Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Budaya Etnika

REDEFINISI MAKNA TRADISI BEGALAN OLEH SANGGAR SEKAR KANTIL DALAM RITUS PERNIKAHAN MASYARAKAT BANYUMAS Endri Apriliana Adi Wahyu; Nugroho Trisnu Brata
Jurnal Budaya Etnika Vol 4, No 2 (2020): Tradisi Otentik, Modifikasi Tradisi, Komodifikasi (Agenda Setting Artefak Digita
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v4i2.1564

Abstract

ABSTRAK Tradisi begalan adalah salah satu tradisi pernikahan yang ada pada masyarakat Kabupaten Banyumas yang sarat akan makna dan nasehat bagi pasangan pengantin yang baru saja menikah. Sanggar Sekar Kantil sebagai salah satu sanggar yang masih melestarikan sekaligus tempat bernaung bagi beberapa pelaku tradisi begalan yang ada di Kabupaten Banyumas memiliki pandangan baru terhadap tradisi begalan. Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Proses pelaksanaan tradisi begalan oleh sanggar Sekar Kantil terdiri dari dua tahapan yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan dilakukan oleh pelaku tradisi begalan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tradisi begalan. Tahap pelaksaaan merupakan tahap dimana pelaku tradisi begalan melaksanakan pementasan tradisi begalan pada pernikahan masyarakat Banyumas. 2) Redefinisi makna tradisi begalan yang diberikan oleh sanggar Sekar Kantil terhadap tradisi begalan adalah pada arti tradisi begalan yang sebelumnya berasal dari kata begal yang artinya rampok menjadi besan gawa lantaran. Redefinisi juga diberikan kepada nama pelaku tradisi begalan yaitu danabau dan juru mertani serta penjelasan ubo rampe tradisi begalan yang dilaksanakan oleh sanggar Sekar kantil menggunakan sanepan atau othak athik gathuk.Kata kunci: Tradisi Begalan, Makna, Sanggar ABSTRACT Begalan tradition is one of the marriage traditions that exist in the Banyumas Regency society which is full of meaning and advice for newly married brides. Sekar Kantil Studio as one of the studios that still preserves as well as acting as a shelter for a number of performers of the begalan tradition in Banyumas Regency has a new view of the begalan tradition. The results of the research show that: 1) The process of implementing the begalan tradition by the Sekar Kantil studio consists of two stages: the preparatory stage and the implementation stage. The preparatory stage is carried out by the performers of the begalan tradition to prepare everything needed in the implementation of the begalan tradition. The implementation stage is the stage where the performers of traditions carry out the performance of traditions at the Banyumas community wedding. 2) The redefinition of the meaning of the tradition given by the Sekar Kantil studio to the tradition is that the tradition is derived from the word “begal” which means “robber” into “besan gawa lantaran”. Redefinition was also given to the names of performers of the begalan tradition, Danabau and Juru mertani, and also the explanation of the ubo rampe of the tradition carried out by the Sekar Kantil studio using sanepan or othak atihk gathuk.Keywords: Begalan Tradition, Meaning, Studio
Hubungan Tradisi Rewang, Budaya Bekerja, dan Modal Sosial pada Masyarakat Multietnis di Kabupaten OKU Timur Retno Wulan Ayu Saputri; Nugroho Trisnu Brata
Jurnal Budaya Etnika Vol 6, No 2 (2022): Peradaban dan Pengetahuan Lokal: Pada Masa Hindu hingga Masa Kini
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/jbe.v6i2.2335

Abstract

ABSTRAK. Rewang merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan masyarakat untuk membantu salah satu tetangga apabila sedang mengadakan acara pesta pernikahan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana pelaksanaan tradisi rewang dan untuk mengetahui bagaimana dampak tradisi rewang sebagai modal sosial mampu meningkatkan solidaritas antar masyarakat multietnis di Desa Sumberjaya. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam proses pelaksanaannya tradisi rewang memiliki susunan kepanitiaan dan pembagian kerja. Hal ini tidak terlepas dari modal sosial. Modal sosial yang terdiri dari tiga komponen yaitu: kepercayaan (trust), norma (norms) dan jaringan (networks) dalam tradisi rewang ini mampu menunjukkan dampaknya bagi masyarakat Desa Sumberjaya. Modal sosial seharusnya (das sollen) dapat membentuk solidaritas yang memungkinkan individu menjalin hubungan sosial. Solidaritas sosial ini diwujudkan dalam solidaritas sosial organik dan mekanik. Namun fungsi tradisi rewang dalam perkembangann selanjutnya ternyata (das sein) tidak lagi sebagai modal sosial jadi hanya semacam penopang kebutuhan tuan rumah. Perubahan makna tradisi rewang juga terjadi karena munculnya jasa catering dan pandangan masyarakat terhadap tradisi rewang yang hanya sebatas sumbangan.Kata Kunci: Multietnis, Modal Sosial, Budaya KerjaABSTRACT. Rewang is one of the activities carried out by the society to help one of the neighbors when holding a wedding party. This study aims to describe dan analyze how the implementation of rewang tradition and to find out how the impact of rewang tradition as social capital is able to increase solidarity between multiethnic societies in Sumberjaya Village. Researcher uses a qualitative research method with an ethnographic approach. The data collection techniques use interviews, observation and documentation. The results show that in the implementation process of rewang tradition has a committee structure and division of work. This is inseparable from social capital. Social capital which consists of three components, which are trust, norms and networks in rewang tradition, is able to show its impact on the people of Sumberjaya Village. Social capital is should (das sollen) to be able to form solidarity that allows individuals to establish social relationships. This social solidarity is manifested in organic and mechanical social solidarity. However, the function of rewang tradition in the next development it turns out is no longer as social capital, so it is only a kind of support for Jurnal Budaya Etnika, Vol. 6 No. 2 Desember 2022 82 the needs of the host. The changes meaning of rewang tradition also occurred due to the emergence of catering services and the public's view of rewang tradition which was only limited to sumbangan.Keywords: Multietnic, Social Capital, Work Culture
Co-Authors Adi Sutanto Afifah, Nor Afifah, Nor Afrida, Lutfiana Afrijal, Muhamad Afif Agustin, Diana Nur Ahmad Tohri Anggiarini, Sukma Aprilia, Silvi Ayu Aprilia, Silvi Ayu Asma Luthfi Cahyaningtyas, Hana Cahyo Budi Utomo Dewi Liesnoor S Dewi Liesnoor Setyowati Dzaky, Ammar Fuad Edwin Mirzachaerulsyah Ekasari, Melyani Eko Handoyo Elly Kismini Endri Apriliana Adi Wahyu Ety Sundari, Ety Ezra Sriadelia Br Pelawi Farha, Fina Nayla Hamdan Tri Atmaja Hamdan Tri Atmaja Hamdan Tri Atmaja Harto Wicaksono, Harto Hendratna, Hendratna Heri Tjahjono Hesti Rofika Sari Huwaida, Shania Nur Imaniar, Afwina Juhadi Juhadi Juhadi Khasan Setiaji Kholifah, Listyana Nur Kholisna, Arin Kumalasari, Eni Kuncoro Bayu Prasetya, Kuncoro Bayu Kuncoro Bayu Prasetyo Madjid, Winka Silviana Martanti, Nadia Luki MAULIDAH, SITI Maulidah, Siti Maulina Indah Fauziah, Maulina Indah Moh Yasir Alimi Moh. Solehatul Mustofa Mufti Riyani Mufti Riyani Musrifah, Siti Musrifah, Siti Muzakki Muzakki, Muzakki Nasukha, Reza Adi Nasukha, Reza Adi Ninuk Sholikhah Akhiroh Nuraini, Habibah nurhayati, ika nofita nurhayati, ika nofita Nurul Anita Nurul Fatimah Oktav N, Saka Mahardika Pramono, Didi Pratiwi, Megawati Vika Prayogo, Bagas Puji Hardati Ratri, Indraswari Kumolo Retno Wulan Ayu Saputri Rifky, Mohammad Rini Iswari Romadi Romadi Saiya, Susana Fadhara Saka Mahardika Oktav N. Saka Mahardika Oktav Nugraha Saputra, Gandung Surya Sari, Herlina Kartika Sari, Hesti Rofika Sari, Hesti Rofika Septiani, Riska Sri Sukamti, Sri Sucihatiningsih Dian Wisika Prajanti Suliyah Suliyah Suyahmo Suyahmo Syarifah Yuningsih Totok Rochana Tri Marhaeni Pudji Astuti Triyaka, Triyaka Wasino Wasino Wasino Widiastuti, Aprilia Winarti, Eni Wulandari, Siti Nur Yusuf Falaq, Yusuf Zayyaan, Ghinna Al