Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Inventory and Disease Incidence in 38 Accessions of Taro Plants (Colocasia esculenta L.) in Jatinangor, Sumedang Regency, West Java Yulia, Endah; Yunira, Alma; Hidayat, Syarif; Djaya, Luciana; Widiantini, Fitri; Suganda, Tarkus; Karuniawan, Agung
CROPSAVER Vol 7, No 2 (2024)
Publisher : Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/cropsaver.v7i2.58942

Abstract

Taro is an important agricultural commodity with considerable prospects for international market competition. However, its cultivation faces several challenges, particularly pathogen infections that can lead to substantial yield losses. Conducting a disease inventory in taro plants is essential for effective disease management and serves as a preliminary step in developing resistant taro varieties. This study aimed to document diseases affecting 38 accessions of taro plants. The research was conducted from August to October 2021 at the Ciparanje Jatinangor Experimental Field and the Phytopathology Laboratory within the Department of Plant Pests and Diseases at the Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran, located in Sumedang Regency. The methodology employed both qualitative and quantitative descriptive approaches. Data collection involved observing the incidence and severity of diseases, as well as identifying the pathogens responsible for the diseases. A total of 292 taro plants were examined during this study. The diseases identified included brown leaf spot (Cladosporium colocasiae), shot hole (Phoma sp.), orange leaf spot (Neojohnstonia colocasiae), white leaf spot (putative Pseudocercospora colocasiae), and leaf blight (Phytophthora colocasiae), along with other symptoms suspected to be caused by root pathogens and viruses.The most prevalent disease observed at the experimental site was brown spot disease, while leaf blight was identified as the most damaging. The incidence of leaf spot and leaf blight reached 100% across nearly all accessions of taro planted at the research site, with the highest severity of disease recorded at 49.65%.
Deteksi dan Identifikasi Jamur Stemphylium vesicarium pada Tanaman Bawang Putih di Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung Jawa Barat Afrilia, Hilda Ayu; Hersanti, Hersanti; Yulia, Endah
Agrikultura Vol 35, No 3 (2024): Desember, 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v35i3.59460

Abstract

Stemphylium vesicarium merupakan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) A2 di Indonesia dan dilaporkan dapat menginfeksi spesies Allium, cabai, asparagus, dan pir di beberapa negara. Gejala hawar daun menyerupai infeksi S. vesicarium pada bawang putih ditemukan di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung namun belum dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi S. vesicarium sebagai patogen penyebab penyakit hawar daun pada bawang putih menggunakan pendekatan morfologi dan molekuler. Identifikasi morfologi dilakukan berdasarkan pengamatan karakteristik makroskopis dan mikroskopis, sedangkan identifikasi molekuler dilakukan melalui amplifikasi DNA menggunakan primer ITS (Internal Transcribed Spacer) dengan primer forward ITS1 dan reverse ITS4 serta sekuensing genetik. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni hingga September 2024. Pengambilan sampel daun yang terinfeksi S. vesicarium dilakukan di tiga lokasi pertanaman di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Isolasi patogen dan identifikasi morfologi dilakukan di Laboratorium Fitopatologi, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Uji patogenesitas pada tanaman bawang putih dilakukan di lahan percobaan di Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata persentase kejadian penyakit hawar daun di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung adalah sebesar 33,78%, sementara rata-rata persentase keparahan penyakitnya mencapai 10,67%. Isolat yang diperoleh memiliki ciri morfologi khas S. vesicarium, seperti bentuk konidia lonjong dengan sekat transversal dan sekat longitudinal dan tidak terbentuk dalam rantai. Analisis molekuler mengonfirmasi kesesuaian hasil identifikasi dengan urutan gen ITS S. vesicarium yang dilaporkan di basis data genetik. Studi ini berhasil mengidentifikasi S. vesicarium sebagai patogen utama penyebab hawar daun pada tanaman bawang putih.
Eksplorasi Bakteri Potensial sebagai Agens Pengendali Hayati dan Uji Antagonistiknya terhadap Colletotrichum acutatum J.H. Simmonds Penyebab Penyakit Gugur Daun Karet Riswandi, Hafiz; Widiantini, Fitri; Yulia, Endah; Christita, Margaretta; Parakkasi, Karmilla
Agrikultura Vol 36, No 1 (2025): April, 2025
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v36i1.60502

Abstract

Karet (Hevea brasiliensis (Willd. ex A.Juss.) Müll.Arg.) adalah tanaman perkebunan yang masuk dalam famili Euphorbiaceae dan berasal dari Brazil. Karet merupakan salah satu komoditas penting bagi sektor perkebunan di Indonesia. Sebagai negara yang memiliki luas lahan karet terluas di dunia, produktivitas perkebunan karet di Indonesia masih rendah apabila dibandingkan dengan Thailand. Penyakit gugur daun merupakan salah satu masalah dalam budidaya tanaman karet di Indonesia karena mengakibatkan kerugian hasil yang tinggi. Patogen penyebab penyakit gugur daun juga mengganggu produksi perkebunan karet swasta di Kabupaten Kutai Timur. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan eksplorasi bakteri agens pengendali hayati dan menguji daya antagonisnya terhadap jamur patogen penyebab penyakit gugur daun. Pengambilan sampel dilakukan di Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur sementara percobaan laboratorium dilaksanakan di Gedung Genomik dan Gedung InaCC – BRIN, Cibinong pada bulan September 2023 hingga Juni 2024. Hasil uji daya antagonis memperoleh tiga isolat bakteri— F1.4, E1.3, dan E5.2—yang berpotensi sebagai agens pengendali hayati. Tiga isolat bakteri tersebut merupakan bakteri Gram negatif. Isolat bakteri F1.4 dan E1.3 mampu menghasilkan enzim kitinase secara kualitatif. Hasil uji hemolisis dan hipersensitivitas menunjukkan gejala negatif untuk ketiga isolat bakteri tersebut. Penelitan ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai potensi agens pengendali hayati dalam mendukung pertanian berkelanjutan untuk tanaman karet.
Sensitivitas Fusarium oxysporum f.sp. cepae Isolat Kabupaten Garut terhadap Beberapa Jenis Fungisida pada Konsentrasi Subletal serta Virulensinya pada Dua Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Maulana, Ghifari Aditya; Yulia, Endah; Suganda, Tarkus
Agrikultura Vol 36, No 1 (2025): April, 2025
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v36i1.60439

Abstract

Penyakit moler yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp. cepae (FOC) merupakan salah satu penyakit paling merugikan pada tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.). Petani umumnya mengandalkan fungisida sintetis dengan bahan aktif yang terbatas dan sering kali digunakan dalam dosis tidak sesuai anjuran, sehingga berpotensi menurunkan keefektifan pengendalian serta memicu resistensi patogen. Penelitian ini bertujuan untuk menguji sensitivitas tiga isolat FOC asal Kabupaten Garut (Suc1, Byb2, Smr3) terhadap berbagai bahan aktif fungisida dalam konsentrasi subletal, serta menguji virulensi ketiganya terhadap dua varietas bawang merah, yaitu Tuk-tuk dan Sumenep. Penelitian dilaksanakan pada Januari hingga November 2024. Uji sensitivitas dilakukan menggunakan metode poisoned food dengan empat taraf konsentrasi (1/2X, X, 3/4X, dan 2X; X = 1/10 konsentrasi anjuran) untuk mengukur penghambatan pertumbuhan koloni dan kerapatan konidia. Uji virulensi dilakukan tujuh minggu setelah tanam dengan mengamati intensitas penyakit, tinggi tanaman, dan bobot basah tanaman. Hasil menunjukkan bahwa seluruh isolat FOC masih sensitif terhadap semua jenis fungisida pada konsentrasi anjuran. Bahan aktif prokloraz + propikonazol menunjukkan keefektifan tertinggi dengan penghambatan koloni sebesar 93,33%. Azoksistrobin + difenokonazol efektif terhadap isolat Suc1 dan Smr3, namun kurang efektif terhadap Byb2 (maksimal 68,15%). Sementara itu, fungisida berbahan aktif tunggal klorotalonil, propineb, dan mankozeb menunjukkan penghambatan di bawah 50%. Virulensi FOC tetap tinggi dengan intensitas penyakit di atas 50% pada kedua varietas. Perlakuan dengan mankozeb menghasilkan intensitas penyakit tertinggi pada varietas Tuk-tuk (92,3%) dan klorotalonil pada varietas Sumenep (88,3%). Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun fungisida mampu menekan pertumbuhan FOC, patogen masih dapat menyebabkan penyakit serius pada tanaman bawang merah.
Studi Komparatif Cara Aplikasi Bakteri Endofit untuk Menghambat Perkembangan Penyakit Hawar Pelepah Daun Padi (Rhizoctonia solani) Widiantini, Fitri; Krissanti, Petra Sulistya Dian; Rasiska, Siska; Susanto, Agus; Yulia, Endah
Agrikultura Vol 36, No 2 (2025): Agustus, 2025
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v36i2.63212

Abstract

Penyakit hawar pelepah daun pada tanaman padi yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani merupakan salah satu penyakit utama yang menyebabkan kerugian signifikan dalam budidaya padi, sehingga perlu diterapkan strategi pengendalian yang efektif. Penggunaan bakteri endofit sebagai agens biokontrol untuk mengendalikan penyakit tanaman menjadi salah satu pendekatan alternatif yang cukup menjanjikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi berbagai metode aplikasi bakteri endofit dalam mengendalikan hawar pelepah daun. Bakteri endofit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri endofit Os1, Os6, dan Os7 yang memiliki aktivitas antagonis. Metode aplikasi yang diuji meliputi perendaman benih, penyemprotan ke daun, penyiraman suspensi ke tanah, serta kombinasi dari ketiganya. Percobaan dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 14 perlakuan aplikasi bakteri endofit yang masing-masing diulang tiga kali. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi perendaman benih, penyemprotan daun, dan penyiraman tanah dengan suspensi bakteri endofit Os6 memberikan hasil paling efektif dalam menekan perkembangan hawar pelepah, dengan nilai relative lesion height (RLH) sebesar 11,16% dan intensitas penyakit sebesar 7,41%. Penyakit hawar pelapah daun menyebar terutama melalui anakan yang terinfeksi, dan perlakuan kombinasi aplikasi Os6 juga terbukti paling efektif dalam menekan persentase anakan terinfeksi yang ditunjukkan dengan persentase anakan terserang sebesar 7,68% dan menghasilkan nilai THR (tingkat hambat relatif) sebesar 88,23%. Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi cara aplikasi bakteri endofit yang berpotensi sebagai agens biokontrol (Os6) memberikan perlindungan pada tanaman padi terhadap penyakit hawar pelepah daun.
Peran Gulma Cynodon dactylon sebagai Sumber Inokulum Bipolaris pada Tanaman Padi Yulia, Endah; Nabilla, Anisa; Widiantini, Fitri; Dewi, Vira Kusuma
Agrikultura Vol 36, No 2 (2025): Agustus, 2025
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v36i2.63430

Abstract

Penyakit bercak coklat yang disebabkan oleh Bipolaris oryzae masih menjadi kendala signifikan dalam budidaya tanaman padi. Selain sumber infeksi utama, keberadaan gulma di sekitar lahan sawah dapat berkontribusi terhadap perkembangan penyakit dengan berperan sebagai inang alternatif atau reservoir patogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi patogen penyebab bercak daun pada Cynodon dactylon serta mengevaluasi patogenisitasnya terhadap tanaman padi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2021 hingga Maret 2022, dengan kegiatan pengambilan sampel di lahan sawah wilayah Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, serta analisis laboratorium di Laboratorium Fitopatologi, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Kegiatan lapangan meliputi observasi gejala dan penilaian intensitas penyakit, sedangkan kegiatan laboratorium mencakup isolasi patogen, identifikasi morfologi, dan uji patogenisitas menggunakan metode detached leaf assay. Hasil penelitian menunjukkan terdapat lima isolat dengan karakter morfologi yang sesuai dengan Bipolaris spp., yang seluruhnya menimbulkan gejala khas bercak coklat pada daun padi dalam uji patogenisitas. Temuan ini mengonfirmasi bahwa C. dactylon dapat berperan sebagai reservoir Bipolaris spp., sehingga berpotensi menjadi sumber inokulum penyakit bercak coklat pada tanaman padi.
Strategi Pengendalian Terpadu Penyakit Bulai pada Tanaman Jagung: Penyuluhan Terhadap Kelompok Tani Widara Cigasong Majalengka Suganda, Tarkus; Susanto, Agus; Yulia, Endah; Hersanti, Hersanti; Widiantini, Fitri; Natawigena, Wahyu Daradjat
Agrimasta Vol 2, No 3 (2025): Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrimasta.v2i3.65476

Abstract

Penyakit bulai yang disebabkan oleh oomiset Peronosclerospora spp. merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman jagung. Di Majalengka, pada musim tanam 2021/2022 serangannya mencapai sekitar 20% pertanaman jagung, dengan kehilangan hasil diperkirakan mencapai 40% pada lahan yang tidak dilakukan pengendalian. Untuk mengendalikan penyakit bulai diperlukan strategi pengendalian terpadu, yang menurut laporan Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) setempat, para petani masih kurang mendapatkan informasi tentang strategi pengendalian penyakit bulai yang benar. Satu kegiatan penyuluhan tentang strategi pengendalian terpadu telah dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 2025 di Balai Desa Cigasong Majalengka. Kegiatan penyuluhan dilakukan dalam dua tahap, dimulai dengan pemaparan materi dan diskusi, kemudian dilanjutkan dengan kunjungan dan demonstrasi pengendalian di lapangan.  Hasil diskusi menunjukkan bahwa pengetahuan petani Kelompok Tani Widara tentang pengendalian penyakit bulai masih belum benar. Demonstrasi cara penanganan penyakit bulai di lapangan mendapat apresiasi dari petani dan diharapkan dapat menjadi acuan dalam praktik budidaya tanaman jagung yang benar untuk mengendalikan penyakit bulai.  Booklet panduan penanganan penyakit bulai yang dibagikan kepada petani, diharapkan menjadi pedoman berkelanjutan