Muhammad Ishar Helmi, Muhammad Ishar
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Published : 44 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Implikasi Putusan Mahkamah Agung Terhadap Penggantian Antar Waktu Calon Anggota Legislatif Terpilih Meninggal Dunia Ahmad Zain; Ismail Hasani; Muhammad Ishar Helmi
JOURNAL of LEGAL RESEARCH Vol 2, No 3 (2020)
Publisher : Faculty of Sharia and Law State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/jlr.v2i3.17938

Abstract

This paper examines the Judges' Considerations in the Supreme Court's Decision Number 57/P/HUM/2019 regarding the replacement between the time the elected candidate dies based on the General Election Commission and the Indonesian Democratic Party of Struggle. As well as analyzing the contents of the Supreme Court's Decision Related to the Interim Replacement Polemic. The method used is a normative legal research method with a statutory approach and a conceptual approach. The results show that there are implications regarding Decision Number 57/P/HUM/2019 due to the confusion of meaning in the Supreme Court's Decision so that there are multiple interpretations for the applicant and the respondent. Then, regarding the interim replacement mechanism, which basically has the right to nominate a replacement candidate from time to time, political parties have been ruled out by the general election commission because the proposal is against the law. Then the interim replacement candidate is based on the determination of the general election commission based on the provisions in the UUMD3. 
Penyelesaian Satu Atap Perkara Judicial Review Di Mahkamah Konstitusi Muhammad Ishar Helmi
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v6i1.10551

Abstract

Abstract.After the integration of the judiciary, the Supreme Court has a very large responsibility which previously only managed judicial techniques (examining, adjudicating and deciding cases) and administration at the Supreme Court level, but after that the Supreme Court had to manage judicial and organizational techniques, administration , and the finance in the Supreme Court and the Judicial Agency below is supplemented by the authority of judicial review of legislation under the Act. However, with unification, cassation and authority judicial review can lead to accumulation of cases in the Supreme Court, so that this is contrary to the principle of fast justice and low costs and legal certainty will be ruled out. In addition, cases of judicial review at the Supreme Court also exclude the principle of audi et alteram partem, namely the statement heard by the parties in the trial, while the proceedings in the Supreme Court do not adhere to the principle as in the Constitutional Court which is open to the public.Keywords: Judicial Review, Audi et Alteram Partem, Constitutional Court. Abstrak.Setelah adanya penyatuatapan lembaga peradilan, Mahkamah Agung memiliki tanggung jawab yang sangat besar yang sebelumnya hanya mengelola teknis yudisial (memeriksa, mengadili, dan memutus perkara) dan administrasi di tingkat Mahkamah Agung, akan tetapi setelah itu Mahkamah Agung harus mengelola teknis yudisial dan organisasi, administrasi, serta finansial di Mahkamah Agung dan Badan Peradilan di bawahnya ditambah lagi dengan kewenangan judicial review peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang. Namun, dengan penyatuatapan, kasasi dan kewenagan judicial review dapat mengakibatkan menumpuknya perkara di Mahkamah Agung, sehingga hal tersebut bertentangan dengan asas peradilan cepat dan biaya ringan serta kepastian hukum akan dikesampingkan. Selain itu, perkara judicial review di Mahkamah Agung juga mengenyampingkan prinsip audi et alteram partem yakni keterangan didengarkan oleh para pihak di dalam persidangan, sedangkan proses persidangan dalam Mahkamah Agung  tidak menganut prinsip seperti di Mahkamah Konstitusi yang bersifat terbuka untuk umum. Kata Kunci: Judicial Review, Audi et Alteram Partem, Mahkamah Konstitusi
Kedudukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 Perspektif Ilmu Perundang-Undangan Tigor Einstein; Muhammad Ishar Helmi; Ahmad Ramzy
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 7, No 7 (2020): Special Issue Coronavirus Covid-19
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v7i7.15826

Abstract

AbstractThe Covid-19 case puts the world in a state of turmoil, uncertainty, complexity and uncertainty, making problems, challenges, and even threats of the Indonesian nation and state increasingly large and complex. Entering 2020, the entire world including Indonesia is threatened by the outbreak of the spread of Covid-19. As a result of Covid-19, all lives of the Indonesian people, including economic life, are threatened. To remedy this situation, the President established a policy in the form of Government Regulation in Lieu of Law Number 1 Year 2020 concerning State Financial Policy and Financial System Stability for Handling Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) and / or In Order to Face Threats that Endanger the National Economy and / or Financial System Stability. This government policy did not go smoothly, but received a lot of criticism from various parties.Keywords: Perppu, legislation AbstrakKasus Covid-19 menjadikan dunia berada dalam keadaan yang bergejolak (Volatility), tidak pasti (Uncertainity), kompleks (Complexity), dan tidak jelas (Ambiguity) membuat persoalan, tantangan, bahkan ancaman bangsa dan negara Indonesia bertambah besar dan kompleks. Memasuki tahun 2020, seluruh dunia termasuk Indonesia terancam dengan merebaknya penyebaran Covid-19.  Akibat Covid-19 ini, segala kehidupan bangsa Indonesia, termasuk kehidupan ekonomi menjadi terancam. Untuk memperbaiki keadaan tersebut, Presiden menetapkan kebijakan berupa Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Kebijakan pemerintah ini tidaklah berjalan mulus begitu saja, melainkan mendapat banyak kritik dari berbagai pihak.Kata Kunci: Perppu, Perudang-undangan
Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika Asep Syarifuddin Hidayat; Samul Anam; Muhammad Ishar Helmi
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 5, No 3 (2018)
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v5i3.10416

Abstract

Abstract.Children have an important role in the life of society and the state, because of their position as the nation's successor. Therefore, children have the potential to play an active role in preserving the life of the nation, in order to realize the goal of forming a government that protects citizens. The abuse of narcotics by children is currently a concern of many people and is constantly being discussed and published. In fact, the problem of narcotics abuse is of concern to various groups, moreover the involvement of children as narcotics couriers which is a series of evil consensus in carrying out illegal drug trafficking. In the capacity of children who are used as couriers is one thing that is so alarming that the child will face the law, and is classified as having committed narcotics crimes. With the limited ability of children and their imperfections, it needs to be a concern of law enforcement officials in the application of punishment for the child who is the perpetrator of the narcotics crime.Keywords: Legal Protection, Children, Narcotics Courier. Abstrak. Anak mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, karena kedudukannya sebagai  penerus bangsa. Oleh karena itu, anak mempunyai potensi untuk berperan aktif menjaga kelestarian kehidupan bangsa,  guna mewujudkan tujuan pembentukan suatu pemerintah yang melindungi warga negara. Penyalahgunaan narkotika oleh anak saat ini menjadi perhatian banyak orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Bahkan, masalah penyalahgunaan narkotika menjadi perhatian berbagai kalangan, apalagi adanya keterlibatan anak sebagai kurir narkotika yang merupakan rangkaian permufakatan jahat dalam menjalankan peredaran narkotika secara illegal. Dalam kapasitas anak yang dijadikan kurir merupakan satu hal yang begitu memprihatinkan dimana anak tersebut akan berhadapan dengan hukum, dan tergolong telah melakukan tindak pidana narkotika. Dengan keterbatasan kemampuan anak dan ketidaksesempurnaannya, maka perlu menjadi perhatian aparat penegak hukum dalam penerapan pemidanaan bagi anak pelaku tindak pidana narkotika tersebut.Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Anak, Kurir Narkotika.
Legal Policies for Non-Subsidized Hajj Financing in Indonesia Ahmad Mukri Aji; Muhammad Ishar Helmi
Jurnal Cita Hukum Vol 9, No 3 (2021)
Publisher : Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/jch.v9i3.23686

Abstract

Additional quotas for hajj have not been resolved, particularly in regard to the financing of hajj, which requires subsidies. The state's goal of distributing subsidies to those who are unable to afford them has not been met, and the state's concept of welfare democracy has not been realized. Accordingly, this investigation employs normative legal research in order to focus on government policies as well as developing issues related to Hajj financing. A constitutional practice that has gradually become law is revealed in this study, namely the existence of subsidies created by the existence of benefit value instruments and the practice of subsidies that have been carried out previously in an indirect manner by the Minister with agreement from the DPR in determining BPIH by applying a 50% discount to the real cost of the hajj. As long as the constitutional practice is carried out in order to complete, perfect, and revitalize the legislation, this is normal. A formal legislative body or statutory regulation is required if there are any actual or potential constitutional issues with the practice of constitutional law.Keywords: Open Legal Policy; Hajj Financing; Non-Subsidized Hajj; Hajj Category Kebijakan Hukum Pembiayaan Haji Non Subsidi di Indonesia  Abstrak.Banyaknya tambahan kuota haji belum teratasi, terutama perihal pembiayaan haji yang memerlukan subsidi. Target subsidi yang seharusnya menjangkau masyarakat yang tidak mampu secara finacial dan konsep demokrasi kesejahteraan melalui instrumen subsidi yang digunakan oleh negara dalam hal ini belum terpenuhi. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan kasus sehingga analisis penelitian lebih menekankan kepada kebijakan pemerintah dan permasalahan yang berkembang mengenai pembiayaan haji. Temuan penelitian ini yakni, keberadaan subsidi yang tercipta dengan adanya instrumen nilai manfaat dan praktik subsidi yang secara tidak langsung, telah dilakukan sebelumnya melalui penetapan BPIH dengan besaran 50% dari real cost biaya haji yang dilakukan oleh Menteri dengan kesepakatan DPR, secara tidak langsung menjadi kebiasaan yang praktik ketatanegaraan yang telah berangsur-angsur lama menjadi hukum. Hal ini adalah lumrah, karena selama kebiasaan ketatanegaraan dilakukan demi melengkapi, menyempurnakan, menghidupkan kaidah-kaidah hukum perundang-undangan, hal tersebut konstitusional. Namun jika praktik ketatanegaraan tersebut justru mengalami permasalahan atau potensi konstitusional, maka hal tersebut harus dipertegas dalam sebuah legis formal atau peraturan perundang-undangan.Kata Kunci: Open Legal Policy; Pembiayaan Haji; Haji Non Subsidi; Kategori Haji Правовая политика для не субсидируемых Финансирование хаджа в Индонезии Абстрактный.Дополнительные квоты на хадж не решены, особенно в отношении финансирования хаджа, который требует субсидий. Задача государства по распределению субсидий среди тех, кто не может их себе позволить, не была достигнута, а концепция государственной демократии всеобщего благосостояния не была реализована. Соответственно, в этом расследовании используются нормативно-правовые исследования, с тем чтобы сосредоточить внимание на государственной политике, а также на разработке вопросов, связанных с финансированием хаджа. В этом исследовании раскрывается конституционная практика, которая постепенно стала законом, а именно наличие субсидий, созданных наличием инструментов оценки выгоды, и практика субсидий, которые ранее осуществлялись косвенным образом министром с согласия ДНР. при определении БПЖ путем применения 50% скидки к реальной стоимости хаджа. Пока конституционная практика осуществляется с целью дополнения, совершенствования и оживления законодательства, это нормально. Официальный законодательный орган или законодательное регулирование требуется, если есть какие-либо фактические или потенциальные конституционные проблемы с практикой конституционного права.Ключевые Слова: открытая правовая политика; финансирование хаджа; хадж без субсидий; категория хаджа 
Pengadilan Khusus KDRT “Implementasi Gagasan Sistem Peradilan Pidana Terpadu Penanganan Kasus-Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan (SPPT-PKKTP)” Muhammad Ishar Helmi
Jurnal Cita Hukum Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/jch.v1i2.1471

Abstract

Abstract: Court For Domestic violence. Court For Domestic violence is a new idea of the Integrated Criminal Justice System Handling Cases of Violence Against Women (SPPT- PKKTP) to provide justice to the victims of domestic violence, especially women. Given the complexity of issues related to domestic violence led to the need for this institution was formed. Act No. 23 of 2004 on the Elimination of Violence Against Domestic generally can back up women in getting their legal rights, but the implementation of the Act turns instead of criminalizing women victims of violence, especially because law enforcement officials do not consider the relationship between husband, wife and children, in applying this Act. As a result, women victims of violence do not get their rights. Abstrak: Pengadilan Khusus KDRT. Pengadilan Khusus Kekerasaan Dalam Rumah Tangga merupakan sebuah gagasan baru dari Sistem Peradilan Pidana Terpadu Penanganan Kasus-Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan (SPPTPKKTP) dalam memberikan keadilan kepada para korban kekerasan dalam rumah tangga khususnya perempuan. Adanya kompleksitas permasalahan terkait kekerasan dalam rumah tangga menyebabkan perlunya lembaga ini dibentuk. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Rumah Tangga yang secara umum dapat memback up kaum perempuan dalam mendapatkan hak-hak hukumnya, namun dalam implementasinya ternyata undang-undang tersebut justru mengkriminalisasi perempuan korban kekerasan, terutama karena aparat penegak hukum tidak mempertimbangkan hubungan antara suami, istri dan anak, dalam menerapkan undang-undang ini. Akibatnya, perempuan korban kekerasan tidak mendapatkan hak-haknya.  DOI: 10.15408/jch.v1i2.1471
Penerapan Azas “Equality Before The Law” Dalam Sistem Peradilan Militer Muhammad Ishar Helmi
Jurnal Cita Hukum Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/jch.v1i2.2998

Abstract

Abstract: Implementation of “Equality Before The Law” principle in Military Court System. One of Law State concept is A free an neutral judicial. Supreme Court is the highest Court , institution that conduct law enforcement within judicial competency, including Military Court. New Order Era had an immense authority to place a Military as a “special citizen”. It leads to military supremacy towards civilian. It was reflected by special rights attributed to Military. As a result, Military Court is perceived as to a nationality principle and equality before the law principle. It then influences our quality of democracy Abstrak: Penerapan Azas “Equality Before The Law” dalam Sistem Peradilan Militer. Salah satu konsep negara hukum ialah adanya peradilan bebas dan tidak memihak. Adanya Mahkamah Agung sebagai pelaksana penegakkan hukum oleh badan-badan peradilan (termasuk Peradilan Militer) di bawah Mahkamah Agung yang merupakan alat kekuasaan kehakiman. Orde Baru memiliki otoritas yang sangat besar ketika menempatkan seorang militer sebagai warga negara “khusus” serta penolakan terhadap konsep supremasi sipil. Hal ini dengan jelas menunjukkan bahwa “supremasi militer” lah yang tetap dipertahankan dengan adanya hak-hak istimewa tertentu terhadap prajurit TNI. Akibatnya peradilan militer masih sering mengabaikan prinsip kewarganegaraan dan azas Equality Before The Law, sehingga berpengaruh besar pada kualitas demokrasi. DOI: 10.15408/jch.v1i2.2998
Limitation and Reduction Human Rights in Indonesia Through Substitute Government Regulations Marli Candra; Tigor Einstein; Muhammad Ishar Helmi
Jurnal Cita Hukum Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/jch.v7i2.10867

Abstract

AbstractSubstitute Governmental Regulations of law (Perppu) and Laws are two legislation products that are formed through different mechanisms with different formation reasons. Both also have a tendency to contain different material. However, the existence of Article 11 of Law Number 12 Year 2011 and the absence of restrictions on the material contained in the Perppu has resulted in issuing Perppu by the president which contains material that should be regulated in the Law. One of the Perppu contents is concerning the limitation and or reduction of human rights. The Perppu that has been issued has caused controversy among the community, namely the Government Regulation in substituting Law Number 1 of 2002 concerning Eradication of Terrorism Crimes, and then lastly is Substitute Governmental Regulations of Law Number 2 of 2017 concerning Amendment to Law Number 17 2013 about Community Organizations.Keywords: Limitation and/or Reduction, Human Rights, Perppu AbstrakPeraturan PemerintahPenggantiUndang-Undang (Perppu) dan Undang-Undangadalahduaprodukperaturanperundang-undangan yang dibentukmelaluimekanisme yang berbedadenganalasanpembentukkan yangberbeda.Keduanya jugamemilikikecenderunganyang memuatmateriberbeda. Akan tetapi, keberadaan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 serta tidak adanya pembatasan materi muatan dalam Perppu mengakibatkan Presiden sering kali menerbitkan Perppu yang berisi materi muatan yang seharusnya diatur dalam Undang-undang. Salah satu dari materi muatan Perppu yang seharusnya diatur di dalam Undang-Undang yakni mengenai pembatasan dan atau pengurangan hak-hak asasi manusia. Perppu yang pernah diterbitkan menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat di antaranya adalah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, dan yang terakhir adalah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. Kata Kunci: Pembatasan dan/atauPengurangan, HAM,PerppuАннотацияПостановления правительства взамен законов (Perppu) и акт – это два продукта законодательства, сформированные через разные механизмы с разными причинами их формирования. Оба также имеют тенденцию на содержание разныx материалов. Однако наличие статьи 11 акта № 12 от 2011 года и отсутствие ограничения на содержание в Perppu привели к тому, что президент часто издавал Perppu, содержащий материалы, которые должны управляться законом. Одним из материалов, содержащихся в Perppu, которое должно управляться законом, является ограничение и/или снижениeправ человека. Perppu вызвал споры среди людей, в том числе Постановления правительства взамен законов № 1 от 2002 года о борьбе стерроризмом и, совсем недавно, Постановления правительства взамен законов № 2 от 2017 года о поправках к акту № 17 от 2013 года об общественных организациях.Ключевые слова: ограничение и/или снижение, права человека, Постановления правительства взамен законов (Perppu).
Tindak Pidana Ujaran Kebencian Di Media Sosial Jalu Aji Pamungkas; Muhammad Ishar Helmi
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 4, No 3 (2017)
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v4i3.10303

Abstract

Abstract.The rapid use of technology has made the digital community easier to carry out activities. Technological developments also have an impact on the use of mass media, especially social media. The mass media is indeed like a double-edged knife. On the one hand it provides tremendous benefits to the development of information for the community. On the other hand, it is easier for someone to provide information on social media that has a negative impact, so that one can easily do hate speech on social media. Freedom of opinion and criticism of someone who is deemed not to violate any laws and regulations, because it is considered to have no direct physical contact with other people. Therefore, ethics in the online world today needs to be upheld to prevent even greater crimes and violations, considering that the online world has become an important part of communication and information infrastructure, especially as more and more parties abuse the virtual world to spread displeasure with one thing which concerns ethnicity, religion, and race.Keywords: Hate Speech, Social Media. Abstrak. Melesatnya penggunaan teknologi menjadikan masyarakat digital semakin mudah dalam menjalankan aktifitas. Perkembangan teknologi juga berdampak pada penggunaan media massa terutama media sosial. Media massa memang bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi memberikan manfaat yang luar biasa terhadap perkembangan informasi bagi masyarakat. Di sisi lain memudahkan seseorang memberikan informasi di media sosial yang memiliki dampak negatif, sehingga dengan mudahnya seseorang dapat melakukan ujaran kebencian (hate speech) di media sosial. Kebebasan berpendapat maupun mengkritik seseorang yang dianggap tidak akan melanggar hukum dan aturan apapun, karena dianggap tidak adanya kontak fisik langsung dengan orang lain. Karena itu, etika dalam dunia online saat ini perlu ditegakkan untuk mencegah terjadinya kejahatan dan pelanggaran yang lebih besar lagi, mengingat dunia online yang telah menjadi bagian penting dari infrastruktur komunikasi dan informasi, terlebih semakin banyak pihak yang menyalahgunakan dunia maya untuk menyebarluaskan  ketidaksenangan terhadap satu hal yang menyangkut suku bangsa, agama, dan ras.Kata Kunci: Hate Speech, ujaran kebencian, Media Sosial.
Keadilan Waris Islam dalam Kedudukan Anak Perempuan sebagai Hajib Hirman terhadap Saudara dalam Putusan Mahkamah Agung Kamarusdiana Kamarusdiana; Muhammad Ilham Fuadi; Muhammad Ishar Helmi
Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam Vol 15 No 2 (2021)
Publisher : Sharia Faculty of State Islamic University of Prof. K.H. Saifuddin Zuhri, Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (574.902 KB) | DOI: 10.24090/mnh.v15i2.4960

Abstract

The inheritance of Islam becomes an interesting discussion when it is associated with the position of the heirs of men and women. Including the discussion of girls can or does not become a barrier (blocker) to other heirs become a barrier to obtaining inheritance or termed with Hajib Hirman. The purpose of this study is to find out the concept of fiqh in determining the position of girls to be a barrier to inheritance for brothers and their implementation in the decision of religious courts so that it can be read considerations and decisions of judges whether based on a sense of justice so as to equalize the position of male and female heirs. The method used in this study is library research with primary materials in the form of court decisions on inheritance cases and relevant fiqh books. The results of this study found that Ibn 'Abbas equated the position of the daughter's inheritance with that of the son so as to prevent the heir brother from obtaining the inheritance and the concept of Ibn Abbas which became the reference of judges in the Court of Religion and the Supreme Court in deciding the case based on the principle of justice.