Claim Missing Document
Check
Articles

PENGEMBANGAN PERSAMAAN VO2 MAX DAN EVALUASI HR MAX (STUDI AWAL PADA PEKERJA PRIA) Wicaksono, Purnawan Adi; Sangtraga, Adeka
J@ti Undip : Jurnal Teknik Industri Volume 7, No.1, Januari 2012
Publisher : Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.216 KB) | DOI: 10.12777/jati.7.1.1-12

Abstract

Kapasitas fisik maksimum seseorang direpresentasikan dengan nilai konsumsi oksigen maksimum (VO2 Max) dan denyut nadi maksimum (HR Max) yang memberikan suatu informasi batasan kemampuan fisik maksimum seseorang dalam melakukan pekerjaan. Penelitian kali ini mempunyai tujuan untuk mencari nilai VO2 Max pekerja pria Indonesia untuk nantinya akan dikembangkan suatu persamaan prediksi VO2 Max yang didekati dengan hubungan linier antara denyut nadi (Heart Rate) seperti yang dilakukan Astrand (2003), tinggi badan (Chatterjee et al, 2006), berat badan (Akalan et al, 2008), usia (Magrani et al, 2009) dan mengevaluasi persamaan HR Max manakah yang dapat diaplikasikan untuk mendekati nilai denyut nadi maksimum pekerja Indonesia. Responden dalam penelitian kali ini adalah 12  pekerja industri pria yang diambil dari beberapa industri di Depok dan sekitarnya. Kriteria responden yang berpartisipasi dalam penelitian kali ini adalah: berusia 20-40 tahun, bukan perokok baik aktif maupun pasif, sehat , tidak mengkonsumsi makanan, kafein, alkohol minimal 2 jam sebelum eksperimen (Balderrama et. al, 2007).Eksperimen yang dilakukan menggunakan metode maximal test dengan protokol treadmill. Adapun peralatan yang digunakan adalah seperangkat alat pengukur kondisi fisiologi Fitmate MED (COSMED srl-Italy) terdiri dari Heart Rate Transmitter, Heart Rate Receiver, V mask (Hans Rudolph Inc),dan treadmill SportArt@60.  Eksperimen dilakukan menjadi dua bagian, yaitu istirahat dan tahap bekerja.Aktivitas istirahat terdiri dari tidur selama 20 menit, duduk selama 20 menit dan berdiri selama 10 menit. Eksperimen tahap kedua yaitu tahap kerja yang terdiri dari latihan selama 5 menit. Responden dipersilakan beristirahat selama 15 menit, setelah itu responden melaksanakan maximal test detik hingga responden merasa tidak sanggup lagi melanjutkan eksperimen. Hasil penelitian model prediksi VO2 max untuk pekerja industri pria mempunyai nilai 2,78 ± 0,5 liter/menit dan dengan regresi linier berganda memberikan hasil persamaan sebagai berikut :VO2 Max = 3,996 - 0,046 usia. Sedangkan untuk evaluasi persamaan HR Max memberikan hasil bahwa persamaan terpilih yang memprediksi nilai HR Max pekerja industri pria Indonesia lebih baik adalah persamaan Tanaka et al. (2001). Penelitian memberikan hasil lain yaitu mencoba untuk mengembangkan persamaan HR Max untuk pekerja industri pria Indonesia. Dengan menggunakan regresi linier berganda memberikan hasil persamaan sebagai berikut: HR Max = 202,71 – 0,541 usia. VO2 Max dan HR Max yang dikaji dapat dijadikan sebagai referensi kriteria justifikasi kemampuan maksimum seseorang sehingga dapat dijadikan sebagai dasar perancangan sistem kerja agar beban kerja yang diterima pekerja tidak melebihi kapasitas maksimumnya. Penelitian yang mengembangkan persamaan prediksi VO2 Max dan evaluasi persamaan HR Max di Indonesia masih terbatas, sehingga dirasa perlu untuk mengembangkan persamaan prediksi VO2 Max dan evaluasi HR Max karena manfaatnya besar bagi dunia industri.. Dalam dunia pendidikan, penelitian kali ini dapat dijadikan sebagai studi awal yang dapat dikembangkan untuk penelitian – penelitian selanjutnya. Kata Kunci : VO2 max, kapasitas aerobik,kapasitas fisik maksimum, model prediksi, evaluasi HR Max  Abstract Maximum physical capacity of a person represented by the maximum oxygen consumption (VO2 Max) and the maximum pulse rate (HR Max) which gives a maximum of information limits a person's physical ability to do the job. The current study has the objective to find the value of VO2 Max Indonesia for male workers will be developed a prediction equation VO2 Max is approximated by a linear relationship between pulse rate (Heart Rate) as that of Astrand (2003), height (Chatterjee et al, 2006 ), weight (deceivingly et al, 2008), age (Magrani et al, 2009) and evaluate HR Max Which equation can be applied to approximate the value of the maximum pulse rate of Indonesian workers. Respondents in the study was 12 male industrial workers drawn from several industries in Depok and surrounding areas. Criteria of respondents who participated in this study were: age 20-40 years, instead of both active and passive smokers, healthy, not eating food, caffeine, alcohol at least 2 hours before the experiment (Balderrama et. Al, 2007). Experiments were performed using the method of maximal treadmill test protocol. The equipment used is a set of gauges Fitmate MED physiological conditions (COSMED srl, Italy) consists of Transmitter Heart Rate, Heart Rate Receiver, V mask (Hans Rudolph Inc.), and treadmill SportArt @ 60. Experiments conducted in two parts, namely a break and rest bekerja.Aktivitas stage of sleep for 20 minutes, sitting for 20 minutes and stand for 10 minutes. Experimental stage of labor second stage consists of exercises for 5 minutes. Respondents are welcome to rest for 15 minutes, after which the second respondent to carry out maximal test respondents were no longer able to continue the experiment. The results of predictive models VO2 max for male industrial workers had a value of 2.78 ± 0.5 liters / min and a linear regression gives the following equation: VO2 Max = 3.996 to 0.046 age. As for the evaluation of Max HR equation gives the result that the selected equation that predicts the value of HR Max Indonesia male industrial workers better is the equation Tanaka et al. (2001). Other research results that is trying to develop equations Max HR for male industrial workers of Indonesia. By using multiple linear regression gives the following equation: HR Max = 202.71 to 0.541 age. VO2 Max and Max HR studied can be used as reference criteria for justification of one's maximum ability that can be used as the basis for the design of work systems in order to receive workers' workload does not exceed its maximum capacity. Research to develop predictive equations VO2 Max and Max HR evaluation equation in Indonesia is still limited, so it is necessary to develop a predictive equation VO2 Max and Max HR evaluation because of its benefits to the industry .. In education, this study can serve as a preliminary study can be developed for research - for further research Keywords: VO2 max, aerobic capacity, physical capacity maximum, the model predictions, evaluations Max HR
KORELASI ANTARA EMPLOYEES INVOLVEMENT, TURNOVER SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKTIVITAS Wicaksono, Purnawan Adi
J@ti Undip : Jurnal Teknik Industri Volume 2, No.1, Januari 2007
Publisher : Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.713 KB) | DOI: 10.12777/jati.2.1.65-71

Abstract

Praktek yang berkembang menyatakan bahwa employee involvement memiliki efek positif terhadap kinerja organisasi. Perubahan pada kultur organisasi dapat menimbulkan dampak berkurangnya absen, turnover, pengambilan keputusan yang lebih baik dan sebagainya. Sehingga menarik untuk diteliti apakah ada korelasi antara aplikasi perubahan organisasi yaitu employee involvement, turnover serta produktivitas Berdasarkan studi literatur didapatkan hubungan antara employee involvement dengan level turnover, serta hubungan turnover dengan produktivitas. Sehingga employee involvement dapat digunakan sebagai salah satu aspek menghitung produktivitas Keyword : employee involvement, turnover, produktivitas
ANALISIS PENGUKURAN KINERJA PENGADAAN MENGGUNAKAN METODE SINK’S SEVEN PERFORMANCE CRITERIA (Studi Kasus di Universitas Diponegoro Semarang Tahun 2007) Wicaksono, Purnawan Adi; Suliantoro, Hery; Sari, Kurnia
J@ti Undip : Jurnal Teknik Industri Volume 5, No.2, Mei 2010
Publisher : Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.066 KB) | DOI: 10.12777/jati.5.2.127-134

Abstract

Pengukuran kinerja pengadaan di Universitas Diponegoro telah dilakukan dengan melihat segi financial. Pengukuran secara finansial memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menjelaskan apakah dengan penyerapan anggaran yang semakin besar maka akan semakin baik efisiensi dan kinerjanya. Ukuran kinerja lain yang penting seperti ketepatan waktu pengiriman barang, kecocokan spesifikasi dan jumlah barang, hingga tujuan dan keinginan pengguna apakah sesuai atau tidak, belum terukur dengan jelas. Pengukuran kinerja pengadaan akan dilakukan menggunakan model Sink’s Seven Performance Criteria, yaitu model pengukuran kinerja yang menggambarkan suatu sistem manajemen sebagai suatu mekanisme untuk membangun siklus perbaikan yang lebih efektif. Hasil perancangan pengukuran kinerja terdiri dari 6 kriteria dengan urutan prioritas sebagai berikut: kriteria Kualitas (31%), kriteria Efisiensi (17.2%), kriteria Efektivitas (17.2%), kriteria Kualitas Kehidupan Kerja (13.8%), kriteria Budgetabilitas (11.6%), dan kriteria Inovasi (9.2%). Dari keenam kriteria kinerja tersebut, diperoleh rancangan akhir 32 KPI yang berisi: 17 KPI Kuantitatif dan 15 KPI Kualitatif. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dengan Objective Matrix dan Traffic Light System, menunjukkan bahwa kinerja pengadaan tahun 2007 adalah sebesar 4.564 yang berada dalam kategori warna kuning yang berarti pencapaian kinerjanya ini sudah cukup baik meskipun nilainya mendekati kategori buruk, sehingga masih perlu ditingkatkan lagi. Dari hasil analisis Importance – Performance Matrix, diperoleh indikator-indikator yang berada dalam zona penting tetapi ternyata kinerjanya masih rendah. Indikator tersebut adalah Efisiensi waktu, Efisiensi jumlah personil, Pemborosan waktu, Pemborosan personil, Jumlah lelang gagal/lelang ulang, Jumlah keluhan pengguna, Jumlah penyedia ingkar kontrak, dan Inovasi proses. Oleh karena itu rekomendasi diutamakan untuk indikator-indikator di atas. Kata Kunci: Pengukuran kinerja Pengadaan, Key Performance Indicators, Sink’s Seven Performance Criteria, Objective Matrix, Traffic Light System..       Procurement performance measurement at the University of Diponegoro was done by looking at the financial aspect. Measurement weakness of financially unable to explain whether the absorption of the bigger budget will increase both the efficiency and performance. Another important performance metrics such as delivery timeliness, suitability specifications and quantity of goods, until the goals and desires of the user whether it is appropriate or not, has not clearly measurable. Procurement performance measurement will be done using the model of Sink's Seven Performance Criteria, ie performance measurement model that describes a management system as a mechanism to build a more effective repair cycle. Results of performance measurement design consisted of six criteria in the order of priority as follows: Quality criteria (31%), the criteria of efficiency (17.2%), effectiveness criteria (17.2%), Quality of Work Life criteria (13.8%), Budgetabilitas criteria (11.6%) , and the criteria of innovation (9.2%). Of the six performance criteria, it is obtained the final draft that contains 32 KPIs: 17 KPI Quantitative and Qualitative KPI 15. Based on the results of performance measurement with Objective Matrix and Traffic Light System, show that the performance of procurement in 2007 amounted to 4564 which is in the yellow category, which means the achievement of this performance was quite good although the value approached the bad category, so that still needs to be increased again. From the results of analysis of Importance - Performance Matrix, obtained by the indicators that are in critical zone but was still low performance. Indicators are time efficiency, efficiency of personnel, waste time, waste of personnel, number of failed auctions / auction again, complaints of users, number of provider contracts broken, and the innovation process. Therefore, priority recommendations for the indicators above. Keywords: Procurement performance measurement, Key Performance Indicators, Sink's Seven Performance Criteria, Objective Matrix, Traffic Light System ..
PENINGKATAN PENGENDALIAN KUALITAS MELALUI METODE LEAN SIX SIGMA Wicaksono, Purnawan Adi; Sari, Diana Puspita; Handayani, Naniek Utami; Prastawa, Heru
J@ti Undip : Jurnal Teknik Industri Volume 12, No. 3, September 2017
Publisher : Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.79 KB) | DOI: 10.14710/jati.12.3.205-212

Abstract

PT. Coca-Cola Amatil Indonesia (PT. CCAI) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang minuman ringan dalam kemasan. Perusahaan ini menjadi pusat produksi produk Coca-Cola regional Jawa Tengah. Berbagai macam produk seperti Coca-Cola, Fanta, Sprite, Minute Maid dan Frestea diproduksi demi memenuhi kebutuhan pelanggan. Produk-produk tersebut tentunya tidak terlepas dari permasalahan produk cacat, dimana dalam produksinya terdapat produk yang tidak sesuai dengan standar ketetapan produk. Secara umum, produk cacat PT.CCAI dibagi menjadi tiga tipe, yakni cap, cap quality, dan underfill. Dari hasil analisis yang dilakukan, produk Coca-Cola 1000 ml memiliki jumlah cacat yang paling besar, yakni 0,49%. Penyebab terbesar dari terjadinya cacat produk pada produk Coca-Cola 1000 ml adalah underfill, dimana volume dari produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan batas minimal. Permasalahan tersebut diselesaikan menggunakan konsep Lean Six Sigma dengan menggunakan tools diagram Pareto dan diagram tulang ikan. Dari hasil analisis menggunakan tools tersebut, PT. CCAI Semarang  disarankan untuk memberikan pelatihan-pelatihan mengenai manajemen waktu pada karyawan-karyawannya, terutama pada karyawan-karyawan baru. Selain itu, PT. CCAI Semarang harus  juga melakukan pengecekan mesin yang lebih rutin dan lebih memperhatikan lingkungan area produksi.
PERENCANAAN MITIGASI RISIKO AKTIVITAS PENGADAAN BAHAN BAKU PADA CV. DINASTI SEMARANG Sari, Diana Puspita; Zahra, Lutfia; Pratiwi, Icha Putri; Renaldi, Stellya V.; Rinawati, Dyah Ika; Wicaksono, Purnawan Adi
J@ti Undip : Jurnal Teknik Industri Vol 13, No 3 (2018): September 2018
Publisher : Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (855.791 KB) | DOI: 10.14710/jati.13.3.177-186

Abstract

CV. Dinasti merupakan sebuah industri menengah yang bergerak dalam bidang pengolahan bandeng.  Saat ini CV. Dinasti memproduksi kurang lebih 120 kg/ hari. Proses produksi yang diterapkan dalam CV. Dinasti menggunakan sistem make to order. Penelitian ini difokuskan pada supply chain bahan baku ikan bandeng CV. Dinasti. Permasalahan yang dihadapi oleh CV. Dinasti adalah fluktuasi permintaan dari pelanggan yang tidak pasti dan CV. Dinasti  tidak ingin memiliki persediaan bahan baku ikan bandeng yang berlebih. Tujuan penelitian ini yang adalah dengan menggunakan konsep manajemen risiko dan House of Risk (HOR), risiko yang berpotensi mengganggu dalam rantai pasok dapat diidentifikasi serta merancang aksi mitigasi risiko untuk meminimalisir kerugian. Berdasarkan hasil analisis HOR fase 1, diperoleh 2 agen risiko yang menjadi prioritas penanggulangan karena memiliki nilai indeks prioritas resiko/Aggregate Risk Potential (ARP) terbesar yaitu 420 dan 360 dan berdasarkan prinsip Pareto menyumbangkan persentase kumulatif mencapai 20,09%, yaitu agen risiko tidak adanya kontrak yang terbentuk dengan pemasok dan faktor musiman. Aksi mitigasi yang direkomendasikan untuk menanggulangi agen – agen risiko prioritas adalah perancanaan pembuatan prosedur dalam aktivitas pengadaan bahan baku, mencari karakteristik pemasok yang berbeda, evaluasi kinerja pemasok dan diferensiasi spesifikasi produk.
PERANCANGAN MODEL PEMILIHAN SUPPLIER PRODUK CETAKAN DENGAN MENGGUNAKAN GREY BASED TOPSIS (STUDI KASUS: RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG) Pujotomo, Darminto; Umaindra, Maulana Arif; Wicaksono, Purnawan Adi
J@ti Undip : Jurnal Teknik Industri Volume 13, No. 2, Mei 2018
Publisher : Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (729.413 KB) | DOI: 10.14710/jati.13.2.99-108

Abstract

Abstrak Pemilihan supplier merupakan aktivitas penting dari perusahaan dalam menentukan strategi yang tepat, khususnya pada bagian pengadaan. Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang (RSIS) merupakan salah satu rumah sakit yang mempunyai masalah dalam melakukan pemilihan supplier produk cetakan. Masalah yang dihadapi yaitu keterlambatan barang, kesalahan mencetak produk, tidak sesuainya kuantitas barang pesan dan kualitas yang buruk yang dikirim oleh beberapa supplier, itu mengakibatkan penurunan kinerja rumah sakit, karena proses kerja akan terganggu. Harga merupakan kriteria utama yang digunakan RSIS dalam memilih supplier produk cetakan. Produk cetakan digunakan untuk menjalankan proses kerja setiap hari di rumah sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang model pemilihan dan pengevaluasi supplier multi attribute dengan menggunakan metode Grey (Pemilihan) based TOPSIS (Evaluasi). Kriteria didapatkan berdasarkan wawancara dan studi literatur oleh peneliti dengan para decision maker bagian pengadaan. Terdapat tiga kriteria pemilihan supplier di RSIS dengan menggunakan metode Grey based TOPSIS, yaitu cost, quality dan service. Hasil penelitian mendapatkan supplier terbaik berdasarkan pemilihan para decision maker dengan, urutan supplier terbaik sampai terburuk yaitu supplier D dengan nilai kriteria yang paling baik, kemudian supplier E, A, C hingga supplier terburuk yaitu supplier B. Berdasarkan hasil tersebut dan wawancara didapatkan kemiripan dengan kondisi nyata dari supplier, oleh karena itu model yang dibuat dapat digunakan untuk memilih dan mengevaluasi supplier cetakan di RSIS. AbstractDESIGN OF SUPPLIER MOLD PRODUCTS SELECTION MODEL USING GREY BASED TOPSIS (CASE STUDY: RUMAH SAKIT SULTAN AGUNG SEMARANG). Supplier selection is an important activity of the company in determining the right strategy, especially on the part of procurement. Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang (RSIS) is one of the hospitals that has problems in choosing a supplier of mold products. Problems encountered are product delays, product print errors, inappropriate quantity of message items and poor quality delivered by some suppliers, resulting in a decrease in hospital performance, as the work process will be disrupted. Price is the main criteria used by RSIS in choosing a supplier of printed products. Mold products are used to run the work process every day at the hospital. The purpose of this research is to design the model of selecting and evaluating the supplier of multi attribute by using the Grey method (Selection) based on TOPSIS (Evaluation). Criteria obtained based on interviews and literature studies by researchers with the decision maker procurement department. There are three criteria of supplier selection in RSIS by using Grey based TOPSIS method, that is cost, quality and service. The result of this research is finding the best supplier based on the selection of the decision maker with the best supplier to the worst that is supplier D with the best criterion value, then supplier E, A, C to the worst supplier that is supplier B. Based on the result and the interview got similarity with the condition real from the supplier, therefore the model can be used to select and evaluate the mold supplier in RSIS.Keywords: Supplier selection; RSIS; Grey; TOPSIS; Mold products
ADOPSI MODEL VALUE CHAIN UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA INDUSTRI PARIWISATA (STUDI KASUS: PT TAMAN WISATA CANDI BOROBUDUR PRAMBANAN DAN RATU BOKO) Ngafif, Ahmad; W. P, Susatyo Nugroho; Wicaksono, Purnawan Adi
Industrial Engineering Online Journal Vol 7, No 1 (2018): WISUDA PERIODE JANUARI 2018
Publisher : Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (734.418 KB)

Abstract

Industri Pariwisata merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional maupun global. Pemerintah Indonesia memiliki beberapa target pencapaian kinerja industri pariwisata. Untuk mencapai target kinerja tersebut dilakukan peningkatan terhadap 10 destinasi pariwisata prioritas, salah satunya adalah Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sistem pengukuran kinerja industri pariwisata TWCB secara Mature Manner sebagai dasar evaluasi untuk pencapaian target-target kinerja. Penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode in-depth interview dan kuesioner terhadap 3 responden ahli. Metode Analytic Network Process (ANP) digunakan untuk menentukan bobot dari masing-masing entitas rantai nilai dan Key Performance Indicators (KPI), sedangkan unruk merumuskan dan validasi entitas serta KPI menggunakan metode Delphi. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan framework dan sistem pengukuran kinerja industri pariwisata dengan hasil penelitian sebelumnya dan dengan sistem pengukuran kinerja industri pariwisata TWCB sebelumnya. Perbedaan tersebut terletak pada jumlah entitas dan KPI dari setiap entitas. Terdapat 7 entitas rantai nilai pada TWCB dengan bobot kepentingan yang berbeda-beda, yaitu entitas Win Order (8%), Pre-Delivery (5%), Accommodation (15%), Transportation (9%), Incoming Travel Agent (10%), Tourism Destination (41%), dan Post-Delivery Support (12%). Entitas Tourism Destination menjadi entitas paling penting karena entitas ini adalah pemain inti industri pariwisata TWCB.  Abstract[Adoption of Value Chain Model for Performance Measurement System Development in Tourism Industry, Case Study: PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko]. Tourism industry is one important factor in the growth of national and global economy. The Government of Indonesia has several targets to achieve the performance of the tourism industry. To achieve these performance targets are done to increase the 10 priority Tourism Destinations, one of which is Borobudur Temple Tourism Park (TWCB). This study aims to develop a system of measuring the performance of TWCB tourism industry in a mature manner as the basis of evaluation for the achievement of performance targets. This research is descriptive using qualitative and quantitative approach. Data were collected by in-depth interview and questionnaire on 3 expert respondents. Analytic Network Process Method (ANP) is used to determine the weight of each Value Chain entity and Key Performance Indicators (KPI), while formulating and validating entities and KPI using Delphi method. The result of the research shows that there is difference of framework and measurement system of tourism industry performance with previous research result and with measurement system of TWCB tourism industry performance before. The difference lies in the number of entities and KPIs of each entity. There are 7 Value Chain entities on TWCB with different weight of interest, ie Win Order entities (8%), Pre-Delivery (5%), Accommodation (15%), Transportation (9%), Incoming Travel Agent (10%), Tourism Destination (41%), and Post-Delivery Support (12%). Entities Tourism Destination becomes the most important entity because this entity is a core player of TWCB tourism industry.
Perancangan Model Layanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit untuk Mengurangi Waktu Antrian pada Pelayanan Obat di Farmasi (Studi Kasus : RSUD Dr.Adhyatama, MPH Kota Semarang) Krisnanto, Sigit Heru; Wicaksono, Purnawan Adi; Rinawati, Dyah Ika
Industrial Engineering Online Journal Vol 7, No 1 (2018): WISUDA PERIODE JANUARI 2018
Publisher : Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (685.567 KB)

Abstract

Lama waktu layanan merupakan salah satu indikator penting yang menentukan kepuasan pasien dan mutu dalam layanan farmasi rumah sakit. Berdasarkan laporan pencapaian mutu Instalasi Farmasi RSUD Dr.Adhyatama, MPH pada bulan April 2017 layanan obat di Instalasi tersebut telah memenuhi standar mutu, namun belum mencapai target indikator mutu yang ada. Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut dengan membuat Value Stream Mapping, pada proses layanan obat jadi dan obat racikan instalasi farmasi Dr. Adhyatama, MPH terdapat 2 jenis waste yang terjadi yaitu  delays, dan transportation . Persentase waste terbesar adalah delays sebesar 71 %,  dari keseluruhan waktu layanan obat jadi dan 59 % dari keseluruhan obat racikan. Hasil penelitian untuk mengatasi besarnya waktu tunggu di dalam Sistem Layanan pada instalasi farmasi RSUD Dr.Adhyatama, MPH Kota Semarang tersebut yaitu dengan menambah 1 orang petugas skrining, 1 orang teknisi Obat, dan 1 orang teknisi label dan pengemasan. ABSTRACTDesign of Pharmacy Hospital Installation Service Model to Reduce Queue Time on Drug Service in Pharmacy (Case Study : Dr.Adhyatama,MPH Hospital Semarang City) The time required to complete a service is one of the important indicators that determines patient satisfaction and quality in hospital pharmacy services. Based on the report on the quality achievement of Pharmacy Installation of RSUD Dr.Adhyatama Hospital, MPH in April 2017, the drug service in the Installation has met the quality standard, but has not reached the target of the existing quality indicator. After further research was done by creating Value Stream Mapping, on the process of finished drug service and medicine for pharmaceutical installation RSUD Dr. Adhyatama, MPH there are 2 types of waste that happens are delays and transportation. The largest percentage of waste was delays of 71%, of the total time of taking the drugs that have been available and 59% of the total time to finished the drugs that need to be formulated. The result of the research to resolve the waiting time’s problem in the Service System at the pharmacy installation of RSUD Dr.Adhyatama, MPH Semarang City is by adding 1 person screening officer, 1 drug technician , and 1 labels and packing technician.
ANALISIS RISIKO PROYEK KONSTRUKSI DENGAN IMPORTANCE INDEX DAN BOW TIE ANALYSIS L.Tobing, Yineka Oktaviyanti; Sari, Diana Puspita; Wicaksono, Purnawan Adi
Industrial Engineering Online Journal Vol 7, No 4 (2018): WISUDA PERIODE OKTOBER 2018
Publisher : Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (582.997 KB)

Abstract

Industri konstruksi biasanya lebih berisiko dibandingkan dengan kegiatan bisnis lainnya karena rumitnya koordinasi berbagai kegiatan. Unsur inti dari keberhasilan proyek adalah untuk memenuhi waktu, biaya, dan kualitas sesuai target. Manajemen risiko merupakan salah satu bagian penting dalam manajemen proyek. Salah satu proyek konstruksi yang sedang berjalan adalah pembangunan gedung baru Fakultas Psikologi Undip. Selama pelaksanaan proyek pembangunan tersebut, terdapat beberapa kendala yang mengganggu kelancaran proyek seperti terjadinya perubahan desain, keterlambatan pengiriman material, dan desain yang direncanakan tidak dapat diaplikasikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis risiko dengan metode IMPI (Importance Index) yang menilai risiko dengan mempertimbangakan nilai frequency index dan severity index. Penilaian dilakukan oleh para ahli yang ahli proyek yakni owner, kontraktor, dan pengawas. Selanjutnya mengidentifikasi risiko berdasarkan sebab akibat terjadinya risiko tersebut dengan menggunakan metode bow tie analysis lalu digambarkan ke dalam bow tie diagram terhadap risiko yang tergolong  significant dan high. Indikator penilaian risiko menggunakan indikator pembangunan gedung pemerintah dengan 50 indikator. Dari 50 indikator risiko didapatkan 1 risiko significant dan 3 risiko high untuk dampak terhadap waktu, 2 risiko significant dan 2 risiko high untuk dampak biaya, dan  risiko significant untuk dampak kualitas.ABSTRACT [Construction Project Risk Analysis with Importance Index and Bow Tie Analysis] The construction industry is usually more risky than other business activities because of the complexity of coordination of various activities. The core element of project success is to meet time, cost, and quality on target. Risk management is an important part of project management. One of the ongoing construction projects is the construction of a new building Faculty of Psychology Undip. During the implementation of the development project, there are several obstacles that interfere with the smoothness of the project such as design changes, material delivery delays, and planned designs that can not be applied. Therefore, risk analysis is required by IMPI (Importance Index) method which assesses risk by considering the value of frequency index and severity index. Assessment is done by expert project experts ie owner, contractor, and supervisor. Furthermore identify the risk based on the cause of the occurrence of these risks by using the method of bow tie analysis and then described into the bow tie diagram against the risks of significant and high classified. Risk assessment indicators use government building construction indicators with 50 indicators. Out of 50 risk indicators, there were 1 significant risk and 3 high risk for impact on time, 2 significant risks and 2 high risk for cost impact, and 1 significant risk for quality impact.
PENENTUAN LOKASI GUDANG BENCANA LOGISTIK DI KABUPATEN SLEMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP), CLUSTER ANALYSI, DAN FUZZY TOPSIS Siahaan, Yessyca Efirani; Sari, Diana Puspita; Wicaksono, Purnawan Adi
Industrial Engineering Online Journal Vol 7, No 4 (2018): WISUDA PERIODE OKTOBER 2018
Publisher : Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.841 KB)

Abstract

Pada penelitian ini dilakukan penentuan lokasi gudang logistik dengan menggunakan model multi criteria decision making (MCDM). Objek yang dipakai pada penelitian ini adalah bencana gunung berapi yang terjadi di Sleman. Pada saat bencana terjadi tahun 2010 penanggulangan bencana yang dilakukan masih bersifat responsif dan belum preventif serta penentuan lokasi gudang logistik yang masih berdasarkan jarak terdekat dengan akses jalan raya dan belum mempertimbangkan kriteria lainnya. Sehingga pengiriman logistik terhadap korban tidak optimal. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan AHP dan fuzzy TOPSIS dimana  AHP digunakan untuk pemilihan kriteria dan subkriteria penentuan gudang logistik bencana dan fuzzy TOPSIS untuk mengevaluasi alternatif terbaik dari lokasi potensialnya berdasarkan kriteria dan subkriterianya. Pada penelitian ini juga digunakan metode cluster analysis untuk menentukan lokasi gudang darurat bencana potensial disetiap wilayah operasi berdasarkan jarak dan jumlah pengungsi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 7 kriteria dan 17 subkriteria yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi gudang. Kriteria yang memiliki bobot tertinggi adalah kriteria waktu delivery dan subkriteria yang memiliki bobot tertinggi adalah waktu delivery ke daerah pengungsian. Selanjutnya dengan berdasarkan pada bobot dari kriteria dan sub kriteria tersebut dan pendekatan cluster analysis, diperoleh 4 lokasi potensial dengan urutan prioritas lokasi gudang darurat bencana Sukoharjo, Sidokerto, Tamanmartani dan Wedomartani. Abstract [Determination Of Locistic Warehouse Location In District Sleman Using Analytical Hierarchy Process (Ahp), Cluster Analysis And Fuzzy Topsis] In this research, determination of logistic warehouse location using multi criteria decision making model (MCDM). The object used in this study is the volcanic disaster that occurred in Sleman. At the time of the disaster occurred in 2010 disaster management is still responsive and not preventive and determination of logistics warehouse location that is still based on the closest distance to the access road and has not considered other criteria. So that the logistics delivery to the victim is not optimal. In this research, the method used is AHP and TOPSIS fuzzy where AHP is used for selection of criteria and subcriteria for determining the logistics of disaster and fuzzy TOPSIS to evaluate the best alternative of potential location based on criteria and subcriteria. In this study also used cluster analysis method to determine the potential emergency warehouse location in each operation area based on distance and number of refugees. The results showed that there are 7 criteria and 17 subcriteria that are considered in determining the location of the warehouse. The criteria that have the highest weight is the delivery time criteria and the subcriteria that has the highest weight is the delivery time to the evacuation area. Furthermore, based on the weight of the criteria and sub criteria and the cluster analysis approach, there are 4 potential locations with the priority sequence of emergency warehouse location of Sukoharjo, Sidokerto, Tamanmartani and Wedomartani disasters.