Claim Missing Document
Check
Articles

STUDI KERENTANAN AIRTANAH TERHADAP PENCEMARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRASTIC PADA CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) KARANGANYAR-BOYOLALI, PROVINSI JAWA TENGAH Thomas Triadi Putranto
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 17, No 1 (2019): April 2019
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2704.246 KB) | DOI: 10.14710/jil.17.1.159-171

Abstract

Cekungan Airtanah (CAT) Karanganyar-Boyolali merupakan CAT yang terletak di Jawa Tengah yang terdiri dari Kota Surakarta, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Wonogiri dengan luasan CAT sebesar 3.877km2. Penelitian ini memiliki tujuan menganalisis kerentanan airtanah terhadap pencemaran secara spasial. Penilaian kerentanan airtanah terhadap kontaminan dapat diketahui dengan menggunakan metode DRASTIC. Metode DRASTIC merupakan metode pembobotan dari hasil berbagai macam parameter diantaranya yaitu : Kedalaman muka airtanah (D), Recharge (R), Media akuifer (A), Media tanah (S), Topography (T), Zona vadoze (I), dan Konduktivitas hidrolika (C). Dari hasil tumpeng tindih pembobotan setiap parameter, nantinya akan dijumlahkan untuk mendapatkan nilai rentang DRASTIC Indeks. Berdasarkan hasil analisis didapatkan rentang nilai DRASTIC Indeks (DI) dari 106-184 yang dibagi dalam empat tingakt kerentanan. Tingkat kerentanan sangat rendah memiliki nilai DI 106-120 dimana pada kerentanan sangat rendah memiliki sifat tidak memungkinkan terjadinya kontaminasi pencemaran. Daerah tingkat kerentanan rendah memiliki nilai DI 121-140 dimana pada tingkat kerentanan ini memiliki sifat dapat tercemar dengan intensitas kecil dikarenakan pembuangan sebagian kecil polutan yang dilakukan secara berkala.  Daerah tingkat kerentanan sedang memiliki nilai DI 141-150 dimana memiliki sifat dapat tercemar oleh sebagian polutan yang dibuang secara terus-menerus. Daerah tingkat kerentanan tinggi memiliki nilai DI 151-184 dimana pada tingkat pencemaran ini memiliki sifat dapat tercemar oleh semua polutan, kecuali memerlukan daya serap yang tinggi dan mudah berubah, dengan berbagai macam skenario.
Aplikasi Analisis Spasial Untuk Penentuan Zona Imbuhan Dan Zona Lepasan Airtanah, Cekungan Air Tanah (CAT) Karangkobar, Provinsi Jawa Tengah Agus Harjanto; Thomas Triadi Putranto; Truman Simaremare
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 16, No 2 (2018): Oktober 2018
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8515.839 KB) | DOI: 10.14710/jil.16.2.162-172

Abstract

ABSTRAKCekungan Air Tanah (CAT) Karangkobar terletak di wilayah administrasi Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo.  CAT Karangkobar memiliki luas sekitar 299,6 km2. Daerah ini terletak di daerah dengan kondisi geologi yang banyak dipengaruhi oleh aktivitas vulkanisme. Secara regional sistem akuifer pada daerah ini merupakan sistem akuifer dengan aliran air tanah melalui ruang antar butir dan rekahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeliniasi daerah imbuhan dan daerah lepasan air tanah di CAT Karangkobar. Pengambilan data lapangan dilakukan dengan mengamati kondisi geologi dan mengukur tinggi muka air tanah CAT Karangkobar. Penentuan zona imbuhan dan lepasan dilakukan dengan metode geospasial menggunakan perangkat lunak Surfer dan ArcGis. Metode ini dilakukan dengan pembobotan. Parameter yang digunakan dalam pembobotan ini terdiri dari 5 parameter, yaitu: kelulusan batuan, curah hujan, jenis tanah penutup, kemiringan lereng dan kedalaman muka air tanah tidak tertekan. Nilai maksimal yang didapat dari pembobotan ini adalah 65 sedangkan nilai minimal adalah 39. Daerah imbuhan berada pada nilai bobot 53-65, daerah ini berada dibagian utara CAT Karangkobar. Daerah lepasan berada pada nilai bobot 39-52, daerah ini berada pada bagian selatan CAT Karangkobar..ABSTRACTKarangkobar groundwater basin located in Banjarnegara District and Wonosobo District. Karangkobar groundwater basin area is about 299,6 km2. This area is located in a region with geological condition which is heavily affected by volcanism activity. Regionally, aquifer system in this region is aquifer system with groundwater flow through pore spaces and fractures. The purpose of this research is to deliniate recharge and discharge zone of groundwater in Karangkobar groundwater basin. Field data retrieval was done by observing geological condition and measuring groundwater level, in Karangkobar groundwater basin. Recharge and discharge zone determination is done by geospatial method using Surfer and ArcGis software. This method is done with scoring method. Parameters used in this scoring consists of 5 parameters: permeability of rock, rainfall, soil type, slope and depth of superficial groundwater level. Maximum value in this scoring is 65 and minimum value is 39. Recharge zone score is on 53-65, which is located in the north of Karangkobar groundwater basin with. Discharge zone score is on 39-52, which is located in the south of Karangkobar groundwater basin.Keywords: groundwater, Karangkobar groundwater basin, geospatial method, recharge and discharge zone.Sitasi: Harjanto, A., Putranto, T.T., dan Simaremare, T.(2018 Aplikasi Analisis Spasial Untuk Penentuan Zona Imbuhan Dan Zona Lepasan Airtanah, Cekungan Air Tanah  (CAT) Karangkobar, Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Lingkungan, 16(2), 162-172, doi:10.14710/jil.17.2.162-172
Pemetaan Hidrogeologi dan Analisis Geokimia Air Tanah Cekungan Air Tanah (CAT) Kendal Thomas Triadi Putranto; Wahju Krisna Hidayat; Sinatrya Diko Prayudi
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 18, No 2 (2020): Agustus 2020
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.18.2.305-318

Abstract

Cekungan Air Tanah (CAT) Kendal merupakan salah satu dari 31 cekungan air tanah yang terletak di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang memiliki intensitas pemanfaatan yang tinggi. Oleh sebab itu, perlu adanya evaluasi kondisi hidrogeologi untuk mengetahui aspek kualitas maupun kuantitas dari air yang berada dalam CAT Kendal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk inventarisasi titik minatan air tanah di dalam wilayah CAT Kendal, pola dan arah aliran air tanah, kualitas air tanah dan menentukan asal usul air tanah. Metodologi yang digunakan mencakup pendekatan lapangan melalui pemetaan hidrogeologi serta analisis hidrokimia air tanah. Terdapat dua system akufier yaitu akuifer bebas dan akuifer tertekan. Hasil pemetaan hidrogeologi diperoleh 100 titik minatan hidrogeologi yang terbagi atas 73 titik sumur gali dan 2 titik mata air untuk serta 25 titik sumur bor untuk merepresentasikan sistem akuifer. Range nilai daya hantar listrik dari akuifer bebas dan akuifer tertekan yaitu 260-13.050262 μS/cm dan 1.788 μS/cm. Nilai pH berkisar antara 6,3-8,3 dan 6.5-8.8. Pola aliran airtanah bergerak dari selatan ke utara mengikuti morfologi yang melandai ke arah utara. Kondisi litologi mempengaruhi fasies air tanah. Batuan vulkanik menyebabkan air tanah memiliki kandugan mineral kation Ca2+ dan Mg2+ dengan anion bervariasi. Sementara itu lapisan alluvium di daerah dataran akan menyebabkan air tanah kaya akan mineral sodium (Na+) dengan anion berupa klorida (Cl-) ataupun sulfat (SO42-).
Pengaruh Muka Air Waduk Saat Pengisian Awal Terhadap Deformasi dan Rekahan pada Tubuh Bendungan (Studi Kasus: Bendungan Titab) I Made Adnyana Nala; Sri Sangkawati; Thomas Triadi Putranto
Jurnal Geosains dan Teknologi Vol 4, No 3 (2021): November 2021
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jgt.4.3.2021.168-182

Abstract

Pembangunan bendungan berfungsi untuk mengurangi intensitas banjir, serta dapat dimanfaatkan juga untuk kebutuhan air baku, pengairan, pariwisata, pembangkit tenaga listrik, serta yang lain. Selain memiliki manfaat yang sangat besar, bendungan juga memiliki potensi bahaya di dalamnya, apalagi jika tidak didukung dengan pengelolaan dan pemantauan yang baik. Pada saat pengisian awal waduk, terdapat temuan rekahan memanjang pada puncak Bendungan Titab pada tanggal 3 Februari 2016 dengan lebar ±10-15 cm panjang ±50 m kedalaman ± 50 cm. Rekahan tersebut diperkirakan akibat perbedaan deformasi yang terjadi pada daerah hulu, tengah dan hilir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh muka air waduk terhadap deformasi pada tubuh bendungan yang berdampak terjadinya rekahan pada puncak bendungan. Metode yang digunakan adalah dengan mengiterpretasikan data pembacaan patok geser dan inclinometer disandingkan dengan elevasi muka air waduk. Hasil analisis menunjukkan nilai deformasi vertikal pada puncak bendungan bagian hilir lebih besar dari nilai deformasi vertikal puncak bendungan bagian hulu pada patok 1, 2, dan 3, sedangkan nilai deformasi bagian hulu lebih besar dari nilai deformasi bagian hilir pada patok 4 dan 5. Deformasi horizontal daerah hulu mengarah ke hulu sedangkan deformasi horizontal daerah hilir bergerak ke hilir. Dapat disimpulkan bahwa deformasi pada puncak Bendungan Titab terjadi akibat beban air waduk saat pengisian awal waduk dan rekahan memanjang pada puncak bendungan disebabkan karena perbedaan nilai deformasi vertikal antara hulu dan hilir dan arah deformasi horizontal pada puncak bendungan.
Eksplorasi Geolistrik Daerah Sulit Air di Desa Plangkapan, Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah Wahju Krisna Hidajat; Thomas Triadi Putranto; Rinal Khaidar Ali
Jurnal Geosains dan Teknologi Vol 4, No 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jgt.4.1.2021.21-29

Abstract

Seiring dengan dengan perkembangan industri, kepadatan pemukiman penduduk, kuantitas dan kualitas air semakin menurun, sedangkan kebutuhan akan air semakin meningkat. Hal tersebut menjadikan bencana bagi manusia yang lebih dikenal sebagai bencana kekeringan. Desa Plangkapan, Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah merupakan daerah yang termasuk pada daerah yang mengalami kekeringan. Oleh karena itu perlu adanya solusi untuk mengentaskan bencana tersebut. Salah satunya adalah dengan mencari lapisan akuifer tempat menampung air tanah. Penelitian ini menggunakan metoda geolistrik Schlumberger Vertical Electrical Sounding (VES). Setelah diperoleh data yang diambil di lapangan, maka dilakukan pengolahan data dengan software Progress ver.3 yang secara otomatis menentukan model resistivitas bawah permukaan dari data hasil pengukuran geolistrik. Berdasarkan pendugaan geolistrik yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa ketebalan akuifer berkisar antara 10,9-18,7 m. Kedalaman akuifer berkisar antara 34,5-50,2 m.
Potensi Longsor di Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Penginderaan Jauh Garindra Yogiswara; Thomas Triadi Putranto; Devina Trisnawati
Jurnal Geosains dan Teknologi Vol 3, No 3 (2020): November 2020
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jgt.3.3.2020.135-148

Abstract

Kabupaten Kendal, Jawa Tengah memiliki riwayat longsor 206 kejadian pada 2010-2020, menyebabkan 41 bangunan rusak dan 28 warga mengungsi. Hal ini menunjukkan bahwa longsor adalah kejadian yang serius dan perlu menjadi perhatian. Peta resmi kerentanan longsor oleh  PVMBG dan Badan BPBD  Kabupaten Kendal berskala regional perlu pembaruan kelengkapan data dan informasi. Penelitian bertujuan membuat zona potensi longsor untuk rekomendasi perencanaan dan pembangunan. Citra SPOT 6 dan 7 digunakan untuk interpretasi penggunaan lahan, curah hujan dari citra Himawari-8 2019, interpretasi litologi dan kelurusan (divalidasi dari data Pusat Survey Geologi 2013 dan lapangan), serta kemiringan lereng dari DEM. Kalkulasi merupakan kombinasi klasifikasi DVMBG 2004, BBPPSDLP 2009, dan PVMBG 2015. Zona potensi longsor rendah (44,05% atau 44.220 Ha) meliputi Kota Kendal, Patebon, Kaliwungu Utara, Brangsong, Kangkung, Patebon, Cepiring, Rowosari, Weleri dan Pegandon bagian utara, Gemuh bagian utara, Ringinarum bagian utara. Zona potensi longsor sedang (50,47% atau 50.661 Ha) meliputi Kaliwungu Selatan, Boja, Plantungan bagian utara, Sukorejo bagian utara, Pegandon bagian selatan, Gemuh bagian selatan, Ngampel bagian utara, Ringinarum bagian selatan, dan Patean bagian selatan. Potensi longsor tinggi (5,48% atau 5.500 Ha) meliputi Singorojo bagian utara dan barat, Sukorejo bagian selatan, Plantungan bagian selatan, Pageruyung bagian timur, Limbangan barat dan selatan, serta Patean bagian utara. Potensi longsor sangat tinggi (0,001% atau 1,3 Ha) meliputi daerah Sumber Rahayu dan Sriwulan Limbangan.
Pemodelan Hidrogeologi Cekungan Airtanah Samarinda-Bontang Segmen Penajam Dalam Upaya Konservasi Airtanah Berbasis Cekungan, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur Arizatur Reza Wicaksono; Thomas Triadi Putranto; Reddy Setyawan
Jurnal Geosains dan Teknologi Vol 2, No 1 (2019): Maret (2019)
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2570.76 KB) | DOI: 10.14710/jgt.2.1.2019.13-23

Abstract

Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun 2017 tentang Cekungan Airtanah pasal 2 ayat 3 menyebutkan bahwa sistem pengelolaan airtanah didasarkan pada Cekungan Airtanah, namun di Indonesia masih banyak daerah-daerah yang masih menggunakan sistem pengelolaan berbasis sumur produksi yang dibatasi pada wilayah administrasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat model numerik pada Cekungan Airtanah (CAT) Samarinda segmen Penajam berdasarkan model konsep yang dibuat berdasarkan data-data di lapangan. Model nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam menentukan rekomendasi terkait konservasi airtanah dari hasil simulasi model. Model numerik dibuat dengan memasukkan parameter-parameter hidrogeologi. Diskritisasi geometri dan iterasi berdasarkan metode beda hingga (finite differences method). Simulasi model yang dilakukan berdasarkan prediksi debit pemompaan hingga 20 tahun kedepan. Hasil kalibrasi model didapatkan nilai RMSE sebesar 0,75 m, ME sebesar 0,1 m, dan MAE sebesar 0,63 m, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,944. Zona konservasi airtanah dibuat dengan mengkombinasikan persentase penurunan airtanah berdasarkan simulasi model pada skenario terburuk, daerah imbuhan dan lepasan, dan nilai daya hantar listrik di daerah penelitian. Didapatkan 4 (empat) prediksi zona konservasi airtanah, yaitu: zona perlindungan airtanah seluas 107,69 km2 (26,39%), zona aman seluas 229,35 km2 (56,21%), zona rawan seluas 60,35 km2 (14,79%), dan zona kritis seluas 10,64 km2 (2,61%).
Analisis Sebaran Daerah Rawan Longsor Menggunakan Remote Sensing dan Analytical Hierarchy Process (AHP) di Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah Aisyah Nur Isneni; Thomas Triadi Putranto; Devina Trisnawati
Jurnal Geosains dan Teknologi Vol 3, No 3 (2020): November 2020
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jgt.3.3.2020.149-160

Abstract

Kabupaten Magelang merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki intensitas longsor tinggi. Selama tahun 2017-2019 terjadi tanah longsor sebanyak lebih dari 500 kejadian di Kabupaten Magelang. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini berupaya untuk memberikan gambaran persebaran daerah rawan longsor pada Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan 4 parameter penyebab terjadinya tanah longsor yaitu parameter kelerengan, parameter litologi, parameter curah hujan, dan parameter tutupan lahan. Parameter tersebut didapatkan dari beberapa metode yang meliputi: pengolahan data citra penginderaan jauh, pengolahan data sistem informasi geografis, dan validasi lapangan. Hasil dari tiap parameter kemudian diberikan bobot dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mendapatkan hasil akhir berupa peta rawan longsor. Berdasarkan hasil pengolahan yang dilakukan, diketahui sebanyak 10 kecamatan pada Kabupaten Magelang memiliki kelas rawan longsor tinggi, 5 kecamatan termasuk pada kelas sedang, dan 6 kecamatan lainnya termasuk dalam kelas rendah. Tahap validasi dilakukan dengan membandingkan hasil analisis peta dengan data kejadian tanah longsor Kabupaten Magelang 3 tahun terakhir menggunakan matriks konfusi. Hasil dari validasi peta sebaran daerah rawan longsor memiliki akurasi 80,95%, yang artinya tingkat akurasi antara data hasil analisis peta dengan data validasi lapangan baik. 
Karakteristik Reservoir Berdasarkan Analisis Petrofisik Pada Formasi Baturaja, Lapangan Aulia, Cekungan Jawa Barat Utara M Rio Aulia; Thomas Triadi Putranto; Reddy Setyawan
Jurnal Geosains dan Teknologi Vol 3, No 1 (2020): Maret 2020
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1098.709 KB) | DOI: 10.14710/jgt.3.1.2020.31-41

Abstract

Formasi Baturaja merupakan salah satu formasi penghasil minyak dari Cekungan Jawa Barat Utara. Formasi Baturaja pada Cekungan Jawa Barat Utara ini memiliki keunikan yaitu kondisi batuan yang tergolong tight, namun bisa memproduksi minyak. Lokasi penelitian berada di Lapangan Aulia, Subcekungan Jatibarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi litologi secara vertikal, mengetahui lingkungan pengendapan Formasi Baturaja, mendapatkan nilai properti petrofisik dan menentukan kedalaman reservoir yang prospektif.Metode deterministik digunakan dengan pertimbangan lebih cocok pada litologi yang homogen. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data dari 6 sumur pemboran. Hasil analisis kualitatif pada semua sumur menunjukkan variasi litologi tersusun dari batugamping dan batugamping sisipan batulempung. Fasies batuan yang terdapat pada Formasi Baturaja berupa packstone dan perselingan packstone – wakckestone hasil pengendapan laut dangkal dengan fasies karbonat yaitu reef crest. Nilai properti petrofisik di Lapangan Aulia memiliki volume shale rata-rata 0,24281 dan nilai rata-rata porositas efektif sebesar 1-6,5% (porositas buruk). Porositas yang rendah pada batugamping Formasi Baturaja ini diinterpretasikan sebagai dampak dari fluktuasi muka laut dan akibat diagenesis batugamping. Nilai permeabilitas rata-rata adalah 0,0134 – 2,0452 mD (tight). Lapisan batuan prospek rerata di Lapangan Aulia adalah 5,67 m dengan lapisan paling tebal dijumpai pada RUO 25, yaitu setebal 9 m di kedalaman 1.846,110 m (TVDSS).
Studi Penentuan Sumur Resapan Sebagai Upaya Pengendalian Banjir Di Kota Pekalongan Berbasis Sistem Informasi Geografis Thomas Triadi Putranto; Hadiyanto Hadiyanto; Asri Cahaya Hati
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN Vol. 18 No. 2 (2020)
Publisher : Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Kota Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54911/litbang.v19i0.122

Abstract

Population and socio-economic growth trigger changes in land use functions. Land use and climate change in line with the increase in the rate of surface water and a decrease in the quality of water infiltration into the soil. Decreasing water absorption triggers an abundance of water on the surface which leads to hydrometeorological disasters, one of them is flooding. The research study is in Pekalongan City which has a very flat topography a nd the estuary area of several rivers from the upstream area. The current condition of Pekalongan City has a huge potential for flood disaster. The purposes of this study are to measure the depth of the groundwater level, to delineate the flooding area, and to recommend the infiltration wells based on the Geographic Information System. The methods were hydrogeological mapping, including the measurement of the water table, collecting land use maps, delineating flooding zone, calculating impermeable zones, collecting hydrological data such as precipitation . The results show that the groundwater level at the research location is classified into 3 classes, namely 0 -1.5 meters, 1.5-3 meters, and > 3 meters. The need for infiltration wells in the flood-prone areas of Pekalongan City is 57,718 units. The needs for rainwater infiltration wells in areas outside flood -prone areas and groundwater depth> 1.5 meters are 227,416 units with a well's depth between 1.5 to 4 meters. Keywords: Infiltration well, hydrometeorological, disaster Pekalongan City
Co-Authors Agus Harjanto Agus Harjanto Aisyah Nur Isneni Aji Bagas Putro Anggraeni, Wahyu Dini Anik Sarminingsih, Anik Annita Kusuma Wardhani Apoina Kartini Arizatur Reza Wicaksono Aska Zakiya Asri Cahaya Hati Axel Prima Agita Susanta Daniel Setiawan Dedi Hermawan Devina Trisnawati Dhana Hastuti Dina Rahayuning Pangestuti Dina Rahayuning Pangestuti, Dina Doni Prakasa Eka Putra Erlangga Erlangga Fadilah, Amar Jihad Fatir Yuslihanu, Fatir Firza Syarifa Zahra Firza Syarifa Zahra Fuad Muhammad Fuad Muhammad Garindra Yogiswara Goji Pamungkas H Hadiyanto Hakkina, Delano Ichsan Hartanto, Fandika Virgiawan Haryono Setiyo Huboyo Hati, Asri Cahaya Heru Hendrayana Hidayatillah, Ahmad Syauqi I Made Adnyana Nala Imsak Aditya Respati Priyono Isti Karim Muhandini Jayawarsa, A.A. Ketut Kevin Alexander, Kevin Kresno Wikan Sadono M Rio Aulia Mahira Anaqah Huwaina Mochamad Arief Budihardjo Muhammad Iqbal Muhrozi Muhrozi Mustiono, Ady Rieo Wahyu Naintina Lisnawati Najib Najib Narulita Santi Nestri Martini Norma Afiati Novi Susanto Novie Susanto Pranata, Mathias Andika Setya Putri, Maya Aiko Salsabila Rahmawati, Laily Agustina Reddy Setyawan Rinal Khaidar Ali Rino Dwi Hutama Rr. Tony Yulianto Santhi Widyastuti Santi, Narulita Sapto Purnomo Putro Sinatrya Diko Prayudi Sinatrya Diko Prayudi Sri Sangkawati Suharyanto Suharyanto Susanta, Axel Prima Agita Susanta, Axel Prima Agita T. Listyani R.A. Taat Setiawan Taat Setiawan, Taat Tabitha Abid Ardaneswari Tri Winarno Truman Simaremare Umar, Savikri Misbahul Wahju Krishna Hidajat Wahju Krisna Hidajat Wahju Krisna Hidayat Widiarso Dian Agus Widyanto David Yanuar Niko Priambodo Zulfa Nindya Salsabila