mencapai 27,33%, Ceiba petandra (20,27%), Imperata sp. (14,82%), Zea mays (14,23%), dan tipe lain dibawah 10%.  Berdasarkan dominasi polen tertentu, madu dapat dikelompokkan sebagai madu monoflora (madu dari Medari, Kentengsari dan Nglorog), biflora (madu dari Kwandungan Jurang), dan multiflora (madu dari Rejosari). Nilai indeks keanekaragaman hayati Shannon (H’), indeks dominansi, dan indeks kemerataan tumbuhan pakan lebah di Temanggung termasuk kategori sedang.  Melisopalinology is the study of pollen content in honey, which can indicate the characteristics of bee forage plants, as well as the phytogeography around beehives. This study aims to analyze the pollen in honey from five areas in Temanggung, to determine the diversity of bee forage plants and honey characteristics. Honey samples were taken by purposive sampling in 5 areas in Temangung, then analyzed for pollen identification using acetolysis techniques. A total of 1855 pollen grains consisting of 14 types of pollen were identified, of which 7 types were identified to the family level, 2 types to the genus level, and 5 types to the species level. The percentage of pollen types of the Euporbiaceae family reached 27.33%, Ceiba petandra (20.27%), Imperata sp. (14.82%), Zea mays (14.23%), and other types below 10%. Based on the dominance of certain pollen, honey can be grouped as monoflora (honey from Medari, Kentengsari and Nglorog), biflora (honey from Kwandungan Jurang), and multiflora (honey from Rejosari). The value of Shannon's biodiversity index (H'), dominance index, and evenness index of bee forage plants in Temanggung is categorized as moderate..
Pengaruh Aplikasi Kompos dan Asam Humat Terhadap Produktivitas Tanah Pasir dan Pertumbuhan Sawi Hijau (Brassica juncea L.) Saptiningsih, Endang; Kurnianto, Ikhwan Zain; Suedy, Sri Widodo Agung
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 9, Nomor 1, Tahun 2024
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.9.1.2024.102-110

Abstract

Tanah pasir adalah tanah tidak subur dengan retensi air dan hara rendah. Tujuan penelitian untuk mengkaji pengaruh aplikasi kompos dan asam humat terhadap produktivitas tanah pasir serta pertumbuhan dan produktivitas sawi hijau. Penelitian dilakukan secara eksperimental di greenhouse dengan menumbuhkan semai sawi hijau pada tanah pasir yang diberi perlakuan aplikasi pembenah tanah. Terdapat tiga perlakuan yaitu kontrol (P0), aplikasi kompos (P1), dan aplikasi asam humat (P2). Parameter produktivitas pasir yang diukur meliputi: deskripsi konsistensi struktur tanah dan kandungan air kapasitas lapang. Dilakukan pengukuran terhadap persentase peningkatan jumlah akar, panjang akar lateral, bobot kering akar, jumlah daun, luas daun, bobot kering daun dan kandungan pigmen fotosintesis (klorofil a, klorofil b dan karotenoid) untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan struktur tanah pasir dari struktur lepas menjadi gembur dan lekat setelah aplikasi kompos, dan teguh setelah aplikasi asam humat. Aplikasi kompos dan asam humat menyebabkan peningkatan persentase kadar air kapasitas lapang. Persentase kadar air tanah P1 (52,6%) lebih tinggi dibanding P2 (10,7%) dan P0 (6,4%). Persentase pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi tertinggi terdapat pada P1 diikuti P2 dan P0 yaitu: 3,2%, 2,3%, 1,8% (panjang akar lateral), 59,4%, 47,2%, 33% (bobot kering akar), 21%, 19,6%, 14,5% (luas daun), 28,4%, 24,9%, 24% (bobot kering daun). Penurunan luas daun pada P2 dan P0 diimbangi dengan peningkatan kandungan pigmen fotosintesis untuk optimalisasi penyerapan cahaya. Secara umum aplikasi kompos dan asam humat dapat memperbaiki struktur tanah pasir. Aplikasi kompos lebih efektif meningkatkan retensi air dan pertumbuhan serta produktivitas tanaman herbaceous sawi hijau pada tanah pasir. Sandy soil is inherently infertile and has low water and nutrient retention capabilities. This study aims to evaluate the impact of compost and humic acid application on the productivity of sandy soil and the growth and productivity of mustard plants. The research was conducted experimentally in a greenhouse, where mustard seedlings were grown in sandy soil treated with soil amendments. Three treatments were employed: control (P0), compost application (P1), and humic acid application (P2). Soil productivity parameters measured included soil structure consistency and field capacity water content. Growth and productivity responses of the plants were assessed by measuring the percentage increase in root mass, lateral root length, root dry weight, number of leaves, leaf area, leaf dry weight, and photosynthetic pigment content (chlorophyll a, chlorophyll b, and carotenoids). Results indicated that the soil structure of sandy soil changed from loose to crumbly and cohesive after compost application and to firm after humic acid application. Both compost and humic acid applications led to increased field capacity water content, with P1 showing a higher moisture percentage (52.6%) compared to P2 (10.7%) and P0 (6.4%). The highest growth and productivity percentages in mustard plants were observed in P1, followed by P2 and P0, respectively: 3.2%, 2.3%, 1.8% (lateral root length), 59.4%, 47.2%, 33% (root dry weight), 21%, 19.6%, 14.5% (leaf area), and 28.4%, 24.9%, 24% (leaf dry weight). It increased photosynthetic pigment content to optimize light absorption and compensated for decreased leaf area in P2 and P0. Overall, applying compost and humic acid improved the structure of sandy soil, with compost being more effective in enhancing water retention and the growth and productivity of mustard plants on sandy soil.
Co-Authors . Suwardi . Suwardi Abdul Khafid Adityarini, Devi Agus Subagio Agus Subagio Aini, Nabilah Aisyah, Ajeng Aulia Alivia Prima Laksmita Amni Z. Rahman Anang Setyo Pramudiyanto Ardiyanti Ardiyanti Arif Surahman Asmoro Widagdo, Asmoro Atang Sutandi Atin Temon Sari Bayu Pradika Bima Adistya Della Widya Puspita Della Widya Puspita Devi Adityarini Ditasya Putri, Novika Edi Purnomo Endah Dwi Hastuti Endah Dwi Hastuti Endang Saptiningsih Enita Simbolon Erma Prihastanti Erma Prihastanti Fella Suffah Meinaswati Fendy E. Wahyudi Fevi Mawadhah Putri Hida Kumalawati Ibnul Qoyim, Ibnul Iffa Illiyya Fatma Ika Shintya Imam Firmansyah Imelda Anastasia Jafron Wasiq Hidayat Jumari Jumari, Jumari Junita Junita Kurnianto, Ikhwan Zain Lily Nur Inda Sary Maliya, Ikhsanti Marcelinus Christwardana Mega Rizqi Utami Monica Dewi Sisca Mudlikatun Khasanah Muhadiono Muhadiono, Muhadiono Muhammad Farras Ilham Muhammad Rizaldi Zaman Munifatul Izzati Munifatul Izzati Nazaruddin Sinaga Ni Putu Tasya Savitri Nintya Setiari Nintya Setiari Noor Laila Safitri Noor Laila Safitri Novi Sultonia Farida Nurdiana Riska Nurrahmah Azizah Nurrahmah Azizah, Nurrahmah Nurul Hidayati Nurul Hidayati Olivia, Theresia Bianca Lucretia Peter Gell Purna Sulastya Putra Purna Sulastya Putra Putri, Marieshafa Salsabila Rachmad Setijadi, Rachmad Rafika Amalia Rahmat Setijadi, Rahmat Rasyid Abdulaziz Relita Aprisa Retno Puspitasari Retno Robiatul Al Adawiyah Riche Hariyati Rina Budi Astuti Rini Budihastuti Rofi'ana Rofi'ana Rofiqotul Khasanah Rully Rahadian Sarah, Solifa Sarjana Parman Sarjana Parman Satwika Paramasatya, Satwika Savitri, Ni Putu Tasya Septriono Hari Nugroho Septriono Hari Nugroho Siti Umi Shofiyatin Skolastika Dara Sabatini Skolastika Dara Sabatini Slamet Ifandi, Slamet Sofian, Arif Ardianto Sri Darmanti Sri Hariyati Sri Haryanti Sri Haryanti Sri Haryanti Sunarno Sunarno surur, Mukhammad akmal Titi Nurul Oodriyyah, Titi Nurul Titi Nurul Qodriyyah Tri Retnaningsih Soeprobowati Udi Harmoko Widiartanto Widiartanto Yanty Yosephin Yulita Nurchayati Zaenul Muhlisin