Claim Missing Document
Check
Articles

POTENSI JAMUR ENDOFIT SEBAGAI AGENSIA HAYATI JAMUR Colletrothichum sp. PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA TANAMAN CABAI RAWIT Rizky Ika Noviyanti; Arika Purnawati; Penta Suryaminarsih
Jurnal AGROHITA: Jurnal Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan Vol 7, No 2 (2022): JURNAL AGROHITA
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jap.v7i2.6021

Abstract

Tanaman cabai rawit (Capsicum frutencens L) merupakan salah satu komoditas utama tanaman hortikultura yang dibudidayakan secara komersial di daerah tropis yang bernilai ekonomi tinggi di Indonesia. Satu diantara penyakit penting pada cabai rawit adalah penyakit antraknosa. Antraknosa merupakan penyakit utama tanaman cabai yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum sp. Penggunaan pestisida sintetik yang kurang bijaksana ternyata banyak merugikan manusia dan agroekosistem. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pengendalian penyakit yang ramah lingkungan dengan penggunaan agensia hayati. Beberapa penelitian menunjukkan jamur endofit dapat digunakan untuk meningkatkan ketahanan inang dari serangan patogen serta dapat memacu pertumbuhan tanaman dengan menghasilkan metabolit sekunder dan enzim tertentu. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April hingga Juni 2021. Tempat pelaksanaan penelitian di Laboratorium Kesehatan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur untuk In Vitro. Sedangkan, untuk In Vivo dilaksanakan di Screenhouse Kebun Bibit Wonorejo Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi jamur endofit dari tanaman cabai rawit sehat yang mampu menghambat pertumbuhan jamur Colletotrichum sp. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial. Berdasarkan pengamatan, jamur endofit asal tanaman cabai rawit berpotensi menekan pertumbuhan jamur Colletotrichum sp. penyebab penyakit antraknosa.
KEANEKARAGAMAN SERANGGA PADA TANAMAN TEBU (SACCHARUM OFFICINARUM) UMUR 3 BULAN DAN 10 BULAN DI DESA SAMBIREJO KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI JAWA TIMUR Erlangga Dwi Fachruddin; Moch Sodiq; Penta Suryaminarsih
Jurnal AGROHITA: Jurnal Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan Vol 7, No 2 (2022): JURNAL AGROHITA
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jap.v7i2.6114

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh perbedaan keanekaragaman jenis serangga pada tanaman tebu umur tanam 3 bulan (vegetatif) dan 10 bulan (generatif). Penelitian dilaksanakan Bulan April - Mei 2021. Tempat penelitian di pertanaman tebu Desa Sambirejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, pada lahan pertama  tanaman tebu berumur 3 bulan memiliki luas 700 m2 dan lahan kedua tanaman tebu yang berumur 10 bulan seluas 2100 m2. Penentuan plot pengamatan menggunakan metode purposive sampling dan pengamatan menggunakan metode mutlak yaitu pengamatan secara langsung (visual) pada plot yang ditentukan, dimana pemilihan lahan tanaman tebu umur 3 bulan dan umur 10 bulan milik satu orang petani. Jarak tanaman yang digunakan yakni 60 cm dan ukuran bedengan pada lahan 100 cm. panjangnya disesuaikan dengan kondisi tanah, tinggi bedengan 30 cm,dan jarak antara bedengan 100 cm. Lahan tanaman tebu petak sampel secara sistematis pada garis diagonal sehingga didapatkan petak sampel sebanyak 5 plot dengan luasan 700 m2. Pengamatan serangga pada lahan tanaman tebu dilakukan 2 kali setiap  minggu, sehingga ada 12 kali pengamatan dalam kurun waktu 50 hari. Pengumpulan sampel serangga  di lapangan menggunakan alat perangkap seperti yellow trap, light trap,dan pitfall trap. Metode yang digunakan untuk kunjungan serangga menggunakan scan sampling, yaitu dilakukan pengamatan dan pengambilan sampel dalam dua periode waktu. Hasil analisis menggunakan indeks keanekaragaman, indeks dominasi, dan indeks kemerataan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata keanekaragaman pada tanaman tebu umur 3 bulan dan umur 10 bulan
EFEKTIVITAS METABOLIT SEKUNDER PSEUDOMONAD FLUORESCENT SEBAGAI ANTIMIKROBA PATOGEN FUSARIUM OXYSPORUM SECARA IN VITRO Aisyah Lulu Hariyanto; Yenny Wuryandari; Penta Suryaminarsih
Jurnal AGROHITA: Jurnal Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan Vol 7, No 3 (2022): JURNAL AGROHITA
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jap.v7i3.6936

Abstract

Pseudomonad fluorescent isolat Pf-122 dan Pf-142 merupakan agensia hayati yang mampu menghambat pertumbuhan jamur patogen Fusarium oxysporum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi metabolit sekunder Pseudomonad fluorescent Pf-122 dan Pf-142 pada konsentrasi 20%; 30%; 40%; dan 50% sebagai penghambat pertumbuhan jamur patogen Fusarium oxysporum secara in vitro. Pengamatan dilakukan dengan membandingkan diameter pertumbuhan jamur patogen pada masing-masing perlakuan terhadap kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metabolit sekunder Pseudomonad fluorescent isolat Pf-122 dan Pf-142 mampu menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum secara in vitro. Daya hambat tertinggi metabolit sekunder Pseudomonad fluorescent isolat Pf-122 pada konsentrasi 50%, sedangkan terendah pada konsentrasi 30%. Daya hambat paling tinggi metabolit sekunder Pseudomonad fluorescent isolat Pf-142 pada konsentrasi 20%, sedangkan terendah pada konsentrasi 40%. Dengan demikian aplikasi metabolit sekunder Pseudomonad fluorescent isolat Pf-142 pada konsentrasi 20% adalah yang paling efektif.
POTENSI METABOLIT SEKUNDER STREPTOMYCES SP. SEBAGAI BIOPESTISIDA PADA BERBAGAI KOSENTRASI TERHADAP PENYAKIT MOLER BAWANG MERAH Indah Sari Dwi Agustin; Penta Suryaminarsih; Sri Wiyatiningsih
Agros Journal of Agriculture Science Vol 25, No 1 (2023): edisi JANUARI
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v25i1.2597

Abstract

Penyakit moler atau layu pada tanaman bawang merah disebabkan oleh jamur Fusarium sp. Penyakit ini tergolong penyakit penting pada tanaman bawang merah karena dapat menimbulkan kerusakan hingga 50%. Salah satu upaya untuk mengendalikan penyakit moler adalah dengan menggunakan metabolit sekunder Streptomyces sp yang berasal dari lahan bawang merah di Pare-Kediri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi metabolit sekunder streptomyces sp. yang mengandung antibiosis penghambat pertumbuhan Fusarium sp. pada berbagai kosentrasi terhadap penyakit moler bawang merah .Penelitian menggunakan Rancangan acak lengkap dengan faktor perlakuan konsentrasi metabolit sekunder 5%, 10%, 15% dan 20%. Masing–masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali dan diberikan 5 unit tanaman pada masing–masing ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap masa inkubasi, keparahan penyakit serta pertumbuhan vegetative. Parameter pengamatan dilakukan terhadap masa inkubasi, keparahan penyakit,tinggi tanaman dan jumlah daun. Aplikasi metabolit sekunder Streptomyces sp. konsentrasi 20% pada semua parameter pengamatan menunjukkan hasil terbaik dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
Analysis of Interactions Between ComponentsCatfish (Clarias batrachus), Mango (Mangifera indica), Banana (Musa paradisiaca), and Jabon (Neola-marckia cadamba) and Their Relationship to Pest Dynamic in Agrosilvopastural System, Tamiajeng Village, Trawas, Mojokerto, Indonesia Chairunnisa Faza Nabillah; Ardhia Pramesti Cahyani; Difa Eka Pranoto; Diah Budi Kusumawati; Firdi Ihza Rochman; Penta Suryaminarsih
Nusantara Science and Technology Proceedings Seminar Nasional Agroteknologi 2022
Publisher : Future Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/nstp.2023.3113

Abstract

Agrosilvopastoral is a type of agroforestry that combines woody and non-timber crops, as well as animal husbandry/fisheries components. The agroforestry pattern in Tamiajeng Village belongs to the agrosilvopastoral type with components of jabon trees, mango banana trees and catfish ponds. The survey results showed that there was an interaction between the components of the observed agrosilvopastoral. Jabon and manga trees serve as shade for catfish ponds because catfish eggs need shade to hatch. The observations also showed the presence of dominant plant-disturbing organisms, such as fusarium wilt on bananas and sooty mildew on manganese. Integrated and sustainable control can be carried out by removing banana plants that are affected by disease and are no longer producing and can be used as catfish feed because banana stems have a function as additional nutrition and prebiotics for catfish. Controlling sooty mildew disease can be done by increasing air humidity in the presence of fish ponds so as to suppress the spread of conidia Capnodium sp sooty mildew fungus on mango leaves. Fish pond water can also be used as organic fertilizer for plants because it contains elements of nitrogen and phosphorus.
The Effectiveness of Vegetable Neem Leaf Pesticides Against Purple Spot Disease on Onion Plants in The Rain Season Serlia Nur Abifah; Penta Suryaminarsih; Juniawan
Nusantara Science and Technology Proceedings Seminar Nasional Agroteknologi 2022
Publisher : Future Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/nstp.2023.3114

Abstract

Purple spot disease is one of the main diseases in leaf onion cultivation. One form of control is carried out by utilizing neem plants, especially the neem leaves which have the potential as vegetable pesticides (fungicides). This study aims to determine the effectiveness of neem leaf vegetable pesticide and to obtain the right concentration of neem leaf vegetable pesticide in controlling purple spot disease on a leaf in rainfall season. This study used an experimental method designed in a single factor Completely Randomized Design (CRD) using neem leaf pesticide consisting of three treatments (control, 10%, and 20%). The results showed that neem leaves at a concentration of 20% were effective as a vegetable pesticide to control purple spot disease on leaf onion. Neem leaf vegetable pesticides at a concentration of 20% were able to inhibit the increase in the area of attack symptoms and also inhibit the intensity of purple spot disease attacks on leaf onion by 13.84%. This is caused by the increase in concentration causing an increase in the content of the active ingredient in the substance which functions as a pesticide that is able to inhibit the spread of large quantities.
Preparation of Mini Granulator for Encapsulation of Plant Seed Based on Biochar Powder Hery Nirwanto; Penta Suryaminarsih; Setyo Budi Santoso
Nusantara Science and Technology Proceedings 7st International Seminar of Research Month 2022
Publisher : Future Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/nstp.2023.3348

Abstract

The preparation of an engineered mini granulator is used as a way to encapsulate horticultural plant seeds for farmers in Gandusari village, Blitar, for the need for healthy seeds, especially during the rainy season. This experiment aims to determine the performance of the self-designed encapsulation device, using a DC motor drive. The construction of the mini granulator consists of a frame to support a stainless steel drum as a container for seeds and adhesives, measuring 50 cm in diameter and 40 cm in height, which is supported by a motor axis with a length of 5 cm with a distance of 15 cm from the iron frame. The drum is placed perpendicular to the motor axis vertically and is supported by an iron frame that is hinged at the edges so that the drum can be tilted while rotating. The tilt of the drum when rotating has an angle of 30 degrees, so that the seeds that have been mixed with adhesives and organic materials can form granules with the help of a sprayer filled with water to wet the mixed ingredients. The mini granulator test was carried out with carrier materials as a medium for microbial viability. The microbes used were from the fungal group in the form of Trichoderma isolates and from the bacterial group in the form of Streptomyces isolates. The manufacture of encapsulated seeds is done by placing the seeds and the adhesive mixture into the drum. The granulation method used is the wet granulation method. A total of 1 g of vegetable seeds were put into the encapsulation drum, then sprayed with adhesive solution 5 times (± 2 ml), then 1 g of dry material in the form of biochar was added. The speed of the granulator obtained was about 200 rpm, after 1 minute, the rotation was stopped, then the coated seeds were filtered in a 200 mesh (75 µm) sieve. Seed coating sessions were carried out 6 times, but in the 2nd session, the dry matter included was CaCO3. The seeds were then air-dried for 30 minutes, then put and stored in an aluminum foil pouch.
Study of Streptomyces spp. to control purple blotch disease caused by Alternaria porri in shallot plant Rateh Lailatul Risdiyanti; Noni Rahmadhini; Penta Suryaminarsih; Tri Mujoko
CROPSAVER Vol 6, No 1 (2023)
Publisher : Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/cropsaver.v6i1.43647

Abstract

Alternaria porri is a fungal pathogen that causes purple blotch on shallots, this fungus can cause crop yield loss of 3 – 57%. A. porri was obtained from the Sumber Brantas onion farm and then isolated by planting infected tissue. Streptomyces spp. is a filamentous bacterium that is abundant in the soil and can be used as a biological agent, decomposer and plant growth promote. Streptomyces spp. was obtained one isolate from shallot land location in Pare, Kediri, East Java (BMP: Bawang Merah Pare) and three isolates from Sidera, Palu, Central Sulawesi (BMS: Bawang Merah Sidera) (BMS1, BMS2, BMS3). The purpose of this study was to determine the efficacy of Streptomyces spp. to control A porri consist of in vitro and In vivo antagonist test. Antagonist test was carried out by dual culture method and the Streptomyces spp. which can inhibit the development of A porri would be used antagonist test   in vivo. The study was designed using a Factorial Complete Randomized Design with two factors, candidate isolates of biological control agents and concentrations of Streptomyces spp. be diluted into 5%, 10%, and 15%, it will applied on shallot plant Bauji variety. The results of the In vitro test shown the highest inhibition zone from BMP 17.75% while BMS1 13.75%, BMS2 8,75%, and 8.50%. in vivo test shown lowest disease severity value in BMP 15% concentration was 1.13% while diseases severity of BMS1 was 1.27%, and BMS2 was 1.80%. Therefore, Streptomyces spp. has potency as an alternative pesticide for sustainable agriculture.
PEMODELAN INTENSITAS PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) PADA TANAMAN PADI AKIBAT PENGARUH FAKTOR ABIOTIK DI DESA BABAKSARI KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK Dwi Lestari; Endang Triwahyu Prasetyawati; Penta Suryaminarsih
Agric Vol. 35 No. 1 (2023)
Publisher : Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24246/agric.2023.v35.i1.p149-158

Abstract

Tanaman padi merupakan tanaman pangan utama di Indonesia. Gresik menjadi salah satu dari sepuluh daerah penghasil beras tertinggi di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Produksi padi di Desa Babaksari, Kabupaten Gresik mencapai 646 ton/tahun. Salah satu kendala dalam produksi padi adalah serangan penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv. oryzae. Penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 15-80%. Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada padi dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor abiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh yang diberikan oleh faktor abiotik (kelembaban udara, pH tanah, dan suhu udara) terhadap intensitas penyakit hawar daun bakteri. Penelitian dilakukan dengan metode survei, diagonal random sampling, dan wawancara pada petani di Dusun Petissari dan Dusun Sariwonorejo, Desa Babaksari, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa ketiga faktor abiotik tersebut secara simultan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensitas penyakit hawar daun bakteri dengan model regresi yang didapat yaitu: (1) Petissari: Y = -0.050 + 0.587X1 + 1.378X2 – 0.789X3; dan (2) Sariwonorejo: Y = 8.464 – 3.044X1 + 3.745X2 + 1.854X3. Hasil analisis jalur didapatkan bahwa faktor abiotik yang memiliki pengaruh langsung paling tinggi terhadap intensitas penyakit hawar daun bakteri adalah pH tanah.
POTENSI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN MANGGA BERBASIS ORGANIK DI DESA ORO-ORO OMBOKULON SEBAGAI STRATEGI ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Fadila Suryandika; Maroeto Maroeto; Iis Purnamawati; Wiwin Windriyanti; Penta Suryaminarsih; Pangesti Nugrahani
Plumula : Berkala Ilmiah Agroteknologi Vol. 11 No. 1 (2023): Plumula : Berkala Ilmiah Agroteknologi
Publisher : Agrotechnology Study Program, UPN "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengembangan perkebunan mangga berbasis organik di Desa Oro-Oro Ombokulon Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai jual mangga. Pengembangan perkebunan mangga organik sejalan dengan upaya mengurangi dampak perubahan iklim. Penelitian ini bertujuan untuk, 1) menganalisis faktor internal dan eksternal pengembangan kebun mangga berbasis organik 2) menyusun alternatif strategi pengembangan kebun mangga organik. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, dengan menggunakan analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT). Hasil identifikasi faktor internal dan eksternal diperoleh beberapa faktor utama seperti: ketersediaan bahan baku pembuatan pupuk dan pestisida organik, kemauan dan keterampilan petani, keunikan varietas mangga, penurunan produktivitas pada masa transisi, produk organik memiliki nilai jual yang lebih tinggi, pupuk dan pestisida organik sebagai produk sampingan, dan ancaman munculnya pesaing. Berdasarkan analisis SWOT diperoleh kombinasi strategi SO, WO, ST, dan WT yang dapat digunakan untuk pengembangan perkebunan mangga berbasis organik. Beberapa strategi tersebut antara lain pengembangan produk pupuk dan pestisida organik berbasis bahan baku lokal, pengembangan agrowisata mangga organik, pengembangan keterampilan dan penguatan kelembagaan, pengembangan budidaya komoditas musiman yang dapat berdampingan dengan tanaman mangga, promosi dengan menonjolkan keunikan produk, mengajukan paten/hak kekayaan intelektual/lisensi organik atas produk, serta menjalin kerjasama dengan mitra.