Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

Rekonstruksi Sejarah Geologi Berdasarkan Analisis Stratigrafi Daerah Leuwidamar dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten Atthoriq, Muhammad Hafidz; Rochmana, Yogie Zulkurnia
OPHIOLITE: Jurnal Geologi Terapan Vol 6 No 2 (2024): OKTOBER 2024
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56099/ophi.v6i2.p42-52

Abstract

Daerah Leuwidamar memiliki lingkungan pengendapan yang beragam sehingga memerlukan pemahaman geologi lebih detail seperti pemahaman stratigrafi. Pemahaman stratigrafi masih belum terlalu komprehensif di daerah Leuwidamar. Penelitian ini bertujuan merekonstruksi sejarah geologi Leuwidamar dengan menentukan kronologi dan mekanisme pengendapannya. Metode penelitian yang dilakukan dengan observasi lapangan untuk mendapatkan data lapangan, analisis stratigrafi untuk mengetahui urutan pengendapan formasi batuan, dan analisis paleontologi untuk penentuan umur relatif formasi batuan. Sejarah geologi daerah Leuwidamar dikelompokkan menjadi empat fase geologi. Fase pertama pada kala Miosen Tengah - Miosen Akhir terjadi beda fasies pengendapan pada Formasi Bojongmanik (Tmbl) yang memiliki umur (N13) Sedangkan Formasi Bojongmanik (Tmbs) memiliki umur (N13-N16). Kemudian pada fase kedua meningkatnya aktivitas tektonik dan orogenik yang menyebabkan terbentuknya struktur geologi sehingga menyebabkan banyak zona lemah yang membuat Formasi Bojongmanik diintrusi oleh Formasi Andesit. Fase ketiga, pada kala Pliosen Awal terjadi aktivitas vulkanik sehingga terendapkan Formasi Genteng (Tpg). Fase keempat, terjadi jeda waktu hingga pada kala Pliosen Akhir aktivitas vulkanik meningkat sehingga terendapkan Formasi Cipacar (Tpc) dengan lingkungan (gunung api distal). Dengan memahami sejarah geologi dapat memberikan gambaran tentang evolusi proses proses geologi yang terjadi di daerah Leuwidamar.
Provenance dan Implikasi Tektonik Batupasir Formasi Sawahtambang, Kabupaten Sijunjung, Sumatra Barat Putri, Helen Dwi; Setiawan, Budhi; Rochmana, Yogie Zulkurnia
OPHIOLITE: Jurnal Geologi Terapan Vol 6 No 2 (2024): OKTOBER 2024
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56099/ophi.v6i2.p72-79

Abstract

The Sawahtambang Formation in Sijunjung Regency, West Sumatra, is primarily composed of thick sandstones, which are of significant interest due to their potential as oil and gas reservoirs. However, the mineralogical and petrographic characteristics, as well as the depositional and tectonic origins of these sandstones, remain poorly understood, particularly in relation to the tectonic processes that influenced their formation. This knowledge gap poses challenges for accurate geological interpretation and resource assessment. The objective of this study is to investigate the mineral composition, petrographic properties, and provenance of the sandstones from the Sawahtambang Formation. The methodology employed includes petrographic analysis and provenance studies. The results of the provenance analysis indicate that the sandstones are derived from a Recycled Orogen source, suggesting that they were primarily formed in collision or subduction zones. This tectonic setting is characterized by a low feldspar and volcanic lithic content and a higher quartz content. The findings of this study contribute to a more comprehensive understanding of the geological information and origin of the Sawahtambang Formation sandstones in West Sumatra
Rekonstruksi Sejarah Pengendapan Berdasarkan Analisis Stratigrafi di Daerah Jelegong dan Sekitarnya, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Rafi, Muhammad; Rochmana, Yogie Zulkurnia
Jurnal Penelitian Inovatif Vol 5 No 2 (2025): JUPIN Mei 2025
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jupin.1517

Abstract

Mekanisme pengendapan berbagai formasi dengan lingkungan yang beragam memerlukan pemahaman mendalam, sehingga diperlukan penelitian rinci mengenai sejarah pengendapan di daerah Jelegong. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi geologi dan menentukan sejarah pengendapan pada daerah Jelegong. Metode yang digunakan berupa analisis stratigrafi, yang didapatkan dari pengintegrasian data analisis petrografi, analisis paleontologi dan hubungan stratigrafi. Metode analisis stratigrafi merupakan kunci dalam mengetahui segala proses pengendapan yang terjadi pada daerah tersebut. Stratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda yaitu Formasi Jampang (Tomj) tersusun atas litologi breksi fragmen andesit dan andesit. Formasi Halang (Tmph), Formasi Bentang (Tmpb), Formasi Kalipucang (Tmkl) dan Quarter Aluvium (Qa). Struktur geologi yang terdapat di daerah penelitian berupa sesar turun, sinklin, dan antiklin berdasarkan konsep pure shear. Sejarah geologi pembentukan daerah penelitian terbagi menjadi lima fase berdasarkan urutan skala waktu geologi. Fase pertama dimulai dengan pembentukan Formasi Jampang dari aktivitas vulkanisme pada Oligosen Akhir hingga Miosen Awal. Fase kedua dimulai saat Miosen Tengah pembentukan Formasi Kalipucang dan terjadi uplifting pada Formasi Jampang akibat aktivitas tektonik. Selanjutnya memasuki fase ketiga yaitu Miosen Akhir terendapkan Formasi Halang dan Formasi Bentang, hingga pada Kala Pliosen terbentuk lipatan berupa Antiklin Neglasari dan Sinklin Neglsari. Memasuki fase empat yaitu kala Pleistosen terbentuk sesar turun yaitu Sesar Jelegong, hingga di kala Holosen terendapkan material Quarter Aluvium (Qa).
Integrated DEMNas and Morphogenetic Analysis of Geomorphological Diversity in Salopa, Tasikmalaya, West Java Ramadan, Ikdan Rifki Muhamad; Rochmana, Yogie Zulkurnia
Jambura Geoscience Review Vol 7, No 2 (2025): Jambura Geoscience Review (JGEOSREV)
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/jgeosrev.v7i2.31022

Abstract

This study presents an integrated geomorphological analysis of the Salopa area in Tasikmalaya Regency, West Java, combining field observations with advanced DEMNas (National Digital Elevation Model). The Salopa area has varied morphology with interesting relief. The diverse morphological features in the Salopa region are evidence of geological processes that have occurred. The focus of this research is to analyze and observe the geomorphology in the study area, aiming to identify the characteristics of the landscape and classify them. This study pioneers the combined use of DEMNas and morphogenetic analysis in Salopa, revealing seven landform units and their tectonic-fluvial interactions. Findings provide a baseline for landslide hazard mapping and sustainable land-use planning in West Java. The research methods used include field observation and systematic analytical approach in terms of morphometry, morphography, and morphogenetics, as well as analysis of the National Digital Elevation Model (DEMNas). Denudational High Hills (15%), Denudational Hills (60%), Structural Hills, Alluvial Plains (6%), Floodplains (10%), Denuded Karst Hills (25%), and Irregular Meander Channels (10%). These units reflect the interplay of tectonic activity, lithological variation, and fluvial processes. The study highlights the dominance of denudational processes, evidenced by landslides and dendritic river patterns, and contrasts the Salopa basin’s geomorphology with adjacent regions like Cibalong.
Diagenetic Controls on Porosity in Sandstones of the Talang Akar Formation: A Case Study from the Rambangnia River Track, South OKU, South Sumatra Rochmana, Yogie Zulkurnia; Jati, Stevanus Nalendra; Puspita, Mega; Idarwati, Idarwati; Pranata, Ridho
Jurnal IPTEK Vol 29, No 1 (2025)
Publisher : LPPM Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31284/j.iptek.2025.v29i1.6746

Abstract

Porosity contributes to fluid storage and determines reservoir quality. The higher the porosity, the more free space is available to store fluid. However, the porosity of reservoirs, particularly the sandstones of the Talang Akar Formation of the Rambangnia River track, is not always good. The diagenetic process in the formation of sandstones is thought to contribute to variations in porosity quality. This study aims to determine the control of diagenesis on the porosity of sandstones of the Talang Akar Formation of the Rambangnia River, South Sumatra. The research methods used were field observation, petrographic, diagenesis, and porosity analysis. Based on petrographic analysis, the study area has three types of sandstone: lithic wacke, sublitharenite, and litharenite. The study of diagenesis shows that the sandstones in the Rambangnia River’s Talang Akar Formation have gone through an intense compaction phase, dissolution, cementation by silica and calcite minerals, and an authigenic phase in clay minerals.  In general, the porosity of rocks in the study area ranges from fair to good.
Characteristic and Provenance of Talang Akar Formation Sandstone, Sukamoro Area, South Sumatera Rochmana, Yogie Zulkurnia; Idarwati, Idarwati; Harnani, Harnani; Mayasari, Elisabet Dwi
Jurnal IPTEK Vol 27, No 1 (2023)
Publisher : LPPM Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31284/j.iptek.2023.v27i1.4434

Abstract

Sukamoro area, Banyuasin Regency, South Sumatera, was the research location. This investigation focuses on the origin of sandstones from the Talang Akar Formation. In the area of investigation, sandstones are widely dispersed and exhibit a variety of properties. Due to the abundance of sandstones found and their high resistance and physical compactness, an analysis of the original rock can be carried out. Generally, the material that makes up sandstone comes from the previous rock. This investigation was undertaken using a descriptive-analytical methodology to determine the origin of the rock. The collected surface data is subsequently petrographically examined. After determining the composition of the constituent minerals, a provenance analysis was conducted to determine that the Talang Akar Formation's sandstones originated from the Magmatic Arc. Furthermore, the Talang Akar sandstone reveals the origin of the Recycle Orogen. Thus, it is considered that the sandstones of the Talang Akar Formation have seen many uplift episodes as a result of tectonic activity, almost to the point where they have experienced an increase in the maturity or stability of their continental block provenances
Rekonstruksi Sejarah Geologi dengan Analisis Stratigrafi Daerah Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan Pranata, Ridho; Setiawan, Budhi; Rochmana, Yogie Zulkurnia
Jurnal Penelitian Sains Vol 26, No 3 (2024)
Publisher : Faculty of Mathtmatics and Natural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56064/jps.v26i3.1022

Abstract

Daerah penelitian terletak di Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Secara geologi terletak pada Cekungan Sumatera Selatan dengan batuan penyusun berupa batuan sedimen klastik dan batuan piroklastik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi, merekonstruksi, dan memodelkan kondisi geologi daerah penelitian berdasarkan aspek stratigrafi. Metode yang digunakan adalah pemetaan geologi, analisis paleontologi, penampang dan pembuatan model geologi. Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari enam Formasi dari yang tertua hingga termuda, yaitu Formasi Talang Akar (Tomt) dengan litologi batupasir karbonat dan batulanau yang mencirikan lingkungan pengendapan fluvial - delta, kemudian terjadi fase transgresi sehingga diendapkan Formasi Gumai (Tmg) dengan litologi batulempung, selanjutnya terjadi fase regresi yang menyebabkan diendapkannya Formasi Air Benakat (Tma), pada saat terjadi regresi atau penurunan muka air laut, terjadi perubahan arah pengendapan ke arah darat (progradasi) dan sifat karbonatannya berkurang mengikuti lingkungan pengendapan darat sehingga mengendapkan Formasi Muara Enim (Tmpm) yang dicirikan dengan adanya endapan batubara, kemudian diendapkan Formasi Kasai (Qtk) yang mengisi lembah sinklin pada daerah penelitian dengan ciri litologi Tuff, dan terakhir diendapkan Formasi Gunungapi Muda (Qhv) secara tidak selaras. Aktivitas sedimentasi dimulai pada masa Oligosen hingga Holosen. Proses pengendapan masa lalu di lingkungan Neritik didominasi oleh aktivitas transgresi-regresi yang disertai dengan aktivitas vulkanisme pada kondisi Holosen.
Rekonstruksi Sejarah Geologi Berdasarkan Analisis Stratigrafi Daerah Gumelar, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah Aulia, Khanaya Syafarah; Rochmana, Yogie Zulkurnia
Jurnal Penelitian Sains Vol 27, No 1 (2025)
Publisher : Faculty of Mathtmatics and Natural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56064/jps.v27i1.1145

Abstract

Pencampuran material sedimen klastik dan vulkanik pada Cekungan Banyumas menghasilkan endapan dan lingkungan pengendapan bervariasi yang memerlukan pemahaman lebih detail. Rekonstruksi sejarah geologi pada Daerah Gumelar, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah belum dilakukan secara komperehensif, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mendalami pada tahap rekonstruksi sejarah geologi untuk mengetahui kronologi dan mekanisme pengendapan daerah Gumelar, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Metode yang digunakan adalah observasi lapangan dan analisis stratigrafi. Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari tiga formasi dari yang tertua hingga termuda, yaitu Formasi Halang (Tmph) dengan litologi batupasir, batulempung, batupasir andesit, dan perselingan batupasir dan batulempung yang merupakan hasil dari longsoran bawah laut dengan material yang berasal dari percampuran sedimen klastik dan material vulkanik, formasi ini mencirikan lingkungan pengendapan submarine fan, Formasi Tapak (Tpt) yang terendapkan selarasa dengan Formasi Halang tetapi menjari dengan Anggota Batugamping Formasi Tapak karena adanya kenaikan dan penurunan muka air laut secara berulang. Formasi Tapak ini memiliki litologi batupasir dan batulempung yang juga merupakan hasil dari longsoran bawah laut dengan lingkungan pengendapan submarine fan, serta Anggota Batugamping Formasi Tapak (Tptl) dengan litologi batugamping dan batugamping terumbu yang terendapkan pada laut dalam, namun akibat adanya pengangkatan regional Pulau Jawa setelah formasi tersebut terendapkan maka terjadi perubahan lingkungan pengendapan menjadi barrier reef. Pada Kala ini juga merupakan puncak rezim kompresi dan tektonik yang menyebabkan terbentuknya struktur geologi pada daerah setempat hingga saat ini. Proses mekanisme sejarah geologi ini dapat memberikan gambaran tentang evolusi proses-proses geologi yang terjadi pada daerah penelitian.
Analisis Lingkungan Pengendapan Batugamping Pasiran Formasi Wonocolo Berdasarkan Kelimpahan Foraminifera Bentonik Besar Daerah Bamban, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah Abimanyu, Gilang; Setiawan, Budhi; Rochmana, Yogie Zulkurnia
Jurnal Penelitian Sains Vol 26, No 3 (2024)
Publisher : Faculty of Mathtmatics and Natural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56064/jps.v26i3.1021

Abstract

Keterdapatan foraminifera bentonik besar yang melimpah pada daerah penelitian menjadi menarik untuk dilakukan penelitian pada bidang sedimentologi dan paleontologi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lingkungan pengendapan Formasi Wonocolo dengan menggunakan kandungan foraminifera bentonik besar pada sayatan tipis batuan. Penelititan mengenai lingkungan pengendapan dapat dilakukan karena kelimpahan spesies foraminifera bentonik besar pada daerah penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis petrografi sayatan tipis sampel batuan dan penarikan diagram lingkungan pengendapan. Analisis petrografi yang telah dilakukan mendapatkan klasifikasi batugamping pasiran Formasi Wonocolo termasuk kedalam packstone. Hasil analisis mengidentifikasi 8 spesies foraminifera bentonik besar yang ditemukan yaitu Streblus sp., Discorbis sp., Palmerinella palmerae, Anomalinoides rubiginosus, Lepidocyclina sp., Nummulites sp., Lagena elongata, dan Cycloclypeus sp. Analisis lingkungan pengendapan dilakukan dengan melakukan plotting pada diagram Hallock. Hasil analisis mendapatkan lingkungan pengendapan daerah penelitian terletak pada lingkungan Backreef tepatnya pada zona Shelf Sands dan Open Shelf, perubahan lingkungan pengendapan tersebut terjadi dikarenakan perubahan muka air laut. Hasil analisis biostratigrafi menunjukkan satuan biostratigrafi daerah penelitian merupakan zona kumpulan Rotaliida. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan lingkungan pengendapan batugamping pasiran dengan memanfaatkan potensi kelimpahan fosil foraminifera bentonik besar pada daerah penelitian.
KARAKTERISTIK GEOKIMIA AIR PANAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANATOMIC ABSORPTION SPRECTROPHOTOMETER (AAS), GEOTHERMOMETER DAN GEOINDIKATOR, STUDI KASUS: ULU BELU, KABUPATEN TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG Nurjanah, Anisa; Armandani, Aditya Raihan; Aulia, Khanaya Syafarah; Az zahra', Salmaa Aulia; Lestari, Suci Febria; Rochmana, Yogie Zulkurnia
Bulletin of Scientific Contribution Vol 23, No 1 (2025): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bsc.v23i1.60662

Abstract

Karakteristik geokimia fluida panas bumi berperan sebagai indikator utama dalam memahami kondisi reservoir dan mengevaluasi potensi energi panas bumi di suatu wilayah. Salah satu wilayah yang memiliki potensi panas bumi  berada di daerah Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur kimia, suhu reservoir geothermal dan jenis mata air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah AAS (Anatomic Absorption Sprectrophotometer), geotermometer dan geoindikator. Metode AAS digunakan untuk menganalisis kandungan unsur-unsur kimia dalam sampel air panas, geotermometer membantu dalam memperkirakan suhu reservoir, geoindikator digunakan untuk menentukan tipe air panas berdasarkan komposisi kimianya. Studi ini mengungkapkan terdapat 3 unsur yang dominan Magnesium (Mg2+) sebanyak 10,80 ppm, 12,79 ppm, dan 6,64 ppm, kemudian Kalsium (Ca2+) sebanyak 6,66 ppm. 8,15 ppm dan 11,90 ppm, Iron (Fe3+) sebanyak 1,22 ppm, 5,18 ppm, dan 17,35 ppm. Hasil pengolahan menggunakan geotermometer diperoleh estimasi suhu reservoir Ulu Belu antara 54,59 – 60,26°C. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pengaruh air permukaan ditunjukkan oleh tingginya kandungan magnesium dalam manifestasi air panas. Hasil pengolahan data dengan menggunakan  geoindikator didapatkan bahwa mata air panas yang berada pada lokasi penelitian bertipe immature water dengan kandungan Mg yang relatif tinggi mengindikasikan bahwa sampel air panas telah tercampur dengan air tanah.