Claim Missing Document
Check
Articles

Adaptasi dan Perubahan Sosial Kehidupan Suku Bajo (Studi Kasus Suku Bajo Kelurahan Bajoe Kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone) Rustan Rustan; Batara Surya; Muhamad Arif Nasution
Urban and Regional Studies Journal Vol. 1 No. 1 (2018): Urban and Regional Studies of Journal, Desember 2018
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Orang Bajo terutama di Sulawesi Selatan banyak mengadaptasi adat istiadat orang Bugis atau Makassar. Atau juga adat istiadat Buton di Sulawesi Tenggara. Sedangkan orang Bajo di Sumbawa cenderung mengambil adat Bugis, bahkan seringkali mengidentifikasi dirinya sebagai orang Bugis/Buton di beberapa daerah. Meskipun telah ratusan tahun tinggal bersama penduduk lokal di Bone, orang Bajo tetap sampai sekarang taat menganut agama Islam, dan bagi mereka Islam adalah satu-satunya agama yang menjadi ciri khas suku ini. Menjaga kekayaan laut adalah salah sifat yang diemban oleh suku Bajo. Dengan kearifannya mereka mampu menyesuaikan diri dengan ganasnya lautan. Sebelum menetap, suku Bajo seperti sebutannya ‘manusia perahu’ merupakan komunitas yang hidup diatas perahu. Kebudayaan seperti ini dialirkan oleh leluhur suku Bajo. Bertahan hidup dan menyambung hidup diatas laut. Oleh karena itu suku Bajo selalu berpindah-pindah dalam hidupnya. Setelah memanfaatkan suatu daerah, maka mereka akan berpindah ke tempat baru.Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif . Hasil penelitian menunjukan Secara keseluruhan perilaku komunikasi suku Bajo didasarkan atas kuat lemahnya interaksi sosial dengan komunitas daratan. Semakin kuat suku Bajo interaksi dengan komunitas daratan maka semakin besar juga munculnya perilaku komunikasi baru yang identik dengan komunitas daratan. Faktor yang mempengaruhi perilaku komunikasi suku Bajo dalam berinteraksi dengan komunitas daratan yaitu: tingkat pendidikan, pola-pola kehidupan (sistem kekerabatan, pola tempat tinggal, bahasa, kesamaan agama, adanya kebutuhan, dan adanya bentuk-bentuk interaksi sosial (kerjasama, akomodasi, asimilasi). Pernyataan ini relevan dengan pendapat Menurut geerts wilder perubahan sosial budaya dapat terjadi karena adanya faktor dari dalam kebudayaan itu sendiri, dalam artian para pendukungnya merasa bahwa beberapa pranata kebudayaannya harus dirubah dan disesuaikan dengan perkembangan objek di dalam kehidupan sosialnya. Perubahan sosial budaya dapat pula terjadi dari luar kebudayaan itu yaitu karena adanya pengaruh kebudayaan lain yang secara lambat mempengaruhi kebudayaan tersebut, terutama dapat terjadi karena adanya kontak-kontak kebudayaan dengan pendukung kebudayaan lain (akulturasi).
Evaluasi Penanganan Permukiman Kumuh: Studi Pada Penanganan Program Kotaku Kelurahan Banggae Kabupaten Majene Nur Ratika Syamsiar; Batara Surya; Syahriar Tato
Urban and Regional Studies Journal Vol. 2 No. 2 (2020): Urban and Regional Studies Journal, Juni 2020
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v2i2.324

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi permukiman saat ini di Kelurahan Banggae Kecamatan Banggae pasca pelaksanaan program Kotaku,  mengevaluasi penanganan permukiman kumuh dalam pelaksanaan program Kotaku, dan mengevaluasi perubahan, manfaat dan dampak yang dihasilkan dari penanganan permukiman kumuh dalam pelaksanaan program Kotaku. Tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan desain eksploratif, komparatif dan evaluatif. Fokus penelitian adalah evaluasi perencanaan, pelaksanaan dan hasil penanganan permukiman kumuh dengan program Kotaku. Instrumen penelitian peneliti sendiri, peta lokasi, pedoman observasi atau survei, pedoman wawancara, dan perlengkapan peralatan lainnya. Jenis data kuantitatif dan kualitatif, dan sumber data berupa data primer dan sekunder. Data dikoleksi melalui dua pendekatan yakni library study (studi kepustakaan) dan field study (studi lapangan). Data dianalisis dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasca pelaksanaan program Kotaku, evaluasi kondisi permukiman saat ini di Kelurahan Banggae Tahun 2019 masih berstatus atau dikategorikan kumuh ringan (sedang). Hasil evaluasi secara keseluruhan menunjukkan, selain penanganan dominan action plan (hanya sebahagian real action), pilihan pendekatan penanganan juga masih banyak bersifat tunggal dan monoton, tidak terintegratif dan komprehensif dalam penyelesaian/ penuntasan akar masalah dan kebutuhan problem solving. Akibatnya, pola pendekatan penanganan dan pilihan intervensi menjadi tidak efektif serta tidak tuntas. Evaluasi perubahan, manfaat dan dampak berdasarkan indikator dalam perbandingan kondisi permukiman kumuh sebelum dan pasca pelaksanaan program Kotaku menunjukkan aneka ragam permasalahan dihadapi oleh masyarakat lokal dan lingkungan permukiman belum sepenuhnya terentaskan. Perubahan yang menonjol adalah pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana dasar terutama jalan lingkungan dan drainase, namun untuk indikator-indikator lainnya masih tetap. Ada kesenjangan atau ketimpangan realisasi antar indikator, serta belum tuntasnya penanganan semua indikator permukiman kumuh. This study aimed to evaluate current condition at Banggae after program of Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) [a program to actualize a city without slum’s area], to evaluate the handling of a slum area residence within Kotaku program implementation, and to evaluate changes, benefits and impacts resulted from the slum area management in the implementation of Kotaku program. This research is a qualitative descriptive research, with explorative, comparative and evaluative designs. The focus fo this study was to evaluate planning, implementation and output-outcome of the slum area management in Kotaku program. Instruments used include investigator as self-participant, a map of the location, a survey or observation guideline, an interview guideline, and other facilities. The data are quantitative ase well as qualitative and the sources of the data are from primary and secondary data. All data were collected using two approaches, namely literature study and field study. The data were analyzed with a qualitative approach. The result of this study indicated that after the implementation of Kotaku program, the evaluation of current condition in Banggae is still in middle or light slum category. The overall evaluation results show, in addition to the dominant handling of the action plan (only half of it as real action), many options for handling approaches are still singular and monotonous, not integrated and comprehensive in solving root causes and problem-solving needs. As a result, the pattern of treatment approaches and choice of intervention become ineffective and incomplete. Evaluation of changes, benefits and impacts based on the indicators in a comparison of the conditions of slum area before and after the implementation of the Kotaku program shows that the various problems faced by local communities and the settlement environment have not been completely resolved. The change that stands out is the development of infrastructures and basic facilities, especially the roads and drainage, but for other indicators it remains. There are gaps or imbalances in the realization of the indicators, as well as the incomplete handling of all indicators of slum area.
Studi Perilaku Masyarakat Bermukim di Sempadan Sungai Sa’dan Kabupaten Toraja Utara Julianti Paembonan; Batara Surya; Syafri Syafri
Urban and Regional Studies Journal Vol. 3 No. 2 (2021): Urban and Regional Studies Journal, Juni 2021
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v3i2.353

Abstract

Sempadan sungai Sa’dan merupakan bagian dari daerah aliran sungai yang mengalir di Kota Rantepao. Salah satu kawasan sempadan sungai yang perlu mendapat perhatian khusus adalah sekitar sempadan sungai  di wilayah Tagari dan sekitar Malango’ kota Rantepao.  Sungai Sa’dan ini mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari karena mempunyai fungsi ekologi, sosial dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan deskripsi Pengetahuan Lingkungan, Kebijakan Pemerintah, Kearifan Lokal dan Perilaku Masyarakat Sempadan Sungai Sa’dan Kabupaten Toraja, menganalisis Pengaruh Pengetahuan Lingkungan, Kebijakan Pemerintah, Kearifan Lokal terhadap Perilaku Masyarakat Sempadan Sungai Sa’dan Kabupaten Toraja Utara, dan mengetahui konsep pengelolaan sempadan sungai Sa’dang Kabupaten Toraja Utara. Berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh perilaku masyarakat yang bermukim di sempadan  sungai Sa’dan terhadap lingkungan, maka penelitian ini merupakan penelitian  yang mengacu pada Pendekatan Kuantitatif dan kualitatif, artinya penentuan sampling, perekaman data, hingga proses analisis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.  Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan maka ditarik kesimpulan sebagai berikut, Hasil Deskriptif: Pengetahuan Lingkungan dibentuk dari kondisi eksisting dan Konsep Penataan. Hal utama yang membentuk pengetahuan lingkungan adalah kondisi eksisting. Kebijakan Pemerintah dibentuk dari beberapa indicator antara lain Organisasi, regulasi dan Implementasi Kebijakan. Hal utama yang membentuk Kebijakan Pemerintah adalah Regulasi (Peraturan). Kearifan Lokal dibentuk dari         Kebiasaan masyarakat yang turun temurun, Kepercayaan masyarakat setempat dan Adanya Tanggung jawab masyarakat setempat. Hal utama yang membentuk Kearifan Lokal adalah Kebiasaan masyarakat yang turun temurun. Pengetahuan Lingkungan, Kebijakan Pemerintah, Kearifan Lokal berpengaruh terhadap Perilaku Masyarakat sempadan Sungai Sa’dan Kota Rantepao. Hal ini menunjukkan Pengetahuan Lingkungan (X1), Kebijakan Pemerintah (X2), Kearifan Lokal (X3) dapat meningkatkan Perilaku Masyarakat sempadan Sungai Sa’dan Kota Rantepao. Pentingnya masyarakat sempadan Sungai Sa’dan Kota Rantepao dalam kegiatan konservasi sempadan sungai sa’dan mengindikasikan bahwa masyarakat telah memahami mengenai konsep sempadan sungai, sehingga tanpa paksaan masyarakat megetahui batasan-batasan mengenai hal-hal yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan di sempadan sungai. The border of the Sa'dan river is part of the river basin that flows in the City of Rantepao. One of the river border areas that need special attention is around the riverbank in the Tagari area and around Malango', the city of Rantepao. The Sa'dan River has an important role in daily life because it has ecological, social and economic functions. This study aims to provide a description of Environmental Knowledge, Government Policy, Local Wisdom and Community Behavior of the Sa'dan River Border Community in Toraja Regency, to analyze the Effects of Environmental Knowledge, Government Policy, Local Wisdom on the Behavior of the Sa'dan River Border Community in North Toraja Regency, and to know the concept management of the Sa'dang river border, North Toraja Regency. Based on the research objective, which is to determine the effect of the behavior of the people living on the border of the Sa'dan river on the environment, this research is a research that refers to quantitative and qualitative approaches, meaning that the determination of sampling, recording data, to the analysis process of this research uses a quantitative approach. From the results of the research and discussion carried out, the following conclusions are drawn, Descriptive Results: Environmental Knowledge is formed from existing conditions and the Concept of Arrangement. The main factor that shapes environmental knowledge is the existing conditions. Government policies are formed from several indicators, including organization, regulation and policy implementation. The main thing that shapes Government Policy is Regulation (Regulation). Local wisdom is formed from hereditary habits of the community, local community beliefs and local community responsibilities. The main factor that forms local wisdom is the community's hereditary habits. Environmental Knowledge, Government Policies, Local Wisdom affect the Behavior of the People on the River Sa'dan Rantepao City. This shows that Environmental Knowledge (X1), Government Policy (X2), Local Wisdom (X3) can improve the Behavior of the People on the River Basin and the City of Rantepao. The importance of the Sa'dan River border community in Rantepao City in the sa'dan river border conservation activities indicates that the community has understood the concept of the river border, so that without coercion the community knows the boundaries of things that should and should not be done on the riverbank.
Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan: Studi Kasus Kota Nabire Kabupaten Nabire Provinsi Papua Kodi Rina Mariani Gobai; Batara Surya; Syafri Syafri
Urban and Regional Studies Journal Vol. 2 No. 2 (2020): Urban and Regional Studies Journal, Juni 2020
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v2i2.567

Abstract

Kinerja pengelolaan persampahan di Kota Nabire belum optimal. Timbunan sampah yang dihasilkan tidak seluruhnya dapat terangkut dan dikelola dengan baik khususnya di pusat Kota Nabire. Jumlah penduduk yang semakin bertambah menyebabkan volume sampah yang kian meningkat setiap tahunnya. Hal ini mengakibatkan munculnya timbunan sampah. Dampak ini kemudian disertai dengan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk mengusahakan lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Sehingga beimplikasi pada penurunan kualitas lingkungan yang ada di Kota Nabire. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui kinerja pengelolaan sampah dan pengaruh kinerja pengelolaan sampah terhadap penurunan kualitas lingkungan. Adapun variabel independen, yaitu kinerja pengelolaan sampah (X) terdiri atas teknik operasional (X1), kelembagaan (X2), pembiayaan (X3), peran serta masyarakat (X4), dan regulasi (X5). Sedangkan variabel dependen, yaitu penurunan kualitas lingkungan (Y), dengan menggunakan pendekatan kuantitatif analisis tabulasi silang/crosstab dengan uji chi-kuadrat pearson dan metode analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pengelolaan sampah yang diukur dengan variable yang telah disebutkan masih berada pada kategori kurang baik. Selain itu, kinerja pengelolaan sampah yang masih kurang tersebut berpengaruh signifikan namun hubungannya lemah terhadap penurunan kualitas lingkungan yang terjadi di Kota Nabire. Solid waste management performance in Nabire City is not optimal. Not all of the piles of waste generated can be transported and managed properly, especially in the center of Nabire City. The increasing population causes the volume of waste to increase every year. This results in an error in landfill. This impact is then related to the low level of public awareness to strive for a clean and healthy environment. Hence, it has implications for decreasing the quality of the environment in Nabire City. This research aims to see the performance of waste management and its impact on the decrease of the environmental quality. The independent variable, namely the performance of waste management (X) consists of operational techniques (X1), institutional (X2), financing (X3), community participation (X4), and regulations (X5). While the dependent variable is the decrease of environmental quality (Y), by using a quantitative approach, cross tabulation / crosstab analysis with Pearson's chi-square test and multiple linear regression analysis methods. The results showed that the performance of waste management as measured by the variables that had come into the unsatisfactory category. In addition, solid waste management performance still has a significant but weak impact on the decrease of environmental quality that occurs in Nabire City.
Dampak Urban Sprawl Terhadap Pola Pergerakan Studi Pada Koridor Jalan Letjend. Hertasning Kota Makassar Ariani Eka Syahfitri Arifin; Batara Surya; Agus Salim
Urban and Regional Studies Journal Vol. 3 No. 1 (2020): Urban and Regional Studies Journal, Desember 2020
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v3i1.606

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ciri Urban sprawl yakni kenampakan kondisi hambatan samping, volume lalulintas, kompleksitas guna lahan, aktifitas ekonomi serta mengkaji dan menganalisis dampak urban sprawl terhadap pola pergerakan di Jalan Lenan Jend Hertasning Kota Makassar. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan alat analisis statistik deskriptif dengan menganalisis kenampakan guna lahan lokasi, metode Path Analisis dengan variabel Hambatan Samping, Volume Lalulintas, dan Kompleksitas Tata Guna Lahan dengan aplikasi SPSS. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Makassar dan masyarakat serta pengendara di Jalan Letjend Hertasning Kota Makassar yang bertindak sebagai responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Hambatan samping, Volume lalulintas, Kompleksitas Guna Lahan, Aktifitas Perdagangan Berpengaruh signifikan dan positif terhadap Pola Pergerakan secara simultan dengan penguatan pengaruh sebesar 97,8%. Akifitas ekonomi mempengaruhi pola pergerakan jika ditinjau secara simultan dengan hambatan samping, volume lalulintas dan kompleksitas guna lahan. Adapun indikator yang paling mempengaruhi terhadap variabel Hambatan Samping pada ruas Jalan Letnan Jenderal Hertasning adalah kendaraan yang melambat sedangkan kendaraan masuk atau keluar merupakan kontribusi paling rendah.  Kompleksitas guna lahan berbeda-beda di tiap segmen lokasi penelitian ruas Jalan Letnan Jenderal Hertasning dengan fungsi Permukiman, Perdagangan, Perkantoran, Sekolah, hingga Peribadatan dengan tingkat sederhana hingga kompleks. Adapun ketidak seimbangan jumlah pedagang formal dan nonformal yang didominasi oleh kegiatan perdagangan non formal pada Jl Letjend Hertasning arah ke Tun Abdul Razak. Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebanyak 50% responden memilih Jalan Letjen Hertasning sebagai tujuan atau asal untuk melakukan kegiatan ekonomi. This research aims to identify the characteristics of Urban sprawl, which are the appearance of Side Friction conditions, Traffic Volume, Land Use Complexity, Economic Activity as well as to assess and analyse the effect of urban sprawl on Commuting Patterns in Letjend. Hertasning Street, Makassar City. This research is descriptive quantitative using descriptive statistical analysis tools by analyzing the appearance of the land use of the location, the Path Analysis method with the variables of Side Friction, Traffic Volume, and Land Use Complexity with the SPSS application. The data were obtained from the Makassar City Central Bureau of Statistics, and people and drivers passing through Letjend Hertasning Street, Makassar City, as respondents. The results showed that the variables of side friction, traffic volume, land use complexity, trading activity simultaneously have a significant and positive effect on commuting patterns of 97.8%. Economic activity affects commuting patterns when assessed simultaneously with side frictions, traffic volume and land use complexity. The indicator that most influences the Side Friction variable on Letjend. Hertasning Street is the slowing down of vehicles, while the incoming or outgoing vehicle is the lowest contribution. The complexity of land use varies in each segment of the research location like Settlement Neighborhoods, Commerce, Offices, Schools, and Worship Places with simple to complex levels. There is an imbalance in the number of formal and non-formal traders dominated by non-formal trading activities in Letjend Hertasning Street in direction to Tun Abdul Razak Street. The results show that 50% of respondents choose Letjend Hertasning Street as a place for economic activities.
Kutub Pertumbuhan Dan Gentrifikasi Pada Kawasan Pinggiran Kota Makassar La Ode Sir Muhammad Iqbal; Batara Surya; Syafri Syafri
Urban and Regional Studies Journal Vol. 3 No. 1 (2020): Urban and Regional Studies Journal, Desember 2020
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v3i1.607

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis bagaimana proses pembentukan kutub pertumbuhan wilayah dan gentrifikasi pada kawasan pinggiran Kota Makassar dalam hal ini Kelurahan Bangkala dan Tamangapa sebagai Kawasan Pinggiran Kota Makassar dan untuk melihat bagaimana pengaruh gentrifikasi yang terjadi terhadap perubahan struktur ruang Kota Makassar. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan alat analisis Deskriptif Kualitatif-Kuantitatif dan analisis regresi linear berganda. Data diperoleh dari obeservasi langsung dilapangan untuk mengidentifikasi kondisi fisik lingkungan (hunian, penggunan lahan, geografis) dan sosial budaya masyarakat setempat, kuesioner wawancara langsung kepada sampel untuk lebih memperdalam data yang ingin diperoleh dan dokumentasi fisik lingkungan, untuk mendukung penyempurnaan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gentrifikasi terjadi di kawasan pinggiran Kota Makassar (Kelurahan Bangkala dan Tamangapa), dicirikan dengan perubahan tipologi kawasan dan peningkatan fasilitas serta infrastruktur perkotaan yang secara bertahap muncul sebagai dampak dari pengaruh secara internal Kota Makassar kaitannya dengan fenomena migrasi dalam proses pembentukan kutub pertumbuhan. Faktor eksternal wilayah dari Kota Makassar juga menjadi faktor penyebab terjadinya kutub pertumbuhan dan gentrifikasi dalam bentuk konurbasi perkotaan dan pembentukan kawasan Metropolitan Mamminasata. Hasil uji statistik terhadap 7 variabel yang diteliti menunjukan sebesar sebesar 51,9% atau dari 4 variabel yang diteliti secara simultan memberikan pengaruh terhadap penyebab terjadinya gentrifikasi pada kawasan pinggiran Kota Makassar dan sebaesar 26,9% memberikan pengaruh terhadap perubahan struktur ruang Kota Makassar. Hal berikut memberikan kesimpulan bahwa pengaruh gentrifikasi terhadap perubahan struktur ruang kota Makassar terjadi dalam bentuk perubahan fungsi dan aktifitas pada kawasan pinggiran. Disamping itu tingkat aktifitas dan pergerakan juga menjadikan kawasan pinggiran (Kelurahan Bangkala dan Tamangapa) mengalami berbagai dinamika dan permasalahan keruangan yang tidak terlepas dari sudut pandang sosial, ekonomi dan fisik kawasan itu sendiri. Disamping itu, dapat dimaknai bahwa gentrifikasi tidak serta menyeluruh memberikan perubahan pada pembentukan struktur ruang melainkan hanya pada beberapa bagian dari struktur ruang dalam hal ini adalah perubahan fungsi dan aktifitas serta perubahan pada sistem jaringan sarana dan prasarana pada kawasan pinggiran. This study aims to examine and analyze how the process of regional growth poles forming and gentrification in the suburbs of Makassar City, in this case Bangkala and Tamangapa Sub-Districts as Makassar Suburbs and to see how the influence of gentrification that occurs on changes in the spatial structure of Makassar City. This research is descriptive quantitative and qualitative by using descriptive Qualitative-Quantitative analysis tools and multiple linear regression analysis. The data were obtained from field work observations to identify the physical conditions of the environment (occupancy, land use, geography) and the socio-cultural conditions of the local community, questionnaires, direct interview to the respondents to further deepen the data obtained and environmental physical documentation, to support data improvement. The results show that gentrification occurs in the suburbs of Makassar City (Kelurahan Bangkala and Tamangapa), characterized by changes in regional typology and improvements in urban facilities and infrastructure that gradually emerge as a result of the internal influence of Makassar City in relation to the phenomenon of migration in the process of forming growth poles. Regional external factors from Makassar City are also the factors causing the growth poles and gentrification in the form of urban conurbation and the formation of the Mamminasata Metropolitan area. The results of statistical tests on the 7 variables studied showed that 51.9% of the 4 variables studied simultaneously had an influence on the causes of gentrification in the suburbs of Makassar City and 26.9% had an effect on changes in the spatial structure of Makassar City. It can be concluded that the effect of gentrification on changes in the spatial structure of the Makassar city occurs in the form of changes in functions and activities in the suburb areas. Besides that, the level of activity and movement also makes the suburb areas (Bangkala and Tamangapa sub-districts) experience various dynamics and spatial problems that cannot be separated from the social, economic and physical point of view of the area itself. In addition, it can be interpreted that gentrification is not comprehensive and gives changes to the formation of spatial structures but only in some parts of the spatial structure, in this case, changes in functions and activities as well as changes in the network system of facilities and infrastructure in the suburbs.
Pola Bermukim Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana Banjir Kabupaten Luwu Utara Suleman Patiung; Batara Surya; Syafri Syafri
Urban and Regional Studies Journal Vol. 3 No. 2 (2021): Urban and Regional Studies Journal, Juni 2021
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v3i2.673

Abstract

Kawasan rawan banjir merupakan suatu ekosistem yang khas yang dapat di lihat dari berbagai sudut pandang. Adanya kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pola permukiman masyarakat dalam mendukung pengembangan wilayah di Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan. Masyarakat Desa Pombakka umumnya mata pencaharian sebagai petani dan nelayan yang menghasilkan sumber sumber pangan bagi kebutuhan hidup masyarakat yang berada di sekitarnya secara khusus dan masyarakat di wilayah Luwu Raya pada umumnya. Pola Permukiman Masyarakat yang dapat menyesuaikan dengan kondisi wilayah yang sering dilanda banjir akibat meluapnya Sungai Rongkong  terutama pada musim penghujan mengakibatkan Sebagian permukiman masyarakat terendam banjir. Atas kondisi tersebut masyarakat di Desa Pombakka membuat pola permukiman yang sesuai dengan kondisi banjir tersebut..  Penelitian ini mengkaji mengenai pola permukiman masyarakat di Desa Pombakka yang sering dilanda banjir. Penelitian ini menggunakan teori yang mengkaji  Elemen Elemen permukiman (Man, Society, Nature, Network, Shells) yang memberikan kontribusi besar dalam penentuan pola permukiman yang digunakan oleh masyarakat agar sesuai dengan kondisi wilayah sekitar yang sering dilanda banjir. Flood-prone areas are a unique ecosystem that can be seen from various perspectives. The existence of such conditions greatly affects the pattern of community settlements in supporting regional development in North Luwu Regency, South Sulawesi Province. The people of Pombakka Village generally work as farmers and fishermen who produce a source of food for the needs of the people living around them in particular and the people in Luwu Raya area in general. Community Settlement Patterns that can adapt to the conditions of areas that are often hit by flooding due to the overflowing of the Rongkong River, especially during the rainy season, have resulted in some community settlements being flooded. For this condition, people in Pombakka Village make settlement patterns that are in accordance with the flood conditions. This research examines the community settlement patterns in Pombakka Village which are often hit by floods. This research uses a theory that examines the elements of settlement elements (Man, Society, Nature, Network, Shells) which make a major contribution in determining the settlement patterns used by the community to suit the conditions of the surrounding area which is often hit by flooding.
Pola Mobilitas Penduduk Kawasan Pinggiran Kota Baubau: (Studi Pada Kec. Betoambari Dan Kec. Wolio) Muumin Muuzi; Batara Surya; Kamran Aksa
Journal of Urban Planning Studies Vol 1 No 1 (2020): Journal of Urban Planning Studies, November 2020
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Bosowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/jups.v1i1.10

Abstract

This study aims to analyze the comparison of patterns of population mobility in the suburban of Baubau and analyze the influence of mobility patterns against the pattern of Baubau suburban area. This research uses qualitative and quantitative approach method with analysis technique used is qualitative descriptive, gravity model, connectivity index and path analysis. The results showed that the pattern of mobility of the population in the suburban baubau has no significant difference because the average population moves in the morning for the purpose of working with the mode of transportation used is a private vehicle of two wheels / motors where distance factors and transportation costs are the main reason for choosing the mode of transportation used. The result of gravity analysis shows that Kec. Wolio has a value of large spaces and interdependence for each zone that is the destination of movement in the city center compared to Kec. Betoambari. Furthermore, the results of the path analysis shows that the movement of the movement and transport mode has a significant effect on the pattern of the activities of the Burau Supreme Territory, while the socio-economic attribute, the time of movement and socioeconomic activity has no significant direct influence. For the effect of unanshipless significantly influenced by the movement system and the mode of transportation and indirect influence is not significantly influenced by socio-economic attributes and the time of movement.
Peningkatan Kualitas Permukiman Suku Bajo Desa Popisi Kecamatan Bangggai Utara Kabupaten Banggai Laut: (Studi Penanganan Permukiman Masyarakat Suku Bajo) Ayu Afrianti; Batara Surya; Kamran Aksa
Journal of Urban Planning Studies Vol 1 No 2 (2021): Journal of Urban Planning Studies, Maret 2021
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Bosowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/jups.v1i2.32

Abstract

Abstract. The purpose of this study was to determine the influence factor of the environmental quality of settlements of the Bajo ethnic community in Popisi Village, North Banggai District, Banggai Laut Regency and to determine the strategy for improving the quality of settlements for the Bajo ethnic community of Popisi Village, North Banggai District, Banggai Laut Regency. This study uses quantitative research with a quantitative approach, then the sample selection method in this study is Simple Random Sampling. The analysis used in this study is to use multiple regression analysis and SWOT analysis. The main conclusion of this research is that the influence factor of the environmental quality of the Popisi Village community settlements is influenced, namely the accessibility factor, population growth, natural and cultural factors of the Popisi Village community, while to improve the quality of the residential environment, an SO strategy is needed, namely using opportunities to maintain strength. 
Analisis kemampuan Lahan Kawasan Perkotaan Wawo Kabupaten Kolaka Utara Rusneni Ruslan; Fachmi Anugroh Yahya; Batara Surya
Journal of Urban Planning Studies Vol 1 No 3 (2021): Journal of Urban Planning Studies, Juli 2021
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Bosowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study is to find out what are the classifications of land capability in urban areas in Wawo District, North Kolaka Regency and to identify the land capability of urban areas in Wawo District, North Kolaka Regency. This study uses quantitative research methods as the main method and is supported by a spatial analysis approach. The analysis used in this study is to use overlay spatial analysis and descriptive analysis. The results of the spatial overlay analysis depend on the basic physical aspect data to determine the land capability classification, while the descriptive analysis is highly dependent on the results of the first analysis. The main conclusion of this research is that there are four (4) Class E with High Development Classification, Class D with Moderate Development Classification, Class C with Medium Development Classification, and Class D with Less Development Classification. Whereas the Land Capability for Development is Sufficient and High, it is very suitable to be used as land for development in urban areas and does not have physical environmental barriers, while the Capacity for Medium Development Land can still be developed into an urban area, and in areas with Less Development Land Capability it is not recommended to be used as a development area.