Claim Missing Document
Check
Articles

Desain Alat Pemotong Lembaran Karet pada Proses Sortasi PTPN XII Banjarsari, Kabupaten Jember, Jawa Timur Gita Elena Amasari; Ida Bagus Suryaningrat; Andrew Setiawan Rusdianto
Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Department of Agro-industrial Technology, University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (20.443 KB) | DOI: 10.21776/ub.industria.2019.008.01.6

Abstract

AbstrakKondisi lingkungan kerja diantaranya kenyamanan, keamanan dan kesehatan kerja merupakan komponen yang dapat memengaruhi kinerja karyawan. Salah satu tahap yang termasuk ke dalam proses sortasi di PTPN XII Banjarsari Jember yaitu tahap pemotongan lembaran karet. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagian tubuh karyawan yang mengalami rasa nyeri, melakukan redesain terhadap meja pemotong lembaran karet, serta mengetahui perbedaan setelah dilakukan redesain meja pemotong lembaran karet baik dari keluhan nyeri yang dialami karyawan maupun dari segi produktivitas karyawan tahap sortasi. Metode yang digunakan yaitu kuesioner untuk mengetahui data keluhan yang dialami, pengukuran data antropometri karyawan, kemudian membandingkan produktivitas sebelum dan sesudah redesain meja pemotong. Hasil penelitian menunjukkan keluhan pekerja berkurang setelah dilakukan redesain meja pemotong lembaran karet yang lebih ergonomis. Keluhan pekerja yang paling banyak berkurang adalah keluhan pada bagian tangan dan kaki. Perbaikan desain tinggi meja berpengaruh terhadap tinggi tumpukan karet, jangkauan bahan baku dengan mesin pemotong serta jangkauan dengan tempat produk jadi. Alat potong lembaran karet yang semula menggunakan gunting digantikan menggunakan piringan logam yang bergerak menggunakan mesin juga berperan menurunkan keluhan pekerja terutama bagian tangan. Produktivitas dari bagian sortasi juga meningkat dari 2,250 ton/hari menjadi 3,222 ton/hari.Kata kunci: antropometri, ergonomi, lembaran karet, meja pemotong AbstractWorker environment conditions including comfort, safety and health are components that can affect employee performance. One of the stages included in the sorting process at PTPN XII Banjarsari Jember is the stage of cutting rubber sheets. This study aims to redesign the rubber sheet cutting table to make it more ergonomic so that it can minimize employee complaints and find out productivity improvements from the sorting process. The method used is a questionnaire to find out the complaints data experienced, measurement of employee anthropometric data, then compare productivity before and after the cutting table redesign. The result showed that after the redesigned, more ergonomic rubber sheet cutting table reduced workers complaints. The most reduced employee complaints are complaints on the hands and feet. Improved design of table height affects the height of the rubber pile, the range of raw materials with cutting machines and the range with the place of the finished product. The rubber sheet cutting tool that used to use scissors was replaced by using a metal plate that moves using the machine and also contributes to reducing workers' complaints, especially the hand parts. The productivity of the sorting section also increased from 2.250 tons/day to 3.222 tons/day.Keywords: anthropometry, ergonomics, production table, rubber sheet
KARAKTERISASI LIMBAH INDUSTRI TAPE SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOPELLET Andrew Setiawan Rusdianto; Miftahul Choiron; Noer Novijanto
Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Department of Agro-industrial Technology, University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.044 KB)

Abstract

Abstrak Program konversi penggunaan bahan bakar rumah tangga dari minyak tanah ke bahan bakar gas membuat ketergantungan akan bahan bakar gas menjadi tinggi. Tidak stabilnya pengiriman gas ke daerah mengakibatkan banyak masyarakat di pedesaan yang beralih kembali pada pengunaan kayu bakar sebagai bahan bakar sehingga dapat mengancam kelestarian hutan. Fenomena ketergantungan akan satu jenis bahan bakar oleh masyarakat menimbulkan kebutuhan akan perlunya sumber bahan bakar alternatif selain gas. Sumber bahan bakar alternatif yang potensial untuk dikembangkan adalah biopellet yang berbahan bakulimbah agroindustri ubi kayu seperti kulit ubi kayu. Penelitian ini diarahkan untuk mengolah kulit ubi kayu menjadi biopellet untuk bahan bakar di pedesaan sehingga dapat menggantikan penggunaan kayu bakar. Penelitian ini mempunyai tujuan antara lain mengetahui sifat fisikokimia dari kulit ubi kayu sebagai bahan baku pembuatan biopellet. Komposisi limbah industry tape antara lain kulit ubi kayu dan bonggol dengan persentase masing-masing komponen antara lain 60,9% dan 39,3%. Jika kulit ubi kayu difraksinasi, maka kulit kayu terdiri dari dua komponen yaitu kulit putih dan kulit coklat dengan persentase sebesar 83,7% dan 14,2%.Limbah industri tape berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan biopellet karena nilai kalor yang cukup tinggi yaitu berkisar 15715.19 J/g dengan rendemen kulit kering 10,78% dari limbah yang muncul.Kata Kunci: kulit ubi kayu, bahan baku, biopellet, analisa sifat fisikokimiaAbstract Fuel reimbursement program from kerosene to gas fuel would make gas fuel dependencies high. Unstable gas deliveries to the remote areas resulting in many rural communities are switching back to use of firewood as fuel that can threaten the sustainability of the forest. Cassava industry produced cassava peel as by product that potential to develop as raw material of alternative fuel (bio-pellet). This research is directed to process cassava peel into bio-pellet that can replace the use of firewood. This study has the objective, determine the physicochemical properties of the cassava peel as raw material for making bio-pellet. The research results are the composition of industrial tape waste such as cassava peel and tubers with the percentage of each component among others, 60.9% and39.3%. Fractionation of cassava peel, the bark consists of two components, namely white and brown with a percentage of 83.7% and 14.2%. By product of tape industrial has the potential to be used as raw material for the manufacture of bio-pellet because calorific value that ranges 15715.19J/g with a dried cassava peel yield of10.78%.Keywords: cassava peel, raw materials, bio-pellet, analysis of physicochemical properties
Analisis Kelayakan Finansial Industri Bio-pellet Kulit Kopi di Kabupaten Jember Andrew Setiawan Rusdianto; Firdyan Septyatha; Miftahul Choiron
Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Department of Agro-industrial Technology, University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.858 KB) | DOI: 10.21776/ub.industria.2018.007.02.3

Abstract

AbstrakBio-pellet merupakan bahan bakar padat berbasis biomassa yang terbuat dari biomassa limbah pertanian. Biomassa berpotensi untuk dikembangkan menjadi energi alternatif karena mempunyai sifat dapat diperbaharui. Keunggulan bio-pellet yaitu dapat meningkatkan nilai kalor yang dihasilkan dari proses pembakaran. Salah satu limbah pertanian yang dapat digunakan untuk membuat bio-pellet adalah limbah kulit kopi. Potensi kulit kopi sebagai bahan baku pembuatan bio-pellet di Kabupaten Jember belum diketahui karena merupakan industri baru yang belum banyak dikembangkan di Kabupaten Jember. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial bio-pellet di Kabupaten Jember. Metode penelitian ini menggunakan metode analisis finansial diantaranya BEP, PBP, NPV, IRR, BC ratio dan analisis sensitivitas. Hasil penelitian analisis finansial menunjukkan BEP produksi 16.045 unit dan BEP penjualan sebesar Rp497.393.063, PBP selama 5 tahun 9 bulan 16 hari, NPV sebesar Rp238.519.901, IRR sebesar 14,1%, dan B/C ratio sebesar 1,032. Berdasarkan hasil tersebut, industri bio-pellet kulit kopi layak dijalankan secara finansial di Kabupaten Jember karena telah memenuhi kriteria kelayakan finansial.Kata kunci: analisis finansial, bio-pellet, industri, kulit kopi AbstractBio-pellets are biomass-based solid fuels made from agricultural waste biomass. Biomass has the potential to be developed into alternative energy because it has renewable properties. The advantages of bio-pellets are to increase the calorific value generated from the combustion process. One of the agricultural wastes that can be used to make bio-pellets is the coffee skin waste. The potential of coffee skin as raw material for bio-pellet making in Jember Regency is not known because it is a new industry that has not been developed in Jember Regency. This study aims to analyze the financial feasibility of bio-pellets in Jember District. This research method uses financial analysis method such as BEP, PBP, NPV, IRR, BC ratio and sensitivity analysis. The results of the financial analysis showed BEP production of 16,045 units and BEP sales of 497,393,063 IDR, PBP for five years nine months 16 days, NPV of 238,519,901 IDR, IRR of 14.1%, and B / C ratio of 1.032. Based on these results, the bio-pellet coffee industry is feasible to run financially in Jember Regency because it meets the criteria of financial feasibility.Keywords: bio-pellet, coffee peel, financial analysis, industry 
PENENTUAN LOKASI INDUSTRI BIOMASS PELLET (BIOPELLET) BERDASARKAN METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL DI KABUPATEN JEMBER Andrew Setiawan Rusdianto
AGROINTEK Vol 9, No 2 (2015)
Publisher : Agroindustrial Technology, University of Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agrointek.v9i2.2138

Abstract

Limbah biomassa dipilih sebagai sumber energi alternatif karena ketersediaan bahan yang berlimpah, murah, serta renewable.Salah satu jenis biomassayang dapat digunakan sebagai bahan bakar adalah limbah dari ubi kayu yang di dapat dari berbagai indutri olahan ubi kayu, terutama di daerah Kabupaten Jember.Pemanfaatan ubi kayu dalam industri akan menghasilkan beberapa output salah satunya yakni berupa limbah padat yang berupa kulit dan bonggol yang potensial digunakan sebagai bahan baku industri biopellet. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lokasi potensial untuk mendirikan industri biopellet di Kabupaten Jember.Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Jember.Metode pengambilan data antara lain metode wawancara (interview), observasi dan studi pustaka. Analisis pemilihan wilayah potensial untuk mendirikan industri menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Wilayah yang paling potensial untuk dikembangkan menjadi industri biopellet yaitu di wilayah Kecamatan Jelbuk dengan nilai akhir sebesar 202.836.Kecamatan Jelbuk layak menjadi wilayah potensial karena mempunyai banyak unit usaha olahan tape singkong yang juga dapat menghasilkan banyak limbah ubi kayu. Terdapat 30 unit usaha tape singkong yang terdaftar di Dinas Koperasi Kabupaten Jember yang menduduki unit usaha tape singkong terbesar kedua setelah Kecamatan Tanggul dengan 35 unit usaha. Kecamatan ini juga termasuk memiliki harga tanah yang murah dibanding dengan wilayah lainya, data sekunder dari Bank Danamon tahun 2014 menunjukkan harga tanah di Kecamatan Jelbuk yakni sebesar Rp 100.000/ m2.
PENGENDALIAN RISKO PASCA PANEN EDAMAME PADA PROSES GRADING DI PT. MITRATANI 27 Andrew Setiawan Rusdianto; Winda Amilia; Akhmad Taufikqul Hakim
AGROINTEK Vol 15, No 1 (2021)
Publisher : Agroindustrial Technology, University of Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agrointek.v15i1.5797

Abstract

Post harvest risk is a condition that must be faced by agro-industry companies. PT. Mitratani 27 is an agro-industry company that produces frozen edamame. One of the postharvest risks that occurs is losses in the process grading edamame. Therefore the AHP (Analytical Hi earchy Process) method is used to identify and determine the main causes of losses in the process grading. Generally, the AHP method is a process of comparing the criteria carried out by experts, the greater the value produced, the more important the criteria that considered by experts. The results of application AHP method that a criteria with the highest value is labor (0.755) and sub criteria for worker skills (0.259). Postharvest risk control that can be done is recommendations to improvement the skills of workers grading.
ANALISIS BEBAN KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN SORTASI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X, KABUPATEN JEMBER Mita Lutfifatima Puspitawati; Ida Bagus Suryaningrat; Andrew Setiawan Rusdianto
AGROINTEK Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : Agroindustrial Technology, University of Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (655.892 KB) | DOI: 10.21107/agrointek.v13i2.5007

Abstract

PT. Perkebunan Nusantara X Kebun Kertosari, Kabupaten Jember merupakan perusahaan agroindustri yang dikenal sebagai perusahaan yang mengolah dan menghasilkan daun tembakau kualitas baik. Setiap pekerjaan yang ada di PT Perkebunan Nusantara X Kebun Kertosari dengan usia pekerja 20 th - 40 th memiliki jenis pekerjaan yang berbeda seperti sortasi, pengangkutan dan distribusi bahan dengan posisi kerja berdiri dan duduk sehingga dapat menimbulkan beban kerja. Permasalahan yang timbul akibat beban kerja berdampak pada konsentrasi, kinerja, kualitas produk, dan kesehatan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban kerja fisiologis dan psikologis pada pekerja bagian sortasi tembakau usia 20 th – 40 th dengan posisi berdiri dan duduk serta memberikan rekomendasi untuk mengurangi beban kerja pada bagian sortasi. Metode yang digunakan adalah pengukuran beban kerja fisik menggunakan denyut nadi secara manual yang dilakukan 3 waktu yaitu sebelum bekerja (DNI), bekerja (DNK), dan saat istirahat (pemulihan) kemudian dihitung dengan % CVL. Hasil penelitian diperoleh % CVL pekerja usia 20 th – 40 th dengan posisi kerja berdiri lebih dominan mengalami beban kerja fisik dengan nilai 30 %. Selain itu, metode yang digunakan untuk pengukuran beban kerja mental adalah NASA-TLX dengan dua tahap yaitu tahap pembobotan dan tahap pemberian rating. Hasil penelitian diperoleh nilai WWL pekerja usia 20 th-40 th adalah 80 sehingga memiliki beban kerja mental dengan kategori sedang hingga berat.
KAJIAN POTENSI PENGGUNAAN BY PRODUCT INDUSTRI PERTANIAN DI KABUPATEN JEMBER SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOPELLET UNTUK BAHAN BAKAR ALTERNATIF Andrew Setiawan Setiawan Rusdianto
AGROINTEK Vol 8, No 1 (2014)
Publisher : Agroindustrial Technology, University of Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agrointek.v8i1.2031

Abstract

Biopellet is potential alternative fuel sources to be developed that is made from the agricultural industry by product such as cassava, corn, coconut, and rice. The objectives of this study are determine the type of by-product of agricultural industry in Jember which can be used as raw material for making biopellet; know the most potential by-product of agricultural industry in to be a raw material of biopellet. This study consists of three major stages first is preliminary research, identification of agricultural and industrial by-product grading by-product of agricultural industry. The method used in this research is a laboratory analysis and survey.Potential waste rice and corn cobs have relatively the same yield as the number of higher rice production from corn, while corn has a yield greater waste than rice. Therefore, when viewed from the potential waste out of the production of rice and corn, the rice and maize are the most potential of agricultural commodities from agricultural waste amount that comes out. Rice is a potential commodity to be used as raw material waste due to the availability of the industry biopellet. When viewed as a whole the results of the characterization of the physicochemical properties and heat content, it can be seen that the waste oil and waste corn is a commodity that has the potential to be used as raw material for making biopellet.
Effectiveness of Hand Sanitizer Betel Leaf Extract in the Form of Spray And Gel as an Antiseptic Without Alcohol Andrew Setiawan Rusdianto; Giyarto Giyarto; Zhelma Rahmatika; Thabed Tholib Baladraf; Winda Amilia
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 27, No 2 (2021): December 2021
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v27n2.2021.90-98

Abstract

The use of hand sanitizers to maintain hand hygiene is a must in disease prevention. The addition of betel leaf extract is expected to increase the effectiveness of hand sanitizers in killing bacteria. The purpose of the study was to determine the effect of adding betel leaf extract on the effectiveness of hand sanitizer as a non-alcoholic antiseptic. The research was conducted at the Agroindustrial Technology and Management Laboratory and the Microbiology Laboratory of Food and Agricultural Products, Faculty of Agricultural Technology, University of Jember. This study used a Factorially Completely Randomized Design with two factors, namely concentration and preparation. This study used a factorial Complete Randomized Design with two factors, namely concentration and preparation. The treatments consist of A1B1 (addition of betel leaf extract 5% with gel preparation), A2B1 (addition of betel leaf extract 10% with gel preparation), A3B1 (addition of betel leaf extract 15% with gel preparation), A4B1 (addition of betel leaf extract 20 % with gel preparation), A1B1 (addition of betel leaf extract 5% with spray preparation), A1B2 (addition of 10% betel leaf extract with spray preparation), A1B3 (addition of 15% betel leaf extract with spray preparation), A1B4 (addition of betel leaf extract) betel 20% with spray preparations). Parameters observed were pH, antiseptic power, and organoleptic (color, odour, and shape). The result showed that the addition 5-20% of betel leaf extract in gel preparations and 5-15% in spray preparations are ineffective and does not comply with SNI requirements. Meanwhile, the addition of betel leaf extract in spray preparations with a concentration of 20% is effective as a natural antiseptic with a pH of 5.8 and an antibacterial of 2 colonies so that it complies with Indonesian National Standard.Keywords:   antibacterial, colony, organoleptic AbstrakEFEKTIVITAS HAND SANITIZER EKSTRAK DAUN SIRIH BENTUK SPRAY DAN GEL SEBAGAI ANTISEPTIK TANPA ALKOHOLPenggunaan hand sanitizer untuk menjaga kebersihan tangan merupakan salah satu keharusan dalam pencegahan penyakit. Penambahan ekstrak daun sirih diharapkan dapat menambah efektifitas hand sanitizer dalam membunuh bakteri. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh penambahan ekstrak daun sirih terhadap efektifitas hand sanitizer sebagai antiseptik tanpa alkohol. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi dan Manajemen Agroindustri dan Laboratorium Mikrobiologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktorial dua faktor yaitu konsentrasi ekstrak daun sirih dan sediaan. Kombinasi perlakuan terdiri dari A1B1 (penambahan ekstrak daun sirih 5% dengan sediaan gel), A2B1 (penambahan ekstrak daun sirih 10% dengan sediaan gel), A3B1 (penambahan ekstrak daun sirih 15% dengan sediaan gel), A4B1 (penambahan ekstrak daun sirih 20% dengan sediaan gel), A1B1 (penambahan ekstrak daun sirih 5% dengan sediaan spray), A1B2 (penambahan ekstrak daun sirih 10% dengan sediaan spray), A1B3 (penambahan ekstrak daun sirih 15% dengan sediaan spray), A1B4 (penambahan ekstrak daun sirih 20% dengan sediaan spray). Parameter yang diamati yaitu pH, daya antiseptik, dan organoleptik (warna, bau dan bentuk). Hasil penelitian menunjukkan penambahan ekstrak daun sirih 5-20% pada sediaan gel dan 5-15% pada sediaan spray tidak efektif dan tidak sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI). Penambahan ekstrak daun sirih 20% pada sediaan spray efektif digunakan sebagai antiseptik tanpa alkohol dengan pH 5,8 dan antibakteri 2 koloni sehingga sesuai standar SNI.Kata kunci : antibakteri, koloni, organoleptik
KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK MANISAN KERING BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) BERDASARKAN VARIASI KONSENTRASI GULA MERAH DAN JENIS LARUTAN RENDAMAN Eka Frida Hardiyanti; Giyarto Giyarto; Andrew Setiawan Rusdianto
Berkala Ilmiah Pertanian Vol 2 No 4 (2019): NOVEMBER
Publisher : Jember University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/bip.v2i4.16309

Abstract

ABSTRACT Small sour starfruit is a fruit whose limited utilization to traditional processing. The short shelf life causes a low level of consumption. The effort to extend the shelf life of small sour starfruit is to use it as dried sweets fruit. The purpose of the study was to determine the physicochemical and organoleptic characteristics of dried sweets small sour starfruit based on the concentration of brown sugar and the type of aqueous solution. Variations in treatment namely P1 (60% brown sugar concentration, lime water soaked), P2 (60% brown sugar concentration, husk ash soaked), P3 (60% brown sugar concentration, salt solution), P4 (70% brown sugar concentration, lime water soaked), P5 (70% brown sugar concentration, husk ash soaked), P6 (70% brown sugar concentration, salt solution), P7 (brown sugar concentration 80%, lime water soaked), P8 (80% brown sugar concentration, husk ash soaked), P9 (80% brown sugar concentration, salt solution). Observations included texture, water content, vitamin c levels, reducing sugar levels, ash content, and organoleptic tests. The results of the study were analyzed descriptively. The results showed that the higher concentration of brown sugar used resulted in ash content, and the reduced sugar content increased and the texture became softer, while the water content and vitamin C levels decreased. The use of the lime water soaked resulted in increased values of texture, ash content, and sugar content, while the water content and vitamin C levels decreased. The organoleptic test results are subjective and level acceptable to panelists on the parameters of color, aroma, taste and texture. Keywords : Small Sour Starfruit, Dried Sweets, brown sugar, Soak Solution ABSTRAK Belimbing wuluh adalah buah yang pemanfaatannya masih terbatas pada pengolahan tradisional. Umur simpan belimbing wuluh yang singkat menyebabkan tingkat konsumsinya rendah. Upaya untuk memperpanjang umur simpan belimbing wuluh adalah menjadikannya manisan kering. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik fisikokimia dan organoleptik manisan kering belimbing wuluh berdasarkan variasi konsentrasi gula merah dan jenis larutan rendaman. Variasi perlakuan yaitu P1 (konsentrasi gula merah 60%, larutan rendaman air kapur), P2 ( konsentrasi gula 60%, larutan rendaman air abu sekam), P3 (konsentrasi gula merah 60%, larutan rendaman larutan garam), P4 (konsentrasi gula merah 70%, larutan rendaman air kapur), P5 (konsentrasi gula merah 70%, larutan rendaman air abu sekam), P6 (konsentrasi gula merah 70%, larutan rendaman larutan garam), P7 (konsentrasi gula merah 80%, larutan rendaman air kapur), P8 (konsentrasi gula merah 80%, larutan rendaman air abu sekam), P9 (konsentrasi gula merah 80%, larutan rendaman larutan garam). Pengamatan meliputi tekstur, kadar air, vitamin c, gula reduksi, kadar abu, dan uji organoleptik. Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan tingginya konsentrasi gula merah mengakibatkan nilai tekstur, kadar abu, dan gula reduksi meningkat, sedangkan kadar air dan vitamin c menurun. Penggunaan larutan rendaman air kapur mengakibatkan nilai tekstur, kadar abu, dan kadar gula reduksi meningkat, sedangkan kadar air dan vitamin c menurun. Hasil uji organoleptik bersifat subjektif dan pada taraf dapat diterima oleh panelis pada parameter warna, aroma, rasa, dan tekstur. Kata Kunci : belimbing wuluh, manisan kering, gula merah, jenis larutan rendaman
KARAKTERISTIK FISIK FLAKE BERBAHAN BAKU TEPUNG JAGUNG, TEPUNG AMPAS TAHU DAN MOCAF Nur Karimah Rakhmawati; Ahmad Nafi; Andrew Setiawan Rusdianto
Berkala Ilmiah Pertanian Vol 2 No 2 (2019): MEI
Publisher : Jember University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/bip.v2i2.16162

Abstract

ABSTRACT Flake is made from cereals such as wheat, corn, rice, or tubers. Indonesia's wheat imports in 2017 rose about 9% to11.48 million tons. One of the local food stuffs used in the manufacture of flake is corn flour. However, the protein content is still very low at around 9.2%. Then needed other materials that can increase the added value of the dregs know. The addition of mocaf containing starch is high enough to help maintain flake crispness. The purpose of this research is to know lightness, hue, water absorption, and rehydration time of corn flour flour, dregs and mocaf. This research was conducted on three stages, namely: 1) making tofu waste flour, 2) flake processing, 3) physical properties test. The design of the study used CRD (Completely Randomized Design) factorial with one factor, namely: corn flour, tofu waste flour, and mocaf (5% : 35% : 60%; 5% : 40% : 55%; 5% : 45% : 50%; 5% : 50% : 45% dan 5% : 55% : 40%) with four repetitions. The result of analysis showed that flake of corn flour, tofu waste flour and mocaf had the physical characteristic of color with lightness value of about 72,83 - 80,75; hue value of about 107.36 - 108.03 (yellow); water absorption value of about 67.27 - 117.25%; and rehydration time of about 321 - 562 seconds. Keywords: flake, mocaf, tofu waste flour, corn flour ABSTRAK Flake terbuat dari serealia seperti gandum, jagung, beras, atau umbi-umbian. Impor gandum Indonesia pada 2017 naik sekitar 9% menjadi 11,48 juta ton. Oleh sebab itu perlu inovasi dalam rangka pemberdayaan pangan lokal untuk pembuatan flake dengan menggunakan bahan tepung jagung. Namun, kandungan proteinnya masih sangat rendah yaitu sekitar 9,2%. Maka diperlukan bahan lain yang dapat meningkatkan nilai tambah yaitu ampas tahu. Penambahan mocaf yang mengandung pati cukup tinggi dapat membantu mempertahankan kerenyahan flake.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui lightness, hue, daya serap air, dan waktu rehidrasi flake tepung jagung, tepung ampas tahu dan mocaf. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu: 1) pembuatan tepung ampas tahu, 2) pembuatan flake, 3) uji fisik. Rancangan penelitian menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan perlakuan formulasi tepung jagung, tepung ampas tahu dan mocaf (5% : 35% : 60%; 5% : 40% : 55%; 5% : 45% : 50%; 5% : 50% : 45% dan 5% : 55% : 40%) dilakukan empat kali pengulangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa flake tepung jagung, tepung ampas tahu dan mocaf memiliki karakteristik fisik lightness 72,83 – 80,75; nilai hue 107,36 –108,03 (yellow); nilai daya serap air 67,27 – 117,25%; dan waktu rehidrasi 321 – 562 detik. Kata Kunci: flake, mocaf, tepung ampas tahu, tepung jagung
Co-Authors -, Giyarto Abdul Ghani Adam Maulidani Ade Liya Pratiwi Adelia Nanda Pramudya Adi Purwono Adila, Hifdzil Afifah, Karimah Nur Ahmad Nafi Ahmad Nafi Ahmad Yusuf Akhmad Taufikqul Hakim Akien Elsa Indrayati Aldini, Achmad Shorfi Alfarizqi, Muhammad Amaliya, Risky Andi Eko Wiyono, Andi Eko Anfaq Syahriyal Fadhil Anindya Dyah Untari Anisa Aprilia Anisa Aprilia Arma Dwi Novemi Arrosyidiyah, Nur Lailatul Babarrohmah Asshodiq, Muhammad Zain Atika Yulianti A’la, Dimas Waliyul Bagus Nayoko Baladraf, Thabed Tholib Bambang Herry Purnomo Barokatul Fajriah julhar Beau Reyhan Sinatria Bertung Suryadarma Bertung Suryadharma, Bertung Bima Galang Rambu Anarki Brico Tsanganasy R Bustani Pakartiko Cessie, Audina Ferentia Cica Puteri Edinda Ramadhani Clara Septaria Melinda Dadin Gilang Pranata Dani Prasetyo Deiby Ratnasari Deliyana, Annysa Deni Septian Ardana Desita Wirda Ramadhan Dessy eka Kuliahsari Dewanti Eka Diah Permatasari Dewi Ameliana Dhifa Ferzia Dika Andi Pradana Dila Rasna Putri Dina Hanifatul Ula Dinda Lorenza E.D Doni Adi Nugroho Dwi Shinta Meilindasari Dyah Ayu Kusuma Wardhani Dyah Ayu Roro Kiswari Dyah Ayu Savitri Eka Frida Hardiyanti Eka Ruriani Ekky Audina Rusita Elida Novita Elvira Eka Berliana Dewi Erich Naufal Rashif Essa Tri Handayani Esty Danti Kandina Puteri Fadillah, Navis Fatwa Fajriyah Ulfah Fanny Yuwafi Ifadha Faradhiba, Tania Amira Fatma Dewi Felly Halsa Fiana Fikri, Yovi Nur Fillyvio Nizhomia Firda Ainia Adha Firdyan Septyatha Fitri Wulandari Fransna, Adilah Devira Frisky Arista Putri Gita Elena Amasari Giyarto Gozali, Riana Fitria Hadi Sampurna Hafizhah Rana Fathin Hariyono, Gus Angga Hendy Firmanto Herlina Herlina Herlina Herlina Herlina Herlina Herry Purnomo Herry Purnomo, Bambang Hery Widijanto Hifdzil Adila Hifdzil Adila I Putu Wira Ida Bagus Suryaningrat Ida Bagus Suryaningrat Ida Sridayanti Iftitah Ariyanti Safitri Ikhlas Darmawan Indraswara, Dheo Angga Intan Rohmatul Maulidiah Intan Wahidah Irmy Arya Tri Nasrin Istiqomah, Nuril Jaizatul Fitriansyah Kevin Kevriando Kusumawardani, Septianing Tyas Laila Adhani Putri Malik Laila Juwita Kusuma Laksmi Indreswari Laksmi Indreswari Lathifa, Anisa Millatul Lazuardi Firdaus Fiantoko Lestari, Ni Putu Indra Lestari, Ning Puji Lia Milata Khasanah Liesia Hanagari Lita Leony Siagian M. Muhaimin Maghfirah Usman Mahardika, Nidya Shara Mahendra, Achmad Alfin Malvira Mega Febriyanti Maria Belgis Mas Anang Fuad Rifa'i Mas Anang Fuad Rifa’i Masahid, Ardiyan Dwi Mayasari, Feby Rianti Mega Desy Safitri Meiji Wanarni Putri Miftahul Choiron Miftahul Choiron Miftahul Choirun Mita Lutfifatima Puspitawati Mochamad Fitra Aditia Mohammad Nor Muhammad Dany Muhammad Fatoni Rizki Muhammad Hamdani Muhammad Irvan Wibowo Muhammad Nazief Muhammad Nurudin Hidayat Muhammad Wildan Mahendra Mukhammad Fauzi Nadie Fatimatuzzahro Nadie Fatimatuzzahro Nidya Shara Mahardika Nina Tauvika Nita Kuswardhani Nita Kuswardhani Nizam, Fikri Zahrirul Noer Indah Maulida Putri Noer Novijanto Nur Karimah Rakhmawati Nurin Kamila Nurjannah, Rifdah Nada Nurud Diniyah Obrigon, Di Vero Stanza Oktaviana, Essa Rani Oryzatania Windaru Runteka Oscalani, Queny Paltraw Theopilius Jeremiah Gintings Pangestu, Anisa Dwi Pascal Trisnaldi Permatasari, Salsa Sapta Pradana, Hendra Andiananta Pranata, Dadin Gilang Pratama, Herditya Rifqi Purnamasari, Devi Ashila Puspitania, Dewi Arum Putri Buana Mulia Dewi Putri Dwi Apriliani Ragil Ismi Hartanti Rahmatullah, Alfito Aji Renata Sita Windria Rendra Chriestedy Prasetya Rendra Chriestedy Prasetya Richard Eko Satriyo Risa Septiani Rita Alfiyatun Rizki Amalia Rahmadani Rokhani Rokhani Rokhani Rokhani Rokhani Romadhoni, Nikmatun Nisa Rosi Pratiwi Rosy Alihsany Rozin Hilmi Annhabhan Sampurna, Hadi Santi Nuriah Saputra, Giovanni Adi Sayidati Zulaikhah Shanya Widyan Firdaus Sofiatul Hasanah Soni Sisbudi Harsono, Soni Sisbudi Sri Wahyuni Suwasono, Sony Thabed Tholib Baladraf Tommy Eka Chandra Firmansyah Tommy Eka Chandra Firmansyah Triana Lindriati Triana Oktaviani Nurhardiningsih Trisya Amanda Ucik Nurul Hidayati Ucik Nurul Hidayati Ulfah, Fajriyah Vahlevy, Ekha Reza Viktorrisma, Indra Vina Julie Dwi Sinta Wanggani, Sekar Asti Whina Sofiana Wicaksono, Yudha Anggito Widodo, Jihan Quanthias Wahyu Wiliam Wisnu Winda Amilia Winda Amilia Windy Nur Andriani Wiyono, Andri Eko Yuli Wibowo Yurika Widya Dewi Zahra Zuhriasa Zhelma Rahmatika