Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Neuroanestesi Indonesia

Statin sebagai Protektor Otak pada Cedera Otak Traumatik Kenanga Marwan; Cindy Elfira Boom; Rovina Ruslami
Jurnal Neuroanestesi Indonesia Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : https://snacc.org/wp-content/uploads/2019/fall/Intl-news3.html

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (766.416 KB) | DOI: 10.24244/jni.vol6i1.39

Abstract

Cedera otak traumatik (COT) masih menjadi masalah morbiditas dan mortalitas utama di dunia. Cedera otak traumatik dengan cepat mencetuskan cedera sekunder yang yang dapat memperburuk outcome. Proteksi otak bertujuan untuk mencegah cedera otak sekunder dengan cara melakukan metode dasar, hipotermi, neurofarmakologi dan kombinasi hipotermi dan farmakologik. Metode dasar pada proteksi otak adalah dengan cara menjaga jalan napas bebas sepanjang waktu, oksigenasi yang adekuat, mencegah hipokarbia, pengendalian tekanan darah, pengendalian tekanan intrakranial, pengendalian tekanan perfusi otak, dan pengendalian kejang. Neurofarmakologi pada proteksi otak yaitu dengan menggunakan obat yang memiliki efek proteksi otak. Statin, suatu inhibitor 3-hydroxy-3-methyglutaryl coenzym-A (HMG CoA) reduktase telah dikenal sebagai obat penurun lemak darah. Statin memiliki efek pleiotropik yang bersifat kolesterol-independen dengan efek yang potensial dalam tatalaksana gangguan neurologis. Efek ini berupa kemampuan menurunkan hemostasis dengan cara mengurangi efek trombosis dan kaskade koagulasi, meningkatkan fibrinolisis dan kaskade antikoagulasi, memperbaiki fungsi endotel, mempercepat bioaviabiltas nitrat oksida, antioksidan, aktifitas imunomodulasi dan antiinflamasi, serta menstabilkan plak aterosklerosis. Pada kasus COT, statin menurunkan trombosis intravaskuler dan menurunkan mediator inflamasi seperti TNFα, IL-6 dan IL-1β. Hal ini membuat statin menjadi kandidat yang ideal untuk penanganan cedera otak akut.Statin As Brain Protector In Traumatic Brain InjuryTraumatic brain injury (TBI) still represents the leading cause of morbidity and mortality in the world. Traumatic brain injury could rapidly develop secondary brain injury after trauma that can make worst the outcome. Brain protection procedures to prevent secondary brain injury are basic method, hypothermia, neuropharmacology, and combination of both hypothermia and neuropharmacology. Basic method such as patency airway, adequate oxygenation, blood pressure control, intracranial pressure monitoring, maintain cerebral perfusion pressure and prevent of seizure. Neuropharmacology is one technique to do brain protection by using drugs with neuro-protection effect. Statin, 3-hydroxy-3-methyglutaryl coenzym-A (HMG CoA) reductase inhibitor is hypolipidemik drug which has pleiotropic effect in cholesterol-independen manner and suggest potential effect in neurologic disorder such as decreased hemostatic and decreased thrombotic effect and cascade coagulation, increased fibrinolytic and anticoagulation cascade, improve endothelial function, increase nitric oxide bioaviability, antioxidan, immunomodulation and anti-inflammatory activity and stabilize plaque atheroslerotic. In TBI, statin reduce intravascular thrombocytosis and decreased inflammatory mediator like TNF α, IL-6 dan IL-1β. These makes statin becomes ideal candidate for management acute brain injury. 
Penggunaan Obat Anti Epilepsi untuk Terapi Profilaksis Bangkitan pada Cedera Otak Traumatik Ruslami, Rovina; Bisri, Tatang
Jurnal Neuroanestesi Indonesia Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : https://snacc.org/wp-content/uploads/2019/fall/Intl-news3.html

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3260.66 KB) | DOI: 10.24244/jni.vol5i1.60

Abstract

Cedera otak traumatik (COT) merupakan salah satu penyebab bangkitan dan epilepsi. Bangkitan pasca COT (post traumatic seizure/PTS) didefinisikan sebagai bangkitan dini (early PTS) jika terjadi dalam 7 hari pasca COT, atau sebagai bangkitan lanjut (late PTS) bila terjadi sesudah 7 hari pasca COT. Sampai saat ini tidak cukup data yang mendukung rekomendasi level I untuk terapi profilaksis PTS. Kejadian early PTS tidak berhubungan dengan luaran terapi yang lebih buruk. Namun karena insidensinya cukup tinggi, terapi profilaksis dapat menurunkan insidensi early PTS, dan sebagian epilepsi berhubungan dengan cedera kepala sebelumnya, maka terapi profilaksis dapat dipertimbangkan. Terapi profilaksis diindikasikan hanya untuk mencegah early PTS pada kasus COT berat (GCS 8). Terapi profilaksis tidak direkomendasikan untuk mencegah late PTS karena belum ada bukti yang mendukung. Fenitoin (phenytoin=PHT) merupakan obat yang paling banyak diteliti dan digunakan untuk mencegah early PTS, diberikan segera selama 1 minggu. PHT memiliki profil farmakokinetik yang rumit, berbagai efek samping yang memerlukan pemantauan klinis yang ketat dan pemeriksaan kadar obat dalam darah. Obat anti epilepsi (OAE) lain seperti valproat, karbamazepin, dan fenobarbital masih sangat terbatas datanya, memiliki isu keamanan dan farmakokinetik, sehingga saat ini tidak direkomendasikan untuk terapi profilaksis bangkitan pada COT. Levetiracetam (LEV) merupakan OAE yang lebih baru dengan profil farmakokinetik yang lebih bersahabat, namun data terkait efikasi dan keamanan masih terbatas. Diperlukan studi lebih lanjut untuk memperlihatkan jika LEV dapat menggantikan PHT dalam terapi profilaksis bangkitan pasca COT.The Use of Antiepileptic Drugs for Posttraumatic Seizure Prophylaxis after Traumatic Brain Injury?Traumatic brain injury (TBI) is one of the cause of seizure and epilepy. Post traumatic seizure (PTS) is classified as early PTS if occurs within 7 days after injury, and as late PTS if occurs after 7 days following injury. The incidence of PTS is rather high, and seizure prophylaxis could decrease the incidence of early PTS. Furthermore, part of epilepsy are thought to be the result of previous head trauma. Therefore, prophylaxis therapy can be considered. Currently, there are insufficient data to support a Level I reccomendation for seizure prophylaxis after TBI. Early PTS is not associated with worse outcome. It is only indicated for preveting early PST in severe TBI (GCS 8), and not recommended for preventing late PTS due to lack of evidence to support it. Phenytoin (PHT) has been extensively studied and used for prophylaxis of PTS; it is administered during the first seven days after TBI. PHT has numoerus side effects and drug interactions, has complex non-linear pharmacokinetics that require therapeutic drug monitoring. Data from other AEDs like valproate, carbamazepine, and phenobarbital are very limited. They also have sevral safety and pharmackinetics issues. Therefore they are not recommended for preventing PTS. Levetiracetam (LEV) is a newer AED with a more friedly characteristics. However the data regarding the efficacy and safety is limited. Further investigations is needed to evaluate if LEV is a reasonable alternative to PHT for preventing PTS in patients with TBI.
Co-Authors - Sudigdoadi, - Abdullah, Nursanti Abjan, Kadar Achadiyani Achmad, Muhammad Djanib Adi Imam Cahyadi Agnes Agustin, Agnes Agung Dinasti Permana Ahmad Rizal Ahmad Yamin Ahmad, Khamsiah Ani Melani Maskoen Anita Deborah Anwar Anneke Rosma Aras Syazili Ardini Raksanagara ardini raksanagara, ardini Atmaja, Harold Eka Attamimi, Fathimah Azzahra Atu Purnama Dewi Atu Purnama Dewi Bachti Alisjahbana Bafagih, Aisyah Bethy S. Hernowo Billy Talakua Bony Wiem Lestari Budi Setiabudiawan Chiho Yamazaki Cindy Elfira Boom Cindy Elfira Boom Deni K Sunjaya Deni K. Sunjaya Dewi Herawati Dewi M. Herawati Dewi Puspasari Dewi Puspasari Dewi, Atu Purnama Edhyana Sahiratmadja Edy Soewono Eka Kusuma Dewi, Eka Kusuma Emmy Hermiyanti Pranggono Endang Sutedja Farid Husin Farid Husin Febriani, Ulfah Dwi Findra, Muhammad Nur Hamidin Rasulu Harold Eka Atmaja Harold Eka Atmaja Herawati H Herawati, Dewi M. Hikmat Permana Hiroshi Koyama Igor Hutabarat Ikbal Marus, Ikbal Ishak, Safira Juharni Juharni, Juharni Julaecha Julaecha Juni Wijayanti Puspita Kameo, Satomi Kenanga Marwan Koyama, Hiroshi Laitupa, Ibnu Laitupa, Ibnu W Lastri Winarni Lating, Noval Ali Leha, Alicia W Lika Apriani Luntungan, Gloria Vivian M. Irfan M. Irfan, M. Irfan Malan, Sudirto Margono, M. Tirta Marwan, Kenanga Maya Valentina Putrie Maya Valentina Putrie, Maya Valentina Ma’rus, Ikbal Meirina, Triana Nurul Meita Dhamayanti Muchdar, Fatma Muhammad Irfan Muhdar, Fatma Naim, Armain Najamuddin Najamuddin, Najamuddin Nanan Sekarwarna Nanny Natalia Mulyani Soetedjo Novi Jayanti Nurul Safitri Nury Fitria Dewi Pitra, Faisal Ponpon Idrajinata Raesa Yolanda, Raesa Rahmawati, Rika Nurlaily Raspati Cundarani Koesoemadinata Ratna Anggraeni Renny Rosalita, Renny Rika Nurlaily Rahmawati Rosma, Anneke Rudi Wisaksana S Wibowo, Eko Samadan, Gamal M Sapto Wahyu Indratno Satomi Kameo See Siew Ju Sinta Sari Ratunanda Sofia Imaculata Sophia Sophia Sumaryati Sudigdoadi Sumaryati Sudigdoadi, Sumaryati Supyan Supyan Suryani Gunadharma Suryani Suryani Susan Margaret McAllister Syahnul Sardi Titaheluw Talib, Ahmaad Tamrin, Muhammad Rafly Zulfikar Tan, Fathnun Tatang Bisri Teti Madiadipoera Thaufiq Boesoirie Thaufiq Boesoirie Tina Judistianti Tita Husnitawati Madjid Titaheluw, Syahnul Titaheluw, Syahnul S. Tri Hanggono Achmad Triana Nurul Meirina Triana Nurul Meirina Ulfah Dwi Febriani Umar Tangke, Umar Vera Renta Siahaan Vycke Yunivita Vycke Yunivita Kusumah Dewi W. Laitupa, Ibnu Wahyu Alfishahrin. T, Wahyu WAODE MUNAENI wulansari, angela Yamazaki, Chiho Yuliana Yuliana Yusuf, Masri