Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Jurnal Anestesi Perioperatif

Perbandingan Aromaterapi Pepermin dengan Ondansetron Intravena sebagai Terapi Rescue Mual Muntah Pascaoperasi Mastektomi Arna Fransisca; Iwan Fuadi; Dewi Yulianti Bisri
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.107 KB) | DOI: 10.15851/jap.v7n1.1587

Abstract

Mual muntah pascaoperasi merupakan salah satu komplikasi anestesi dan operasi yang menjadi perhatian khusus karena memengaruhi kualitas pelayanan kesehatan, memperpanjang lama perawatan, dan meningkatkan angka morbiditas perioperatif. Pascaoperasi payudara berkaitan dengan angka kejadian mual muntah pascaoperasi yang tinggi. Beberapa konsensus penatalaksanaan mual muntah pascaoperasi merekomendasikan pemberian terapi nonfarmakologi dengan aromaterapi sebagai terapi rescue untuk mengatasi mual muntah pascaoperasi. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan aromaterapi pepermin dengan ondansetron sebagai terapi rescue dalam menurunkan kejadian mual muntah pascaoperasi mastektomi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan secara prospektif dengan desain penelitian double blind randomized controlled trial dan consecutive sampling terhadap 32 subjek penelitian yang menjalani operasi mastektomi elektif dan memenuhi kriteria inklusi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan Juli–September 2018. Pada penelitian ini, data ordinal diuji dengan Uji Mann Whitney dan untuk data kategorik diuji dengan uji chi-square. Hasil penelitian ini didapatkan penurunan kejadian mual muntah pascaoperasi yang signifikan pada kelompok pepermin dibanding dengan kelompok ondansetron dengan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada penilaian menit kedua dan menit kelima setelah perlakuan. Simpulan, aromaterapi pepermin efektif menurunkan kejadian mual muntah pascaoperasi mastektomi dan dapat digunakan sebagai alternatif terapi atau terapi tambahan untuk penatalaksanaan mual muntah pascaoperasi.Comparison of Peppermint Aromatherapy with Ondansetron Intravenous as a Rescue for Postoperative Nausea Vomiting after Mastectomy SurgeryPostoperative nausea and vomiting are among anesthesia and surgery  complications that receive special considerations as it affects the quality of healthcare services, prolongs care, and increases perioperative morbidities. The incidence of postoperative nausea and vomiting is high in patients that have undergone breast surgery. The consensus for postoperative nausea and vomiting management recommends non-pharmacological treatments, one of which is through the use of aromatherapy as a rescue to resolve postoperative nausea and vomiting. This study aimed to compare the effects of peppermint aromatherapy and ondansetron as a rescue in reducing the incidence of postoperative nausea and vomiting after elective mastectomies. This was a prospective experimental double blind randomized controlled trial study with consecutive sampling on 32 research subjects underwent elective mastectomies and met the inclusion criteria in Dr. Hasan Sadikin General Hospital in July–September 2018. The ordinal data were tested using the Mann Whitney statistics test and the categorical data using the chi square test. The results show a significant decrease in nausea and vomiting incidence in the peppermint group compared to the ondansetron group with significant difference (p<0.05) in two minutes and five minutes after treatment. In conclusion, peppermint aromatherapy is effective in reducing the incidence of postoperative nausea and vomiting after mastectomies and can be used as an alternative or additional treatment in managing postoperative nausea and vomiting.
Perbandingan Peningkatan Laju Nadi dan MAP antara Laringoskopi Menggunakan Bilah Laringoskop Macintosh dan McCoy Andy Hutariyus; Iwan Fuadi; Dewi Yulianti Bisri
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (982.76 KB) | DOI: 10.15851/jap.v7n1.1509

Abstract

Tindakan laringoskopi dan intubasi dapat menyebabkan peningkatan kadar katekolamin di dalam darah sehingga meningkatkan respons hemodinamik seperti takikardia, peningkatan tekanan darah, peningkatan tekanan intrakranial, aritmia, dan perubahan segmen ST. Respons ini bergantung pada seberapa banyak manipulasi di daerah lidah, faring, laring, dan epiglotis pada saat laringoskopi direk. Tujuan penelitian ini membandingkan peningkatan laju nadi dan mean arterial pressure (MAP) antara laringoskopi intubasi menggunakan bilah Macintosh dan McCoy. Metode penelitian ini adalah uji klinis acak terkontrol buta tunggal pada 40 pasien yang menjalani operasi dengan anestesi umum di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dari bulan Juli hingga Agustus 2018. Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, kelompok MI laringoskopi intubasi dengan Macintosh dan kelompok MC laringoskopi intubasi dengan McCoy. Data hasil penelitian diuji secara statistik menggunakan uji t tidak berpasangan dan Uji Mann-Whitney. Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan laju nadi dan MAP setelah intubasi pada kelompok McCoy lebih rendah dibanding dengan Macintosh pada menit ke-1, menit ke-2,5, dan menit ke-5 dengan perbedaan signifikan (p˂0,05). Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa laringoskopi dengan bilah laringoscop McCoy dapat mengurangi peningkatan laju nadi dan MAP dibanding dengan Macintosh.  Comparison between Laryngoscopy Using Macintosh and McCoy Laryngoscope Blades in Increasing Heart Rate and Mean Arterial PressureLaryngoscopy and intubation often increase hemodynamic responses such as tachycardia, increased blood pressure, increased intracranial pressure, arrhythmia, and changes on the ST segment due to increased blood catecholamines. This response depends on how much the tongue, pharynx, larynx, and epiglottis are manipulated during a direct laryngoscopy. This study was a single blinded randomized controlled trial on 40 patients who underwent surgery under general anesthesia in Dr. Hasan Sadikin General Hospital from July to August 2018. Subjects of study were randomly divided into two groups, Macintosh (MI) and McCoy (MC) groups. Data were analyzed using t-test and Mann-Whitney test. Results of this study found that lower heart rate and MAP increases were identified in McCoy group when compared to the Macintosh group in minute 1, minute 2,5, and minute 5 after intubation. Both variables had statistically significant differences (p<0.05). This study concludes that laryngoscopy using McCoy laryngoscope blade was is able to prevent increase in heart rate and MAP compared to Macintosh.
EFEK EUTECTIC MIXTURE OF LOCAL ANAESTHETICS (EMLA) UNTUK MENGURANGI NYERI PENYUNTIKAN JARUM SPINAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG Yuanda Rizawan Putra; Doddy Tavianto; Dewi Yulianti Bisri
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 7, No 3 (2019)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15851/jap.v7n3.1833

Abstract

Eutectic mixtures of local anaesthetics (EMLA) dapat mengurangi nyeri akibat penyuntikan jarum spinal. Penelitian bertujuan mengetahui efek EMLA terhadap nyeri saat penyuntikan jarum spinal. Metode penelitian adalah eksperimental secara acak terkontrol buta ganda pada pasien yang menjalani operasi elektif dalam anestesi spinal di ruang operasi sentral RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dari bulan September hingga Oktober 2019. Data penilaian skor nyeri dilakukan setelah penyuntikan jarum spinal menggunakan Numeric pain rating score yang dianalisis dengan Uji Mann-Whitney. Hasil perhitungan statistik diperoleh Skor nyeri setelah aplikasi EMLA lebih rendah dibanding dengan skor nyeri (1 vs 4) dengan perbedaan yang sangat bermakna (p<0,001). Simpulan penelitian ini menunjukkan EMLA dapat mengurangi nyeri saat penyuntikan jarum spinal.Eutectic Mixture of Local Anesthetics (EMLA) Effect on Spinal Neddle Injection PainEutectic mixtures of local anesthetics can reduce pain caused by spinal injections. The purpose of this study was to understand the effect of EMLA on spinal injection pain. This was an experimental randomized single blind study involving all patients who underwent spinal anesthesia from September–October 2019 in Dr. Hasan Sadikin General Hospital. Pain score assessment was performed right after spinal injection using the numeric pain rating score. Data were then analyzed with Mann-Whitney test. Results showed that injection pain score in patients using EMLA was lower (1 vs 4) than patients who did not use EMLA (p<0.001). Therefore, EMLA can reduce spinal injection pain.
PERBANDINGAN KEJADIAN POSTOPERATIVE COGNITIVE DYSFUNCTION (POCD) FASE AKUT PADA JOINT ARTHROPLASTY DENGAN ANESTESI UMUM DAN ANESTESI EPIDURAL PADA PASIEN USIA LANJUT Syahpikal Sahana; Iwan Abdul Rachman; Dewi Yulianti Bisri
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 8, No 1 (2020)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.309 KB) | DOI: 10.15851/jap.v8n1.1990

Abstract

Usia lanjut merupakan faktor risiko terjadinya postoperative cognitive dysfunction (POCD). Pemilihan teknik anestesi yang tepat pada usia lanjut akan menurunkan risiko kejadian POCD. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan angka kejadian POCD pada pasien usia lanjut yang menjalani operasi joint arthroplasty antara anestesi umum dan anestesi epidural. Penelitian berlangsung pada bulan Juli–Oktober 2019 di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian dilakukan menggunakan metode randomized control trial dengan melibatkan 48 pasien yang menjalani tindakan joint arthroplasty. Subjek penelitian dibagi menjadi kelompok anestesi umum (GA) dan anestesi epidural (EA) menggunakan bilangan acak. Penilaian status mental pasien dilakukan menggunakan Mini mental state examination (MMSE) pada saat preoperasi dan tujuh hari pascaoperasi. Perbandingan proporsi kajadian POCD pada kedua kelompok dianalisis dengan menggunakan uji chi-square. Kejadian POCD pada kelompok GA (37,5%) lebih tinggi dari kelompok EA (8,3%) dan secara statistik perbedaan proporsi kejadian POCD pada kedua kelompok bermakna signifikan p=0,016 (p<0,05). Simpulan penelitian bahwa kejadian postoperative cognitive dysfunction (POCD) pada pasien usia lanjut yang menjalani joint arthroplasty dengan anestesi epidural lebih kecil dibanding dengan anestesi umum. Comparison of General Anesthesia on Postoperative Cognitive Dysfunction (POCD) in Joint Arthroplasty with Epidural Anesthesia in Elderly PatientsOld age is a risk factor for postoperative cognitive dysfunction (POCD). Elder people often have to undergo many surgeries, one of which is joint arthroplasty surgery. Selecting appropriate anesthetic techniques for elderly patients to reduce POCD is always controversial. The study aimedto compare the POCD incidence in elderly patients who underwent joint arthroplasty surgery using the general anesthesia and epidural anesthesia. The study was conducted in July–October 2019 at the RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. This study used a randomized control trial method involving 48 elderly patients who underwent joint arthroplasty using randomized control trial method. Research subjects were divided into the General Anesthesia group (GA) and the Epidural Anesthesia group (EA) using random numbers. Both groups mental status was assessed using the mini mental state examination (MMSE) during preoperative and seven days postoperatively. A comparison of the proportion of POCD incidence in the two groups were analyzed using the chi-square test. The result showed that the proportion of POCD incidence in the GA group (37.5%) was higher than the EA group (8.3%), and the difference was statistically significant p=0.016 (p<0.05). The study concludes that epidural anesthesia in the joint arthroplasty procedure of elderly patients is superior vs. general anesthesia.
Perbandingan Penggunaan Masker Anestesi Berpewangi dengan Masker Anestesi Tidak Berpewangi terhadap Tingkat Kecemasan Anak pada Induksi Inhalasi Deni Nugraha; Dewi Yulianti Bisri; Radian Ahmad Halimi
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 9, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15851/jap.v9n1.2387

Abstract

Induksi inhalasi dapat memberikan pengalaman emosi yang traumatis terhadap anak seperti perasaan terkekang atau tercekik selama bernapas melalui masker dan bau yang tajam dari gas anestesi. Salah satu pendekatan nonfarmakologis yang dapat dilakukan adalah menggunakan masker beraroma buah-buahan sebelum induksi. Modifikasi sederhana dengan mengoleskan lip balm dengan wangi buah pada permukaan dalam masker anestesi merupakan salah satu pendekatan yang efektif dan murah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbandingan pengaruh penggunaan masker anestesi berpewangi dibanding dengan masker anestesi tidak berpewangi terhadap tingkat kecemasan anak pada induksi inhalasi. Penelitian dilakukan menggunakan metode uji klinis acak terkontrol buta tunggal secara prospektif terhadap 38 anak berusia 4–12 tahun yang menjalani anestesi umum dengan status fisik american society of anesthesiologist (ASA) I–II di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Subjek dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapat masker berpewangi dan kelompok yang mendapat masker tidak berpewangi. Tingkat kecemasan anak di ruang persiapan dan kamar operasi dinilai menggunakan skala modified yale preoperative anxiety scale (MYPAS). Skala MYPAS adalah baku emas untuk evaluasi kecemasan anak yang terdiri atas 22 penilaian dalam 5 kategori dengan realibilitas dan validitas tinggi. Analisis statistik dengan Uji Mann-Whitney. Tingkat kecemasan anak pada kelompok masker berpewangi secara bermakna lebih rendah dibanding dengan kelompok masker tidak berpewangi (p=0,000), namun penilaian di ruang persiapan tidak menunjukkan hasil yang bermakna (p=0,07). Kesimpulan penelitian adalah penggunaan masker anestesi berpewangi pada induksi inhalasi menghasilkan tingkat kecemasan anak yang lebih rendah dibanding dengan penggunaan masker anestesi tidak berpewangi.Comparison of between the Use of Scented Anesthetic Mask and Unscented Anesthetic Mask on Anxiety Level in Children during Inhalation InductionInhalation induction may be a traumatic emotional experience in children as they may feel restricted or suffocated while breathing through the mask and inhaling the sharp smell of the anesthetic gas. A non-pharmacological approach that may be applied include the use of fruit scented masks before induction. This simple modification is done by smearing fruit scented lip balm on the anesthetic mask surface, which is an effective and inexpensive approach. This study aimed to compare the effects of scented anesthetic masks and non-scented masks on child anxiety level during inhalation induction. This was a single blind prospective randomized controlled trial on 38 children aged 4–12 years old underwent general anesthesia with a physical American Society of Anesthesiologist (ASA) status I–II in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung. Subjects were divided into two groups: scented mask group and unscented mask group. The anxiety levels in the preparation room and the operating room were measured using the Modified Yale Preoperative Anxiety Scale (MYPAS). MYPAS is the gold standard for evaluating anxiety in children, made up of 22 ratings in 5 categories with high reliability and validity. Statistical analysis was performed using the Mann-Whitney test. The anxiety level in the scented mask group were found to be significantly lower when compared to the unscented group (p=0.000) but the evaluation in the preparation room did not show statistically significant results (p=0.07). This study concludes that the use of scented anesthetic masks in inhaled induction results in lower anxiety levels in children.
Co-Authors A Himendra Wargahadibrata A. Himendra Wargahadibrata A. Hmendra Wargahadibrata Achmad Adam, Achmad Adriman, Silmi Adriman, Silmi Ahmado Oktaria Alifahna, Muhammad Rezanda Alifan Wijaya Andy Hutariyus Anwar, Tabihul Arief Cahyadi Arif, Izhar Muhammad Arif, Izhar Muhammad Arna Fransisca Arshad, Muhammad Ayu Rosema Sari Bangun, Chrismas Gideon Basuki, Wahyu Sunaryo Basuki, Wahyu Sunaryo Boesoirie, M. Adli Boesoirie, M. Adli Cecep Eli Kosasih Cobis, Albinus Yunus Daneswara, Andika Deni Nugraha Dhany Budipratama Doddy Tavianto Emas, Bagas Eri Surahman Firdaus, Riyadh Firdaus, Riyadh Fitri Sepviyanti Sumardi Fitri Sepviyanti Sumardi Gaus, Syaruddin Giovanni, Cindy Giovanni, Cindy Hana Nur Ramila Harahap, M Sofyan Hermin Aminah Usman Ida Bagus Krisna Jaya Sutawan Ike Sri Redjeki Indrayani, Ratih Rizki Indria Sari Iqbal Pramukti Irina, Rr. Sinta Iwan Abdul Rachman Iwan Fuadi Jasa, Zafrullah Khany Krisna J. Sutawan, Ida Bagus Lalenoh, Diana C Limawan, Michaela Arshanty Lira Panduwaty Lisda Amalia Longdong, Djefri Frederik M, Mutivanya Inez M, Mutivanya Inez M. Sofyan Harahap Maharani, Mutivanya Inez Maharani, Nurmala Dewi Mangastuti, Rebecca Sidhapramudita Mangastuti, Rebecca Sidhapramudita Michaela Arshanty Limawan Mirza Oktavian Muhammad Habibi Nataputra, Mario Nopian Hidayat Nugroho, Andy Nuryanda, Dian Oetoro, Bambang J. Oetoro, Bambang J. Okky Harsono Oktaria, Ahmado Permatasari, Endah Permatasari, Endah Putri, Dini Handayani Putri, Dini Handayani Radian Ahmad Halimi Rasman, Marsudi Rasman, Marsudi Renaldy Sobarna Riki Punisada Riyadh Firdaus Robert Sihombing Ruli Herman Sitanggang Saleh, Siti Chasnak Saleh, Siti Chasnak Saputra, Tengku Addi Saputra, Tengku Addi SATRIYAS ILYAS Septiani, Gusti Ayu Pitria Sihombing, Robert Siti Chasnak Saleh Soefviana, Stefi Berlian Sri Rahardjo Sugiyanto, Endy Susanto, Yunita Susanto, Yunita Sutaniyasa, I Gede Sutanto, Sigit Sutanto, Sigit Syafruddin Gaus Syahpikal Sahana Syifa, Nadia Syifa, Nadia Tatang Bisri Tatang Bisri Tatang Bisri Tatang Bisri Tatang Bisri Tatang Bisri Tatang Bisri Uhud, Akhyar Nur Umar, Nazaruddin Utama, M Lucky Wargahadibrata, A. Hmendra Wargahadibrata, A. Hmendra Widiastuti, Monika Winarso, Achmad Wahib Wahju Wullur, Caroline Wullur, Caroline Yuanda Rizawan Putra Yusmein Uyun Zaka Anwary, Army