World Health Organization (WHO) menetapkan batas toleransi stunting sebesar 20% atau seperlima dari jumlah seluruh balita; jika prevalensi balita pendek lebih dari 20%, itu sudah merupakan masalah kesehatan masyarakat. WHO juga mengatakan bahwa prevalensi stunting antara 30 dan 39 persen adalah masalah kesehatan masyarakat yang berat, dan bahwa prevalensi stunting lebih dari 40% adalah masalah serius. Meningkatnya status kesehatan gizi anak merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan, yang selalu menjadi tantangan bagi seluruh negara di dunia dalam upaya peningkatan kesehatan, penurunan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak. Menurut WHO, kesehatan masyarakat dianggap berat bila prevalensi stunting sebesar 30-39% dan dikatakan serius bila prevalensi stunting sebesar ≥40%, oleh karena itu stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang butuh penanganan serius. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor resiko stunting dan penanggulangannya terhadap anak usia 12-23 bulan. Metode pada penelitian ini Untuk mengetahui menggunakan observasional analitik dengan desain case control, yang membandingkan dua kelompok antara kelompok kasus (balita stunting) dan kelompok kontrol (balita normal). Selanjutnya menggunakan desain quasi-eksperimental (one group pre-post test). Kedua kelompok akan diberikan intervensi berupa edukasi tentang faktor-faktor penyebab, dampak stunting dan upaya penanggulangannya. Hasil dari penelitian ini ditanyara Pemberian makanan pendamping yang tidak memadai, praktik menyusui yang tidak memadai, dan infeksi merupakan faktor penyebab stunting pada balita usia 12-23 bulan di Kabupaten Bener Meriah. Aceh. Selanjutnya edukasi kepada ibu balita dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap ibu dalam menangani balita stunting.