Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

Kemampuan antibakteri ekstrak kulit buah kopi robusta dan arabika terhadap pertumbuhan Lactobacillus acidophilus: studi eksperimental Ishimora, Marina Erlysa; Prasetya, Rendra Chriestedy; Susilawati, I Dewa Ayu
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 7, No 3 (2023): Oktober 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v7i3.48658

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Kulit buah kopi, baik robusta maupun arabika, merupakan hasil sampingan proses pengolahan kopi metode kering yang dianggap sebagai limbah. Limbah tersebut mengandung metabolit sekunder golongan alkaloid, senyawa fenol, saponin, dan terpenoid yang berpotensi sebagai agen antibakteri terapi penyakit di rongga mulut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan antibakteri ekstrak kulit buah kopi (EKBK) robusta (R) dan arabika (A) terhadap pertumbuhan Lactobacillus acidophilus (L. acidophilus) . Metode: Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris in vitro dengan rancangan the posttest only control group design. Kulit buah hasil pengolahan cara kering di ekstraksi dan maserasi dengan etanol 96% (1:5) selama 3 hari. Uji antibakteri menggunakan metode agar-well diffusion dengan inokulasi pour plate method pada dua kelompok penelitian, yaitu EKBKR dan EKBKA dengan enam sub kelompok masing-masing konsentrasi ekstrak 250, 500, 750, dan 1000 mg/ml, akuades steril (kontrol negatif), dan chlorhexidine glucontae 0,1% (kontrol positif). Parameter penelitian berupa diameter zona hambat (bakterisidal dan bakteriostatik) (mm) yang dihitung dengan jangka sorong digital. Data dianalisis dengan uji Saphiro-Wilk, Levene-Test, Kruskal-Wallis diikuti Mann-Whitney menggunakan SPSS 26.0. Hasil: EKBKR memiliki kemampuan bakterisidal dan bakteriostatik terhadap L. acidophilus pada [250 mg/ml], [500 mg/ml], [750 mg/ml], dan [1000 mg/ml]. EKBKA memiliki kemampuan antibakteri yang secara signifikan lebih lemah (p<0,05) daripada EKBR. EKBKA hanya memiliki aktivitas bakterisidal pada [1000 mg/ml] dan bakteriostatik pada [750 mg/ml]. Simpulan: EKBKR dan EKBKA memiliki kemampuan antibakteri terhadap pertumbuhan L. acidophilus dengan daya hambat EKBKR lebih kuat dibandingkan EKBKA.KATA KUNCI: Agar-well diffusion, chlorhexidine gluconate, ekstrak etanol 96%, pour-plate inoculation.Antibacterial activity of robusta and arabica coffee husks extracts against Lactobacillus acidophilus: Experimental studyABSTRACTIntroduction: Coffee husks (CHs), both Robusta and Arabica, are major dry coffee processing by-products and were considered waste. This waste contains secondary metabolites, such as alkaloids, phenolic compounds, saponins, and terpenoids, and hence has potential as an antibacterial agent for treating oral disease. This research aims to analyze the antibacterial activity of robusta and arabica coffee husk extracts (CHE) against Lactobacillus acidophilus. Methods: This research used in-vitro laboratory experimental research with a post-test only control group design. CHs were extracted using a maceration process with 95% ethanol (1:5) for three days. The antibacterial test was conducted using agar-well diffusion thorugh a pour plate inoculation method in two groups of the research: RCHE and ACHE, with six sub-groupgroup of each extract concentration of 250, 500, 750, 1000 mg/ml, negative control (sterile distilled water), and positive control (chlorhexidine gluconate 0,1%). The diameter of the inhibition zone (bactericidal and bacteriostatic zone) (mm) was the parameter of the antibacterial test, which was calculated with a digital caliper. Data were analyzed by the Saphiro-Wilk, Levene-Test, Kruskal-Wallis, and followed by Mann-Whitney using SPSS 26.0. Results: RCHE had bactericidal and bacteriostatic activity on L. acidophilus at [250 mg/ml], [500 mg/ml], [750 mg/ml], and [1000 mg/ml] doses. Conversely, ACHE had significantly weaker antibacterial activity (p<0.05) in comparison with RCHE. ACHE only showed bactericidal activity at the [1000 mg/ml] dose and bacteriostatic activity at the [750 mg/ml] dose. Conclusions: RCHE and ACHE have antibacterial activity against L. acidophilus; additionally, RCHE has a more potent inhibition capacity than ACHE.KEY WORDS: Agar-well diffusion, chlorhexidine gluconate, ethanol extracts, pour-plate inoculation.
Effects of Consumption Brew Robusta Coffee on Alveolar Bone Resorption in Rats Induced Periodontitis by Porphyromonas gingivalis Farchi, Ghafran Nailul; Prasetya, Rendra Chriestedy; Fatimatuzzahro, Nadie
Health Dynamics Vol 1, No 5 (2024): May 2024
Publisher : Knowledge Dynamics

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/hd10503

Abstract

Background: Porphyromonas gingivalis is the main cause of periodontitis. The presence of virulence factors of this bacteria increases pro-inflammatory cytokines that can interfere with the remodeling of alveolar bones that will later occur alveolar bone resorption. Robusta coffee is a natural ingredient that contains various substances that are useful for inhibiting inflammation, such as chlorogenic acid, caffeic acid, and caffeine. The purpose of this study was to analyze the effect of steeped Robusta coffee consumption on alveolar bone in rats induced by Porphyromonas gingivalis. Methods: Twenty male Wistar rats divided into 5 groups, control group (K1), rats treated with P. gingivalis induction and was sacrificed on the 14th day (K2), rats treated with P. gingivalis induction with 3.6 ml of brew coffee and was sacrificed on the 14th day (K3), rats treated with P. gingivalis induction and sacrificed on the 28th day (K4), rats treated with P. gingivalis induction with 3.6 ml of brew coffee and sacrificed on the 28th day. The specimens were then processed histologically and stained with HE to determine alveolar bone resorption. Results: There was no significant difference between the induction P. gingivalis and the consumption of robusta brew coffee for 14 days with control group. It means that treated brew robusta coffee for 14 days had alveolar bone resorption similar with the control group. The induction group P. gingivalis with consumption of Robusta coffee brew for 28 days there was a significant difference with the control group. The induction group P. gingivalis with consumption of Robusta coffee brew for 14 days differed significantly from the treatment for 28 days, this could be due to the longer treatment resulting in more bacterial tissue exposure. Conclusion: Consumption of brew robusta coffee can inhibit the resorption of alveolar bone caused by Porphyromonas gingivalis.
Pendampingan BUMDes Dalam Pengelolaan PAMSIMAS serta Sosialisasi Pola Hidup Bersih dan Sehat di Desa Gadingan Prasetya, Rendra Chriestedy; Sampurna, Hadi; Suryadharma, Bertung; Hernawati, Sri; Apriyono, Dwi Kartika
Darmabakti : Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol 5 No 01 (2024): Darmabakti : Junal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : Lembaga Peneliian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Islam Madura (UIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31102/darmabakti.2024.5.01.104-110

Abstract

Gadingan Village is located on the coast of Jangkar District, Situbondo Regency. Some residents have difficulty accessing clean water. In 2020, Gadingan Village received PAMSIMAS grants including drilling for water sources, deep water pumps, and reservoirs. Currently, these facilities have not been fully utilized because the management agency has not yet been formed. The Gadingan Village Government encourages BUMDes as PAMSIMAS managers, but BUMDes does not yet have knowledge of network management and planning. People who use water do not believe in the quality of the water and the quantity of the water. The problem solving method used is the socialization of PHBS and PAMSIMAS to the community, as well as BUMDes assistance for PAMSIMAS management and PHBS awareness. The results obtained are increased public awareness in the use of clean water and the provision of sanitation and hygiene facilities.
ANALISIS RISIKO PENGEMBANGAN WISATA KULINER TIRTA AGUNG DI KABUPATEN BONDOWOSO Amilia, Winda; Rusdianto, Andrew Setiawan; Suryaningrat, Ida Bagus; Prasetya, Rendra Chriestedy; Fatimatuzzahro, Nadie; Sampurna, Hadi; Rokhani, Rokhani; Indreswari, Laksmi; Pranata, Dadin Gilang; Baladraf, Thabed Tholib
Jurnal Industri Parawisata Vol 6 No 1 (2023): Jurnal Industri Pariwisata JULY 2023
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/pariwisata.v6i1.1219

Abstract

Pandemi Covid-19 melumpuhkan berbagai sektor salah satunya pariwisata. Hal ini berdampak terhadap mobilitas masyarakat sehingga banyak ditemui wisata yang tutup, seiring membaiknya keadaan saat ini mulai banyak ditemui wisata yang mulai dibuka kembali, salah satu tempat wisata yang dibuka adalah wisata kuliner Tirta Agung. Wisata kuliner Tirta Agung merupakan kawasan rekreasi yang terdiri dari kolam renang, wisata kuliner, dan pemandangan. Wisata kuliner Tirta Agung kawasan rekreasi terbaik yang dimiliki Kabupaten Bondowoso. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan rekomendasi kepada pengelola kawasan Wisata Tirta Agung terkait dengan kesehatan dan keselamatan wisatawan. Penelitian dimulai dengan pengumpulan data primer melalui wawancara wisatawan menggunakan kuesioner dan data sekunder. Selanjutnya dilakukan pengolahan data menggunakan metode House of Risk (HOR) yang terdiri dari dua fase. Fase pertama dilakukan identifikasi sumber dan kejadian risiko serta dilakukan perhitungan pada nilai Risk Priority Number dan Risk Potential Number. Data yang sudah didapatkan lalu dianalisis pada HOR fase kedua sehingga dapat tercipta strategi mitigasi risiko bagi pelaku wisata. Hasil menunjukkan terdapat 7 agen risiko yang diprioritaskan yaitu tidak adanya pemeriksaan awal, luas lahan yang sempit, jam operasional yang panjang, meja dan kursi tidak steril, tidak tersedianya mesin EDC, rendahnya kesadaran karyawan dan rendahnya kesadaran pengunjung. Dari agen risiko yang ditemukan, didapatkan 4 strategi penanganan antara lain pengecekan terkait kondisi kesehatan pengunjung, perawatan aksesoris, penyampaian aturan yang berlaku kepada pengunjung, dan mempertegas kebijakan yang ada terhadap setiap pengunjung dan karyawan wisata.
Status kebersihan rongga mulut dan kesehatan jaringan periodontal pada ibu hamil di pesisir pantai: cross-sectional study Putri, Normalita Sari Aulia Harwidyanti; Pujiastuti, Peni; Prasetya, Rendra Chriestedy
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 37, No 1 (2025): April 2025
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkg.v37i1.58845

Abstract

Pendahuluan: Kehidupan masyarakat pesisir tidak dapat terlepas dari nelayan. Salah satu sasaran dalam pemasaran hasil tangkapan nelayan berupa ikan adalah ibu hamil di lingkungan tersebut. Ikan memiliki kandungan berupa omega-3. Asam lemak  pada omega-3 menyebabkan perbaikan yang bermakna pada kondisi periodontal dan memproduksi resolvin dan dokosatrien. Senyawa ini memiliki anti inflamasi. Di dalam masa kehamilan, terjadi perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron sehingga mempengaruhi kesehatan gingiva. Hasilnya adalah respon peradangan berlebih walaupun jumlah plak sebagai faktor iritan lokal tidak terlalu banyak. Kondisi jaringan periodontal dapat mempengaruhi kesehatan janin dan kondisi kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status kebersihan rongga mulut dan kesehatan jaringan periodontal pada ibu hamil di Pesisir pantai. Metode: Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah ibu hamil yang ada di Desa Sumberejo. Kriteria inklusi penelitian adalah ibu hamil yang menjadi penduduk di Desa Sumberejo, Ambulu, Jember yang bersedia dan sukarela untuk menjadi subyek penelitian dengan mengisi informed consent, serta memiliki gigi indeks di setiap sektan. Kriteria eksklusi penelitian adalah ibu hamil yang menolak untuk menjadi subjek penelitian, ibu hamil dengan full edentulous pada rahang atas dan bawah, serta ibu hamil yang memiliki penyakit sistemik. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling dengan subjek penelitian sebanyak 72 orang menggunakan rumus Slovin. Pengumpulan data diperoleh dengan pemeriksaan indeks OHIS (Oral Hygiene Index-simplified) dan CPITN (Community Periodontal Index of Treatment Needs). Hasil: Ibu hamil di Pesisir pantai memiliki kriteria skor OHI-S buruk. Hasil CPITN ibu hamil yaitu periodontal sehat 1,4%; kalkulus 81,9%; poket 4-5 mm 9,7%; poket 6 mm 6,9%. Simpulan: Status kebersihan rongga mulut ibu hamil di wilayah Pesisir pantai  mayoritas tergolong buruk. Status kesehatan jaringan periodontal ibu hamil di wilayah Pesisir Payangan, Kabupaten Jember mayoritas adalah skor 2 yakni terdapat kalkulus supragingiva atau subgingiva, bleeding on probing, dan probing depth kurang dari 3 mm.Oral hygiene and periodontal health status in pregnant women in coastal: a cross-sectional studyIntroduction: The lives of coastal communities are closely intertwined with those of fishermen. A key target in marketing fishermen's catch, primarily fish, is pregnant women, as fish is rich in omega-3 fatty acids. These fatty acids contribute significantly to improved periodontal health and lead to the production of resolvins and docosatrienes, compounds known for their anti-inflammatory properties. During pregnancy, fluctuations in estrogen and progesterone levels affect gingival health, often triggering an exaggerated inflammatory response, even when plaque levels, a common local irritant, are low. The condition of the periodontal tissues can influence both fetal health and pregnancy outcomes. This study aims to assess the  oral hygiene and periodontal health status of pregnant women in coastal areas. Methods: This descriptive study used a cross-sectional approach. The research population consisted of pregnant women in Sumberejo Village. A simple random sampling technique was applied, involving 72 participants. Data were collected by assessing the Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S) and Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN). Results: The majority of pregnant women in Pesisir Payangan demonstrated poor OHI-S scores. CPITN results were distributed as follows: 1.4% had healthy periodontium, 81.9% had calculus, 9.7% had 4-5 mm periodontal pockets, and 6.9% had 6 mm pockets. Conclusion: Most pregnant women in the studied coastal area exhibited poor oral hygiene. The predominant periodontal health status among pregnant women in Pesisir Payangan, Jember Regency, corresponded to a CPITN score of 2, indicating the presence of supragingival or subgingival calculus, bleeding on probing, and a probing depth of less than 3 mm.
Ekstrak daun biduri (Calotropis gigantea) sebagai anti inflamasi dalam menurunkan jumlah neutrofil pada model tikus inflamasi: studi eksperimental Permata, Dea; Meilawaty, Zahara; Astuti, Pudji; Dharmayanti, Agustin Wulan Suci; Setyaningsih, Sari; Prasetya, Rendra Chriestedy
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 37, No 2 (2025): Agustus 2025
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkg.v37i2.61210

Abstract

Pendahuluan: Inflamasi adalah respons imun terhadap rangsangan berbahaya yang bertujuan untuk menghilangkan kerusakan dan memulai penyembuhan. Proses inflamasi dimulai dengan pelepasan neutrofil yang mengatur dan memperkuat respon inflamasi namun. Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid (NSAID), seperti aspirin, sering digunakan sebagai anti inflamasi tetapi memiliki efek samping. Ekstrak daun biduri (Calotropis gigantea)  yang kaya akan flavonoid, tanin, dan saponin, yang memiliki sifat anti-inflamasi dan penyembuhan luka dengan efek samping yang lebih sedikit dapat digunakan sebagai obat alami alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kemampuan ekstrak daun biduri (Calotropis gigantea) dalam menurunkan jumlah neutrofil pada inflamasi akut dan subakut pada model tikus inflamasi. Metode: Penelitian ini adalah studi eksperimental in vivo menggunakan desain serial group design. Daun biduri diekstrak menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%. Dosis ekstrak daun biduri yang digunakan adalah 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, dan 300 mg/kg BB. Tikus wistar diinjeksi dengan karagenan 2% pada punggungnya secara subkutan sebagai model inflamasi. Sampel darah diambil pada interval tertentu untuk membuat hapusan darah, selanjutnya dilakukan penghitungan jumlah neutrofil. Analisis menggunakan Two-way Anova yang dilanjutkan dengan uji LSD. Hasil: Ekstrak daun Calotropis gigantea pada dosis 100 mg/Kg BB, 200 mg/Kg BB, dan 300 mg/Kg BB terbukti dapat mengurangi jumlah neutrofil, terutama pada hari ke-3, dengan dosis 300 mg/Kg BB memberikan hasil terbaik (P=0,001). Simpulan: Pemberian ekstrak daun biduri (Calotropis gigantea) dosis 300 mg/Kg BB memberikan hasil terbaik dalam menurunkan jumlah sel neutrofil pada inflamasi akut dan subakut pada model tikus inflamasi.Calotropis gigantea leaf extract as an anti-inflammatory agent in reducing neutrophil count in an inflammatory rat model: an experimental studyIntroduction: Inflammation is an immune response to harmful stimuli that serves to eliminate tissue damage and initiate healing. The inflammatory process begins with the release of neutrophils, which regulate and amplify the inflammatory response. Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), such as aspirin, are commonly used to treat inflammation but may cause side effects. Biduri leaf (Calotropis gigantea)extract which is rich in flavonoids, tannins, and saponins, possesses anti-inflammatory and wound-healing properties with fewer side effects, making it a potential natural alternative medicine. This study aims to evaluate the effectiveness of biduri leaf extract (Calotropis gigantea) in reducing the number of neutrophils during acute and subacute inflammation in an experimental rat model. Methods: This study is an in vivo experimental study using a serial group design. Biduri leaves were extracted using the maceration method with 70% ethanol as the solvent. The biduri leaf extract was administered at doses of 100 mg/kg BW, 200 mg/kg BW, and 300 mg/kg BW. Wistar rats were injected subcutaneously with 2% carrageenan on the dorsal region to induce inflammation. Blood samples were collected at predetermined intervals to prepare blood smears, followed by neutrophil counting. Data were analyzed using two-way ANOVA followed by the LSD post-hoc test. Results: Calotropis gigantea leaf extract at doses of 100 mg/Kg BW, 200 mg/Kg BW, and 300 mg/Kg BW significantly reduced neutrophil counts, particularly on day 3, with the 300 mg/Kg BW dose showing the most pronounced effect (p=0.001). Conclusion: Administration of biduri leaf (Calotropis gigantea) extract at a dose of 300 mg/Kg BW demonstrated the highest effectiveness in reducing neutrophil count during acute and subacute inflammation in an inflammation rat model.
MANDIBULAR RADIOGRAPHIC ANALYSIS FOR GENDER DETERMINATION OF DOWN SYNDROME SUFFERERS Rendra Chriestedy Prasetya; Amandia Dewi Permana Shita; Nadie Fatimatuzzahro; Nuzulul Hikmah; Hafiedz Maulana; Indonesia Koes Wijayaningrat; Adinda Febriyanti; Dwi Kartika Apriyono
Journal of Vocational Health Studies Vol. 9 No. 2 (2025): November 2025 | JOURNAL OF VOCATIONAL HEALTH STUDIES
Publisher : Faculty of Vocational Studies, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jvhs.V9.I2.2025.130-138

Abstract

Background: Natural disasters frequently occur in Indonesia, creating a need for effective victim identification. Gender identification is a crucial initial step, as it can narrow the search space by 50% during individual identification. The corpus and ramus mandible are an organ that plays an important role in gender prediction with a high predictive accuracy. However, the Down syndrome mandibular size is different from that of normal people. Purpose: To analyze the difference in corpus length and total height of the mandibular ramus between individuals with down syndrome and those without, as a step to gender determination. Method: This observational cross-sectional study involved 12 individuals with down syndrome and 12 individuals without, aged 10 – 17 years. The mandibular corpus length was measured through panoramic radiography from the gonion to the menton point. The mandibular ramus was measured from the apex of the condyle to the gonion point using the Clinicview application. Data were analyzed using the T-test with SPSS Ver. 26 software. Result: The length of the mandibular corpus differs significantly (p-value = 0.000) between Down syndrome with normal people. The length of the mandibular corpus in down syndrome does not differ significantly (p-value > 0.000) between males and females. The total height of the mandibular ramus does not differ significantly between down syndrome and non-down syndrome groups, both in males and females. Conclusion: The corpus length and the mandibular ramus's total height cannot be used as indicators of gender determination in down syndrome.
Korelasi tingkat kebersihan gigi dan mulut dengan status kesehatan gusi pada siswa Sekolah Dasar: studi cross-sectional Deskatilana, Neny; Wahyukundari, Melok Aris; Handayani, Ari Tri Wanodyo; Safitri, Rahmidian; Prasetya, Rendra Chriestedy
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 37, No 2 (2025): Agustus 2025
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkg.v37i2.61247

Abstract

Pendahuluan: Kebersihan gigi dan mulut merupakan kondisi rongga mulut termasuk gigi geligi dan jaringan pendukungnya dalam keadaan bersih, bebas dari kotoran seperti debris, plak dan kalkulus. Penumpukan sisa makanan di permukaan gigi yang dibiarkan akan berkembang menjadi plak dan kalkulus yang dapat mengiritasi gingiva sehingga menyebabkan peradangan pada jaringan gusi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi tingkat kebersihan gigi dan mulut dengan status kesehatan gusi pada siswa Sekolah Dasar. Metode: Jenis penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross-sectional study. Subjek penelitian adalah siswa kelas 5 dan 6 SDN 1 Meninting Kabupaten Lombok Barat dengan metode cluster random sampling. Data penelitian diambil dengan mengukur tingkat kebersihan gigi dan mulut menggunakan OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified) dan status kesehatan gusi menggunakan MGI (Modified Gingival Index) yang dilakukan pada 87 subjek penelitian. Data tersebut dianalisis dengan uji korelasi Spearman. Hasil: Sebagian besar subjek memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut yang baik dan peradangan gusi yang rendah. Uji korelasi Spearman menunjukkan nilai signifikansi 0,000 (p<0,01) dengan nilai r= 0,539 yang berarti terdapat hubungan yang kuat antara tingkat kebersihan gigi dan mulut dengan status kesehatan gusi. Simpulan: Terdapat korelasi yang kuat antara tingkat kebersihan gigi dan mulut dengan status kesehatan gusi yakni semakin buruk tingkat kebersihan gigi dan mulut maka status kesehatan gusi juga semakin buruk karena kebersihan gigi dan mulut yang buruk dapat menyebabkan timbulnya plak. Plak yang menempel di permukaan gigi dan tidak rutin dibersihkan akan termineralisasi dan menyebabkan inflamasi pada gusi.The correlation between the level of oral hygiene and gingival status in students of elementary school: a cross-sectional studyIntroduction: Dental and oral hygiene refers to the condition of the oral cavity, including the teeth and their supporting tissues, in a clean state and free from impurities such as debris, plaque and calculus. The accumulation of food debris on the tooth surface that is left unattended can develop into plaque and calculus which may irritate the gingiva and cause inflammation of the gingival tissue. This research aims to analyze the correlation between the level of oral hygiene and gingival status in students, West Lombok Regency. Methods: this was an analytic observational study with cross-sectional design. The research subjects were 5th and 6th grade students, selected using a cluster random sampling method. Data were collected by measuring the level of oral hygiene using OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified) and gingival status using MGI (Modified Gingival Index) in 87 subjects. The data were analyzed with the Spearman correlation test. Results: Most subjects had a good level of oral hygiene and low levels of gingival inflammation. The Spearman correlation test showed a significance value of 0.000 (p<0.05) with a value of r=0.533, indicating a strong correlation between the level of oral hygiene and gingival status. Conclusion: There is a strong correlation between the level of oral hygiene and gingival status. The poorer the level of oral hygiene, the poorer the gingival health status, because inadequate oral hygiene can lead to plaque accumulation. Plaque that adheres to the tooth surface and is not routinely removed will mineralize and cause inflammation of the gingiva.